Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HADITS TARBAWI

Urgensi Ilmu dan Ulama

Oleh Kelompok I:

Ahmad Faqih Afrizal Nurdin :20200121050

Muhammad Alfatih almuntazar :20200121062

Siti Fakhriah :20200121052

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw,
yang telah menunjukkan jalan kebenaran di dunia dan di akhirat kepada manusia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah
Tafsir Tarbawi sebagai bahan bacaan agar menambah wawasan dan informasi yang
bermanfaat. Makalah ini disusun dengan kemampuan penulis semaksimal mungkin.
Namun pada penyusunan makalah ini tentu tidak luput dari kekurangan. Maka dari
itu penulis sebagai penyusun makalah ini mohon kritik serta saran dari pembaca
yang bersifat membangun terutama bapak dosen pada mata kuliah ini.

Makassar, 22 Oktober 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Ilmu Yang Bermanfaat ................................................................................. 2

B. Keutamaan Orang Berilmu .......................................................................... 4

C. Kewajiban Menuntut Ilmu ........................................................................... 5

D. Krisis Ilmu dan Ulama ................................................................................. 6

BAB III.................................................................................................................... 8

PENUTUP ............................................................................................................... 8

A. Kesimpulan .................................................................................................. 8

B. Saran............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan baik secara khusus ilmu agama maupun ilmu


pengetahuan secara umum merupakan bagian dari ciri khas manusia. Tidak ada
makhluk di jagad raya ini selain manusia yang diberi ilmu dan yang mampu
mengembangkannya. Sifat-sifat lain seperti keberanian, kekuatan, kasih sayang,
kemurahan dapat dimiliki oleh manusia dan makhluk lain seperti binatang. Tetapi
binatang tidak memiliki ilmu pengetahuan dan tidak mampu mengembangkannya.
Dengan ilmu pengetahuan yang senyawa dengan akal, manusia dapat
mengembangkan budaya dan peradabannya sehingga dapat mengalahkan makhluk
lain dan menjadi pimpinan di atas bumi ini.

Ilmu pengetahuan yang berkembang terus secara pesat dalam islam


hendaknya diimbangi dengan ilmunya para ulama, yakni ilmu yang dapat
menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Ilmu ulama sebagai kontrol
terhadap perkembangan ilmu sehingga kemajuan sains dan teknologi tidak akan
membawa manusia menjadi buas dan asing dari tuhannya. Pada makalah ini akan
dibahas beberapa hadits yang menjelaskan tentang urgensi ilmu dan ulama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ilmu yang Bermanfaat?


2. Apa Keutamaan Orang Berilmu?
3. Bagaimana Kewajiban Menuntut Ilmu?
4. Bagaimana Krisis Ilmu dan Ulama?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Pengertian Ilmu yang Bermanfaat.


2. Untuk Mengetahui Keutamaan Orang Berilmu.
3. Untuk Mengetahui Kewajiban Menuntut Ilmu.
4. Untuk Mengetahui Krisis Ilmu dan Ulama.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Yang Bermanfaat

َ َ‫سانُ ا ْنق‬
‫ط َع‬ َ ‫ال ْن‬
ِ َ‫ ِإذَا َمات‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صل هللا عليه و سلم قال‬
)‫(ر َواهُ ُم ْسل ٍِم‬ َ ‫ ا َ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِهو أ َ ْو َولَ ٍد‬,ٍ‫اريَة‬
َ ُ‫صلِحٍ يَدْعُوا لَه‬ َ :ٍ‫ع َملُهُ اِالَّ ث َ ََلث‬
ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ َ

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasululah Saw bersabda: Apabila
manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuiali tiga: yaitu
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakan
kepadanya. (HR. Muslim No. 1631).

Pada hadits di atas Rasulullah Saw memberikan pelajaran tentang perlunya


mencari amal yang berkualitas, kekal, dan bermanfaat baik selama di dunia maupun
setelah meninggal dunia. Kualitas amal itu tidak terputus pahalanya sekalipun ia
telah meninggal dunia, selama amalnya dimanfaatkan manusia. Tiga amal itu
adalah:

a. Sedekah Jariyah

Sedekah jariyah artinya sedekah yang mengalir. Yakni pahalanya mengalir


terus sekalipun yang bersangkutan telah meninggal. Misalnya amal wakaf yakni
sedekah sesuatu benda yang bermanfaat karena Allah. Benda itu bersifat tetap tidak
habis dan tidak berkurang sekalipun dimanfaatkan berkali-kali. Misalnya
bersedekah sajadah, karpet, tanah, bahan bangunan untuk masjid, mushala,
madrasah, dan pesantren. Benda-benda itu sekalipun dimanfaatkan berkali-kali
tidak habis kecuali telah rusak.

