Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEUTAMAAN MENGAJAR DAN BELAJAR ATAU

MENUNTUT ILMU
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Dr. Nasrudin Syarief, M. Pd

Disusun oleh :

Rizky Muhamad Setiadi 21.03.2960

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah Swt, berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah, yaitu membuat
makalah tentang Keutamaan Pendidikan. Makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Hadits Tarbawi. Penulisan makalah ini tidak terlepas atas
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

Bpk dosen Pembelajaran Hadits Tarbawi di STAIPI Bandung yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya dalam menyusun makalah ini masih
banyak kekurangannya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah
ini berguna bagi semua pihak.

Bandung, 4 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN...................................................................... 3


A. Tafsir Ayat 2 Surah Al-Fatihah....................................... 3
B. Tafsir Ayat 24 Surah Al-Isra........................................... 4
C. Tafsir Ayat 16 Surah Asy-Syura...................................... 5

BAB III PENUTUP............................................................................... 8

Kesimpulan............................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Aktifitas menuntut ilmu mendapat perhatian yang amat besar dalam al-
Qur’an, begitu diutamakan. Teramat besar, hingga uraian ayat yang menuntun
setiap muslim untuk belajar tersebar memotivasi dalam surat-surat yang
bervariasi. Mulai dari wahyu pertama dengan perintah membaca, Iqro! Hingga
ayat yang paling memikat yang berjanji mengangkat derajat. Demikian janji
Allah dalam surat al-Mujadalah ayat 11 itu.

ٍ ۗ ‫ َي ْرفَ ِع ال ٰلّهُ الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا ِمْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذيْ َن اُْوتُوا الْعِْل َم َد َر ٰج‬ 
…‫ت‬
Artinya: “…Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan yang
diberi dan pengetahuan, beberapa derajat…”

Menuntut ilmu juga begitu diutamakan hingga esensinya disejajarkan


dengan jihad fi sabilillah. Simaklah misalnya firman Allah Swt dalam surat at-
Taubah ayat 122 berikut:

‫َّه ْوا ىِف الدِّيْ ِن‬ ٍ ِ ِ ۗ ِ ِ ِ


ُ ‫َو َما َكا َن الْ ُمْؤ مُن ْو َن لَيْنفُر ْوا َكاۤفَّةً َفلَ ْواَل َن َفَر م ْن ُك ِّل فْرقَة ِّمْن ُه ْم طَاۤ ِٕى َفةٌ لِّيََت َفق‬
‫َولُِيْن ِذ ُر ْوا َق ْو َم ُه ْم اِذَا َر َجعُ ْٓوا اِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم حَيْ َذ ُر ْو َن‬
Artinya: “Tidak selayaknya para mukminin itu berjuang [di medan
perang] seluruhnya. Mengapa tidak pergi dari setiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk mendalami pengetahuan agama, demi
mengingatkan kaumnya bila mereka telah kembali agar kaumnya itu [pun]
dapat menjaga diti” (Qs. at-Taubah:122)

Anjuran menuntut ilmu yang disandingkan dengan esensi jihad di ayat ini
amat jelas keutamaan yang sejajar. Singkatnya, tafaqquh fiddin atau menuntut
ilmu agama sama pentingnya dengan berjihad. Keduanya sangat diutamakan

1
dalam syariat. Para ulama tafsir bahkan terkesan seragam mengomentari ayat
mulia ini1. Musthafa al-Maraghy misalnya, beliau menulis dalam tafsir
fenomenalnya itu sebagai berikut:

“Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama


dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta
memahamkan orang lain kepada agama sebanyak yang dapat memperbaiki
keadaan mereka. Sehingga, mereka tak bodoh lagi tentang hukum-hukum
agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap Mukmin. Orang-orang
yang beruntung, dirinya memeroleh kesempatan untuk mendalami agama
dengan maksud seperti ini. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di sisi
Allah dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan
harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah, membela agama dan
ajaranNya. Bahkan mereka boleh jadi lebih utama dari para pejuang selain
situasi ketika mempertahankan agama menjadi wajib ‘ain bagi setiap orang”.2

Berbicara tentang keutamaan mengajar, ada yang membuat menarik


penulis dari penjelasan Muhammad Abduh Tausikal dan juga keutamaan
belajar atau menuntut ilmu dari Adi Hidayat, maka dari itu, pembahasan yang
akan disajikan tidak akan keluar dari tataran Al-Qur’an, hadits dan juga
penjelasan-penjelasan dari ‘ulama mengenai tema yang menjadi pokok bahasan
tulisan ini.

