Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEKOLAH RAMAH ANAK DAN

IDENTIFIKASI & ASESMEN UNTUK PEMBELAJARAN ABK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi (IP303)

dengan dosen pengampu Dr. Iding Tarsidi, M.Pd.

Disusun oleh :

Hanifa Zahranita (1700453)

Mahda Aulia Prasetia (1702285)

Tasyaa Yuliani (1701992)

Viergin Ikhlasul Amala (1704080)

Wibisana Kuspi Ramadhan (1703117)

Windi Ayu Setianingrum (1704798)

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya dan ridhonya, kami
dapat menyelesaikan makalah Sekolah Ramah Anak dan Identifikasi & Asesmen untuk
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kami
ucapkan kepada Rasulullah SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir dan akhirat
nanti.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Iding
Tarsidi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah
memberikan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi pada pokok bahasan Sekolah Ramah Anak
dan Identifikasi & Assestment untuk Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.

Kami selaku penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya mahaanak didik yang mengontrak mata kuliah Pendidikan Inklusi. Selain itu, kami
juga berharap agar mendapat kritik dan saran agar laporan ini lebih baik dan sempurna.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN............................................................................................................ 4

1.1. Latar Belakang....................................................................................................... 4


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 5
1.3. Tujuan.................................................................................................................... 5

KAJIAN TEORI............................................................................................................... 6

2.1. Sekolah Ramah Anak............................................................................................ 6

2.2. Identifikasi dan Asesmen ABK............................................................................. 7

PEMBAHASAN............................................................................................................... 8

3.1. Sekolah Ramah Anak............................................................................................. 8

3.2. Identifikasi dan Asesmen ABK............................................................................. 10

PENUTUP......................................................................................................................... 13

4.1. Kesimpulan............................................................................................................. 13

4.2. Saran....................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah hak bagi setiap individu di bumi, mulai dari pendidikan untuk
anak-anak, remaja, dewasa, bahkan seorang lansia pun masih tetap membutuhkan pendidikan.
Sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 bahwa
“Pendidikan itu ialah hak bagi segala bangsa..” maka dari itu semua individu berhak
mengenyam pendidikan. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan adalah tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapaun maksudnya pendidikan adalah sebagai
penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.

Pendidikan sepatutnya merata bagi semua kalangan, mulai dari anak dengan
berkehidupan cukup, maupun kurang, baik juga merata bagi kalangan anak yang
berkebutuhan khusus. Pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus ini mestinya disama-
ratakan dengan anak didik yang secara ‘fisik’ normal. Namun tak jarang di Indonesia sendiri
masih banyak anak didik yang berkebutuhan khusus yang tidak disama-ratakan pendidikan
formalnya.

Salah satu tempat berlangsungnya sebuah pendidikan adalah sekolah. Sekolah adalah
gedung atau bangunan yang didalamnya tentu saja memiliki sasaran pendidikan atau lebih
sering disebut anak didik/murid, tenaga pendidik, juga segala macam hal yang menunjang
pendidikan. Sekolah yang baik adalah sekolah ramah anak dan juga mampu membuat anak
didik berkembang, baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebuah sekolah yang sehat
untuk anak berkebutuhan khusus pun haruslah menunjang perkembangan diatas.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sekolah ramah anak?
2. Bagaimana identifikasi dan asesmen dalam pembelajaran untuk anak
berkebutuhan khusus?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sekolah ramah anak
2. Mengetahui identifikasi dan asesmen dalam pembelajaran untuk anak
berkebutuhan khusus

5
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Sekolah Ramah Anak

Sekolah ramah anak merupakan sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan
memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupa secara terencana dan bertanggung
jawab serta berprinsip pada non diskriminasi kepentingan, hak hidup dan memberi
penghargaan kepada anak. Tercantum pada pasar 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai bakat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Indikasi sekolah ramah anak adalah sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau,
inklusif dan nyaman bagi perkembangan fisik, kognitis dan psikososial anak termasuk anak
yang memerlukan pendidikan khusus/ pendidikan layanan khusus.

