MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Fatah Syukur, NC, M.Ag
I.
PENDAHULUAN
yang bermuara pada penguasaan kecakapan hidup (life skills) yang dibutuhkan
dalam kehidupan masyarakat.
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup
dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Sebagai hasil dari pendidikan, pembelajaran yang mengarah dalam kecakapan
hidup prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau
sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi
diri dan di masa yang akan datang. Sedangkan latar belakang diterapkannya
konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup di antaranya karena tantangan
globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul
dalam persaingan di pasar global.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
B.
C.
D.
III.
A.
PEMBAHASAN
Pengertian Kecakapan Hidup (Life skill)
Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang
untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi hingga mampu mengatasinya.[1] Konsep kecakapan hidup
dirumuskan secara beragam, salah satu konsep yang dikemukakan oleh Nelson
Jones menyebutkan bahwa secara netral kecakapan hidup merupakan urutan
pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik. Secara
konseptual, kecakapan hidup adalah urutan pilihan yang memperkuat kehidupan
psikologis yang di buat seseorang dalam bidang yang lebih khusus. Sumber lain
memaknai kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi
kecakapan yang diperkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia
dewasa untuk dapat hidup secara mandiri.
Untuk pembelajaran berorientasi kecakapan hidup adalah pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan
oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya.
Kemampuan disini adalah realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum dan khusus.
Menurut Malik Fadjar kecakapan hidup sama dengan empat pilar pendidikan
yang di canangkan UNESCO, yakni learning to know (belajar mengetahui),
learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri)
dan learning to live together (belajar hidup dalam kebersamaan).[2]
B.
Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat
dan warga negara.
Menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.[3]
b.
Kecakapan kolaborasi
C.
D.
Sebagian masyarakat bahkan orang tua beranggapan bahwa memiliki anak yang
pandai sudah cukup. Disamping itu, seorang anak yang telah menjadi sarjana
atau lulusan sebuah perguruan tinggi dengan gelar akademis tertentu belum
mampu menjamin masa depan kehidupan anak yang lebih menjanjikan.
Pemikiran seperti itu tentu dalam suatu waktu akan menemukan titik
relevansinya. Namun, pada situasi dan kondisi tertentu mungkin janji-janji yang
mencerahkan atas gelar akademis tersebut menjadi kurang relevan, bahkan
masyarakat luas tidak lagi dipercayainya. Seiring dengan semakin banyaknya
pengangguran yang disebabkan karena factor pendidikan, dan maraknya kasus
korupsi yang tidak terlepas dari para birokrat yang memiliki banyak gelar,
sarjana, master, doctor bahkan professor. Peran dan fungsi pendidikan dalam
konteks ini tentu akan mendapat gugatan dari banyak kalangan, misalnya
mengapa praktek korupsi justru dilakukan oleh orang-orang pandai dan pintar.
Kenyataan ini memang sungguh sangat menyedihkan, bahkan bangsa ini sering
dikonotasikan sebagai bangsa yang sangat kreatif dalam hal korupsi, dari lapisan
yang paling bawah sampai paling atas.
Pada dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali
peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus
berorientasi pada pemberian bekal bagi peserta didik agar dapat menjalani
kehidupannya dengan baik, terutama dalam situasi dan kondisi di era globalisasi.
Dijelaskan dengan tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahu 2003 bahwa tujuan
pendidikan selain bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, juga bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang
cakap, kreatif dan mandiri. Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian merupakan
tiga point yang sangat penting untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat
cakap dalam menghadapi realitas hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi
atas persoalan yang ada.
IV.
ANALISIS
V.
KESIMPULAN
Tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima
dan unggul dalam persaingan di pasar global yang menyebabkan dalam
pendidikan sekarang di cantumkan kedalam bentuk suatu life skill, kecakapan
hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga tidak diperlukan
tambahan alokasi waktu tertentu.
Sedangkan untuk implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup dapat
dilakukan tanpa mengubah kurikulum, aspek-aspek kecakapan hidup yang telah
diintegrasikan dijadikan indikator dalam pembelajaran. Kecakapan hidup yang
bersifat umum pada umumnya kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, baik
yang bekerja, yang tidak bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan.
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik adalah kecakapan yang diperlukan
seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus atau tertentu. Life skill
menunjuk pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk
menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di
masyarakat. Life skill merupakan kemampuan yang diperlukan sepannjang
hayat, kepemilikan kemampuan berfikir yang kompleks, kemampuan komunikasi
secara efektif, kemampuan membangun kerjasama, melaksanakan peranan
sebagai warga Negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta
kecakapan untuk bekerja dan memiliki karakter dan etika untuk tujuan terjun ke
dunia kerja.
VI.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini saya buat. Saya sadar bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang kontruksi dari
anda semua sangat diharapkan agar makalah kedepan lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semuanya. Amin
RINGKASAN
OLEH : KELOMPOK IV
12 i
Darma
Ahdianti
Riska Abdullah
Azhar
BAB V
PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR
a.
Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas,semakin
konkret kompetensi, semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatankegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
b.
Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik.
c.
Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan
mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah
ditetapkan.
d.
Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta
jelas pencapaiannya.
e.
Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim( team teaching)atau
moving class.
C.
Topik bahasan
b.
c.
Materi pelajaran
d.
Kegiatan pembelajaran
e.
f.
c.
Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompotensi dasar).
d.
Strategi pembelajaran/tahapan-tahapan proses belajar mengajar ( kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan oleh siswadalam berinteraksi
dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi
dasar ).
e.
f.
Penilaian dan tindak lanjut (instrument dan prosedur yang digunakan untuk
menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penelitian, misalnya
remedial,pengayaan atau percepatan)
g.
Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai).
D.
Model ROPES
1.
Review, yaitu mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan
ajar dengan melihat pengalan sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan
diperlukan sebagai prerequisite untuk memahami bahan yang disampaikan hari
itu. Hal ini diperlukandengan didasarkan atas:
a.
Guru bisa memulai pelajaran, jika perhatian dan motivasi siswa untuk
mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh.
b.
Guru hendak memulai pelajaran, jika interaksi antara guru dengan siswa
sudah mulai terbentuk
c.
Guru dapat memulai pelajaran jika siswa-siswa sudah memahami
hubungan bahan ajar sebelumnya dengan bahan ajar baru yang dipelajari hari
itu.
2.
Overview, overview dilakukan yidak terlalu lama berkisar antra 2 sampai 5
menit.Gurumenjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
hari itu dengan menyampaikan isi (content) secara singkat dan strategi yang
akan digunakan dalam proses.
Kegiatan awal
Kegiatan inti
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan
bahan ajar penting dilakukan guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien,
dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.
Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru
secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum
menguasainya, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak
yang bersifat konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara
lain aktivitas guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih
cenderung menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya
juga kurang menarik karena pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan
Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau
materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara
rinci lagi.
2)
Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat
memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran.
3)
Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki
banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik
pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif
karena guru tidak cenderung berceramah.
2)
3)
4)
5)
Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama
2)
3)
4)
Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang
bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik
dengan topik lainnya.
Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memiliki peran yakni:
1)
2)
Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa
memperoleh informasi.
3)
2)
1.3 TUJUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
b)
Teaching groups : siswa mengerjakan tugas yang sama pada waktu yang
sama.
c)
Seating groups : pengelompokan yang bersifat umum, beberapa siswa
duduk mengelilingi meja.
d)
Joint leaning groups: pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa
bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok lain.
e)
Collaborative-groups : kelompok kerja yang menitik beratkan pada
kerjasama tiap individu pengelompokan siswa merupakan kegiatan atau
tindakan dalam rangka optimalisasi pembelajaran.
b.
c.
d.
e.
Menghargai kebenaran
f.
g.
Rendah hati
h.
i.
Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan
tanggung jawab guru secara formal. Pelayanan peserta didik sebaiknya
diarahkan pada :
a.
2.
Pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang
dilakukan oleh guru memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai
aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan.
Pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang
yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian dan penilaian.
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana
mencapai, waktu dan dan personel yang diperlukan. Sedang pengorganisasian
merupakan pembagian tugas kepada personel yang terlibat dalam usaha
mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian, pengarahan dan
pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan, faktor pendukung dan
penghambatnya.
Pengelolaan adalah proses mengatur agar seluruh potensi secara optimal dalam
mendukung tercapainya tujuan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengerahan (aktuating), pengawasan (controlling).
Prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka
membangun makna ata pemahaman, karenanya dalam pembelajaran guru perlu
memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan potensi dan otoritas
yang dimilikinya, untuk membangun suatu gugusan, pencapaian keberhasilan
belajar tidak hanya menjadi tanggungjawab untuk menciptakan motivasi siswa
untuk melakukan kegiatan-kegiatan sepanjang hayat, karenanya dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa
prinsip kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
Berpusat pada siswa
Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat
(Interest) kemampuan (Ability), kesenangan (Preference), pengalaman
(Experience), dan cara belajar (Learning Style) yang beda antara siswa yang satu
dengan yang lainnya.
Belajar dengan melakukan
Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas.
Aktivitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang
melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan, serta
mempraktekannya sendiri.
Mengembangkan keingintahuan
Manusia terlahir memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa
merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif.
Mengembangkan pemecahan masalah
c.
d.
e.
f.
g.
1.
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar
cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan
beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter
Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.
Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta
didik bagian mana yang sedang dipelajari
b.
c.
Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara
mudah
d.
Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas
bagi individu
e.
f.
Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g.
Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang
bernilai besar
h.
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out,
buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.
Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal
389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan
yang telah disiapkan oleh pembicara.
Buku
Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,
sehingga modul berisi paling tidak tentang:
Informasi pendukung
Latihan-latihan
Evaluasi
Brosur
Leaflet
Wallchart
Foto/Gambar
Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai
gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar
apa-apa.
A.
2.
3.
4.
5.
6.
Perencanaan yang dipusatkan kepada pengukuran, evaluasi, dan
penentuan tingkat.
B.
2.
Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik
3.
Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan
mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah
ditetapkan
4.
Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta
jelas pencapaiannya
5.
Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau moving class.
C.
Terdapat beberapa pendapat yang berbeda mengenai komponen apa saja yang
harus ada dalam persiapan mengajar. Namun setelah diuraikan dapat dipahami
bahwa unsur yang amat penting adalah sebagai berikut:
Apa yang akan diajarkan? Menyangkut berbagai kompetensi yang harus dicapai,
indikator-indikatornya, serta materi bahan ajar yang akan disampaikan untuk
mencapai kompetensi tersebut
Bagaimana mengajarkannya? Berkenaan dengan berbagai strategi yang akan
dikembangkan dalam proses pembelajaran, termasuk pengembangan berbagai
aktivitas opsional bagi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
Bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya? Merancang jenis evaluasi untuk
mengukur daya serap siswa terhadap materi yang mereka pelajari pada sesi
tersebut.
D.
No
ASPEK PEMBEDA
RP KURIKULUM 1994
RP KURIKULUM 2004
1.
Hakikat RP Administrasi
RP adalah persyaratan
RP benar-benar Rencana guru
2.
Kaitannya dengan bidang studi lain
Setiap bidang studi terpisah
Pem.dapat diintegrasikan dengan bidang studi lain
3.
Rumusan tujuan
Tujuan dirinci sekecil mungkin dan berfokus pada pengetahuan
Hanya menggambarkan kompetensi yang akan dicapai
4.
Rincian media
Umumnya sekedar dicantumkan
Rincian media dan sumber belajar mengingatkan guru mengenai apa yang harus
disiapkannya
5.
Langkah-langkah pembelajaran
Tahap-tahap pembelajaran tak selalu menjadi perhatian
Langkah-langkah pembelajaran menjadi penting, didesain dalam bentuk skenario
pembelajaran yang mengutamakan kegiatan siswa tahap demi tahap
6.
Hasil yang dicapai
Hasilnya banyak, tapi dangkal dan kurang bermakna
E.
1.
2.
b)
c)
Materi pokok
d)
Media
e)
1)
Kegiatan awal
2)
3)
4)
Kegiatan inti
5)
Penutup
f)
g)
Sumber bahan
Menurut Clark dan Microslav Lovric (2008) belajar merupakan proses yang
bermakna, apabila guru berusaha melakukan kegiatan: (1) Memilih tugas-tugas
matematika yang bermanfaat bagi siswa di kemudian hari dan diberi langkah
pengerjaannya, sehingga memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan
intelektualnya; (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami proses
dan hasil pengerjaan matematika serta penerapannya; (3) Men-ciptakan suasana
kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan idea
matematika; (4) Membantu pemahaman siswa, dengan menggunakan alat-alat
teknologi dan sumber bahan ajar lain; (5) Membantu siswa untuk mencari
hubungan antara pengetahuan semula dengan pengetahuan baru; dan (6) Membimbing secara individual, kelompok, maupun klasikal.
Tahap terakhir dari pembelajaran berbasis ATI adalah mela-kukan penilaian.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembe-lajaran memiliki fungsi yang amat
menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan luaran
pembelajaran berbasis ATI. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data
dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap
sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula
pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
Melalui penilaian, guru dengan cermat akan mengetahui kema-juan,
kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar. Melalui peni-laian, guru juga
akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan
penyempurnaan proses bimbingan belajar untuk langkah selanjutnya.
Berdasarkan gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran, maka penilaian pembelajaran berbasis ATI tidak hanya
dilakukan pada akhir program pembelajaran, tetapi secara integral dilakukan
selama proses pembelajaran. Dengan cara tersebut di atas, guru secara nyata
akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang sebe-narnya.
Agar tingkat keberhasilan (efektivitas) pengelolaan pembe-lajaran matematika
berbasis ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu
diperhatikan dan dihayati tiga prinsip yang dikemukakan oleh Cronbach dan
Snow (1979). Prinsip per-tama, interaksi antara kemampuan dan perlakuan pembelajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi
oleh variabel tugas, jabatan dan situasi. Ini berarti, dalam mengimplementasikan
pembelajaran berbasis ATI perlu mem-perhatikan dan meminimalkan bias yang
diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut. Prinsip kedua, lingkungan
pem-belajaran yang terstruktur cocok bagi siswa yang memiliki kemam-puan
rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih cocok untuk siswa
yang pandai. Prinsip ketiga, siswa yang rasa percaya dirinya kurang cenderung
belajarnya akan lebih baik dalam lingkungan terstruktur dan sebaliknya siswa
yang inde-pendent belajarnya akan lebih baik dalam situasi fleksibel.
Selain tiga prinsip tersebut, proses pembelajaran berbasis ATI harus
mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: (1) kerja sama, (2) saling
menunjang, (3) menyenangkan dan tidak membo-sankan, (4) belajar dengan
semua kegiatan, dan (3) guru adalah seorang pemandu dan tidak berperan
utama dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap penerapan diberikan latihan terkontrol dan latihan mandiri. Latihan
terkontrol setting kelas kelompok kecil (tiap kelom-pok 4 siswa dengan
kemampuan awal bevariasi) meliputi kegiatan: a) tugas diarahkan dengan jelas,
b) membimbing dan memudahkan belajar siswa, c) menuntut tanggung jawab
siswa, d) menumbuhkan kerja sama antarsiswa, dan e) menumbuhkan inisiatif
siswa dalam belajar. Latihan mandiri meliputi kegiatan: a) komunikasi antarpribadi menunjukkan kehangatan, b) merespon setiap pendapat siswa, c)
membimbing belajar siswa, d) mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam
belajar, dan e) menumbuhkan keper-cayaan siswa kepada diri sendiri.
Kegiatan penutup meliputi review terhadap rangkuman dan tindak lanjut.
Kegiatan review terhadap rangkuman, yaitu a) mengarahkan siswa untuk
membuat rangkuman dan b) rangkuman jelas dan mencakup seluruh inti materi
ajar. Kegiatan tindak lanjut, meliputi: a) mengevaluasi hasil belajar siswa, b)
menyarankan agar materi ajar dipelajari kembali di rumah, c) memberikan tugas
rumah dengan langkah-langkah pengerjaan, dan d) menyarankan agar materi
ajar berikutnya dipelajari terlebih dahulu di rumah.
Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI, secara umum dapat
dilakukan melalui langkah-langkah: (1) sesuai kemampuan awal siswa, pemikiran
siswa dikembangkan untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna
(merubah paradigma belajar sebagai kewajiban menjadi belajar sebagai
kebutuhan), (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry terbimbing
untuk semua topik yang dipelajari, (3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan, (4) mencipta-kan masyarakat
belajar, seperti melalui kegiatan kelompok belajar dengan tutor sebaya
(berdiskusi, tanyajawab, dan pemecahan masalah), (5) menghadirkan model
sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi model bahkan media yang
sebenarnya, (6) membiasakan siswa untuk melakukan refleksi dari setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (apa yang berhasil, apa yang belum
berhasil, mengapa hal itu terjadi, dan selanjutnya bagai-mana), dan (7)
melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya
pada setiap siswa.
Share this article :
A. Silabus
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
2. Standar kompetensi
3. Kompetensi dasar
5. Tujuan pembelajaran
6. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu
8. Metode pembelajaran
9. Kegiatan pembelajaran
a.
Pendahuluan
b.
Inti
c. Penutup
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
Pengembangan Kecakapan
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan modern pada saat ini dihadapkan pada dilema substansial.
Pendidikan diselenggarakan dengan menitik-beratkan pada transmisi
sains yang tanpa karakter, sehingga proses dehumanisasi dalam proses
pembangunan bangsa kerap terjadi. Lemahnya dunia pendidikan dalam
mempromosikan nilai-nilai luhur bangsa menyebabkan semakin
terkikisnya rasa kebanggaan terhadap tanah air, tanggung jawab sosial,
bahkan komitmen beragama. Masih banyak praktek pendidikan yang
belum memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan
potensi agar memiliki kepribadian yang seutuhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai dengan fitrahnya. Manusia memilki tiga dimensi yaitu: Ruh,
Akal, Jasad. Ketiga dimensi tersebut harus dipelihara dengan seimbang.
Gagne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam
kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut.
1.
Motivasi
Menaruh Perhatian
Pengolahan
Umpan Balik
b.
High in integrity
c.
Willingness to learn
d.
Proactive stance
e.
Faith in god
f.
g.
h.
i.
Emotional maturity
j.
Balance
k.
Sense of mission
l.
Sense of competition
b.
c.
Al-Amin
d.
Honorable.
Proses Pengkondisian
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saran-saran