Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era saat ini, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dimana pada abad ini
teknologi utama yang menjadi landasannya adalah komputer melalui jaringan internet.
Internet dijadikan salah satu sumber belajar tampa batas ruang dan waktu. Sehingga
dampak perkembangan ini, maka kecenderungan pembelajaran terutama dalam
pembelajaran matematika dimasa depan telah mengubah pendekatan pembelajaran
tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai pembelajaran abad
pengetahuan, bahwa orang dapat belajar di mana saja, baik di ruang kelas/kuliah, di
perpustakaan, di rumah, atau pun dijalan, kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa
pagi, siang sore atau malam.
Seiring dengan perkembangan internet tersebut maka strategi pembelajaran pun
bergeser dan muncul berbagai strategi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi dari model e-learning, smart classroom, virtual classroom, blended learning,
dll. Setiap sistem pendidikan di setiap tingkat sangat tergantung pada sumber daya
manusia untuk pelaksanaan programnya. Salah satu kemampuan dalam berpikir adalah
berpikir kritis. Berpikir kritis adalah keharusan dalam usaha menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, menganalisis asumsi-asumsi. Berpikir kritis diterapkan untuk belajar
memecahkan masalah secara sistemmatis, inovatif, dan mendesain solusi mendasar.
Dengan berpikir kritis peserta didik menganalisis apa yang mereka pikirkan, mensitensis
informasi dan menyimpulkan. Oleh karena itu makalah ini menyajikan model
pembelajaran blended learning untuk memfasilitasi siswa berpikir kritis. Dan nantinya
akan membahas isu-isu yang terdapat dalam model blended learning.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Blended Learning?
2. Apa isu-isu/kendala dalam Model Blended Learning?
3. Apa definisi Berpikir Kritis?
BLENDED LEARNING

Pendidikan di abad 21 saat ini semakin berkembang. Sumber daya dititik beratkan
pada kompetensi berpikir dan komunikasi. Hal tersebut dicirikan dengan pertautan dalam
dunia ilmu pengetahuan yang komprensif, dengan mengintegrasikan teknologi dalam
pendidikan. Dalam pembelajaran yang bermutu, pendidik harus mampu memfasilitasi
peserta didik dalam mengasah kemampuan kritisnya, sehigga dapat mengkaji masalah
pembangunan berkelanjutan pada pilar lingkungan, sosial, dan ekonomi. Jika
pembelajaran hanya berlangsung klasikal, maka proses pembelajaran peserta didik
dan pendidik terikat pada ruang dan waktu. Selain itu, apabila ceramah yang dilakukan
pendidik menjadi satu-satunya metode, maka kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam
mengkaji permasalahan menjadi kurang terasah, sebab peserta didik tidak terbiasa untuk
berpikir di luar konteks pembelajaran dan pasif dalam mencari informasi atau sumber
pembelajaran.

Mengembangkan pembelajaran berbasis di abad 21. Blanded learning dianggap mampu


meningkatkan interaksi baik antar peserta didik maupun pendidik. Blended learning terdiri
dari dua kata yaitu blanded yang berarti campuran dan learning yaitu berarti pembelajaran.
Dengan demikian sepintas blended learning mengandung makna pola pembelajaran yang
mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang
lainnya dalam pembelajaran. Mosa dan Kumar menyampaikan bahwa yang dicampurkan
dalam blended learning yaitu dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lesson)
dengan online learning. Blended learning yaitu metode pembelajaran yang memadukan
pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Perpaduan antara pembelajaran
konvensional dimana pendidik dan peserta didik bertemu langsung dengan pembelajaran
online yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Adapun bentuk lain dari blended
learning adalah pertemuan virtual antara pendidik dan peserta didik. Dimana antara pendidik
dan peserta didik mungkin saja berada di dua tempat berbeda, namun bisa saling memberi
feedback, bertanya, atau menjawab. Semua dilakukan secara real time. Dalam penyampaian
pembelajaran, melakukan model blanded learning, dengan proporsi 50% tatap muka dan
50% dengan memanfaatkan e-learning. Google- classroom sebagai media pembelajaran,
google scholar sebagai media pengembangan pengetahuan, dan google-form sebagai media
evaluasi, yang diperkuat dengan berdiskusi saat tatap muka. Peserta didik diberikan tugas
individu melalui google classroom dengan menganalisis artikel dan yang diberikan pendidik
melalui google classroom.
Kendala Blended Learning

Faktor penting dalam penerapan blended learning adalah adanya koneksi internet yang
stabil dan bagus. Di beberapa titik Koneksi dapat b erjalan dengan baik namun pada titik-
titik tertentu koneksi kurang bagus. Hal ini dapat menghambat pembelajaran blended
learning berbasis e-learning. Hingga saat ini kendala yang dihadapi pada blanded learning
adalah jika e-learning mengalami lemahnya koneksi internet, tidak menguasai e-
learning, dan ketika peserta didik tidak memperha tika n intruks i dala m pembelajaran.
Respon pendidik yang lambat dalam memantau e-learning juga dapat menjadi kendala.
Dalam mengatasi kendala tersebut, peserta didik dan pendidik perlu saling interaktif,
sehingga blanded learning dapat efektif.