Sekolah harus meciptakan suasana kondusif supaya anak dapat merasakan nyaman dan
potensinya tersalurkan dengan baik. Dalam hal penciptaan kondusif, terdapat bebrapa aspek
yang perlu di perhatikan, yaitu:

1. Program sekolah yang sesuai

Prorgram harus disesuaikan dengan perkembangan dunia anak diperlukan untuk


mendukung tahap-tahap perkembangan anak. Hal ini didukung juga dengan perlunya sekolah
dalam berpartisipasi aktif terhadap kegiatan yang diprogramkan. Partisipasi yang tumbuh
harus sesuai dengan kebutuhan anak. Partisipasi sekolah yang diwakili oleh guru memiliki
kulifikasi tertentu seperti guru harus memiliki 3 potensi, yaitu: (1) memiliki rasa kecintaan
terhadap anak, (2) memahami dunia anak dan, (3) mampu mendekati anak dengan tepat.

2. Lingkungan sekolah yang mendukung

Lingkungan yang kondusif dapat mendukung terhadap menumbuh-kembangkan potensi


anak. Ketika anak-anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan dapat mengekspresikan
dirinya sesuai dengan hak anak, maka kemungkinan anak melaukan prilaku tidak sesuai dan
menyimpang dapat terhindar.

3. Sarana-prasana yang memadai

6
Sarana-prasana utama yang diperlukan yaitu berkaitan dengan kebutuhan anak didik
dalam pembelajaran.

Selain memiliki aspek, sekolah ramah anak juga memiliki indikator, yaitu:

1. Kebijikan sekolah ramah anak


2. Pelaksanaan kurikulum
3. Pendidikan dan tenaga pendidikan terlatih hak-hak anak
4. Sarana dan prasarana SRA
5. Partisipasi anak
6. Partisipasi orang tua, lembaga masyarakat, dunia usaha, pemangku kepentingan lainya
dan alumni.

2.2. Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Identifikasi secara harfiah adalah mengenali atau menemukan. Setelah melakukan


identifikasi maka seseorang dapat mengetahui kondisi sebuah objek. Identifikasi dalam
pengajaran disebut juga dengan penjaringan, dan asesmen sebagai penjaringannya. Tujuan
dari sebuah indntifikasi ini adalah untuk mengetahui apakah seorang anak berkebutuhan
khusus atau tidak. Hasil dari asesmen ini akan menentukan dasar pengajaran bagi anak
tersebut sesuai dengan kondisi dan kemampuanya. Disebukan dalam situs dektorat
pembinaan sekolah luar biasa (http:ditplb.org) bahwa dalam rangka pendidikan inklusi,
identifikasi anak berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:

1. Penjaringan (sacreening)
2. Pengalihtanganan (referal)
3. Klasifikasi
4. Perencanaan belajar
5. Pemantauan kemajuan belajar

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Sekolah Ramah Anak (SRA)

Program untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) semakin hari menjadi semakin
beragam, salah satunya adalah dengan adanya Sekolah Ramah Anak (SRA). Sekolah ramah
anak dapat didefinisikan sebagai sebuah satuan pendidikan baik formal, informal maupun
nonformal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu
menjamin memenuhi, menghargai hak hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi dan perlakuan salah lainya serta mendukung partisipasi anak tertuma dalam
perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawaasan dan mekanisme pengaduan terkait
pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.(Editor KLA, 2017).

3.1.1 Landasan Hukum SRA

SRA memiliki beberapa landasan hukum dimana hal-ini menjadi dasar-dasar dari
pembentukkan SRA itu sendiri. Landasan hukum SRA diantaranya adalah sebagai berikut.

 Pasal 28 B ayat 2, Undang Undang Dasar 1945 yang menebutkan bahwa “Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
 Pasal 54 Undang Undang Perlindungan Anak yang menyatakan “Anak di dalam dan
di lingkungan skolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
guru, pengelola sekolah, atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan,
atau lembaga pendidikan lainnya.
 Pasal 29 KHA ayat 1, menyebutkan pendidikan anak diarahkan untuk pengembangan
kepribadian, bakat, kemampuan mental dan fisik anak sehingga mencapai potensi
sepenuhnya.
 Pasal 31 KHA menegaskan bahwa Negara mengakui hak anak untuk beritirahat dan
bersenang-senang, terlibat dalam kegatan bermain, dan turut serta dalam kehidupan
budaya dan seni (Deputi, 2014 dikutip oleh Qosim, 2017).