1
Adi Hidayat, Buku Catatan Penuntut Ilmu Spesial Ramadhan, Bekasi, Quantum Akhyar Institute
Maret 2021, hlm. 14-15
2
Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Semarang, CV. Toha Putra, 1987, hlm. 83-87

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keutamaan Mengajar
Allah Ta’ala berfirman :

ِِ ِ ‫ومن َأحسن َقواًل مِم َّن دعا ِإىَل اللَّ ِه وع ِمل حِل‬
َ ‫صا ًا َوقَ َال ِإنَّيِن م َن الْ ُم ْسلم‬
‫ني‬ َ َ ََ ََ ْ ْ ُ َ ْ ْ ََ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33).

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah mengatakan, “Yang


paling utama adalah memberikan manfaat kepada orang lain dengan
menyelamatkan mereka dari kegelapan kufur, bid’ah, maksiat menuju cahaya
tauhid, sunnah, dan ketaatan.” (Utruk Atsaran Qabla Ar-Rahik, hlm. 20).3

Dari Sahl bin Mu’adz bin Anas, dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu,


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َأج ِر الْ َع ِام ِل‬ ِ ‫من علَّم ِع ْلما َفلَه َأجر من ع ِمل بِِه الَ يْن ُق‬
ْ ‫ص م ْن‬
ُ َ َ َ ْ َ ُْ ُ ً َ َ ْ َ
“Siapa yang mengajarkan ilmu, maka baginya pahala dari orang yang
mengamalkan ilmu yang ia ajarkan, tidak mengurangi pahala yang mengamalkan
sedikit pun juga.” (HR. Ibnu Majah, no. 240. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini hasan).4

Melihat daripada hadits di atas maka kita bisa mengetahui begitu banyak
pahala yang diraih dari seorang yang mengajarkan ilmu, dalam hal ini, Muhamad
Abduh Tausikal, mengutip lagi hadits:

3
Dalam Muhamad Abduh Tausikal, Dakwah dan Mengajarkan Ilmu termasuk amalan Muta’addi,
https://rumaysho.com/21297-dakwah-dan-mengajarkan-ilmu-termasuk-amalan-mutaaddi.html,
ditulis pada 29 Agustus 2019
4
Ibid

3
Dari ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ُ‫َخْيُر ُك ْم َم ْن َت َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬


“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya (kepada orang lain).” (HR. Bukhari, no. 4739)5

Agak menarik kiranya dari hadits ini di kutip sebab seseorang yang
membaca Al-Qur’an saja dia mendapat 10 pahala dari 1 huruf yang ia baca
sebagaimana dalam hadits Nabi:

‫ عن أيوب بن‬,‫ حدثنا أبو بكر احلنفي حدثنا الضحاك بن عثمان‬:‫حدثنا حممد بن بشار‬

‫ قال رسول‬:‫ قال مسعت عبد اهلل بن مسعود يقول‬,‫ مسعت حممد بن كعب القرظي‬: ‫موسى’ قال‬

‫ ال‬,‫ من قرأ حرفا من كتاب اهلل فله به حسنة واحلسنة بالعشر أمثاهلا‬:‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬

‫ وميم حرف‬,‫ والم حرف‬,‫ ولكن ألف حرف‬,‫ امل حرف‬:‫أقول‬.


