Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HADIST TARBAWI

HADIST KEUTAMAAN ORANG YANG MEMILIKI ILMU

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Maharuddin M.Pd.I

DISUSUN OLEH:
Desta Kusuma Prasetya
21.11.03.02.018962

SEMESTER: III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
YAYASAN PERGURUAN IBNU KHALDUN (YAPIK)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BALIKPAPAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami mengucapkan Alhamdulillah hirobbil’alamiin kepada Allah Swt. yang telah
melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kami dan teman-teman sekalian,
sehingga dapat menyelesaikan
Sholawat serta salam tak lupa selalu kita haturkan kepada Nabi Muhammad
Saw. yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah Swt. untuk kita semua. Dan tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Maharuddin, M.Pd.I selaku Dosen
Pengampu pada Mata Kuliah Hadist Tarbawi II, karena telah memberikan
kesempatan kepada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hadist Keutamaan Orang yang Memiliki Ilmu”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima untuk
kesempurnaan makalah ini.

Balikpapan, 27 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Dalil-dalil Keutamaan Ilmu Dari al Qur’an ............................................................ 3
B. Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari As Sunnah / Hadits............................................ 4
C. Adab-adab Penuntut Ilmu ....................................................................................... 5
D. Asbabun Nuzul........................................................................................................ 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keistimewaan manusia dibandingkan binatang, yaitu memiliki akal,
pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus. Untuk itu Allah karuniakan
manusia sebuah akal untuk membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Allah
berbuat demikian karena Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.
Oleh karenanya Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga
tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia
dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi.
Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa
menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Dan bagaimana manusia itu diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi
luhur, berakhlak karimah, berkualitas, taat kepada Allah, dan sebagai makhluk yang
hidup bersama-sama dengan orang lain, juga sebagai makhluk yang hidup di
tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah.
Tidak lain adalah manusia itu harus mencari dan memiliki ilmu. Sebab harta yang
paling berharga bagi orang-orang muslim yang hilang adalah ilmu maka apabila
kalian menemukannya maka ambilah.
Untuk itu mengapa manusia khususnya kaum muslimin supaya memiliki ilmu
pengetahuan dan berilmu, agar manusia itu sebagai makhluk yang hidup di tengah-
tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan
dan diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya.
Oleh karena kaum muslimin dan muslimat wajiblah memilki ilmu, sebab ilmu
tidak akan binasa layaknya harta, ilmu akan terus mengalir, karena ilmu pulalah
seorang hamba bisa mengenal dan mencintai Tuhan-Nya (Allah)
Diantara perkara mulia yang hendaknya menjadi kesibukan kita adalah
menuntut ilmu syar’i yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ilmu yang bersumber dari keduanya adalah

1
cahaya dan pelita bagi pemiliknya, sehingga nampak jelas baginya kegelapan
kebatilan dan kesesatan. Orang yang memiliki ilmu akan dapat membedakan antara
petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, sunnah dan bid’ah. Maka ilmu
adalah perkara mulia yang hendaknya menjadi perhatian setiap muslim, perkara
yang harus diutamakan. Karena ilmu itu lebih didahulukan daripada perkataan dan
perbuatan. Sebagaimana firman Allahta’ala :“Ketauhilah, sesungguhnya tidak ada
Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan mintalah ampun atas
dosa-dosamu.”
Didalam ayat diatas Allah lebih mendahulukan ilmu daripada perkataan dan
perbuatan. Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu, hal ini menunjukkan
betapa pentingnya menuntut ilmu. Dengan ilmu, manusia dapat menjadi hamba
Allah yang beriman dan beramal shaleh, dengan ilmu pula manusia mampu
mengolah kekayaan alam yang Allah berikan kepadanya. Dengan demikian ,
manusia juga mampu menjadi hambaNya yang bersyukur, dan hal itu memudahkan
menuju surga.
Di sisi lain, manusia yang berilmu memiliki kedudukan yang mulia tidak hanya
disisi manusia, tetapi juga disisi Allah. Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam
firman Allah dalam Q.S. Al-Mujadilah : 11, yang artinya “Allah akan meninggikan
orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”. Oleh karena itu, Islam memandang bahwa
menuntut ilmu itu sangat penting bagi kehidupan dunia maupun akhirat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah
yaitu:
1. Apa dalil-dalil dari keutamaan ilmu dari al qur’an?
2. Apa dalil-dalil dari keutamaan ilmu dari as sunnah/ Hadist
3. Apa saja adab-adab penuntut Ilmu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dalil-dalil Keutamaan Ilmu Dari al Qur’an


Terdapat banyak dalil, baik dari Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallamyang menjelasakan tentang keutamaan, keagungan
serta ketinggian ilmu. Diantaranya adalah :
Pertama: Firman Allah ta’ala :

Artinya : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Ali Imraan :
18]”1

Kedua : Frirman Allah ta’ala:

Artinya : “Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu


kepadaku,[Thaaha : 114]” Allah ta’ala memerintahkan NabiNya shallallahu ‘alaihi

1
Fernandes, H.P. (2014) ‘Sahih Bukhari MuslimTitle’, (July), p. 139.

3
wa sallam untuk meminta kepadaNya tambahan ilmu. Ini adalah dalil yang sangat
jelas akan keutamaan menuntut ilmu, karena tidaklah Allah perintahkan kepada
beliau untuk meminta tambahan sesuatu kecuali hanya tambahan ilmu.2

B. Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari As Sunnah / Hadits


Banyak sekali dali-dalil yang besumber dari al Qur’an yang menunjukkan akan
keutamaan ilmu. Demikian pula dalil-dalil yang berasal dari As Sunnah An
Nabawiyah dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya
adalah :

Pertama : Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka
untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah
berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka
membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada
mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-
nyebut mereka dihadapan para malaikat.”