3.1.2 Konsep SRA

SRA memiliki beberapa konsep dasar untuk diterapkan, diantaranya adalah sebagai
berikut.

8
 Bersih
 Aman
 Ramah
 Indah
 Inklusif
 Sehat
 Asri
 Nyaman

Untuk mempermudah hal ini, konsep-konsep di atas dapat disingkat menjadi


BARIISAN.

3.1.3 Komponen SRA

SRA memiliki beberapa komponen agar pelaksanaannya dapat berlangsung dengan


sebagaimana mestinya. Berikut adalah komponen-komponen SRA.

 Kebijakan SRA (komitment tertulis, SK Tim SRA, program yang mendukung

SRA)

 Pelaksanaan proses belajar yang ramah anak (Penerapan Disiplin Positif)

 Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Hak-hak Anak dan SRA

 Sarana dan Prasarana yang ramah anak (tidak membahayakan anak,

mencegah anak agar tidak celaka

 Partisipasi anak

 Partisipasi Orang Tua, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Stakeholder

lainnya, dan Alumni

3.1.4 Tujuan SRA

Kemudian SRA juga memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan dari
SRA adalah sebagai berikut:

 Mencegah kekerasan terhadap anak dan warga sekolah lainnya

 Mencegah anak mendapatkan kesakitan karena keracunan makanan dan

lingkungan yang tidak sehat

9
 Mencegah kecelakaan di sekolah yang disebabkan prasarana maupun

bencana alam

 Mencegah anak menjadi perokok dan pengguna napza

 Menciptakan hubungan antar warga sekolah yang lebih baik, akrab dan

berkualitas

 Memudahkan pemantauan kondisi anak selama anak berada di sekolah

 Memudahkan mencapai tujuan pendidikan

 Menciptakan lingkungan yang hijau dan tertata

 Ciri khusus anak menjadi lebih betah di sekolah

 Anak terbiasa dengan pembiasaan- pembiasaan yang positif

3.1.5 Tahapan Pembentukan SRA

Kemudian, KLA tahap pembentukan dari SRA itu sendiri, yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Pada dasarnya, ketentuan-ketentuan di atas bukan hanya dibuat untuk anak ABK saja,
namun untuk seluruh anak yang bersekolah baik formal, nonformal, maupun informal.
Namun ketentuan-ketentuan mengenai sekolah SRA yang telah disepakati tersebut tentunya
dapat membantu lebih banyak kepada anak berkebutuhan khusus.

10
3.2. Identifikasi Dan Asesmen Untuk Pembelajaran ABK

3.2.1 Definisi dan Konsep Asesmen

Secara konsep, asesmen berasal dari Bahasa Inggris to asses (menaksir) atau assesment
(taksiran). Hal ini berkaitan dengan karakteristik penyelenggaraan pendidikan bagi ABK
yang berorientasi kepada kebutuhan anak (Soendari (2009), yang artinya harus ada proses
menaksir atau memahami anak didik dari berbagai aspek demi memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi anak didik tersebut.

Asesment menurut Haryanto (2011). merupakan usaha untuk menghimpun informasi


yang relevan guna memahami atau menentukan keadaan individu, dalam pendidikan
asessmen merupakan berbagai proses yang rumit untuk lebih melengkapi hasil dari tes yang
diberikan kepada anak didik.

Menurut Soendari (2009) asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk
mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu.

Lerner dikutip oleh Soendari (2009) mendefinisikan asesmen sebagai suatu proses
pengumpulan informasi tentang seorang anak didik yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran anak didik tersebut.

Jadi pada intinya asesmen merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan, kemampuan, kesulitan dan kebutuhan suatu individu (dalam kasus ini ABK) pada
bidang tertentu dengan melalui proses pengumpulan data.

Asesmen dapat dilakukan pada anak berkebutuhan khusus seperti penyandang tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras. Penanganannya akan berbeda-beda pada
setiap kebutuhan khusus yang ada. Aspek-aspek yang diperlukan untuk asesmen sendiri yaitu
aspek akademik (membaca, berhitung, menulis dsb) dan aspek perkembangan (kognitif,
sosial, emosi, motorik dsb).