Artinya: “Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abu bakar
Al Hanafi menceritakan kepada kami, Adh-Dhahak bin Utsman menceritkan
kepada kami, dari Ayub bin Musa. Dia berkata, aku mnedengar Muhammad bin
Ka’ab Al-Qurazhi berkata, aku mendengar Abdullah bin Mas’ud berkata,
Rasulullah Saw. bersabda “Siapa saja yang membaca satu huruf dari kitab Allah
(Al-Qur’an) maka ia akan mendapatkan satu kebaikan karenanya dan sepuluh
kebaikan yang serupa dengannya (dilipat gandakan sepuluh kali lipat). Aku tidak
mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam
satu huruf, dan miim satu huruf.”
Shahih: Takhrij Ath-Thahawiyah (139) dan Al Misykah (2137).

5
Dalam Muhamad Abduh Tausikal, Dakwah dan Mengajarkan Ilmu termasuk amalan Muta’addi,
https://rumaysho.com/21297-dakwah-dan-mengajarkan-ilmu-termasuk-amalan-mutaaddi.html,
ditulis pada 29 Agustus 2019

4
Hadits ini juga diriwayatkan dengan jalur periwayatan yang berbeda, dari
Ibnu Mas’ud.
Abu Al Ahwash meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud. Sebagian ahli hadits me-
marfu’-kannya, sedangkan Sebagian yang lain me-mauquf-kannya, dari Ibnu
Mas’ud.
Abu Isa berkata, “Hadits ini hasan shahih gharib dari jalur periwayatan
ini.”
Aku (Abu Isa) mendengar Qutaibah berkata, “Muhammad menyampaikan
kepadaku bahwa Muhammad bin Ka’ab Al Qurazhi dilahirkan pada masa
kehidupan Rasulullah.” Muhammad bin Ka’ab dijuluki dengan Abu Hamzah.66

Tak terbayangkah oleh kita jika Guru yang Ahli dalam bidang Al-Qur’an
mengajarkan bacaan Al-Quran yang baik dan benar kepada murid-muridnya,
berapa aliran pahala yang didapatkan oleh Guru karena pahala dari bacaan murid-
muridnya tersebut, belum lagi mungkin diantara sekian murid-murid tersebut
kelak menjadi Ahli pula dalam bidang Al-Qur’an dan memiliki banyak murid lagi,
dan yang lebih menarik jarang seseorang membaca Al-Qur’an itu hanya 1 huruf
saja.

Penulis ingin menyarankan kepada orang tua untuk bisa senantiasa


mengajarkan anaknya sejak dari kecil membaca Al-Qur’an, minimal Al-fatihah
yang baik dan benar sesuai kaidah tajwid, sebab Al-fatihah itu akan dibawa terus
olehnya minimal 17 kali sehari dalam shalatnya, dan aliran pahala itu akan sampai
terus pada orang tua.
 
Manakah yang lebih afdhal, mengerjakan ibadah ataukah sibuk dengan
ilmu dan berdakwah?
 

6
Penterjemah: Abu Muqbil Ahmad Yuswaji, Muhamad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan
Tirmidzi, Depok, Pustaka Azzam, Desember 2002, Jilid 3: Bab: Siapa Saja yang Membaca Satu
Huruf dalam Al-Qur’an, Baginya Pahala, hlm. 236-237

5
Imam Nawawi rahimahullah menerangkan, “Boleh bagi orang yang
iktikaf membaca Al-Qur’an dan membacakan untuk yang lainnya, atau ia juga
dibolehkan untuk mempelajari suatu ilmu dan mengajarkan pada yang lainnya,
seperti ini tidaklah dimakruhkan ketika iktikaf. Imam Syafi’i dan ulama
Syafi’iyah mengatakan bahwa belajar dan mengajarkan ilmu itu lebih afdal
dibanding shalat sunnah. Karena sibuk dengan ilmu itu fardhu kifayah, itu
lebih afdal dari amalan sunnah. Dengan ilmu akan membetulkan shalat dan
ibadah kita. Manfaat ilmu tadi adalah muta’addi, bermanfaat untuk yang lainnya.
Dan telah nampak banyaknya berbagai hadits yang menunjukkan keutamaan dari
sibuk dalam ilmu dibanding dengan hadits yang membicarakan shalat sunnah.”

