Anda di halaman 1dari 50

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Fatah Syukur, NC, M.Ag

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN

I.

PENDAHULUAN

Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator


keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian
nasional. Pandangan seperti ini tidak keliru, akan tetapi baru melihat salah satu
indikator saja. Apabila keberhasilannya hanya dipandang sebelah, maka
pembelajaran cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif saja, sehingga
aspek afektif dan psikomotorik agak terabaikan. Sementara itu, sejak tahun 2001
telah bergulir tujuan proses pembelajaran ke arah penguasaan kompetensi dasar

yang bermuara pada penguasaan kecakapan hidup (life skills) yang dibutuhkan
dalam kehidupan masyarakat.
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup
dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Sebagai hasil dari pendidikan, pembelajaran yang mengarah dalam kecakapan
hidup prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau
sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi
diri dan di masa yang akan datang. Sedangkan latar belakang diterapkannya
konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup di antaranya karena tantangan
globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul
dalam persaingan di pasar global.

II.

RUMUSAN MASALAH

A.

Pengertian Kecakapan Hidup (Life Skill)

B.

Macam-macam Kecakapan Hidup (Life Skill)

C.

Tujuan Kecakapan Hidup (Life Skill)

D.

Pentingnya Skill atau Keterampilan

III.
A.

PEMBAHASAN
Pengertian Kecakapan Hidup (Life skill)

Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang
untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi hingga mampu mengatasinya.[1] Konsep kecakapan hidup
dirumuskan secara beragam, salah satu konsep yang dikemukakan oleh Nelson
Jones menyebutkan bahwa secara netral kecakapan hidup merupakan urutan
pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik. Secara
konseptual, kecakapan hidup adalah urutan pilihan yang memperkuat kehidupan
psikologis yang di buat seseorang dalam bidang yang lebih khusus. Sumber lain
memaknai kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi
kecakapan yang diperkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia
dewasa untuk dapat hidup secara mandiri.
Untuk pembelajaran berorientasi kecakapan hidup adalah pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan
oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya.

Kemampuan disini adalah realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum dan khusus.
Menurut Malik Fadjar kecakapan hidup sama dengan empat pilar pendidikan
yang di canangkan UNESCO, yakni learning to know (belajar mengetahui),
learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri)
dan learning to live together (belajar hidup dalam kebersamaan).[2]

B.

Macam-macam Life Skill

Versi direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas


(2002),membagi kecakapan hidup menjadi lima jenis yaitu :
a.

Kecakapan mengenal diri atau personal (Personal Skill) yang mencakup :

Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat
dan warga negara.
Menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.[3]
b.

Kecakapan berpikir rasional (Thinking Skill)

Kecakapan menggali dan menemukan informasi.


Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan.
Kecakapan memecahkan masalah.
c.

Kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (social skill)

Kecakapan berkomunikasi. Pada kecakapan komunikasi seperti empati, sikap


penuh pengertian dan seni berkomunikasi dua arah perlu ditekankan, karena
berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya
pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis.
Kecakapan bekerja sama.
d.

Kecakapan akademik atau kemampuan berpikir ilmiah (academik skill)

Kecakapan mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungan antara


variabel tersebut.
Kecakapan merumus hipotesis.
Kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian.
e.

Kecakapan vokasional atau kemampuan kejuruan (vocational skill)

Kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di


masyarakat atau lingkungannya.[4]
Kelima jenis kecakapan hidup diatas dapat dikelompokkan lagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu : kecakapan hidup yang bersifat umum (General Life Skill /
GLS) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik (Specific Life Skill / SLS).

Uraian secara rinci dari kecakapan hidup adalah sebagai berikut :


1.

Kecakapan belajar sepanjang hayat

Seorang pembelajar sepanjang hayat telah memperoleh pengetahuan dasar dan


mengembangkan kecakapan-kecakapan belajar individual yang mendukung
pendidikan secara berkelanjutan, mendorong partisipasi yang efektif dalam
masyarakat demokratis dan mendapatkan peluang-peluang pekerjaan sebanyak
mungkin. Ciri-cirinya adalah :
a) Memulai belajar sendiri, meliputi : mendemonstrasikan sikap yang positif dan
bertanggung jawab pribadi untuk belajar dan mengembangkan pribadi,
mengambil resiko unutk memaksimalkan belajar dan perbaikan diri yang positif,
menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan diri, mengorganisasikan sumber-sumber dan waktu secara
efisien, menggunakan refleksi atau pemikiran dan umpan balik untuk
pertumbuhan dan evaluasi diri, memperbaiki atau memperhalus kecakapan dan
bakatnya secara terus-menerus, beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
perubahan.
b) Mencapai tingkat baca tulis yang tinggi, meliputi: mendemonstrasikan
kecakapan-kecakapan dasar dan memenuhi standar bidang pelajaran,
menggunakan strategi mengelola informasi yang efektif dan efisien dalam
mengaitkan informasi dan pengalaman, menerapkan pengetahuan dan informasi
dengan situasi-situasi yang baru, menghargai berbagai kontribusi budaya,
menerapkan teknologi untuk hidup dalam suatu masyarakat yang semakin
kompleks dan kaya informasi.
c) Mengelola informasi, meliputi : menggunakan strategi pencairan informasi
yang tepat, mengevaluasi, menginterpretasi, mengorganisasi dan mensintesis
informasi, menyajikan informasi dalam berbagai bentuk.
d) Mendemonstrasikan kesadaran estetis, meliputi : mengembangkan dan
menggunakan kriteria untuk mengevaluasi kebenaran atau keaslian, substansi
(isi pokok) dan keunggulan, mengembangkan suatu penghargaan terhadap
keindahan yang harus melekat dalam kehidupan sehari-hari, mengajak dan ikut
serta dalam kegiatan estetis untuk kesenangan dan pertumbuhan pribadi.
2.

Kecakapan berpikir kompleks

Seorang pemikir yang kompleks (rumit) telah memperoleh berbagai kecakapan


berpikir dan mampu menggunakan secara tepat dalam situasi yang bermacammacam. Ciri-cirinya adalah :
a) Mendemonstrasikan berbagai proses berpikir, meliputi : menggunakan
berbagai kecakapan berpikir, memadukan berbagai kecakapan berpikir ke dalam
proses yang menyeluruh, menggunakan proses berpikir dalam hal-hal yang
konkret dan abstrak
b) Memadukan informasi yang baru dengan pengetahuan dan pengalaman
yang ada, meliputi: menggunakan proses berpikir untuk menafsirkan informasi,
mengorganisasi dan mengelola informasi, menggabungkan atau menyatukan
informasi dalam cara-cara yang baru dan unik.
c) Menerapkan kecakapan berpikir secara strategis, meliputi mengakui dan
memonitor penggunaan proses berpikirnya sendiri, memprediksi konsekuansinya
ketika membuat keputusan, mempertimbangkan ide-ide baru dan pandangan
yang bervariasi untuk memperluas wawasan dan menambah
pemahaman,menyeimbangkan rasio dan emosi dalam membuat keputusan,
memadukan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada.
3.

Kecakapan berkomunikasi yang efektif

Seorang komunikator yang efektif mampu berinteraksi dengan menggunakan


berbagai media misalnya membaca, menulis, berbicara, mendengar, mencat,
bernyanyi, bermain alat music, berdansa, berdrama, memahat. Ciri-cirinya
adalah :
a) Menggunakan metode yang tepat dalam berkomunikasi dengan yang lain,
meliputi : merencanakan mengorganisasikan dan menyeleksi ide-ide untuk
berkomunikasi, memilih mode atau cara komunikasi yang tepat untuk mencapai
tujuan, misalnya membaca, menulis berbicara, mendengar. Mengakui atau
menghargai sifat-sifat audiens (pendengar), berkomunikasi secara jelas dalam
ucapan, artistic, bentuk-bentuk tertulis dan nonverbal mengekspresikan atau
mengungkapkan gagasan, perasaan dan kepercayaan secara estetis,
berkomunikasi dengan yang lain dalam suatu acara yang beradab, penuh
penghargaan dalam bekerja dan berjalan ke arah tujuan-tujuan yang sama.
b) Merespon secara tepat ketika menerima komunikasi, meliputi : menerima
dan memahami ide-ide yang dikomunikasikan berbagai mode atau cara,
mengakses pengetahuan sebelumnya perlu untuk menafsirkan informasi dan
membangun makna, mendukung komunikasi yang efektif melalui pencarian
klarifikasi dan memberikan umpan balik yang tepat, mengakui atau menghargai
komunikasi yang efektif, beradaptasi dan menyesuaikan komunikasi sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan dari audiens (pendengar) yang dimaksud.
4.

Kecakapan kolaborasi

Seorang kolaborator bekerja secara efektif dengan yang lain untuk


mengidentifikasi dan mencapai hasil-hasil yang ditetapkan. Ciri-cirinya adalah:

a) Memahami dan melayani dalam berbagai peran, meliputi : mengambil peran


sebagai pemimpin atau partisipan secara tepat, mengubah atau menggeser
peran secara halus, mengajar kecakapan-kecakapan yang baru kepada yang lain
dan memprosesnya.
b) Memfasilitasi kelompok secara efektif, meliputi : menjelaskan tujuan,
mempertimbangkan berbagai ide dan mengusulkan modifikasi, menemukan
pokok pembicaraan umum di antara berbagai perhatian yang berbeda,
menghasilkan sekumpulan pilihan, mengevaluasi kualitas ide-ide dan hasil-hasil
yang potensial, melaksanakan cara mengakhiri perdebatan atau perselisihan
yang tepat, meninjau kembali proses kelompok dan menganalisis efektifitasnya.
c) Menggunakan sumber-sumber secara efektif, meliputi : mengidentifikasi
sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah, bekerja secara
efektif di dalam sumber-sumber yang terbatas.
d) Bekerja dengan berbagai penduduk, meliputi : menghargai perbedaan dan
kesamaan di antara anggota-anggota kelompok, membedakan individu dari
peranan kelompoknya, menggunakan pengalaman latar belakang individual
untuk meningkatkan proses kelompok, menghargai perbedaan budaya dan etnik
dan memanfaatkan mereka dalam cara-cara yang positif, memperlakukan yang
lain dengan kasih saying.
e) Merespons secara tepat terhadap hubungan timbale balik yang kompleks,
meliputi : menyeimbangkan kebutuhan pribadi dan kelompok, membangun
consensus, mengakui peranan dari dinamika kelompok, menyelesaikan beberapa
konflik secara positif.[5]

C.

Tujuan Kecakapan Hidup (Life Skill)

Tujuan diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill)


adalah sebagai berikut :
a. Menfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi
manusiawi peserta didik menghadapi perannya di masa yang akan datang.
b. Memberikan peluang bagi institusi pelaksana pendidikan untuk
mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi
sumber daya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip pendidikan terbuka
(berbasis luas dan mendasar) serta prinsip manajemen pendidikan berbasis
sekolah.
c. Membekali tamatan dengan kecakapan hidup agar kelak mampu
menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan, baik sebagai
pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga Negara.[6]
Secara khusus tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah :

1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk


memecahkan berbagai masalah kehidupannya
2) Memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir
3) Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
4) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas
(broad-based education)
5) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dan di
masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

D.

Pentingnya Skill atau Keterampilan

Sebagian masyarakat bahkan orang tua beranggapan bahwa memiliki anak yang
pandai sudah cukup. Disamping itu, seorang anak yang telah menjadi sarjana
atau lulusan sebuah perguruan tinggi dengan gelar akademis tertentu belum
mampu menjamin masa depan kehidupan anak yang lebih menjanjikan.
Pemikiran seperti itu tentu dalam suatu waktu akan menemukan titik
relevansinya. Namun, pada situasi dan kondisi tertentu mungkin janji-janji yang
mencerahkan atas gelar akademis tersebut menjadi kurang relevan, bahkan
masyarakat luas tidak lagi dipercayainya. Seiring dengan semakin banyaknya
pengangguran yang disebabkan karena factor pendidikan, dan maraknya kasus
korupsi yang tidak terlepas dari para birokrat yang memiliki banyak gelar,
sarjana, master, doctor bahkan professor. Peran dan fungsi pendidikan dalam
konteks ini tentu akan mendapat gugatan dari banyak kalangan, misalnya
mengapa praktek korupsi justru dilakukan oleh orang-orang pandai dan pintar.
Kenyataan ini memang sungguh sangat menyedihkan, bahkan bangsa ini sering
dikonotasikan sebagai bangsa yang sangat kreatif dalam hal korupsi, dari lapisan
yang paling bawah sampai paling atas.
Pada dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali
peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus
berorientasi pada pemberian bekal bagi peserta didik agar dapat menjalani
kehidupannya dengan baik, terutama dalam situasi dan kondisi di era globalisasi.
Dijelaskan dengan tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahu 2003 bahwa tujuan
pendidikan selain bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, juga bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang
cakap, kreatif dan mandiri. Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian merupakan
tiga point yang sangat penting untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat
cakap dalam menghadapi realitas hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi
atas persoalan yang ada.

E. Mulyasa menegaskan bahwa tantangan kehidupan di masa yang akan datang


menuntut manusia untuk hidup secara mandiri sehingga peserta didik harus di
bekali dengan kecakapan (life skill) melaui muatan, proses pembelajaran dan
aktifitas lain sekolah. Pada hakekatnya pendidikan yang berorientasi kecakapan
hidup adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos. Selain itu
pendidikan yang seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta
didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang sedang
dihadapinya.
Tuntutan life skill pada dasarnya mencakup beberapa aspek diantaranya
keterampilan peserta didik, profesionalitas, dan kecakapan dalam melakukan
transformasi menuju perubahan social. Sebagaimana dijelaskan
diatas,kecakaapn hidup disini bukan semata cakap dalam berpikir dan akademis,
namun cakap dalam keterampilan dan social.[7]

IV.

ANALISIS

Dalam pembelajaran kecakapan hidup seorang siswa diharapkan mampu


menempuh kehidupan yang sukses, bermartabat, seperti kemampuan berpikir
kompleks dan kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun kerja sama,
bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki dunia kerja.
Implementasi life skill tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru ataupun
materi tambahan. Kecakapan hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata
pelajaran sehingga tidak diperlukan tambahan alokasi waktu tertentu.
Implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup di sekolah dapat
dilakukan melalui reorientasi pembelajaran dari orientasi mata pelajaran semata,
menjadi kecakapan hidup, pengembangan iklim sekolah yang kondusif untuk
berkembangnya kecakapan hidup, khususnya yang terkait dengan sikap atau
karakter atau kesadaran diri, dan penerapan manajemen sekolah yang di
arahkan untuk mengembangkan pendidikan berorientasi kecakapan hidup dalam
pembelajaran.
Pada dasarnya kecakapan hidup meliputi kecakapan dasar, kecakapan
instrumental, general life skill, spesifik life skill, personal skill, social skill,
environmental skill, occupational skill. Dalam pelaksanaan life skill di lembaga
pendidikan dengan cara menginternalisasikan komponen-komponen kecakapan
hidup tersebut digunakan strategi-strategi sebagai berikut :
a.
Melalui reorientasi pembelajaran setiap guru yang akan menyampaikan
mata pelajaran harus merencanakan komponen-komponen yang akan di
internalisasikan dalam proses pembelajaran, sehingga pencapaian kompetensi
dalam setiap mata pelajaran hendaknya di ikuti dengan penyemaian
komponen-komponen dari kecakapan hidup.
b.
Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan
metode yang variatif, sehingga memungkinkan :

Peserta didik lebih aktif

Kondisi atau suasana belajar menyenangkan

Pengembangan budaya baca, tulis, observasi

Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang fasilitator

Pemanfaatan perpustakaan, laboratorium, dan sumber belajar lain

Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan siswa, sehingga


dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan

Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber

Menggeser teaching menjadi learning

Lebih banyak komponen-komponen dalam kecakapan hidup yang bisa di


internalisasikan dalam PBM (proses belajar mengajar)

Selain itu kecakapan-kecakapan hidup dapat dikembangkan melalui kegiatan


ekstrakurikuler

V.

KESIMPULAN

Tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima
dan unggul dalam persaingan di pasar global yang menyebabkan dalam
pendidikan sekarang di cantumkan kedalam bentuk suatu life skill, kecakapan
hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga tidak diperlukan
tambahan alokasi waktu tertentu.
Sedangkan untuk implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup dapat
dilakukan tanpa mengubah kurikulum, aspek-aspek kecakapan hidup yang telah
diintegrasikan dijadikan indikator dalam pembelajaran. Kecakapan hidup yang
bersifat umum pada umumnya kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, baik
yang bekerja, yang tidak bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan.
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik adalah kecakapan yang diperlukan
seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus atau tertentu. Life skill
menunjuk pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk
menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di
masyarakat. Life skill merupakan kemampuan yang diperlukan sepannjang
hayat, kepemilikan kemampuan berfikir yang kompleks, kemampuan komunikasi
secara efektif, kemampuan membangun kerjasama, melaksanakan peranan
sebagai warga Negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta
kecakapan untuk bekerja dan memiliki karakter dan etika untuk tujuan terjun ke
dunia kerja.

VI.

PENUTUP

Demikianlah makalah ini saya buat. Saya sadar bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang kontruksi dari
anda semua sangat diharapkan agar makalah kedepan lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semuanya. Amin

Pengembangan Persiapan Mengajar

RINGKASAN

PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR

OLEH : KELOMPOK IV
12 i
Darma

Ahdianti
Riska Abdullah
Azhar

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013

BAB V
PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR

Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksitentang apa yang akan


dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar adalah
memperkirakantindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen
pembelajaran berbasisi kompetensi, yakni kompotensi dasar, materi standar,
indicator hasil belajar,scenario pengajaran,danpenilaia berbasisi kelas(PBK).
Kompetensi dasar berfungsi mengembangkanpotensi peserta didik,materi
standarberfungsi member makna terhadap potensi dasar, indicator hasil
belajarberfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi pada
peserta didik scenario pengajaran merupakan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan dalam proses pengajaran; sedangkan BPK berfungsi mengukur
pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan
apabila standar kompetensi belum tercapai.
A.

Perencanaan dan Implementasi Persiapan Pengajaran

Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya


dimensional. Berkenaan dengan hal tersebut, guru paling sedikit harus
menguasai beragai teknik yang erat hubungannya dengan kegiatan-kegiatan
penting dalam pengajaran.
Enam jenis aktivitas dirasakan sudah cukup berat untuk mulai karirnya sebagai
tenaga yang professional. Dalam kerangka tersebut terlihatadanya hubungan
yang erat antara ke enam aktivitas tersebut.

Aktivitas pertama;mendiagnosa kebutuhan peserta didik berarti para


guru harus menaruh perhatian khusus terhadap oeserta didik didepan kelas
antara lain bertalian dengan minat para individu kebutuhan dan kemampuan
mereka. Selanjutnya dicari jalan keluar bagaimana memenuhi hal tersebut.
Aktivitas ke dua;yaitu memilih isi dan menentukan sasaran.sasaran
pengajaran kita melukiskan apa yang sebenarnya diharapkan dari peserta
didik,agarmereka mampu melakukan sesuatusesuai dengan urutan
pembelajaran,dengan dengan demikian para guru dapat mengetahui
bahwapeserta didiktersebut telah mempelajari sesuatu didalam kelas.
Aktivitas ke tiga;mengidentifikasiteknik-teknikpembelajaran aktivitasini
dilakukan karena guru telah mengetahui sasaran tertentu yang dapat
dipergunakan sebagai basis untuk mengambil suatu keputusan.
Aktivitas keempat; merencanakan aktivitasmerumuskan unit-unit dan
merencanakan pelajarandalam aktifitas ini yang paling penting adalah
mengorganisasi keputusan-keputusan yang telah diambil,yaitu mengenai peserta
didik secara individu, sasaran-sasaran dan teknik pembelajaran dan dibukukan
pada dokumen resmi, sehingga dapat dipergunakan untuk melanjutkan
pembelajaran berikutnya.
Aktivitas kelima; memberikan motivasi dan implementasi program perencanaan
pada aktitas ini mempersiapkan guru secara khusus bertalian dengan teknik
motivasional yang akan diterapkan dan beberapa prosedur administrative yang
perlu di ikuti agar rencana pengajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
Aktivitas keenam;merupakan aktivitas yang terakhir yaitu perencanaan yang
dipusatkan kepada pengukuran, evaluasidan penentuan tingkat,aktivitas ini
merupakan pengembangan perencanaan untuk mengadakan tes dan
penyesuaian tentang penampilan peserta didik secara individual.
B.

Prinsip-Prinsip Persiapan Mengajar

Untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses


pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur
perencanaan pembelajaran yang baik antara lain: mengidentifikasi kebutuhan
siswa tujuan yang hendak dicapai, dan scenario yang relavan digunakan untuk
mencapai tujuan dan criteria evaluasi.
Pengembangan persiapan mengajar harus memperhatkan minat dan
perhatian peserta didik terhadap materi yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal
ini peran guru tidak hanya sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai
motivator yang dapat membangkitkan gairah belajar, serta mendorong siswa
untuk belajar dengan menggunakan berbagai variasi media, dan sumber belajar
yang sesuai serta menunjang pembentukan kompetensi. Berkenaan dengan hal
tersebut, (E.Mulyasa, 2004:80 )mengemukakan beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu:

a.
Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas,semakin
konkret kompetensi, semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatankegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
b.
Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik.
c.
Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan
mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah
ditetapkan.
d.
Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta
jelas pencapaiannya.
e.
Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim( team teaching)atau
moving class.

C.

Komponen-Komponen Persiapn Mengajar

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada persipan


mengajar, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek yang mencakup
komponen kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.
Agar guru dapat membuat persiapan mengajar yang efektif dan berhasil
guna,dituntut untuk memahamibebagai aspek yang berkaitan dengan
pengembangan persiapan mengajar,baik berkaitan dengan hakikat,fungsi,
prinsip maupun prosedur pengembangan persiapan mengajar, serta
mengukurefektifitas mengajar.
Rencana pembelajaran yang baik menurut gagne dan Briggs
(1974)hendaknya mengandung tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu:
1). Tujuan pengajaran; 2). Materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode
mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3). Evaluasi
keberhasilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kenneth D. Moore (2001:126)
bahwa komposisi format rencana pembelajaran meliputi komponen:
a.

Topik bahasan

b.

Tujuan pembelajaran ( kompetensi dan indicator kompetensi)

c.

Materi pelajaran

d.

Kegiatan pembelajaran

e.
f.

Alat/media yang dibutuhkan,dan


Evaluasi hasil belajar

Kurikulum 2004 mengendaki penyusunan persiapan mengajar


mencakupkomponen sebagai berikut.
a.
Identitasmata pelajaran (nama pelajaran, kelas, semester, dan waktu atau
banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b.

Kompetensi dasar (yang hendaknya dicapai atau dijadikan tujuan)

c.
Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompotensi dasar).
d.
Strategi pembelajaran/tahapan-tahapan proses belajar mengajar ( kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan oleh siswadalam berinteraksi
dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi
dasar ).
e.

Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran).

f.
Penilaian dan tindak lanjut (instrument dan prosedur yang digunakan untuk
menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penelitian, misalnya
remedial,pengayaan atau percepatan)
g.
Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai).

D.

Rencana Pengajaran dalam Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004

Rencana pengajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu,


pada kelas dan jenjang tertentu, untuk topik tertentu dan untuk satu pertemuan
atau lebih. Dalam kurikulum 1994 kita menggunakan prosedur kerja yang sama,
dan kewajiban guru membuat Program Satuan Pelajaran(PSP) untuk setiap pokok
bahasan yang tidak mutlak disampaikandalam satu kali pertemuan, tapi
mungkin 2, 3, 4 bahkan 5 kali pertemuan .Sedangkan untun rencana
pembelajaran harian menggunaka RPP( Rencana Pembelajaran) yang dibuat
dalam setiap kali mengajar. Sedangkan dalam kurikulum 2004 kita mengenal
istilah Silabus, yaitu garis besar, ringkasan,ikhtisar, atau pokok- pokok matri
pelajaran.
E.

Model Persiapan Mengajar

Dalam hal ini, penulis menyajikan beberapa model persiapan mengajar


sebagai bahan pembanding dan stimulus untuk lahirnya model-model baru.
1.

Model ROPES

Hunt menyebutnya rencana prosedur pembelajaran sebagai persiapan mengajar


yang disebutnya ROPES (Review, Overview,Presentation, Exercise, Summary)
dengan langkah-langkah sebagai beriku.

1.
Review, yaitu mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan
ajar dengan melihat pengalan sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan
diperlukan sebagai prerequisite untuk memahami bahan yang disampaikan hari
itu. Hal ini diperlukandengan didasarkan atas:
a.
Guru bisa memulai pelajaran, jika perhatian dan motivasi siswa untuk
mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh.
b.
Guru hendak memulai pelajaran, jika interaksi antara guru dengan siswa
sudah mulai terbentuk
c.
Guru dapat memulai pelajaran jika siswa-siswa sudah memahami
hubungan bahan ajar sebelumnya dengan bahan ajar baru yang dipelajari hari
itu.
2.
Overview, overview dilakukan yidak terlalu lama berkisar antra 2 sampai 5
menit.Gurumenjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
hari itu dengan menyampaikan isi (content) secara singkat dan strategi yang
akan digunakan dalam proses.

2.Model Satuan Pelajaran


Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur
dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaanya mencapai hasil yang
diharapkan. Langkah-langkah tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk
perencanaan mengajar.
Rencana mengajar atau persiapan mengajar atau lebih dikenal dengan
satuan pelajaran adalah program kegiatan belajar mengajar dalam satuan
terkecil (sudjana,2002:137).
Tahapan tahapan kegiatan pembelajaran meliputi:
1.

Kegiatan awal

Kegiatan pendahuluan dimaksudkan intuk member motivasu kepada siswa,


memusatkan perhatian,dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan
dengan bahan yang akan dipelajari.Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain:
a.
Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal kegiatan ini
dalakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki siswa.
Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa
dengan materi yang akan dipelajari siswa dan tidak mengesampingkan motivasi
belajar terhadap siswa.
b.

Menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya:

-Menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada


siswa.

- Menciptakan suasana pembelajaran demokratis dalam belajar, melalui cara dan


teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk berkreatif dalam
belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimilikinya.
2.

Kegiatan inti

adalah kegiatan utama untuk menanamkan,mengembangkan


pengetahuan sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang
bersangkutan. Kegiatan inti setidaknya mencakup:1. Penyampaian tujuan
pembelajaran; 2. Penyampaian materi atau bahan ajar dengan menggunakan
pendekatan dan metode, sarana dan alat atau media yang sesuai; 3. Pemberian
bimbingan bagi pemahaman siswa:4. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan
tentang pemahaman siswa
3 . Penutup
Kegiatan penup ini adalah penegasan atau kesimpulan dan penilaian
terhadap penguasaan bahan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan atau bersama-sana dengan siswa. Kegiatan
yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut ini adalah:
Melaksanakan penilain akhir dan mengkaji hasil penilaian.
Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternative kegiatan
diantaranya: Memberikan tugas atau latihan-latihan, menugaskan mempelajari
materi pelajaran tertentu,dan memberikan motivasiatau bimbingan belajar.
Mengakhiri proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi materi
pokok yang akan di bahas pada materi berikutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan
bahan ajar penting dilakukan guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien,
dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.
Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru
secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum
menguasainya, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak
yang bersifat konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara
lain aktivitas guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih
cenderung menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya
juga kurang menarik karena pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan

singkat ini akan dipaparkan tentang bagaimana mengembangkan bahan ajar


modul dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran.
Arti dan Peran Bahan Ajar
Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran
yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat
sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Di
samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan
ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran
tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya
untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya bagi
guru dan siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas
pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi
siswa, tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika guru dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan
hal yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran. Bahan ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik
bagi guru, siswa, dan pada kegiatan pembelajaran.
Peran Bahan Ajar
Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran
penting. Peran tersebut menurut Tian Belawati (2003: 1.4 1.9) meliputi peran
bagi guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok.
Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing
peran sebagai berikut:
Bagi Guru; bahan ajar bagi guru memiliki peran yaitu:
1)

Menghemat waktu guru dalam mengajar.

Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau
materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara
rinci lagi.
2)

Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator.

Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat
memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran.
3)

Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.

Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki
banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik
pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif
karena guru tidak cenderung berceramah.

Bagi Siswa; bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:


1)

Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru

2)

Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki

3)

Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.

4)

Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.

5)

Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.

Dalam Pembelajaran Klasikal; bahan ajar memiliki peran yakni:


1)

Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama

2)

Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.

3)

Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

4)
Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang
bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik
dengan topik lainnya.
Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memiliki peran yakni:
1)

Sebagai media utama dalam proses pembelajaran

2)
Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa
memperoleh informasi.
3)

Penunjang media pembelajaran individual lainnya.

Dalam Pembelajaran Kelompok; bahan ajar memiliki peran yakni:


1)

Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.

2)

Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Cara Pengelolaan Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar?

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui cara pengelolaan pembelajaran dan pengembangan


bahan ajar.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGELOLAAN SISWA


Dalam hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty
Soemanto (1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala
aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya
peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah
atau suatu lembaga. Dengan demikian pengelolaan peserta didik itu bukanlah
dalam bentuk pencatatan/pengelolaan data peserta didik saja, melainkan
meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan
untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik melalui proses pendidikan di sekolah..
Penempatan Peserta Didik
Sebelum peserta didik yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar, terlebih
dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.
Dasar-dasar pengelompokkan peserta didik ada lima macam, yaitu :
a)
Friendship Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan kesukaan
di dalam memilih teman diantaranya peserta didik itu sendiri.
b)
Achievement Grouping. Pengelompokkan belajar dalam hal ini adalah
campuran antara peserta didik yang berprestasi tinggi dan peserta didik yang
berprestasi rendah.
c)
Aptitude Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas
kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh peserta didik
itu sendiri.
d)
Attention or Interest Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan
atas perhatian atau minat yang didasari oleh kesenangan peserta didik itu
sendiri.
e)
Intelligence Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil test
intelegensi yang diberikan kepada peserta didik.

Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya.Guru


dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar
mengajar berlangsung.Menurut Andree,(1982) ada beberapa pengelompokkan
siswa :
a)

Task planning groups : pengelompokan berdasarkan rencana tugas.

b)
Teaching groups : siswa mengerjakan tugas yang sama pada waktu yang
sama.
c)
Seating groups : pengelompokan yang bersifat umum, beberapa siswa
duduk mengelilingi meja.
d)
Joint leaning groups: pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa
bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok lain.
e)
Collaborative-groups : kelompok kerja yang menitik beratkan pada
kerjasama tiap individu pengelompokan siswa merupakan kegiatan atau
tindakan dalam rangka optimalisasi pembelajaran.

2.2 PENGELOLAAN GURU


Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang
yang mengetahuinya (Majid,2011:123).Guru dituntut memiliki pengetahuan yang
luas dan memiliki kode etik guru.
Beberapa prinsip dasar kode etik guru :
a.

Keharusan ilmu yang harus dibarengi dengan pengalamannya

b.

Bersikap kasih sayang terhadap siswa

c.

Menghindarkan diri dari ketamakan

d.

Bersikap toleran dan pemaaf

e.

Menghargai kebenaran

f.

Keadilan dan keinsafan

g.

Rendah hati

h.

Ilmu adalah untuk pengabdian bagi orang lain

i.

Ing ngarso sung tuladha,ing madya mangun karsa,tut wuri handayani.

Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan
tanggung jawab guru secara formal. Pelayanan peserta didik sebaiknya
diarahkan pada :

a.

Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;

b. Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata


mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung
melalui proses belajar mengajar.
c. Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya memiliki potensi
positif yang dapat dikembangkan.
d.
e.

Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan


Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar.

2.3 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN


Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu
kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi,
dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas
tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan
reksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme.
( learning is the process by which an activity originates or is changed through
reacting to an encountered situation, provided that the characteristics of the
change in activity cannot be explained on the basis of native response
tendencies, maturation, or temporary states of the organisme).
Dari pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran itu adalah
merupakan suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut
ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan
pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku
dimanapun dan kapanpun.
Jadi pengelolaan pembelajaran adalah pengelolaan kelas (classroom
management) berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan keadaan
dua pengertian yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif.
Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut.
1.
Berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru
untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan
memelihara aturan kelas melalui penerapan kelas secara ketat.

2.
Pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang
dilakukan oleh guru memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai
aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan.
Pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang
yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian dan penilaian.
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana
mencapai, waktu dan dan personel yang diperlukan. Sedang pengorganisasian
merupakan pembagian tugas kepada personel yang terlibat dalam usaha
mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian, pengarahan dan
pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan, faktor pendukung dan
penghambatnya.
Pengelolaan adalah proses mengatur agar seluruh potensi secara optimal dalam
mendukung tercapainya tujuan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengerahan (aktuating), pengawasan (controlling).
Prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka
membangun makna ata pemahaman, karenanya dalam pembelajaran guru perlu
memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan potensi dan otoritas
yang dimilikinya, untuk membangun suatu gugusan, pencapaian keberhasilan
belajar tidak hanya menjadi tanggungjawab untuk menciptakan motivasi siswa
untuk melakukan kegiatan-kegiatan sepanjang hayat, karenanya dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa
prinsip kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
Berpusat pada siswa
Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat
(Interest) kemampuan (Ability), kesenangan (Preference), pengalaman
(Experience), dan cara belajar (Learning Style) yang beda antara siswa yang satu
dengan yang lainnya.
Belajar dengan melakukan
Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas.
Aktivitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang
melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan, serta
mempraktekannya sendiri.
Mengembangkan keingintahuan
Manusia terlahir memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa
merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif.
Mengembangkan pemecahan masalah

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan dihadapkan kepada berbagai


permasalahan yang harus dipecahkan.
Mengembangkan kreativitas siswa
Siswa memiliki potensi yang berbeda perbedaan itu terlihat pada pola pikir daya
imajinasi fantasi dan hasil karyanya, karena itu kegiatan pembelajaran perlu
dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kegiatan kreasi secara
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.
Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dan
penyempurnaan. Agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang diproduksi manusia
dapat dimanfaatkan oleh manusia pada umumnya serta siswa pada khususnya.
Siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi sejak dini serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan


dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus mampu menempatkan diri
senbagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu
menurut Prabowo [2000], bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah
guru dapat berlaku sebagai berikut:
1.
Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi
pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
2.
Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok;
3.
Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali
tidak terpikirkan dalam perencanaan.
2.4 PENGELOLAAN LINGKUNGAN KELAS
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran
bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan
kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung
keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan
interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi
proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap
sebagai hasil dari proses belajar.

Lingkungan kondusif menurut Mulyasa (2004:16) dapat dikembangkan melalui


berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :
a.
Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat
dalam melakukan tugas pembelajaran.
b.

Memberikan pembelajaran remedial.

c.

Mengembangkan organisasi kelas yang efektif.

d.

Menciptakan suasana kerjasama dan saling menghargai.

e.

Melibatkan siswa dalam proses perencanaan pembelajaran.

f.

Mengembangkan proses pembelajaran.

g.

Mengembangkan system evaluasi pembelajaran.

Desain Lingkungan fisik


Dalam manajemen kelas efektif, lingkungan fisik merupakan faktor yang sangat
penting. Oleh Karena itu, lingkungan fisik harus dapat didesain secara baik dan
lebih dari sekedar penataan barang-barang di kelas. Menurut Everston et al.
(2003) dalam Santrock (2008), terdapat empat prinsip yang dapat dipakai dalam
menata kelas, yaitu:
Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Daerah ini antara lain area belajar
kelompok, bangku siswa, meja guru, dan lokasi penyimpanan alat tulis, rak buku,
computer dan lokasi lainnya. Area-area harus dapat dipisahkan sejauh mungkin
dan dipastikan mudah diakses, karena gangguan dapat terjadi pada daerah yang
sering dilewati.
Pastikan bahwa Guru dapat dengan mudah melihat semua anak. Sebagai
manajer kelas, guru penting untuk memonitor anak secara cermat. Pastikan ada
jarak pandang yang jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja anak, dan
semua anak.
Materi Pengajaran dan Perlengkapan anak harus mudah diakses. Hal ini akan
meminimalkan waktu persiapan dan perapian, serta mengurangi kelambatan dan
gangguan aktivitas.
Pastikan siswa dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di
mana anda dan siswa anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Pada
aktivitas ini, anak tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya.
2.5 PENGEMBANGAN SUMBER DAN BAHAN AJAR
Pengertian Sumber Belajar
Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda,
pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah,


2004)
Pengertian Bahan Ajar
Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis.
Pengelompokan bahan ajar menurut Facult de Psychologie et des
Sciences de lEducation Universit de Genve dalam website adalah
sebagai berikut :
Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactiveappears in all their programs under the name of Medienverbund or
Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively).
http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http://
tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Facult de
Psychologie et des Sciences de lEducation Universit de Genve.
Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi yang
kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti
media terintegrasi) atau mediamix.
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit
Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar,
1.
Auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette),
piringan hitam (Schallplatte).
2.
Visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild),
film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer
(Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar
(Lerntext, mit und ohne Abbildung).
3.
Audio visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan
gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar
(Tonbildschau),dan film/video.
Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed)
seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar
(audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)


seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD)
multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web
based learning materials).
Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan
ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku
pedoman tersendiri.

1.

Bahan Ajar Cetak (Printed)

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar
cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan
beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter
Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.
Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta
didik bagian mana yang sedang dipelajari
b.

Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit

c.
Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara
mudah
d.
Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas
bagi individu
e.

Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja

f.
Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g.
Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang
bernilai besar
h.

Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri

Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out,
buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.

Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal
389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan
yang telah disiapkan oleh pembicara.

Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki


relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet,
atau menyadur dari sebuah buku.
b.

Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah


pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari
berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi
pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut
sebagai fiksi. Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai:
Book is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened
together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan
maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar
merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa
yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi
dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga
menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku
pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh
peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran
fiksi si penulis, dan seterusnya.
c.

Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,
sehingga modul berisi paling tidak tentang:

Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

Kompetensi yang akan dicapai

Content atau isi materi

Informasi pendukung

Latihan-latihan

Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

Evaluasi

Balikan terhadap hasil evaluasi

Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan


mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan
seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar

akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan


dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus
menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan
dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan
ilustrasi.
d.

Lembar kegiatan siswa

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran


berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus
jelas KD yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan
untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar
kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik
apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang
terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada
peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis.
Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu,
kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas
praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya
survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu
tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru,
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan
belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu
tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus
memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/
tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
e.

Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang


disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas
beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang
berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka,
1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus
dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar
yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar
lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya
memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah
menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f.

Leaflet

A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched


(Websters New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis
berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat
menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan
ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau
lebih KD.
g.

Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses


atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar
wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka
wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan
proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat
bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka
wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain
bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan
bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang
siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.

Foto/Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan


tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu
rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau
serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada
akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien
menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi
maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang
dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari
melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis
dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai
berikut:

Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh


dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar
yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.

Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca


gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.


Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai
gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar
apa-apa.

Pengembangan Persiapan Mengajar

Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa yang akan


dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar adalah memperkirakan
tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran
berbasis kompetensi , yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil
belajar, skenario pengajaran, dan penilaian berbasis kelas (PBK).

A.

Perencanaan dan Implementasi Persiapan Pengajaran

Kerangka perencanaan dan implementasi pengajaran melibatkan urutan


langkah-langkah yang sangat penting bagi para guru dalam mempersiapkan
pelaksanaan rencana pengajaran. Kerangka tersebut membatasi banyaknya
aktivitas khusus yang akan diselesaikan oleh guru, yaitu hanya enam aktivitas
terutama bagi para guru baru.
1.

Mendiagnosa kebutuhan peserta didik

2.

Memilih isi dan menentukan sasaran

3.

Mengidentifikasi teknik-teknik pembelajaran

4.

Merumuskan unit-unit dan merencanakan pelajaran

5.

Memberikan motivasi dan implementasi program

6.
Perencanaan yang dipusatkan kepada pengukuran, evaluasi, dan
penentuan tingkat.

B.

Prinsip-prinsip Persiapan Mengajar

(E.Mulyasa, 2004:80) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan


dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu:
1.

Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas

2.
Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik
3.
Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan
mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah
ditetapkan
4.
Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta
jelas pencapaiannya
5.
Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau moving class.

C.

Komponen-komponen Persiapan Mengajar

Terdapat beberapa pendapat yang berbeda mengenai komponen apa saja yang
harus ada dalam persiapan mengajar. Namun setelah diuraikan dapat dipahami
bahwa unsur yang amat penting adalah sebagai berikut:

Apa yang akan diajarkan? Menyangkut berbagai kompetensi yang harus dicapai,
indikator-indikatornya, serta materi bahan ajar yang akan disampaikan untuk
mencapai kompetensi tersebut
Bagaimana mengajarkannya? Berkenaan dengan berbagai strategi yang akan
dikembangkan dalam proses pembelajaran, termasuk pengembangan berbagai
aktivitas opsional bagi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
Bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya? Merancang jenis evaluasi untuk
mengukur daya serap siswa terhadap materi yang mereka pelajari pada sesi
tersebut.

D.

Rencana Pengajaran dalam Kurikulum 1994 vs Kurikulum 2004

No
ASPEK PEMBEDA
RP KURIKULUM 1994
RP KURIKULUM 2004
1.
Hakikat RP Administrasi
RP adalah persyaratan
RP benar-benar Rencana guru
2.
Kaitannya dengan bidang studi lain
Setiap bidang studi terpisah
Pem.dapat diintegrasikan dengan bidang studi lain
3.
Rumusan tujuan
Tujuan dirinci sekecil mungkin dan berfokus pada pengetahuan
Hanya menggambarkan kompetensi yang akan dicapai
4.
Rincian media
Umumnya sekedar dicantumkan
Rincian media dan sumber belajar mengingatkan guru mengenai apa yang harus
disiapkannya
5.
Langkah-langkah pembelajaran
Tahap-tahap pembelajaran tak selalu menjadi perhatian
Langkah-langkah pembelajaran menjadi penting, didesain dalam bentuk skenario
pembelajaran yang mengutamakan kegiatan siswa tahap demi tahap
6.
Hasil yang dicapai
Hasilnya banyak, tapi dangkal dan kurang bermakna

Hasilnya sedikit, tapi mendalam dan bermakna


7.
Unsur evaluasi
Hasil belajar hanya dinilai dari tes tulis
Hasil belajar dinilai dengan berbagai cara dan berbagai sumber

E.
1.

Model Persiapan Mengajar


Model ROPES

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


a)
Review, mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar
dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa
b)
Overview, menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategi yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran
c)
Presentation, masuk pada proses telling, showing, dan doing. Proses
tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa
tentang pelajaran yang mereka dapatkan
d)
Exercise, suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mempraktekkan apa yang telah mereka pahami.
e)
Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka pahami
dalam proses pembelajaran.

2.

Model Satuan Pelajaran

Secara sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran adalah


a)

Identitas mata pelajaran

b)

Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai

c)

Materi pokok

d)

Media

e)

Strategi pembelajaran / skenario / tahapan proses belajar mengajar, yaitu:

1)

Kegiatan awal

2)

Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal

3)

Menciptakan kondisi awal pembelajaran

4)

Kegiatan inti

5)

Penutup

f)

Menentukan jenis penilaian dan tindak lanjut

g)

Sumber bahan

Pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI ditujukan untuk


mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang peduli dan
memperhatikan keterkaitan antara kemampuan awal (aptitude) siswa dengan
tindakan pembelajaran (treatment). Untuk mencapai tujuan tersebut, ATI dalam
pembelajaran berupaya menemukan dan memilih model, pendekatan, strategi,
dan sejumlah metode yang dijadikan sebagai tindakan pembelajaran yang sesuai
dengan perbedaan kemampuan awal siswa. Kemudian melalui interaksi yang
positif multiplikatif dikembangkan tindakan-tindakan teknik dan taktik
pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimali-sasi perubahan
perilaku dan prestasi akademik siswa.
Model pembelajaran ATI dikembangkan dari model interaksi sosial dan personalhumanistik. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai
makhluk sosial. Hal ini berimplikasi, ada saatnya seseorag bekerja sendiri untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tetapi disisi lain tidak bisa melepaskan diri
dari ketergantungan dengan pihak lain. Perpaduan ke-dua model tersebut
berorientasi kepada aktivitas dan pengalaman siswa. Melalui model ini
diharapkan dapat mengembangkan siswa menjadi subjek yang aktif dan mampu
mengembangkan seluruh potensinya, sesuai karak-teristik siswa sebagai makluk
yang unik. Pendekatannya dikembang-kan dari pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered learning). Pendekatan pembelajaran yang
ber-pusat pada siswa menurunkan strategi inquiry dan induktif dalam koridor
kontekstual dengan setting group learning tutor sebaya. Dalam group learning,
siswa belajar dalam kelompok kecil (4 siswa) dengan beragam kemampuan awal
(tinggi: 1 siswa, sedang: 2 siswa, rendah: 1 siswa) dan secara bergantian (mulai
yang kemampuan awalnya tinggi) salah satu menjadi tutor sebaya. Strategi
inquiry dan induktif dikembangkan dengan kombinasi metode (1) demonstrasi,
(2) diskusi, (3) tanya jawab, (4) pengalaman lapangan, dan (5) penugasan.
Teknik dan taktik dikembangkan dengan pemanfaatan media dan sumber
belajar.

Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut


isi adalah ilmiah, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan
menyeluruh. Ilmiah, mencakup ke-seluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam materi ajar matematika. Keseluruhan materi dan kegiatan
tersebut harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penya-jian dalam materi
ajar matematika disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial,
emosional, dan spiritual siswa.
Materi ajar memadai, artinya bahwa materi ajar cukup menun-jang pencapaian
kompetensi dasar. Materi ajar harus memuat prinsip aktual dan kontekstual.
Prinsip ini mencakup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni
mutakhir dalam kehidupan nyata. Pengembangan materi ajar harus fleksibel disesuaikan dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Menyeluruh maksudnya, pengembangan materi ajar harus dapat menunjang
pencapaian kognitif, skill dan sikap. Hal ini dibuktikan oleh pembelajaran
matematika dituntut untuk selalu berpikir logis, kritis dan terstruktur.
Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut
tata urutan adalah sistematis dan konsisten. Pengembangan materi ajar
menggunakan KD awal sebagai dasar KD pembelajaran selanjutnya. Hal ini
dilakukan jika topik antarKD awal dengan KD selanjutnya saling
berkesinambungan. Keajegan antara SK dan KD sangat diperlukan dalam
pengembangan materi ajar. Agar materi ajar sistematis dan konsisten dengan SK
dan KD serta indikator yang ada dalam silbus, guru dituntut mengem-bangkan
bahan ajar berupa lembar kerja.
Berangkat dari karakteristik matematika yang telah disampai-kan di atas,
pengembangan pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI juga
memperhatikan penyajian materi ajar, dimulai dari yang konkrit menuju yang
abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan pembelajaran
matematika bermakna. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis,
terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai pada konsep yang paling kompleks. Bermakna, yaitu pem-belajaran yang
mengutamakan pemahaman konsep dan pene-rapannya dalam kehidupan siswa.
Hal ini dituangkan dalam lembar kerja yang disusun guru.
Kegiatan belajar matematika agar menjadi bermakna, maka gerak otak dan
tubuh dalam belajar harus bersama-sama. Menurut Sutama (2004: 80) gerak
otak dan tubuh dalam belajar matematika harus bersama-sama melakukan
sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa dikatakan belajar
matematika bermakna apabila siswa membangun sendiri pemahaman
matematika. Untuk memahami apa yang dipelajari, siswa harus melakukan
kegiatan matematika (doing math), yaitu menyatakan, mengubah,
menyelesaikan, menerapkan, mengkomunikasikan, menguji dan
membuktikan.

Menurut Clark dan Microslav Lovric (2008) belajar merupakan proses yang
bermakna, apabila guru berusaha melakukan kegiatan: (1) Memilih tugas-tugas
matematika yang bermanfaat bagi siswa di kemudian hari dan diberi langkah
pengerjaannya, sehingga memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan
intelektualnya; (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami proses
dan hasil pengerjaan matematika serta penerapannya; (3) Men-ciptakan suasana
kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan idea
matematika; (4) Membantu pemahaman siswa, dengan menggunakan alat-alat
teknologi dan sumber bahan ajar lain; (5) Membantu siswa untuk mencari
hubungan antara pengetahuan semula dengan pengetahuan baru; dan (6) Membimbing secara individual, kelompok, maupun klasikal.
Tahap terakhir dari pembelajaran berbasis ATI adalah mela-kukan penilaian.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembe-lajaran memiliki fungsi yang amat
menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan luaran
pembelajaran berbasis ATI. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data
dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap
sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula
pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
Melalui penilaian, guru dengan cermat akan mengetahui kema-juan,
kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar. Melalui peni-laian, guru juga
akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan
penyempurnaan proses bimbingan belajar untuk langkah selanjutnya.
Berdasarkan gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran, maka penilaian pembelajaran berbasis ATI tidak hanya
dilakukan pada akhir program pembelajaran, tetapi secara integral dilakukan
selama proses pembelajaran. Dengan cara tersebut di atas, guru secara nyata
akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang sebe-narnya.
Agar tingkat keberhasilan (efektivitas) pengelolaan pembe-lajaran matematika
berbasis ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu
diperhatikan dan dihayati tiga prinsip yang dikemukakan oleh Cronbach dan
Snow (1979). Prinsip per-tama, interaksi antara kemampuan dan perlakuan pembelajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi
oleh variabel tugas, jabatan dan situasi. Ini berarti, dalam mengimplementasikan
pembelajaran berbasis ATI perlu mem-perhatikan dan meminimalkan bias yang
diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut. Prinsip kedua, lingkungan
pem-belajaran yang terstruktur cocok bagi siswa yang memiliki kemam-puan
rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih cocok untuk siswa
yang pandai. Prinsip ketiga, siswa yang rasa percaya dirinya kurang cenderung
belajarnya akan lebih baik dalam lingkungan terstruktur dan sebaliknya siswa
yang inde-pendent belajarnya akan lebih baik dalam situasi fleksibel.
Selain tiga prinsip tersebut, proses pembelajaran berbasis ATI harus
mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: (1) kerja sama, (2) saling
menunjang, (3) menyenangkan dan tidak membo-sankan, (4) belajar dengan

bergairah, (5) pembelajaran terinte-grasi, (6) menggunakan berbagai sumber,


(7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10)
dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (tabel, diagram,
proses pemecahan masalah), (11) laporan kepada orang tua bukan hanya raport,
tetapi juga hasil karya siswa.
Menurut Walmsley dan Aaron Hickman (2007) desain pembe-lajaran yang
memperhatikan perbedaan individu, yaitu dalam setiap pertemuan siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap
pertemuan dengan waktu 40 menit dibagi menjadi empat bagian, yaitu 8 menit
pembukaan, 12 menit pengembangan konsep 1, 12 menit pengembangan
konsep 2, dan 8 menit penutup. Pembukaan, mengecek PR, memberi pe-luang
siswa bertanya dan memberi umpan balik. Tujuan pem-bukaan, siswa
memperbaiki kesalahannya dan memahami konsep yang lalu untuk membuat
hubungan dengan konsep yang akan dipelajari melalui kerangka kontektual.
Pengembangan konsep, membahas konsep dengan metode tanya jawab melalui
contoh dan beberapa latihan untuk didiskusikan dengan kelompoknya. Penutup,
siswa di minta mencari hubungan antara pembukaan dan konsep yang
dipelajarai. Tujuannya, siswa dapat menemukan pola secara mandiri dan melihat
imbangan antarkonsep.
Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI dikembangkan
berdasarkan pendapat Walmsley dan Aaron Hickman di atas, yaitu tahap
pertama kegiatan pendahuluan, tahap kedua kegiatan inti, dan tahap ketiga
kegiatan penutup. Ketiga tahapan diwujudkan dalam bentuk belajar kelompok
kecil dengan tutor sebaya.
Kegiatan pendahuluan meliputi: 1) review, yaitu membahas tugas, yang esensial
dan sulit diberi balikan, 2) motivasi awal, yaitu memberitahukan tujuan
pembelajaran, memberikan gambaran umum materi ajar dan memberikan
gambaran kegiatan yang akan dilakukan, dan 3) apersepsi, yaitu memberikan
materi pengait sesuai materi yang dibahas.
Kegiatan inti meliputi pengembangan konsep dan penerapan. Dalam
pengembangan konsep, pembahasan materi ajar melalui strategi induktif
dengan menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar, serta tindakan
pembelajaran disesuaikan kemam-puan awal siswa (ATI) dengan taktik, a)
menampilkan sikap ber-sahabat, b) menghindari perbuatan yang dapat
mengganggu pera-saan siswa, c) menunjukkan sikap adil kepada semua siswa,
d) menggunakan berbagai teknik untuk memelihara tingkah laku sis-wa, e)
menghargai setiap perbedaan pendapat, f) menekankan bagian-bagian penting,
g) membantu siswa yang mendapat kesulitan, h) mendorong siswa aktif,
menumbuhkan kepercayaan siswa, dan menciptakan suasana kondusif. Hal ini
didukung Ellis dan Berry (2005) bahwa pembelajaran terbaik terjadi ketika
tindakan berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Prinsip ini
mengatakan bahwa (1) anak-anak mempunyai kebebasan untuk
mengembangkan diri secara alami, (2) minat siswa merupakan motivasi untuk

semua kegiatan, dan (3) guru adalah seorang pemandu dan tidak berperan
utama dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap penerapan diberikan latihan terkontrol dan latihan mandiri. Latihan
terkontrol setting kelas kelompok kecil (tiap kelom-pok 4 siswa dengan
kemampuan awal bevariasi) meliputi kegiatan: a) tugas diarahkan dengan jelas,
b) membimbing dan memudahkan belajar siswa, c) menuntut tanggung jawab
siswa, d) menumbuhkan kerja sama antarsiswa, dan e) menumbuhkan inisiatif
siswa dalam belajar. Latihan mandiri meliputi kegiatan: a) komunikasi antarpribadi menunjukkan kehangatan, b) merespon setiap pendapat siswa, c)
membimbing belajar siswa, d) mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam
belajar, dan e) menumbuhkan keper-cayaan siswa kepada diri sendiri.
Kegiatan penutup meliputi review terhadap rangkuman dan tindak lanjut.
Kegiatan review terhadap rangkuman, yaitu a) mengarahkan siswa untuk
membuat rangkuman dan b) rangkuman jelas dan mencakup seluruh inti materi
ajar. Kegiatan tindak lanjut, meliputi: a) mengevaluasi hasil belajar siswa, b)
menyarankan agar materi ajar dipelajari kembali di rumah, c) memberikan tugas
rumah dengan langkah-langkah pengerjaan, dan d) menyarankan agar materi
ajar berikutnya dipelajari terlebih dahulu di rumah.
Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI, secara umum dapat
dilakukan melalui langkah-langkah: (1) sesuai kemampuan awal siswa, pemikiran
siswa dikembangkan untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna
(merubah paradigma belajar sebagai kewajiban menjadi belajar sebagai
kebutuhan), (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry terbimbing
untuk semua topik yang dipelajari, (3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan, (4) mencipta-kan masyarakat
belajar, seperti melalui kegiatan kelompok belajar dengan tutor sebaya
(berdiskusi, tanyajawab, dan pemecahan masalah), (5) menghadirkan model
sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi model bahkan media yang
sebenarnya, (6) membiasakan siswa untuk melakukan refleksi dari setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (apa yang berhasil, apa yang belum
berhasil, mengapa hal itu terjadi, dan selanjutnya bagai-mana), dan (7)
melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya
pada setiap siswa.
Share this article :

PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN


Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

A. Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata


pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan
Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah
supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta


didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah

1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas, semester,


program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.

2. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik


yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta


didikdalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi


untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan


dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan


beban belajar.

8. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar


dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik
kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.

9. Kegiatan pembelajaran

a.

Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran


yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b.

Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan


pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini

dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi,


dan konfirmasi.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas


pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

10. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi


dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Pengembangan Kecakapan

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan modern pada saat ini dihadapkan pada dilema substansial.
Pendidikan diselenggarakan dengan menitik-beratkan pada transmisi
sains yang tanpa karakter, sehingga proses dehumanisasi dalam proses
pembangunan bangsa kerap terjadi. Lemahnya dunia pendidikan dalam
mempromosikan nilai-nilai luhur bangsa menyebabkan semakin
terkikisnya rasa kebanggaan terhadap tanah air, tanggung jawab sosial,
bahkan komitmen beragama. Masih banyak praktek pendidikan yang
belum memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan
potensi agar memiliki kepribadian yang seutuhnya.

Secara konseptual pendidikan nasional mendukung gagasan tentang


pendidikan terpadu sebagaimana tertuang dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan
tersebut menunjukkan betapa pentingnya keterpaduan dalam
mengembangkan kualitas manusia pada semua dimensinya.
Membangun manusia yang cerdas harus bersamaan dengan
memantapkan keimanan dan ketakwaan agar kecerdasan manusia tetap
dalam sikap tunduk dan pengakuan akan keberadaan Tuhan.
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan juga harus disertai
dengan penanaman budi pekerti yang luhur agar manusia yang
berpengetahuan tetap bersikap rendah hati sehingga terjadi
keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani.
Selanjutunya kami akan menjelaskan tentang bagaimana
mengembangkan kecakapan dalam praktek pendidikan bagi setiap
peserta didik agar dapat mengembangkan potensi untuk menjadi
manusia yang seutuhnya.

BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai dengan fitrahnya. Manusia memilki tiga dimensi yaitu: Ruh,
Akal, Jasad. Ketiga dimensi tersebut harus dipelihara dengan seimbang.
Gagne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam
kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut.
1.

Motivasi

Manusia adalah makhluk yang aktif. Aktifitas itu ditujukan untuk


memenuhi kebutuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Aktifitas manusia ini didorong oleh adanya kekuatan daya penggerak
keaktifan itu, yang disebut MOTIVASI.
Paling ideal kalau pada tiap-tiap individu terdapat motivasi internal
dalam mengikuti kegiatan pendidikan. Tetapi karena motivasi internal
ini belum tentu ada pada setiap individu, maka dalam proses
pendidikan perlu adanya motivasi eksternal. Pada hakikatnya motivasi
internal mempunyai intensitas lebih kuat dan tahan lama dari pada
motivasi eksternal. Dorongan untuk melakukan sesuatu itu kadangkadang tidak ditentukan oleh motivasi tunggal, sebab pada diri
seseorang terdapat bermacam-macam motivasi yang mendasari

perbuatan orang tersebut. Begitu pula dalam mengikuti proses


pembelajaran ada banyak macam motivasi. Begitu juga tingkat motivasi
seseorang dengan yang lain tidak sama, hal ini terlihat dari beberapa
hal antara lain :

Seberapa besarnya tenaga yang digunakan dan dicurahkan untuk


mencapai tujuan itu.

Seberapa gigihnya dalam berusaha mencapai tujuan itu,


meskipun banyak hambatan dan rintangan.
2.

Menaruh Perhatian

Siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan sehingga terbentuk


pola-pola perseptual tertentu. Siswa khususnya memperhatikan hal
yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.
3.

Pengolahan

Siswa mampu memahami informasi dalam memori jangka pendek dan


mengolah informasi untuk mengambil maknanya.
4.

Umpan Balik

Siswa mendapatkan konfirmasi sejauh mana prestasinya. Siswa


mendapatkan konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang
ditemukannya.
A.

Pengembangan Pola Pikir (Kognitif)

Pembinaan pola pikir, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu


pengetahuan yang luas dan mendalam sebagai penjabaran dari pada
sifat Fathonah Rasulullah. Seseorang yang memiliki sifat fathonah tidak
saja disebut cerdas tapi memiliki kebijaksanaan dalam berfikir dan
bertindak. Mereka mampu belajar dan menangkap peristiwa yang
terjadi disekitarnya, kemudian menjadikannya sebagai pengalaman dan
pelajaran yang berharga serta memperkaya khazanah pengetahuan.
Toto Tasmara mengemukakan bahwa karakteristik yang terkandung
dalam jiwa Fathonah antara lain:
a.

The man of wisdom

b.

High in integrity

c.

Willingness to learn

d.

Proactive stance

e.

Faith in god

f.

Creditable and reputable

g.

Being the best

h.

Empathy and compassion

i.

Emotional maturity

j.

Balance

k.

Sense of mission

l.

Sense of competition

Berkenaan dengan pengembangan pola pikir, Kenneth dalam Rosyada,


(2004:140) mengurut indikator-indikator kecakapan pada aspek kognitif
dengan level kecakapan: 1) mengetahui dan mengingat; 2)
pemahaman; 3) penerapan; 4) kemampuan menguraikan; 5) unifikasi;
6) menilai.
Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri;
orang yang mempunyai kemahiran ini, mampu mengontrol dan
menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri.
Sasaran dari belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah sistematisasi
arus pikiran sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri.
Dalam psikologi modern sistematisasi dan pengaturan kegiatan mental
yang kognitif ini dipandang sebagai suatu proses kontrol.
Tujuan-tujuan pembelajaran kerap mengandung sasaran supaya siswa
belajar berpikir. Sasaran ini secara teoritis dibenarkan, tapi
persoalannya bagaimana cara mengelola pengajaran kearah itu ?.
berikut beberapa pemasukan bagi guru dalam mengembangkan
kecakapan belajar berdasarkan fase belajar yang telah dikemukakan
oleh Gagne (1988).
Guru membuat perhatian siswa terpusat pada tugas belajar yang
dihadapi. Hal-hal tersebut dapat diusahakan melalui penjelasan
kegunaan materi bahasan, dengan memberikan contoh tentang tujuan
yang akan dicapai sehingga siswa mau belajar dan berminat.
Guru mengarahkan perhatian siswa kepada unsur-unsur pokok dalam
materi pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan kejadian
tertentu dalam suatu demonstrasi, dengan menunjukkan bagian dari
buku pelajaran misalnya, menguraikan pendahuluan dan sebagainya.
Peran guru dalam hal ini adalah membantu siswa untuk mencerna
materi pelajaran dan menuangkannya ke dalam bentuk suatu rumusan
verbal, skema atau bagan, dan guru memberikan petunjuk bagaimana
mengambil inti atau membuat skema atau merumuskan konsep dan
kaidah. Bila perlu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
terarah guna membantu siswa menggali informasi yang telah tersimpan
dalam memori.

Yang terakhir guru harus dengan segera memberikan umpan balik


terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa.
Seorang yang memiliki kemampuan kognitif yang baik, tidak hanya
menguasai bidangnya, tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat.
Keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang
profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur.
B.

Pengembangan Sikap (Afektif)

Pembinaan sikap mental mantap dan matang merupakan penjabaran


dari sikap Amanah Rasulullah. Indikator seseorang yang mempunyai
kecerdasan ruhaniah adalah sikapnya yang selalu ingin dipercaya
(kredibel), menghormati dan dihormati. Sikap hormat dan dipercaya
hanya dapat tumbuh apabila kita meyakini sesuatu yang kita anggap
benar sebagai prinsip-prinsip yang tidak dapat diganggu gugat.
Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah dihormati dan dipercaya
bukan karena kemampuan fisiknya, tetapi karena kekuatan ruhaniah
yang senantiasa diterimanya dengan penuh rasa Amanah.
Menurut Toto Tasmara, (2001:222) di dalam diri yang amanah ada
beberapa nilai yang melekat, yaitu:
a.

Rasa tanggung jawab.

b.

Kecanduan terhadap kepentingan.

c.

Al-Amin

d.

Honorable.

Sikap inilah yang kemudian harus disertai strategi belajar-mengajar


yang sudah didahului oleh konsep bermain dan belajar. Apabila konsep
bermain memberikan kebebasan, dan belajar mengajak anak untuk
memahami, maka bersikap adalah mempertahankan prinsip dan
menunjukkan keinginan yang lahir dari dalam diri secara bertanggung
jawab.
Sebetulnya konsep pembelajaran yang terlalu menekankan pada aspek
penalaran/hafalan akan sangat berpengaruh terhadap sikap yang
dimunculkan anak. Menghafal tentu ada gunanya. Namun kalau
kemudian menjadi dominan dan mata pelajaran harus dihafal, maka
akan melahirkan anak didik yang kurang kreatif dan berani dalam
mengungkapakan pendapatnya sendiri. Mengajarkan sikap lebih pada
soal memberikan teladan , bukan pada tataran teoritis.
Menurut Kenneth dalam Rosyada, (2004:141) dalam sikap terdapat
beberapa indikator-indikator kecakapan yang dapat dijadikan ukuran
yaitu, 1) penerimaan; 2) tanggapan; 3) penanaman nilai; 4)
pengorganisasian nilai-nilai; dan 5) karakteristik kehidupan.

Belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau


menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai
hal yang berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna
(sikap negatif). Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang
berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka
berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedianya beberapa
alternatif. Sikap merupakan suatu yang kompleks, karena sikap tidak
bisa lepas dari komponen-komponen lainnya seperti kognitif dan
konatif.
Terdapat proses yang terjadi pada seseorang untuk memunculkan sikap
positif maupun negatif, diantarnya:
1.

Proses Pengkondisian

Proses pembentukan sikap melalui pengkondisian ini telah banyak


dieksperimenkan oleh para ahli psikolog misalnya Pavlov dengan
teorinya stimulus respon dan Skinner dengan teorinya rein force ment
yang dalam eksperimennya terhadap manusia lebih dikenal dengan
nama Behavior Modificatiol.
Terlepas dari teori yang dikemukakan oleh para ahli diatas proses
pengondisian itu memang perlu dilakukan dalam pelekatan
(Internalisasi) nilai-nilai ajaran Islam.
Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, siswa dapat memperoleh
sikap-sikap baik yang positif atau negatif, meskipun siswa dan guru
terkadang tidak menyadarinya. Suasana sekolah atau madrasah yang
kondusif, proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan,
pencitraan yang baik terhadap mata pelajaran melahirkan perasaan
senang siswa terhadap guru, bahkan perasaan senang tersebut dapat
dipindahkan ke mata pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut.
Sebaliknya seorang guru yang bertindak galak dan kerap menyinggung
perasaan siswa, lama-kelamaan rasa benci akan tumbuh dan akan
pindah ke mata pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut.
Secara kongkrit proses pengondisian atas sikap siswa di sekolah atau
madrasah dapat dimanipulasi juga oleh guru misalnya, bila siswa
memperoleh prestasi, ia mungkin diperbolehkan untuk melakukan
sesuatu yang lain yang disukainya, atau memberikan hadiah yang
berupa buku dan sebagainya, atau pujian dengan bahasa yang tepat
dan sopan.
2.

Belajar dari model

Proses pembentukan sikap melalui imitasi terhadap seseorang yang


dihormati, dipercaya dan dikagumi senantiasa terlihat pada anak didik.
Prinsip modeling ini sejalan dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara ing
ngarsa sung tulada. Sarason (1972) dan Bandura (1977) juga
mengemukakan hal yang sama dengan memberikan penekanan

terhadap pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara


paling ampuh dalam mengubah sikap atau perilaku seseorang.
C.

Pengembangan Moral (Psikomotorik)

Psikomotor, yakni pembinaan tingkah laku dengan akhlak mulia sebagai


penjabaran dari sifat Shiddiq Rasulullah dan pembinaan keterampilan
kepemimpinan yang visioner dan bijaksana sebagai penjabaran dari
sifat Tabligh Rasulullah.
Toto Tasmara (2001:221) mengemukakan bahwa nilai tabligh telah
memberikan muatan yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi,
pimpinan, pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu.
Sikap tabligh melahirkan keyakinan, kekuatan, dan kesungguhan untuk
melahirkan hasil unjuk kerja yang bernilai tinggi. Sikap seperti ini akan
senantiasa mendorong individu untuk melakukan yang terbaik dalam
hidupnya dan memberikan manfaat serta nilai guna bagi dirinya dan
orang lain.
Belajar keterampilan motorik menurut kemampuan untuk merangkaikan
sejumlah gerak-gerik jasmani sampai menjadi satu keseluruhan yang
harus dilakukan dengan tulus karena Allah. Walaupun belajar
keterampilan motorik mengutamakan gerakan persendian dalam tubuh,
namun diperlukan pengamatan melalui alat indera dan secara kognitif,
yang melibatkan pengetahuan dan pengalaman. Karena kompleksitas
ini, oleh para psikolog belajar disebut belajar persptual motor skill.
Sebagai indikator kecakapan dari aspek psikomotor berikut pendapat
Kenneth dalam Rosyada, (2004:141) meliputi: 1) memperhatikan; 2)
peniruan; 3) pembiasaan; dan 4) penyesuaian.
Mengingat ciri khas dari belajar keterampilan motorik, maka latihan
memegang peranan pokok untuk mendarah-dagingkan keterampilan
yang sedang dipelajari. Tanpa latihan dan pembiasaan, maka tidak
mungkin seseorang menguasai keterampilannya menjadi miliknya.
Bila dirunut, maka hal-hal yang perlu dikembangkan dalam kecakapan
psikomotor akan difahami sebagai berikut.
Keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan banyak
sekali latihan. Untuk itu usaha memotivasi siswa agar selalu mood
dalam menjalaninya sangat diperlukan.
Belajar keterampilan selalu menuntut pengamatan terhadap lingkungan
untuk menentukan posisi fisik.Pengkonsentrasian perlu ditekankan
agar mendapatkan hasil yang maksimal tanpa menyebabkan disfungsi
keadaan fisik.

Mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri, baik


subketerampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai
koordinasi yang dilakukan ketika siswa mengolah informasi teoritis ke
dalam aplikasi kegiatan motorik. Fase ini memegang peranan penting
sekali.
Penggalian program mental yang tersimpan dalam ingatan jangka
panjang, diperkirakan secara langsung akan menjadi masukan bagi fase
prestasi.
Konfirmasi pengetahuan teoritis ke dalam tindakan aplikatif dapat
mengambil wujud umpan balik intrinsik atau ekstrinsik, dapat
menyempurnakan keterampilan, sehingga semuanya berjalan secara
otomatis.
Otomatisasi ketempilan yang dikuasai menandakan keberhasilan dari
kemampuan motoris yang direncanakan untuk dikuasai oleh siswa.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Sesuai dengan fitrahnya. Manusia memilki tiga dimensi yaitu: Ruh,


Akal, Jasad. Ketiga dimensi tersebut harus dipelihara dengan seimbang.
Gagne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam
kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut. 1. Motivasi, 2.
Menaruh perhatian, 3. Pengolahan, 4. Umpan balik.
1.
Pembinaan pola pikir, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu
pengetahuan yang luas dan mendalam sebagai penjabaran dari pada
sifat Fathonah Rasulullah. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan
suatu kemahiran tersendiri; orang yang mempunyai kemahiran ini,
mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang
berlangsung dalam dirinya sendiri. Sasaran dari belajar pengaturan
kegiatan kognitif adalah sistematisasi arus pikiran sendiri dan
sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri. Seorang yang memiliki
kemampuan kognitif yang baik, tidak hanya menguasai bidangnya,
tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat. Keputusan-keputusannya
menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan
pada sikap moral atau akhlak yang luhur.
2.
Pembinaan sikap mental mantap dan matang merupakan
penjabaran dari sikap Amanah Rasulullah. Indikator seseorang yang
mempunyai kecerdasan ruhaniah adalah sikapnya yang selalu ingin
dipercaya (kredibel), menghormati dan dihormati. Belajar sikap berarti
memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek

berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang


berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap
negatif). Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan
sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai
kemungkinan untuk bertindak atau tersedianya beberapa alternatif.
Sikap merupakan suatu yang kompleks, karena sikap tidak bisa lepas
dari komponen-komponen lainnya seperti kognitif dan konatif. Terdapat
proses yang terjadi pada seseorang untuk memunculkan sikap positif
maupun negatif, diantarnya: 1. Proses Pengkondisian, 2. Belajar dari
model
3.
Psikomotor, yakni pembinaan tingkah laku dengan akhlak mulia
sebagai penjabaran dari sifat Shiddiq Rasulullah dan pembinaan
keterampilan kepemimpinan yang visioner dan bijaksana sebagai
penjabaran dari sifat Tabligh Rasulullah. Sikap tabligh melahirkan
keyakinan, kekuatan, dan kesungguhan untuk melahirkan hasil unjuk
kerja yang bernilai tinggi. Belajar keterampilan motorik menurut
kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak-gerik jasmani sampai
menjadi satu keseluruhan yang harus dilakukan dengan tulus karena
Allah. Keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan
banyak sekali latihan.
B.

Saran-saran

Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi seluruh


elemen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qolam umumnya, khususnya
Bapak Dosen Pengampu yang telah memberikan ilmunya kepada kita,
dan Mahasiswa Semester VII. Makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, maka oleh karena itu kami mengharap saran serta
kritikan yang bisa membawa makalah ini lebih sempurna lagi. Sekian.

Anda mungkin juga menyukai