Kendala yang dihadapi juga berupa kurangnya interaksi antar pendidik, sehingga
peserta didik kehilangan banyak kesempatan untuk membicarakan ide-ide mereka dengan
orang lain. Hal ini menyebabkan interaksi ini bisa memperlambat proses belajar-mengajar.

Kendala yang dihadapi juga bisa saja terjadi karena kurangnya penguasaan komputer.
Dimana penerapan blended learning ini menggunakan sistem pembelajaran on-line (melalui
media internet), berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran. Sehingga
menyebabkan adanya hambatan yang dikarenakan oleh faktor kurangnya penguasaan
teknologi.

Kendala yang lainnya juga bisa saja terjadi dari pendidik. Dikarenakan pendidik harus
selalu mendesain pembelajaran yang menarik untuk diikuti secara online. Pendidik juga
perlu menyiapkan waktu untuk mengembangkan dan mengelola pembelajaran sistem e-
learning, seperti mengembangkan materi, menyiapkan assesment, melakukan penilaian,
serta menjawab atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan oleh peserta
didik.

Kendala yang sering terjadi juga bisa saja berasal dari ruang dan waktu yang terbatas.
Karena fasilitas yang tidak merata membuat pembelajaran berjalan tidak seimbang antara
desa dan kota. Kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh, seperti pada cuaca panas atau
ruang belajar yang kurang memadai sehingga peserta didik tidak akan optimal dalam
belajar. Selain itu waktu-waktu tertentu yang tidak kondusif untuk belajar namun tetap
dipaksakan.
Kendala yang dihadapi juga bisa saja terjadi karena minimnya pengawasan dalam
belajar. Kurangnya pengawasan dalam melakukan pembelajaran secara online membuat
peserta didik kadang kehilangan fokus belajar. Dengan mudahnya mengakses internet,
beberapa peserta didik cenderung menunda-nunda waktu belajar. Sehingga proses belajar
menjadi tidak terarah dan tidak mencapai tujuan.

Kendala lainnya yang terjadi yaitu peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar
yang tinggi karena cenderung akan gagal. Dengan sistem e-learning saat ini, peserta didik
yang tidak punya minat terhadap teknologi modern atau bisa saja tidak memiliki dana untuk
memiliki perangkat keras yang memadai, maka peserta didik tersebut akan jelas tertinggal
jauh dibelakang dari peserta didik yang lain.

Kendala lainnya juga terdapat dalam model pembelajarannya. Dikarenankan model


pembelajaran blended learning atau bisa saja kita sebut e-learning hanya terbatas pada
bentuk forum diskusi dan tanya–jawab soal. Sangat mungkin ada materi-materi yang
tertentu tidak bisa disampaikan dengan e-learning. Misalnya pembelajaran yang
memerlukan praktek.

Definisi Berpikir Kritis

Berpikir kritis dalam belajar matematika merupakan suatu proses kognitif seseorang
dalam upaya memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematik.
Matematika merupakan mata pelajaran yang perlu diberikan kepada semua peserta didik
dengan tujuan untuk membekali kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi dalam
hidup bermasyarakat yang selaluberkembang. Menurut surya dan ginting keadaan ada enam
elemen dasar yang perlu diperhatikan dalam berpikir kritis yaitu, fokus, rasional, kesimpulan,
situasi, kejelasan dan keseluruhan pemeriksaan unsur-unsur ini dapat membentuk keputusan
yang tepat jika diperhatikan secara hati-hati.

Penalaran matematis menarik kesimpulan logis; memberikan penjelasan dengan


menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan; memperkirakan jawaban dan proses
solusi; mengunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik; menarik
anologi dan generalisasi.
Daftar Pustaka
Achmad, A. (2009). Memahami Berpikir Kritis. Jakarta: Cemerlang
Fisher, A. 2008. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Husumah. (2014). BLENDED. Retrieved
fromhttps://www.researchgate.net/publication/320035220_Pembelajaran_Bauran_Bl
ended_Learning
Husumah. (2014). PEMBELAJARAN NAURAN (BLENDED LEARNING) Terampil
Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face-To-Face, E-learning Offline-Online, dan
Mobile Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka.
http://www.ishaqmadeamin.com/2015/02/kelebihan-dan kekurangan-blended.

Anda mungkin juga menyukai