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz rahimahullah sampai


meninggalkan puasa sunnah dalam beberapa waktu karena bisa melemahkan
beliau dalam mengurus hajat orang banyak.

“antara hajat orang banyak adalah mengajarkan ilmu”7

Ta’rif Fardhu Kifayah

‫فصل إذا ورد اخلطاب بلفظ العموم دخل فيه كل من صلح له اخلطاب وال يسقط ذلك الفعل‬

‫عن بعضهم بفعل البعض إال فيما ورد الشرع به وقررة تعاىل أنه فرض كفاية كاجلهاد وتكفني‬

‫إذا أقام به من يقع به الكفاية سقط عن الباقني‬ ‫امليت والصالة عليه ودفنه فإنه‬

“Jika terdapat khitab (seruan) dengan lafadz yang umum maka masuklah
siapa saja yang tercakup dalam khitab tersebut. Tidak gugur seruan (kewajiban)
tersebut meskipun sebagian orang telah melakukannya kecuali terdapat ketetapan
syariat mengenai hal tersebut. Karena itu fardhu kifayah seperti jihad,
mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan mayat jika telah ditegakkan
7
Dalam Muhamad Abduh Tausikal, Dakwah dan Mengajarkan Ilmu termasuk amalan Muta’addi,
https://rumaysho.com/21297-dakwah-dan-mengajarkan-ilmu-termasuk-amalan-mutaaddi.html,
ditulis pada 29 Agustus 2019

6
(ditunaikan) oleh siapa saja yang mampu melaksanakan kifayah ini maka
gugurlah kewajiban yang lainya (al luma 1/82)”.8

Jadi dalam mengajarkan ilmu pada khalayak itu mesti dilakukan jika kita
sudah mumpuni dalam bidangnya agar dalam hal ini tentang Pendidikan Agama
Islam, ilmu itu tidak hanya sekedar menghapuskan kebodohan dalam diri
manusia, tapi juga memperkenalkan manusia dengan Rabb-Nya, memperbaiki
adab dan akhlak, mendapatkan ketentraman, serta mencari keridhaan Allah.

B. Keutamaan Menuntut Ilmu

1. Menjadi Orang Baik

Imam al-Bukhari menukil hadits Rasulullah saw., Yang sempat diutarakan


Mu'awiyyah bin Abi Sufyan tatkala beliau berkhutbah. Beliau menyatakan:

‫ (( من يرد اهلل به خريا يفقهه يف الدين وإمنا أنا‬: ‫مسعت النيب صلى اهلل عليه وسلم يقول‬

‫قاسم واهلل يعطي ولن تزال هذه األمة قائمة على أمر اهلل ال يضرهم من خالفهم حىت يأيت‬

)‫أمر اهلل)) (رواه البخاري‬

Artinya : "Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam bersabda bahwa, siapapun yang Allah kehendaki mendapat
kebaikan pada dirinya, niscaya Allah akan menganugerahinya pemahaman
agama, Sungguh, aku hanyalah pembagi sedangkan Allah yang
memberi.Umat ini akan senantiasa tegak di atas agama Allâh, tidak
membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka hingga datang
ketentuan Allâh" (HR. al-Bukhâri)

Validitas Hadits

8
Dalam Wahyudi Ibnu Yusuf, Pembahasan Fardhu Kifayah,
https://matanbjm.wordpress.com/2013/05/20/kajian-ushul-fiqh/, ditulis pada 20 Mei 2013

7
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dalam kitab
shahihnya pada pembahasan kitâb al-ilmi no. 71. Beliau juga
menyantumkannya kembali di no. 3116, 3641, 7312, dan 7460. Adapun jalur
periwayatan (sanad) hadits ini diterima oleh al-Bukhâri dari Sa'id bin 'Ufair.
Beliau menerima dari Ibnu Wahb yang mendapatinya dari Yunus, diterima
dari Ibnu Syihab. Beliau menerima dari Humaid bin Abdurrahmân yang
pernah mendengar Mu'awiyah bin Abi Sufyan berkhutbah dan menyampaikan
hadits ini.

Intisari Makna

Hadits ini memberikan pesan yang dalam,bahwa tanda kebaikan pada


seseorang tidak melulu terletak pada sisi materi dunia. Tanda terpenting yang
mesti anda ketahui ialah pemahaman akan tuntunan agama. Seorang muslim
yang memiliki materi berlimpah. Kedudukan yang megah, namun saat yang
bersamaan gagal paham tentang agamanya maka ia belum termasuk orang
baik menurut Allâh Swt. Karena itu, saat Allâh menginginkannya berubah
menjadi baik maka hal pertama yang diberikan ialah bimbingan untuk mau
belajar, memahami tuntunan agamanya. Berbahagialah seorang hamba yang
telah condong untuk belajar agama. Sungguh, ia tengah dibimbing untuk
berubah menjadi lebih baik dalam pandangan Allâh dan RasulNya.

Hadits ini juga menyiratkan pesan bahwa, pelajaran yang baik amat
menekankan pemahaman, tidak sekedar menghadirkan materi yang menghiasi
pendengaran. Bila pun Anda selama ini belajar di majelis ilmu namun tidak
memahami esensi pelajaran,maka itupun belum menjadi ta'lim dan ta'allum
yang baik.

Pelajaran yang baik akan menjadikan setiap muslim lebih dekat dengan
Allâh Subhânahu wa ta'ala dan segala yang diridhaiNya. Bukan menjauh,
apalagi menodai tuntunan agamanya. Bila Anda dapati seorang pembelajar -

8
ataupun pengajar-yang semakin jauh dari tuntunan Islam bahkan
merendahkan kemuliaannya, maka sungguh ia bukanlah termasuk orang baik.

Rasulullâh shallallâhu 'alaihi wasallam menegaskan bahwa kekuatan


beragama yang disertai pemahaman paripurna akan mengkokohkan soliditas
umat, sekaligus menjaga kesatuan hingga tiba masa kiamat. Wallahu a’lam.9

2. Bagai Mendapati Minuman Nabi

Imam al-Bukhari menukil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam

‫ ((بينا أنا نائم أتيت بقدح لنب فشربت‬:‫مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال‬

‫حىت إين ألرى الري خيرج يف أظفاري مث أعطيت فضلي عمر بن اخلطاب قالوا فما أولته‬

)‫يارسول اهلل قال العلم)) (رواه البخاري‬

Artinya: “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda bahwa, Ketika aku sedang tidur aku bermimpi diberi
segelas susu. Aku pun meminumnya hingga – sungguh- aku melihat kepuasan
mengalir dari kuku jemariku. Lalu aku berikan sisanya kepada Umar bin al-
Khattab. Para sahabat bertanya, Apakah ta’wil mimpi tersebut wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, Ilmu” (HR. al-Bukhari)

Validitas Hadits

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dalam kitab


shahihnya pada pembahasan kitab al-ilmu no. 82. Beliau juga
menyantumkannya kembali di no. 3681, 7006, 7007, 7027, dan 7032. Adapun
9
Adi Hidayat, Al-Majmu Bekal Nabi Bagi Para Penuntut Ilmu, Bekasi, Quantum Akhyar Institute,
Agustus 2017, Cet. 3, Keutamaan Menunut Ilmu, hlm. 3-6

9
jalur periwayatan (sanad) hadits ini diterima oleh al-Bukhari dari Sa’id bin
Ufair. Beliau menerima dari al-Laits yang mendapatinya dari Uqail, diterima
dari Ibnu Syihab.Beliau menerima dari Hamzah bin Abdullah bin Umar
bahwa Ibnu Umar pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyampaikan hadits ini.

Intisari Makna

Hadits ini menjelaskan keutamaan ilmu yang terlukis layaknya manfaat air
susu. Tidak hanya menghilangkan dahaga tapi juga menghadirkan
kenikmatan yang tiada terkira. Air susu yang diketahui amar bermanfaat dan
menyehatkan seolah menghadirkan kesan bahwa, ilmu sejati ialah ilmu yang
memberikan manfaat bagi kehidupan, sekaligus melahirkan kondisi yang
menyehatkan bagi jiwa dan raga pemiliknya.

Hadits ini juga secara khusus mengisyaratkan kemuliaan sahabat Umar bin
al-Khattab yang mendapati “percikan ilmu” dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Inilah kiranya yang menjadikan beliau sebagai pribadi yang begitu
jenius, khalifah seringkali melahirkan pelbagai ide cemerlang. Wallahu
a’lam.

Betul dikatakan bahwa dalam hal ini Umar mendapat percikan ilmu, sebab
beliau sangat cerdas, saking cerdasnya beliau ada seorang pemikir terbesar
dari Mesir yaitu Abbas Mahmud al-‘Aqqad menulis tentang kejeniusan
‘Umar nama kitabnya “’Abqariyyatu ‘Umar”.

3. Meraih empat kemuliaan

Imam Abu Dawud menukil hadits Rasulullah saw., riwayat Abu Hurairah,
bahwa:

10
‫ (ما اجتمع قوم يف بيت من بيوت اهلل تعاىل يتلون‬: ‫عن النيب صلى اهلل عليه وسلم قال‬

‫كتاب اهلل ويتدا رسونه بينهم إال نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرمحة وحفتهم املالئكة‬

)‫)وذكرهم اهلل فيمن عنده)) (رواه أبو داو‬

Artinya: “Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa, tidaklah


sekelompok orang berkumpul di salah satu rumah Allâh untuk mengkaji
(kandungan) al-Qur'an dan saling mempelajarinya kecuali akan turun pada
mereka ketentraman, rahmat yang meliputi, malaikat yang mengerumuni,
serta sanjungan Allâh bagi mereka di sekitar makhlukNya" (HR. Abu Daud)

Validitas Hadits

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam kitab
Sunannya pada pembahasan Fi Tsawâbi Qirâatil Qur'ân no. 1455. Hadits ini
juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya bab Fadhlul
ijtima''ala tilâwatil Qur'an, no. 2699, dan at-Tirmidzi dalam kitab Sunannya
no. 2945. Penulis menghadirkan riwayat Abu Daud karena redaksi hadits
yang beliau sampaikan lebih fokus secara matan dibanding versi lainnya.
Adapun jalur periwayatan (sanad) hadits ini diterima oleh Abu Daud dari
Utsman bin Abi Syaibah. Beliau menerima dari Abu Mu'awiyah yang
mendapatinya dari al-A'masy. Beliau menerima dari Abi Shâlih, dari sahabat
Abu Hurairah yang menerima langsung dari Nabi shallallâhu 'alaihi wa
sallam.

Intisari Makna

Hadits ini menyampaikan empat keutamaan yang hanya dianugerahkan


Allâh Subhânahu wata'ala para penuntut ilmu agama, khususnya al-
Qur'ân.Keutamaan dimaksud ialah sebagai berikut:

a. Ketentraman hati (as-sakînah) yang ditanamkan langsung pada jiwa

11
b. Turunnya rahmat yang langsung meliputi, menghadirkan banyak
peluang kebaikan untuk diraih.
c. Hadirnya malaikat yang bahkan menyertai para penuntut ilmu dalam
aktifitas mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan
khususnya yang terkait dengan al-Qur'an, hingga para malaikat turut
menyertai kajiannya.
d. Hadirnya sanjungan Allâh Subhânahu wa ta'âla yang disampaikan
langsung pada makhluk di sekitarNya.

Seluruh keutamaan ini kembali menyemangati para penuntut ilmu untuk


serius belajar agama, tidak hanya turut serta semata. Hadits ini juga sekaligus
menjadi parameter bagi kegiatan ta'lim yang benar, yang di antaranya
menghadirkan ketentraman pada jiwa. Aktifitas ta'lim yang menghadirkan
keresahan atau bahkan penyakit dalam jiwa tidaklah disebut ta'lim yang
benar, berdasar hadits dimaksud. Wallâhu a'lam.

4. Raihan Pahala Melimpah Hingga Ke Alam Barzakh

Imam Muslim menukil dengan baik keutamaan ini lewat hadits yang
disampaikan sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :

((‫إذا مات اإلنسان انقطع عنه عمله إال من ثالثة إال من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو‬

‫)رواه مسلم( ))ولد صاحل يدعوله‬


Artinya: “Bila seorang manusia wafat maka terputuslah amalnya kecuali
tiga hal (yang pahalanya tetap mengalir), yaitu shadaqah jâriyah, ilmu yang
bermanfaat, serta anak shaleh yang terus berdoa untuknya" (HR. Muslim)

Validitas Hadits

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab


Shahihnyapadapembahasan Ma Yalhaqul Insân minast Tsawwab ba'da

12
Wafatih,no. 1641. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam
kitab Jami'nya no. 1376, serta Abu Daud dalam kitab Sunannya no. 2880.
Adapun jalur periwayatan (sanad) hadits ini diterima oleh Imam Muslim dari
Yahya bin Ayyub, Qutaibah (Ibnu Sa'id) dan Ibnu Hujr. Mereka menerima
dari Ismail (Ibnu Ja'far) yang mendapatinya dari al-A'lâ. Beliau menerima
dari ayahandanya, dari sahabat Abu Hurairah yang menerima langsung dari
Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam.

Intisari Makna

Nampak terang dalam hadits ini bahwa ilmu yang bermanfaat tidak hanya
menghadirkan pahala dalam kehidupan pemiliknya. Bilapun ia wafat,
pahalanya akan terus melimpah ke alam barzakh menerangi kesendiriannya
dialam sana. Kemuliaannya bersanding dengan agungnya pahala sedekah dan
doa anak shalih.
Demikianlah keutamaan yang digambarkan Rasulullâh shallallâhu 'alaihi
wa sallam. Sungguh beruntung bila anda mampu meraihnya. Bilapun belum
termasuk di dalamnya maka bergegaslah! Waktu yang anda miliki begitu
singkat, berpacu dengan maut yang kapan saja dapat menjemput, mengantar
anda lebih dari sekedar menuju lembah Alamut. Wallâhu a'lam.

Hadits ini sebetulnya berkorelasi dengan keutamaan mengajar pula, sebab


ilmu yang bermanfaat itu boleh jadi sebab Ia menyampaikannya kepada orang
lain dan orang tersebut mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya,
sehingga orang yang menyampaikan ilmu tersebut mendapat pahala yang tak
terputus. Agak menarik kiranya penjelasan dari Adi Hidayat tentang hadits
ini:

“Nampak terang dalam hadits ini bahwa ilmu yang bermanfaat tidak hanya
menghadirkan pahala dalam kehidupan pemiliknya. Bilapun ia wafat,
pahalanya akan terus berlimpah ke alam barzakh menerangi kesendiriannya di

13
alam sana… Anda harus merasa “iri” bila mendapati kawan penuntut ilmu
yang tidak sekedar giat mengamalkannya, namun mampu mengajarkannya.
Simaklah nasehat Rasulullah Saw berikut:

‫ ورجل أتاه اهلل احلكمة‬,‫ال حسد إال يف اثنتني رجل أتاه اهلل ماال فسلطه على هلكته يف احلق‬

‫فهي يقضي هبا ويعلمها‬


Artinya: “Tidak (boleh) iri kecuali dalam dua hal, (yaitu pada) seorang
yang diberi Allah harta lantas menggunakannya dalam kebaikan hingga ia
wafat, dan kepada orang yang diberi Allah hikmah (pengetahuan) lantas ia
giat mengamalkan dan mengajarkannya” (HR. al-Bukhari dan Muslim).”

14

Anda mungkin juga menyukai