Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi (IP303)
Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya dan ridhonya, kami
dapat menyelesaikan makalah Sekolah Ramah Anak dan Identifikasi & Asesmen untuk
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kami
ucapkan kepada Rasulullah SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir dan akhirat
nanti.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Iding
Tarsidi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah
memberikan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi pada pokok bahasan Sekolah Ramah Anak
dan Identifikasi & Assestment untuk Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.
Kami selaku penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya mahaanak didik yang mengontrak mata kuliah Pendidikan Inklusi. Selain itu, kami
juga berharap agar mendapat kritik dan saran agar laporan ini lebih baik dan sempurna.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN............................................................................................................ 4
KAJIAN TEORI............................................................................................................... 6
PEMBAHASAN............................................................................................................... 8
PENUTUP......................................................................................................................... 13
4.1. Kesimpulan............................................................................................................. 13
4.2. Saran....................................................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hak bagi setiap individu di bumi, mulai dari pendidikan untuk
anak-anak, remaja, dewasa, bahkan seorang lansia pun masih tetap membutuhkan pendidikan.
Sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 bahwa
“Pendidikan itu ialah hak bagi segala bangsa..” maka dari itu semua individu berhak
mengenyam pendidikan. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan adalah tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapaun maksudnya pendidikan adalah sebagai
penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.
Pendidikan sepatutnya merata bagi semua kalangan, mulai dari anak dengan
berkehidupan cukup, maupun kurang, baik juga merata bagi kalangan anak yang
berkebutuhan khusus. Pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus ini mestinya disama-
ratakan dengan anak didik yang secara ‘fisik’ normal. Namun tak jarang di Indonesia sendiri
masih banyak anak didik yang berkebutuhan khusus yang tidak disama-ratakan pendidikan
formalnya.
Salah satu tempat berlangsungnya sebuah pendidikan adalah sekolah. Sekolah adalah
gedung atau bangunan yang didalamnya tentu saja memiliki sasaran pendidikan atau lebih
sering disebut anak didik/murid, tenaga pendidik, juga segala macam hal yang menunjang
pendidikan. Sekolah yang baik adalah sekolah ramah anak dan juga mampu membuat anak
didik berkembang, baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebuah sekolah yang sehat
untuk anak berkebutuhan khusus pun haruslah menunjang perkembangan diatas.
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sekolah ramah anak?
2. Bagaimana identifikasi dan asesmen dalam pembelajaran untuk anak
berkebutuhan khusus?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sekolah ramah anak
2. Mengetahui identifikasi dan asesmen dalam pembelajaran untuk anak
berkebutuhan khusus
5
BAB II
KAJIAN TEORI
Sekolah ramah anak merupakan sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan
memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupa secara terencana dan bertanggung
jawab serta berprinsip pada non diskriminasi kepentingan, hak hidup dan memberi
penghargaan kepada anak. Tercantum pada pasar 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai bakat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Indikasi sekolah ramah anak adalah sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau,
inklusif dan nyaman bagi perkembangan fisik, kognitis dan psikososial anak termasuk anak
yang memerlukan pendidikan khusus/ pendidikan layanan khusus.
Sekolah harus meciptakan suasana kondusif supaya anak dapat merasakan nyaman dan
potensinya tersalurkan dengan baik. Dalam hal penciptaan kondusif, terdapat bebrapa aspek
yang perlu di perhatikan, yaitu:
6
Sarana-prasana utama yang diperlukan yaitu berkaitan dengan kebutuhan anak didik
dalam pembelajaran.
Selain memiliki aspek, sekolah ramah anak juga memiliki indikator, yaitu:
1. Penjaringan (sacreening)
2. Pengalihtanganan (referal)
3. Klasifikasi
4. Perencanaan belajar
5. Pemantauan kemajuan belajar
7
BAB III
PEMBAHASAN
Program untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) semakin hari menjadi semakin
beragam, salah satunya adalah dengan adanya Sekolah Ramah Anak (SRA). Sekolah ramah
anak dapat didefinisikan sebagai sebuah satuan pendidikan baik formal, informal maupun
nonformal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu
menjamin memenuhi, menghargai hak hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi dan perlakuan salah lainya serta mendukung partisipasi anak tertuma dalam
perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawaasan dan mekanisme pengaduan terkait
pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.(Editor KLA, 2017).
SRA memiliki beberapa landasan hukum dimana hal-ini menjadi dasar-dasar dari
pembentukkan SRA itu sendiri. Landasan hukum SRA diantaranya adalah sebagai berikut.
Pasal 28 B ayat 2, Undang Undang Dasar 1945 yang menebutkan bahwa “Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 54 Undang Undang Perlindungan Anak yang menyatakan “Anak di dalam dan
di lingkungan skolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
guru, pengelola sekolah, atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan,
atau lembaga pendidikan lainnya.
Pasal 29 KHA ayat 1, menyebutkan pendidikan anak diarahkan untuk pengembangan
kepribadian, bakat, kemampuan mental dan fisik anak sehingga mencapai potensi
sepenuhnya.