Berbeda sedekah makanan dan minuman, sekali dimanfaatkan menjadi


habis. Sedekah jariyah diatas sekalipun orang yang bersedekah telah meninggal
dunia pahalanya tetap mengalir kepadanya selama benda-benda tersebut masih
dapat dimanfaatkan manusia.
3

b. Ilmu yang Bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat dapat menjadi amalan yang tidak terputus pahalanya
meski telah meninggal dunia. Ilmu yang bermanfaat diartikan sebagai ilmu yang
memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta membawa kebaikan dan
kemaslahatan.

Mengenai ilmu pengetahuan yang bermanfaat ialah segala ilmu dan yang
dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan dapat menmbahkan ketakwaan
mereka kepada Allah Swt.

Contoh amalan berupa ilmu yang bermanfaat dapat diilustrasikan seperti


seorang penulis yang membuat buku dan dipakai banyak orang. Selama buku
tersebut masih dibaca, digunakan, dan dimanfaatkan oleh orang lain, maka seorang
penulis buku tersebut akan tetap mendapatkan pahala.

Ilmu yang bermanfaat dapat berbentuk usaha menunjukkan seseorang ke


jalan yang benar seperti beribadah, mencintai Al Qur’an, mencintai Rasul,
menuntut ilmu yang tinggi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, terdapat sebuah
hadits riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah RA. yang artinya:

“Sesungguhnya Rasul Allah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menyeru


kepada petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-
pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan
dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-
dosa mereka sedikitpun”. Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim.”

c. Anak Saleh

Anak yang saleh yakni anak yang baik. Menurut Ibn Hajar Al-Makky
maksud saleh disini adalah anak yang beriman kepada Allah Swt. Anak saleh yang
mau mendoakan kepada orang tuanya. Diantara tanda kesalehan anak adalah mau
mendoakan kepada orang tuanya.
4

Hadits Ini secara langsung mengajarkan kepada manusia bahwa penting


untuk mendidik anak secara islami, menanamkan aqidah sejak dini kepada anak,
dan membimbing anak menjadi generasi insan cemerlang. Karena di balik itu
semua, terdapat amal ibadah dan kebaikan dari anak saleh yang akan senantiasa
mengalir kepada kedua orangtuanya. Do’a anak shaleh yang ikhlas, tulus, dan selalu
dipanjatkan untuk kedua orangtuanya merupakan suatu kebanggaan luar biasa bagi
orangtua.

B. Keutamaan Orang Berilmu

‫علَى‬ ْ َ‫علَى ال َعا ِب ِد َكف‬


َ ‫ض ِلي‬ ْ َ‫ «ف‬:‫عن أبي أمامة رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
َ ‫ض ُل ال َعا ِل ِم‬
ِ ‫ت َوال َ ْر‬
‫ض َحت َّى‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫ « ِإ َّن هللا َو َم ََلئِ َكت َهُ َوأ َ ْه َل ال‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫س َم‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ ث ُ َّم قَا َل َرسُ ْو ُل هللا‬،»‫أ َدْنَاكُ ْم‬
ِ َ‫علَى ُم َع ِل ِم الن‬
)‫ وقال حديث حسن‬,‫اس ال َخ ْي َر (رواه الترميذ‬ َ ُ‫»النَّ ْملَةَ ِفي ُج ْح ِر َها َو َحت َّى الحوت لَي‬.
َ َ‫صل ْون‬

Artinya: Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:


“Kelebihan ahli ilmu terhadab ahli ibadah adalah kelebihanku terhadap orang yang
paling rendah diantara kamu sekalaian”, kemudian Rasulullah SAW meneruskan
sabdanya: “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi
sampai semut yang berada di sarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan
rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (HR. At-
Tirmidzi).

Pada hadits ini Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan orang “alim atas
abid” Alim artinya orang yang berilmu pengetahuan terutama ilmu syara’ sedangkan
‘abid adalah ahli ibadah saja. Keduanya diperlukan dalam beragama, orang alim
harus beribadah sebagai manifestasi ilmunya yakni pengalaman ilmu. Demikian
juga ‘abid harus berilmu, karena ibadah tidak dapat diterima kalau tidak didasari
ilmu.

