Hal ini dapat dilihat dari upaya pemerintah dalam memperbarui kurikulum pendidikan,
mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dan yang paling baru adalah Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan sejak awal
tahun 2013.
Menurut Husni (2016) belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak orang itu masih bayi sampai
akhir hayatnya. Salah satu pernyataan bahwa seorang telah belajar sesuatu adalah adanya
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan itu bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun
yang menyangkut nilai dan sikap. Sedangkan belajar mengajar adalah suatu yang
mengajar yang dilakukan mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum proses
belajar dilakukan.
Menurut Husni (2016) hasil belajar antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya berbeda- beda. Perbedaan itu di sebabkan oleh faktor – faktor yang
mempengaruhinya, antara lain: 1) Faktor–faktor yang bersumber dari diri sendiri faktor ini
sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan studi peserta didik, misalnya minat, bakat,
kesehatan, kebiasaan belajar, penguasaan bahan dan kemandirian, b) Faktor – faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik faktor ini mempengaruhi terhadap kemajuan studi peserta
didik misalnya lingkungan, studi dari lingkungan alam, lingkungan dari keluarga,
lingkungan masyarakat dan faktor yang lain yaitu sekolah dan peralatan sekolah.
Menurut (Sunarto,2009) menjelaskan tentang faktor-faktor yang memengaruhi hasil
belajar terdiri atas dua macam, yaitu: (1). Faktor Intern, Yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang, antara ain kecerdasan atau intelegensi (IQ), bakat, minat, motivasi. (2).
Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang, antara lain kondisi/keadaan
lingkungan keluarga di mana peserta didik berada, keadaan lingkungan sekolah, dan keadaan
lingkungan masyarakat.
Guru, dalam hal ini sebagai salah satu penentu di dalam pencapaian hasil belajar
peserta didik selalu dituntut agar sesering mungkin untuk mengadakan refleksi atas setiap
kinerja yang telah dilakukan kepada setiap peserta didiknya terutama di dalam kegiatan
belajar mengajar. Faktor eksternal yang paling dominan dan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian hasil belajar peserta didik ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung adalah
guru. Guru berperan sebagai moderator di dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam penelitian
ini peneliti menerapkan metode yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
Menurut Mahendra (2014) untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut di atas,
Salah satu model pembelajaran yang telah banyak diterapkan adalah model pembelajaran
merupakan salah satu pembelajaran alternatif yang berpusat pada siswa (student-centered)
yang banyak dikembangkan akhir- akhir ini. Pembelajaran ini diturunkan dari teori belajar
berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis untuk
gagasan utamanya. Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah penyajian situasi
permasalahan yang yang nyata kepada siswa yang akan menjadi landasan untuk mencari
dengan terlibat dalam situasi yang nyata. PBM membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, mempelajari peran autentik orang dewasa,
berbasis masalah sangatlah besar. Model ini didasarkan pada prinsip-prinsip teoretis yang
kuat, dan dasar penelitian yang sederhana mendukung penggunaannya. Hal ini
memberikan alternatif menarik bagi guru yang ingin bergerak keluar dari pendekatan yang
berpusat pada guru untuk menantang siswa dengan aspek pembelajaran aktif dari model
tersebut. Pembelajaran berbasis masalah juga menggunakan sumber daya Internet yang
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “
B. Rumusan Masalah
rumusan masalah adalah “Apakah ada masalah yang dihadapi guru saat menerapkan
Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pola pilihan para guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
membantu jalannya pembelajaran. Maka pendidik harus menggunakan metode atau model
yang dapat meningkatkan pembelajaran seperti model PBL. menurut Barrow dalam Huda, M.
(2014, hlm. 271) mendefinisikan Problem Based Learning sebagai “Pembelajaran yang
diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebur
Sedangkan menurut Dutch (1994) dalam Shoimin, A. (2014, hlm. 131) menejelaskan bahwa:
agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi
masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan
serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based
Learning mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari
Learning (PBL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran baik individu maupun kelompok. Pembelajaran dengan model
Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa
ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuanya tentang sesuatu yang telah
diketahuinya sekaligus yang perlu diketahuinya untuk memecahkan masalah itu. Siswa juga
dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga ia terdorong
PBL memiliki kelebihan juga, menurut Shoimin, A. (2014, hlm. 132). Kelebihan Model
nyata.
aktivitas belajar.
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa
8) Kesulitan belajar siswa secara individu dapat diatassi melalui kerja kelompok
berikut:
konsep tersebut.
5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain. Serta menanamkan sikap sosial yang positif
diharapkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Problem Based Learning
(PBL) ini adalah dalam pembelajaranya lebih terpusat kepada siswa, guru tidak mendominasi
sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran tetapi guru lebih menjadi fasilitator dan
membimbing dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dengan aktif dan
dapat meningkatkan kreatrivitas dan hasil belajar siswa dan pembelajarannya pun lebih
bermakna karena model pembelajaran ini lebih menekankan kepada aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.
Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, selain kelebihan model
penerapannya. Kekurangan tersebut menurut Putra, S.R. (2013, hlm. 84) diantaranya:
1) Untuk siswa yang malas tujuan dari PBL tidak akan tercapai, karena siswa telah
2) Relatif menggunakan waktu yang cukup lama dan menuntut keaktifan siswa untuk
mencari sumber- sumber belajar, karena siswa terbiasa hanya mendapat materi
3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan model ini,
karena PBL merupakan model yang bertujuan untuk membahas masalah- masalah
yang akan dicari jalan keluarnya sehingga berhubungan erat dengan mata pelajran
tertentu.
Selain itu Menurut Shoimin, A. (2014, hlm. 133) Kekurangan Model Problem Based
Learning yaitu:
1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru
2) PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
memiliki kelemahan yaitu tidak semua mata pelajarran dapat diterapkan model PBL, dalam
proses pembelajran memerlukan waktu yang relatif lama dan bagi siswa yang pasif tujuan
model ini tidak akan tercapai, karena model PBL menuntut keaktifan siswa untuk mencari
memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Siswa mendengarkan tujuan
belajar yang disampaikan oleh guru dan mempersiapkan logistic yang diperlukan.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Siswa
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap materi yang telah
dipelajari, meminta kelompok presentasi hasil kerja. Siswa melakukan refleksi kegiatan
Langkah-langkah model PBL menurut Putra, S.R. (2013, hlm. 272) adalah sebagi berikut:
2) Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil.
4) Siswa kembali ke tutorial PBL dan saling bertukar pikiran dengan anggota
masalahnya.
Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi,
Berdasarkan langkah-langkah dalam model PBL seperti pada pemaparan diatas bahwa
guru maupun siswa dalam model PBL ini memiliki peranan aktif dalam proses pembelajaran.
Peran guru pada model ini sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu
pemecahan masalah, pemberi fasilitas penelitian dan pemberi dorongan agar siswa dapat
berfikir kritis sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Sedangkan bagi siswa sudah
sangat jelas bahwa siswa di tuntut untuk aktif, kreatif, inovatif, peka terhadap masalah-
1. Guru terkendala dalam memberi penjelasan kepada siswa tentang cara membuat
laporan mengenai masalah yang siswa temukan dikarena tidak semua siswa
mendengar penjelasan guru dengan baik, saat guru menanyakan kembali tugas apa
harus dilakukan siswa, banyak siswa yang terdiam dan kurang paham apa yang
dijelaskan guru.
dengan pembelajaran yang telah lalu yang dimana terkendala dalam siswa secara
dikarenakan kendala yang sama seperti guru lainnya sukar untuk mengarahkan
siswa yang kurang pintar untuk terlibat aktif dalam penyusunan proyek, siswa yang
kurang pintar lebih banyak diam atau mengganggu siswa kelompok lainnya.
4. Guru kurang menyiasati waktu yang tersedia, guru kurang mampu dalam menguasai
teknologi, pengelolaan dan pengawasan kelas yang tidak dapat berjalan dengan
tepat untuk didiskusikan siswa secara berkelompok. Walau pembagian kelompok sudah
kelompoknya. Masalah yang disajikan guru dianggap menantang bagi kelompok tinggi,
namun siswa kelompok rendah merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Justru seharusnya
kerjasama kelompok terjalin dengan baik, justru terjadi sebaliknya. Dibuktikan dengan
cuplikan hasil wawancara dengan guru sebagai berikut: “..menentukan masalah dalam PBL
itu sulit, biasanya kalo terlalu sulit siswa yang berkemampuan rendah juga bingung harus
berbuat apa, mereka cenderung pasif. Sebaliknya kalopun diberikan masalah yang mudah,
siswa kemampuan tinggi merasa kurang tertantang dengan masalah yang diberikan”. Fakta di
atas sebenarnya sesuai dengan yang diungkapkan oleh Widjajanti (2011) mengungkapkan
bahwa PBL merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada masalah, sehinga pemilihan dari
masalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak mudah. Masalah dalam PBL
dan strategi untuk menyelesaikannya Pemilihan masalah yang berorientasi pada masalah
pengetahuannya melalui lingkungan sekitar mereka, namun sebagian siswa justru tidak
terbiasa dengan masalah nyata. Mereka terbiasa menyelesaikan masalah setelah ada contoh
soal dari guru. Hal ini bertentangan dengan teori Vygotsky (Wiryokusumo, 2009) bahwa
pengetahuan akan dibangun melalui pengalaman dan lingkungan sekitar siswa. Ditinjau dari
segi interaksi sosial pada masing-masing kelompoknya, penerapan PBL di lapangan kadang
juga tidak sesuai dengan harapan. Kelompok tinggi yang seharusnya mampu membantu
temannya yang kurang, juga seringkali tidak berjalan seharusnya. Siswa kelompok tinggi
kadang memiliki keegoisan yang tinggi, dan kadang siswa rendah juga tidakpeduli dengan
diri mereka sendiri sehingga tidak ada usaha untuk mengejar ketertinggalan dari temannya.
Proses diskusi dan tanya jawab terjadi hanya antar siswa berkemampuan tinggi dan
kemampuan sedang. “yang sering terjadi adalah siswa kemampuan tinggi yang seharusnya
membantu teman yang kurang justru egois, ia cenderung suka menyelesaikan masalah
sendirian. Begitupun pada siswa yang rendah tidak peduli juga dengan dirinya sendiri”
Cuplikan di atas, menunjukkan bahwa guru mengalami hambatan dalam hal menciptakan
interaksi sosial kelompok ketika proses pembelajaran berlangsung. Kondisi di atas dapat
dikatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak memenuhi salah satu karakteristik PBL
yaitu adanya kerjasama yang baik dan hubungan sosial maupun secara pribadi. Ridwan, dkk
masalah merupakan hal penting baik secara hubungan sosial maupun secara pribadi; 2)
produk atau karya untuk dipamerkan dan 5) kerjasama. Hal lain diungkapkan oleh guru kelas,
bahwa PBL dapat berjalan baik ketika guru mempersiapkan semua perangkat dengan baik.
Persiapan yang baik, namun juga memerlukan waktu yang lama, sehingga PBL justru tidak
dinilai efektif oleh guru. Seperti yang dibuktikan oleh cuplikan transkip berikut: “...penerapan
PBL itu akan lebih maksimal jika semua perangkat pembelajarannya disusun dengan
membutuhkan waktu yang sangat lama” Melalui PBL siswa dilatih pada proses berpikirnya,
proses pembelajaran diutamakan, namun tujuan pembelajaran yang tidak tercapai juga