Pasal 31 KHA menegaskan bahwa Negara mengakui hak anak untuk beritirahat dan
bersenang-senang, terlibat dalam kegatan bermain, dan turut serta dalam kehidupan
budaya dan seni (Deputi, 2014 dikutip oleh Qosim, 2017).
SRA memiliki beberapa konsep dasar untuk diterapkan, diantaranya adalah sebagai
berikut.
8
Bersih
Aman
Ramah
Indah
Inklusif
Sehat
Asri
Nyaman
SRA)
Partisipasi anak
Kemudian SRA juga memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan dari
SRA adalah sebagai berikut:
9
Mencegah kecelakaan di sekolah yang disebabkan prasarana maupun
bencana alam
Menciptakan hubungan antar warga sekolah yang lebih baik, akrab dan
berkualitas
Kemudian, KLA tahap pembentukan dari SRA itu sendiri, yang dapat dilihat
Pada dasarnya, ketentuan-ketentuan di atas bukan hanya dibuat untuk anak ABK saja,
namun untuk seluruh anak yang bersekolah baik formal, nonformal, maupun informal.
Namun ketentuan-ketentuan mengenai sekolah SRA yang telah disepakati tersebut tentunya
dapat membantu lebih banyak kepada anak berkebutuhan khusus.
10
3.2. Identifikasi Dan Asesmen Untuk Pembelajaran ABK
Secara konsep, asesmen berasal dari Bahasa Inggris to asses (menaksir) atau assesment
(taksiran). Hal ini berkaitan dengan karakteristik penyelenggaraan pendidikan bagi ABK
yang berorientasi kepada kebutuhan anak (Soendari (2009), yang artinya harus ada proses
menaksir atau memahami anak didik dari berbagai aspek demi memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi anak didik tersebut.
Menurut Soendari (2009) asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk
mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu.
Lerner dikutip oleh Soendari (2009) mendefinisikan asesmen sebagai suatu proses
pengumpulan informasi tentang seorang anak didik yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran anak didik tersebut.
Jadi pada intinya asesmen merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan, kemampuan, kesulitan dan kebutuhan suatu individu (dalam kasus ini ABK) pada
bidang tertentu dengan melalui proses pengumpulan data.
Asesmen dapat dilakukan pada anak berkebutuhan khusus seperti penyandang tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras. Penanganannya akan berbeda-beda pada
setiap kebutuhan khusus yang ada. Aspek-aspek yang diperlukan untuk asesmen sendiri yaitu
aspek akademik (membaca, berhitung, menulis dsb) dan aspek perkembangan (kognitif,
sosial, emosi, motorik dsb).
Menurut Soendari (2009) tujuan dari dilakukannya asesmen berkaitan dengan intervensi
ABK yang pada prinsipnya merupakan alat penentu keadaan anak didik. Dalam hal inni, yang
dimaksud dengan keadaan anak didik adalah kemampuan, ketidakmampuan, kesulitan atau
masalah yang dihadapi oleh anak didik.
11
3.2.3 Pertimbangan Ketika Melakukan Asesmen
Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan asesmen pada anak
didik, diantaranya adalah:
Ada faktor-faktor tententu yang harus diperhatikan dalam asesmen, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Hal ini dapat meliputi aspek cara anak didik berpakaian, kesehatannya, kelakuan anak
juga taraf akulturasi.
Riwayat pengembangan
Keadaan anak didik hari ini merupakan hasil dari pengalamankejaidan-kejadian atau
sejarah hidup anak itu sendiri. Perlu diketahui bagaimana anak didik dapat tumbuh dan
bagaimana lingkungan pertumbuhannya sejak dulu sampai sekarang.
Faktor-faktor ekstrapersonal
Hal ini meliputi keterampilan, ciri-ciri dan kemampuan anak didik dalam meakukan
tugasnya. Kondisi anak didik ketika sedang melakukan asesmen pada saat itu perlu untuk
diperhatikan, termasuk caranya bertanya atau penampilannya.
Interpretasi penampilan
Setelah dilakukannya asesmen tentu akan diketahui sikap, ciri-ciri maupun riwayat
perkembangannya. Diperlukan interpretasi atau pendefinisian lebih lanjut mengenai hal ini
dengan menggbungkan fakta-fakta yang telah diteliti.
Prognosis
Prognosis merupakan prediksi penampilan di masa mendatang. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana pendidik akan menempatkan anak didik setelah asesmen yang telah dilakukan.
12
Prognosis tidak boleh dilakukan berdasarkan spekulasi melainkan dari data dan fakta yang
ada.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dengan demikian, sekolah ramah anak diperlukan untuk menjamin tidak adanya
perlakuan salah dari lingkungan sekolah pada anak. Asesmen pada tunarungu, tunanetra,
tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras adalah hal yang penting bagi keberlangsungan
pendidikan ramah anak.
4.2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Soendari, Tjutju. 2009. Asesmen Sebagai Dasar Penyusunan Program Intervensi Anak
Berkebutuhan Khusus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
15