Maksud orang alim disini adalah orang yang banyak mengetahui ilmu syara’
dan sudah melaksanakan ibadah yang wajib-wajib saja. Sedangkan ‘abid
dimaksudkan orang ahli ibadah setelah sekedar memperoleh ilmu-ilmu yang wajib.
Keutamaan orang alim seperti itu lebih utama dibanding ahli ibadah. Keutamaannya
bagaikan keutamaan Nabi dibandingkan dengan orang terendah di antara sahabat.
5

Alangkah jauhnya perbedaan keutamaan antara keduanya, keurtamaan nabi


dibandingkan dengan sahabat paling agung saja tak ada taranya, bagaimana jika
dibandingkan dengan sahabat yang terendah. Al-Qariy mengatakan, perumpamaan
ini bersifat mubalaghah (melebihkan), andai kata keutamaan Nabi atas sahabat yang
paling agung saja sudah cukup.

C. Kewajiban Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim, sebagaimana hadits berikut ini:

َ ٌ ‫ضة‬
)‫علَى كُ ِل ُم ْسل ٍِم (رواه ابن ماجة‬ َ ‫طلَبُ ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
َ

Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim" (HR. Ibnu Majah no.
224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam
Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913).

Status hukum menuntut ilmu yang fardhu ‘ain ini mengisyaratkan semua
orang yang beriman kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan, wajib untuk
menuntut ilmu tanpa terkecuali. Syaikh Az-Zarnuji pun menjelaskan, bahwa
diwajibkan pula atas seorang Muslim, mempelajari ilmu yang dibutuhkan dirinya
sekarang ini, dan juga ilmu yang dapat diamalkan kapan saja dan dimana saja.

Syaikh Az-Zarnuji mengatakan, bahwa diantara hal yang penting dalam


menuntut ilmu yang harus diperhatikan adalah fil jiddi (kesungguhan). Jika sesuatu
dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanhu wa ta’ala akan memberikan
keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), juga perlu diiringi dengan
sikap kesungguhan yang terus menerus (al-muwazobah) dan komitmen (al-
muzallimah) dalam menuntut ilmu. Tiga sikap ini harus ada dalam diri pelajar
(orang yang belajar) dan berjalan beriringan, tidak dapat hanya salah satu saja.

Kesungguhan dalam belajar dan memperdalam ilmu bukan hanya dari


pelajar semata namun kesungguhan ini juga dibutuhkan kesungguhan dari tiga (3)
orang, yakni pelajar (murid), guru, dan orang tua. Jika murid, guru, dan orang tua
sungguh-sungguh, insya Allah itu akan berhasil, kesulitan (dalam menuntut ilmu,
dalam belajar) akan dapat terselesaikan, insya Allah. Manusia diperintahkan Allah
6

untuk belajar dan belajar. Hanya saja memang kualitas akal manusia itu berbeda-
beda. Nah, kesungguhan inilah yang menjadi kunci. Dengan kesungguhan ini,
sesuatu yang sulit itu insya Allah akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

D. Krisis Ilmu dan Ulama

‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫و عن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما قال‬
ِ ‫ض ال ِع ْل َم بِقب‬
‫ْض العُلَ َماءِ َحت َّى إِذَا لَ ْم‬ ُ ِ‫اس ولك ِْن ي ْقب‬ ِ َ‫تزعُهُ ِمن الن‬ ِ ‫ض ال ِع ْل َم اِ ْنتِزَ اعًا ي ْن‬
ُ ِ‫ إِن هللا ال ي ْقب‬:‫يقول‬
)‫ضلوا (متفق عليه‬ َ َ ‫ضلوا َوأ‬َ َ‫سا ُج َهاالً فسُئِلُوا فَأ َ ْفت َ ْوا بِغي ِْر ِع ْل ٍم ف‬ ً ‫اس ُرؤُو‬ ُ ‫عا ِل ًما اِت َّخذ الن‬
َ ‫ق‬
ِ ‫يُ ْب‬

Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash r.a. berkata: Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-
tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para
ulama. Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orang-orang menjadikan
orang-orang bodoh untuk menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya
tentang masalah agama mereka berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan
menyesatkan (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menceritakan bahwa umat Islam pada akhir masa nanti akan
kehilangan para ulama, lantas mereka menjadikan para pemimpin yang bodoh dan
tidak punya ilmu sebagai tempat untuk merujuk dan bertanya masalah agama.

Alih-alih mendapat petunjuk, yang terjadi justru mereka semakin jauh dari
kebenaran, bahkan sesat dan malah menyesatkan banyak orang. Dan apa yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW 14 abad yang lalu rasanya sangat tepat kalau
kita sebut bahwa hari ini benar-benar sedang terjadi.

Demikian juga ketika manusia sudah tidak menghargai ilmu dan para ulama,
ketika ilmu ulama diajarkan sedikit sekali diantara manusia yang memerhatikan,
sedikit sekali yang ingin mendalami ilmu dan sedikit sekali yang mewarisi ilmu
ulama. Banyak masyarakat yang tinggal disekitar ulama akan tetapi tidak mendapat
cahaya ilmunya ulama, bahkan tidak mengenal ilmunya. Ibarat ayam mati di dalam
lumbung padi karena kelaparan. Sampai ulama banyak yang wafat sedikit diantara
manusia yang memperoleh sesuatu. Kondisi seperti ini wajar kalau ilmu Allah
kembali kepada-Nya.
7

Hadits di atas mendorong kepada umat manusia untuk selalu menuntut ilmu.
Hadits diatas adalah berita pelajaran atau perhatian bukan berita penetapan. Hadits
bukan berarti pesan agar kita berserah diri akan terjadinya krisis ilmu dan ulama
sebagaimana yang dijelaskan Nabi SAW kita harus bisa membedakan antara
pemberitaan dua hal tersebut. Justru merupakan tantangan bagi umat islam agar
menghindarkan diri dari tantangan tersebut.
8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hadits di atas Rasulullah Saw memberikan pelajaran tentang perlunya


mencari amal yang berkualitas, kekal, dan bermanfaat baik selama di dunia maupun
setelah meninggal dunia. Kualitas amal itu tidak terputus pahalanya sekalipun ia
telah meninggal dunia, selama amalnya dimanfaatkan manusia. Tiga amal itu
adalah:

a. Sedekah jariyah
b. Ilmu yang bermanfaat
c. Doa anak saleh

keutamaan orang “alim atas abid” Alim artinya orang yang berilmu
pengetahuan terutama ilmu syara’ sedangkan ‘abid adalah ahli ibadah saja.
Keduanya diperlukan dalam beragama, orang alim harus beribadah sebagai
manifestasi ilmunya yakni pengalaman ilmu. Demikian juga ‘abid harus berilmu,
karena ibadah tidak dapat diterima kalau tidak didasari ilmu.

Status hukum menuntut ilmu yang fardhu ‘ain ini mengisyaratkan semua
orang yang beriman kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan, wajib untuk
menuntut ilmu tanpa terkecuali. Syaikh Az-Zarnuji pun menjelaskan, bahwa
diwajibkan pula atas seorang Muslim, mempelajari ilmu yang dibutuhkan dirinya
sekarang ini, dan juga ilmu yang dapat diamalkan kapan saja dan dimana saja.

Hadits ini menceritakan bahwa umat Islam pada akhir masa nanti akan
kehilangan para ulama, lantas mereka menjadikan para pemimpin yang bodoh dan
tidak punya ilmu sebagai tempat untuk merujuk dan bertanya masalah agama.

B. Saran

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, juga
dapat dijadikan sumber rujukan untuk menambah wawasan. Dalam proses
9

penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
materi maupun tata bahasa, sehingga disarankan kepada para pembaca agar
tidak membatasi diri untuk menambah pengetahuan dari sumbersumber ilmu
pengetahuan lainnya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. (2023, July 20). Hukum Menuntut Ilmu Adalah Wajib bagi Setiap Muslim,
Kenali Dalil dan Keutamaannya. Retrieved from https://www.liputan6.com

Ahmad Sarwat, L. M. (2013, February 8). Bagaimana Menghadapi Krisis Ulama


di Akhir Zaman. Retrieved from https://www.rumahfiqih.com/

Harbani, R. I. (2021, December 23). 10 Hadits Menuntut Ilmu: untuk Memudahkan


Jalan ke Surga. Retrieved from https://www.detik.com/

Mustinda, L. (2020, September 6). Hadits tentang 3 Amal yang Tidak Terputus
Meskipun Sudah Wafat. Retrieved from https://news.detik.com/

Nuri, E. (2023, July 8). Kumpulan Hadits Menuntut Ilmu Menurut Islam, Aktivitas
yang Sangat Dimuliakan Allah SWT. Retrieved from https://narasi.tv/

Majid Abdul, 20120. Hadits Tarbawi, Hadits-Hadits tentang Pendidikan. Jakarta:


Kencana

Anda mungkin juga menyukai