3.2.2 Tujuan dilakukannya Asesmen

Menurut Soendari (2009) tujuan dari dilakukannya asesmen berkaitan dengan intervensi
ABK yang pada prinsipnya merupakan alat penentu keadaan anak didik. Dalam hal inni, yang
dimaksud dengan keadaan anak didik adalah kemampuan, ketidakmampuan, kesulitan atau
masalah yang dihadapi oleh anak didik.

11
3.2.3 Pertimbangan Ketika Melakukan Asesmen

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan asesmen pada anak
didik, diantaranya adalah:

 Kapan asesmen dilakukan?


 Di mana asesmen dilakukan?
 Bagaimana asesmen dilakukan?

3.2.4 Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Asesmen

Ada faktor-faktor tententu yang harus diperhatikan dalam asesmen, diantaranya adalah
sebagai berikut:

 Keadaan kehidupan sekarang

Hal ini dapat meliputi aspek cara anak didik berpakaian, kesehatannya, kelakuan anak
juga taraf akulturasi.

 Riwayat pengembangan

Keadaan anak didik hari ini merupakan hasil dari pengalamankejaidan-kejadian atau
sejarah hidup anak itu sendiri. Perlu diketahui bagaimana anak didik dapat tumbuh dan
bagaimana lingkungan pertumbuhannya sejak dulu sampai sekarang.

 Faktor-faktor ekstrapersonal

Hal ini meliputi keterampilan, ciri-ciri dan kemampuan anak didik dalam meakukan
tugasnya. Kondisi anak didik ketika sedang melakukan asesmen pada saat itu perlu untuk
diperhatikan, termasuk caranya bertanya atau penampilannya.

 Interpretasi penampilan

Setelah dilakukannya asesmen tentu akan diketahui sikap, ciri-ciri maupun riwayat
perkembangannya. Diperlukan interpretasi atau pendefinisian lebih lanjut mengenai hal ini
dengan menggbungkan fakta-fakta yang telah diteliti.

 Prognosis

Prognosis merupakan prediksi penampilan di masa mendatang. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana pendidik akan menempatkan anak didik setelah asesmen yang telah dilakukan.

12
Prognosis tidak boleh dilakukan berdasarkan spekulasi melainkan dari data dan fakta yang
ada.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Sekolah ramah anak merupakan pemberian pendidikan yang dapat memastikan


terpenuhinya hak – hak anak dan perlindungan anak dari diskriminasi, perlakuan, dan
kekerasan serta mendukung ikut sertanya anak dalam perencanaan kebijakan pembelajaran.

Asesmen merupakan usaha untuk menghimpun informasi – informasi yang relevan


guna memahami atau menemukan keadaan individu. Terdapat dua istilah dalam asesmen
yakni testing dan diagnose. Asesmen bertujuan menentukan penyebab, memberi label
penyandang cacat, jenis remediasi penaganan berdasarkan label tersebut.

Dengan demikian, sekolah ramah anak diperlukan untuk menjamin tidak adanya
perlakuan salah dari lingkungan sekolah pada anak. Asesmen pada tunarungu, tunanetra,
tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras adalah hal yang penting bagi keberlangsungan
pendidikan ramah anak.

4.2. Saran

Demi berlangsungnya pendidikan sekolah ramah anak hendaknya memperhatikan


BARIISAN pada konsep dan mempertimbangkan tahap pembentukan seperti persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Dalam asesmen, terdapat faktor-faktor penting
yang harus menjadi sebuah perhatian dan pendekatan jika hendak melakukan kegiatan
asesmen.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hermanto. (2010). Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak Berkebutuhan


Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Editor KLA. 2017. Sekolah Ramah Anak. Kabupaten/Kota Layak Anak.


http://www.kla.id/sekolah-ramah-anak/. Diakses pada: 29 September 2019.

Haryanto. 2011. Pengantar Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta.

Soendari, Tjutju. 2009. Asesmen Sebagai Dasar Penyusunan Program Intervensi Anak
Berkebutuhan Khusus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai