Disusun oleh:
KELOMPOK VII
Husnul Muawiyah Arif : 20200121042
Muh Yusuf al-Bukhary Muslim :20200121067
Dosen Pengampu:
Dr. Takdir Khair, S.Pd., M.Pd.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..................................................................................20
B. Saran ............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karena telah banyaknya aliran filsafat pendidikan yang tumbuh dan
berkembang, maka jika kita mengamati secara mendalam ada perbedaan
dan segi teori dan praktik, yaitu berbeda dalam cara dan dasar
pandangannya mengenai pen-didikan.
Perbedaan-perbedaan itu hanya dapat diketahui setelah dilakukan
penelitian secara hati-hati dan mendalam berdasarkan klasifikasi yang
ada. Kemudian, Theodore Brameld menentukan klasifikasi lain dari
Brubacher. Perbedaan klasifikasi ini pun hanya berbeda dalam
penekanan satu sistem yang menjadi ciri khas dan suatu ajaran filsafat
pendidikan tersebut. Menurut Brameld, perkembangan pemikiran dunia
filsafat pendidikan dapat diketahui melalui aliran filsafat pendidikan
progressivisme, essentialisme, perennialisme, reconstructionisme dan
eksistensialisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa aliran progressivisme?
2. Apa aliran esensialisme?
3. Apa aliran perennialisme?
4. Apa aliran rekonstruksionalisme?
5. Apa aliram eksistensialisme?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui aliran progressivisme
2. Untuk mengetahui aliran esensialisme
1
2
PEMBAHASAN
A. Aliran progressivisme
Aliran progressivisme berasal dari kata “progress” yang artinya
kemajuan. Menurut Brubacher, sebagaimana dikutip Muhammad as-
Said “kemajuan” atau “progressive” merupakan sesuatu yang bersifat
alamiah, dan berarti “perubahan”.
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Perubahan merupakan
sifat yang utama dan realitas. Tidak ada sesuatu yang tetap di dunia ini,
semuanya pasti berubah. Manusia harus selalu maju (progress)
bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab
manusia mempunyai naluri selalu menginginkan perubahan-
perubahan.1
Aliran Progresivisme merupakan salah satu aliran filsafat
pendidikan yang berkembang pesat pada awal abad ke - 20 dan sangat
berpengaruh dalam pembaruan pendidikan. Awal mula lahirnya aliran
progresivisme yaitu dilatar belakangi ketidak puasan terhadap
pelaksanaan pendidikan yang sangat tradisional, cenderung otoriter dan
peserta didik hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran.
1
Nursikin. “Aliran-aliran Filsafat Pendidikan dan Implementasinya dalam
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”. Yogyakarta: Attarbiyah 1, no. 2 (2016) h.
310
3
4
2
Thaib, Muhammad Ichsan. “Essensialisme dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam”. Banda Aceh: Jurnal Mudarrisuna 4, No. 2 (2015): h. 738
7
Romawi. Aliran ini juga disebut sebagai salah satu aliran filsafat
pendidikan modern.
Disamping itu, menurut Plato manusia secara kodrat memiliki
tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan, dan akal. Program pendidikan yang
ideal adalah berorientasi kepada ketiga potensi itu agar kebutuhan yang
ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Ide-ide Plato
tersebut kemudian dikembangkan lagi oleh Aristoteles yang lebih
medekatkan kepada dunia realitas. Tujuan pendidikan menurut
Aristoteles adalah kebahagiaan. Untuk mencapai tujuan pendidik ini,
aspek isik, intelektual, dan emosi harus dikembangkan secara seimbang,
bulat, dan totalitas.3
1. Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme
a. William C Bagley
William C Bagley adalah seorang pendidik yang berasal dari
Amerika. Ia lahir tahun pada tahun 1876 lalu meninggal pada tahun
1946. Ia berpendapat bahwa filsafat pendidikan mempunyai beberapa
ciri diantaranya yaitu: Minat kuat pada seorang peserta didik sering
gugur pada tahap awal, pengawasan, bimbingan, pengarahan, dan
kemampuan mendisiplinkan diri untuk mencapai tujuan.
b. Johan Frieddrich Herbet
Johan Frieddrich Herbet berpendapat bahwa tujuan pendidikan yaitu
untuk menyesuaikan jiwa seseorang disertai dengan kebijaksanaan dari
tuhan. Sedangkan dalam mencapai sebuah proses tujuan pendidikan
yaitu melalui sebuah pengajaran.
3
Ainul Yakin dan Fahrizal Muhaini “Aliran-aliran Filsafat Pendidikan” h. 6
8
c. William T Haris
William T Haris berpendapat bahwa tugas pendidikan yaitu
terbentuknya realitas dengan tujuan yang tidak dapat dielakkan.
d. Johan Freederich Frobel
Johan Freederich Frobel lahir pada tahun 1782. Ia adalah seorang
tokoh trasendental. Menurutnya tugas pendidikan yaitu membimbing
peserta didik ke arah kesadaran diri yang murni. Ia juga berpendapat
bahwa esensialisme menawarkan sebuah teori yg kokoh dan kuat dalam
suatu pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya memberikan
teori yg lemah. Maksudnya adalah aliran esensialisme ini sudah
menyediakan banyak teori dalam pembelajaran yang kuat dan kokoh
untuk pendidikan, tetapi pada kenyataannya sekarang banyak sekolah-
sekolah yang progesivismenya atau cara penyampaiannya itu lemah.
C. Aliran Perenialisme
Munculnya aliran perenialisme mulanya berasal dari pemikiran-
pemikiran orang barat yang terus mencari jawaban akibat kekacauan-
kekacauan, kebingungan, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mereka
berasumsi bahwa ide umum yang terkandung dalam pemikiran filsuf
zaman Yunani Kuno dan pada abad pertengahan itu adalah memiliki
nilai yang ideal dan masih tetap relevan sepanjang zaman untuk
menjawab problematika umat manusia dewasa ini
Perenialisme merupakan aliran pendidikan yang lahir pada abad
ke-20. Secara bahasa Perenialisme berasal dari kata "perenial" yang
bermakna abadi, kekal, dan tanpa akhir. Aliran perenialisme
beranggapan bahwa tradisi dipandang sebagai prinsip-prinsip yang
abadi dan akan terus mengalir sepanjang sejarah manusia.
9
4
Eko Nursalim dan Khojir. “Aliran Perenialisme dan Implementasinya dalam Pendidikan
Islam”. Samarinda: Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris: Cross-border 4
No. 2 (2021): h. 676
11
Frithjof Schuon lebih memilih kata yang kedua karena kata yang
pertama memberikan kesan adanya kontruksi mental.
Di sini kiranya perlu ditekankan bahwa philosophia secara literal
mempunyai arti “cinta kebijaksanaan” atau dengan kata lain
kebijaksanaanlah yang menjadi inti dari philosophia, dan cinta
kebijaksanaan tersebut adalah way of life (jalan hidup).
Apa yang diinginkan oleh Schuon adalah pentingnya membangun
pemahaman bersama dengan lebih mengedepankan aspek persamaan
antara agama yang ada, bukan justru pada spek perbedaannya. Sebab, di
balik bentuk formal dari masing-masing agama, terdapat kesamaan
substansial. Eksistensi agama satu dengan agama yang lain adalah
saling menguatkan, bukan justru saling menghapuskan. Kerangka
pandang yang saling menghapuskan inilah yang justru melahirkan
perang identitas dalam sejarah kehidupan antar umat beragama, konflik,
dan segala bentuk kekerasan atas nama agama. Schuon sendiri
menyadari akan hal ini. Berbagai perbenturan dan segala bentuk konflik
memang sangat mungkin untuk terjadi. Schuon mengingatkan bahwa
segala bentuk keyakinan akan kebenaran yang dijadikan untuk klaim
atas nama kebenaran tersebut ditinjau dari ontologis, epistemologis dan
aksiologis sesungguhnya hal yang relatif.
b. Sayyed Hossein Nasr
Sayyed Hossein Nasr adalah salah satu seorang diantara sedikit
pemikir muslim abat ke-20 yang menaruh perhatian terhadap perlunya
kembali menghidupkan nilai-nilai tradisional (tasawuf) sebagai tawaran
alternatif penyembuhan krisis manusia modern.
12
5
Nurul Qomariah. “Pendidikan Islam dan Alilran Filsafat Pendidikan
Rekonstruksionisme” Banjarbaru: Al Falah, Vol. XVII No. 32 (2017) h. 200
14
merupakan hasil berfikir efektif peserta didik. Nilai ini diharapkan agar
dapat merubah dunia pendidikan lebih berkembang menjadi baik. Nilai
juga perlu dilihat dari proses belajar dari peserta didik dan juga
perkembangannya yang didapat dari pelajaran tersebut dan juga pola
pikir dari peserta didik tersebut agar dapat selalu berfikir dengan baik.
b. Paulo Freire
Menurut Paulo mengenai pemikirannya yang berhubungan dengan
pendidikan ini, ia berkeinginan agar pemerintah merubah sistem
pendidikan. Menurut Paulo sistem pendidikan saat ini sangat menindas
masyarakat, dan menurutnya agar dapat diganti dengan sistem
pendidikan yang baru yaitu sebuah sistem pendidikan yang dalam
prosesnya terdapat kebebasan bagi masyarakat, dengan cara
memanusiakan manusia bukan dengan cara menekan ataupun
penindasan terhadap masyarakat.
E. Aliran Eksistensialisme
Secara etimologi eksistensi berasal dari bahasa Inggris yaitu
excitence; dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul,
memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan sistere yang
berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi
yaitu pertama apa yang ada, kedua apa yang memiliki aktualitas (ada)
dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di dalam menekankan
bahwa sesuatu itu ada.
Yang dimaksud eksistensialisme disini adalah segala sesuatu
yang ada dan yang dimiliki oleh manusia. Maksudnya, tujuan dari
hakekat ini mengembalikkan keadaan manusia seperti kehidupan yang
dimilikinya. Aliran ini mengungkapkan bahwa segala yang berasal dari
15
6
Dian Ekawati. “Eksistensialisme”. Lampung: Tarbawiyah 12, No. 01 (2015): h. 144
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aliran progressivisme adalah suatu aliran filsafat pendidikan yang
mengutamakan sebuah pendidikan bukanlah sebuah pengetahuan,
tetapi pendidikan berisi berbagai ragam aktivitas yang mengarah
pada kemampuan berpikir peserta didik secara menyeluruh.
2. Aliran esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan
agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.
3. Aliran perenialisme lebih menekankan pada kebenaran, keabadian,
dan keindahan warisan budaya. Pendidikan yang menganut aliran
ini menekankan pada kebenaran absolut, universal yang tidak terikat
pada tempat dan waktu. Aliran ini bersifat masa lampau, dimana
aliran ini kembali pada nilai-nilai budaya.
4. Aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern.
5. Aliran ksistensialisme disini adalah segala sesuatu yang ada dan
yang dimiliki oleh manusia. Aliran ini mengungkapkan bahwa
segala yang berasal dari pengalamannya sendiri, kepercayaan yang
ada dalam dirinya, dan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai
keyakinan hidupnya.
20
21
B. Saran
Demikianlah mengenai materi aliran-aliran filsafat
pendidikan, tentunya makalah ini masih memiliki kekurangan.
Penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini dan
penulisan makalah pada kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
22