Kedua : Sebuah hadits yang ada di shahihain dari Muawiyah radhiyallahu


‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa
yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscana akan difahamkan tentang urusan
agamanya.”. Hadits ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang memiki
semangat dan perhatian dalam menuntut ilmu merupakan salah satu tanda yang
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan baginya. Karena siapa saja
yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka akan difahamkan dalam urusan
agamanya.3

2
Fernandes, H.P. (2014) ‘Sahih Bukhari MuslimTitle’, (July), p. 19.
3
lmu, Keutamaan, D A N Ulama, and Persfektif Hadis. 2011. “Keutamaan Ilmu Ulamaperspektif
Hadis.”

4
C. Adab-adab Penuntut Ilmu
Setelah seorang penuntut ilmu mengetahui dan memahami akan keutamaan
menuntut ilmu, maka hendaknya dia memiliki perhatian yang besar terhadap
permasalahan adab-adab penuntut ilmu, diantaranya adalah4 :

Pertama : Ikhlas Seorang penuntut ilmu dalam mencari ilmu hedaknya punya
perhatian besar terhadap keikhlasan niat dan tujuanya dalam mencari ilmu, yaitu
hanya untuk Allah ta’ala. Karena menuntut ilmu adalah ibadah, dan yang
namanya ibadah tidak akan diterima kecuali jika ditujukan hanya untuk
Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman :

Artinya : ““Dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan hanya untuk beribadah


kepada Allah dengan mengikhlaskan amalan mereka, [Al Baiyinah : 5]”.
Didalam shahihain disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk wajah dan harta kalian, namun yang
Dia lihat adalah hati dan amalan kalian.”

Oleh karena itu seseorang yang punya cita-cita yang tinggi dalam mencari
dan memperoleh ilmu hendaknya punya perhatian yang besar terhadap keihklasan
niat. Karena niat yang ikhlas merupakan sebab akan barakahnya ilmu dan amal.

Maka setiap orang yang telah diberi taufiq oleh Allah untuk bisa berjalan
diatas jalan ilmu hendaknya waspada terhadap niat yang rusak dan selalu berusaha
untuk menjadikan niatnya dalam menuntut ilmu hanya mengharapkan keridhaan
dan wajah Allah ta’ala.

4
Fernandes, H.P. (2014) ‘Sahih Bukhari MuslimTitle’, (July), p. 139.

5
Kedua: “Jika seorang penuntut ilmu mendapatkan taufiq untuk bisa
mengambil manfaat dari ilmunya, hendaknya dia juga bersemangat untuk
menyampaikan ilmu dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Dalam rangka
mengamalkan firman Allah ta’ala :5

Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam


kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.” [Al Ashr :1-3].

Didalam ayat yang mulia ini, Allah ta’ala bersumpah bahwa manusia
semunya mengalami kerugian, tidak ada seorangpun yang selamat dari kerugian
kecuali orang yang beriman, berilmu, mengamalkan ilmunya, mendakwahkannya
kepada orang lain serta bersabar atas gangguan yang menimpanya.

Orang yang menyebarkan ilmu akan memperoleh pahala yang besar, karena
setiap kali ada orang yang mengambil faedah dari ilmu yang dia sebarkan dan
dakwahkan akan dicatat baginya pahala sebagaimana pahala orang yang
mengamalkan dakwahnya tersebut.6

Kita meminta kepada Allah, Rabb arsy yang agung, kita meminta dengan
menyebut nama-namanya yang indah dan sifat-sifatnya yang tinggi agar
menganugerahkan kita semua ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Menunjuki

5
lmu, Keutamaan, D A N Ulama, and Persfektif Hadis. 2011. “Keutamaan Ilmu Ulamaperspektif
Hadis.”
6
Fernandes, H.P. (2014) ‘Sahih Bukhari MuslimTitle’, (July), p. 38.

6
kita kepada jalan-Nya yang lurus, memperbaiki semua keadaan kita dan tidak
membiarkan kita bersandar pada diri kita sendiri meskipun hanya sesaat.

D. Asbabun Nuzul
Al-Qur’an telah diturunkan agar dijadikan sebagai petunjuk dalam
menghadapi berbagai situasi dan masa yang akan datang. Namun demikian, ayat-
ayat tersebut memang diturunkan dalam berbagai situasi dan waktu yang berbeda-
beda24. Untuk lebih memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, kiranya
diperlukan pengetahuan tentang latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, atau
yang sering disebut asbaabun nuzuul (sebab-sebab turunnya suatu ayat). Dengan
mengetahui asbaabun nuzuul suatu ayat, kita akan terlepas dari keragu-raguan
dalam menafsirkannya. Banyak ulama yang menganggap penting pengetahuan
asbaabun nuzuul ayat-ayat Al- Qur’an.

Berbagai usaha pun telah mereka lakukan dalam meneliti dan mengumpulkan
bahan-bahannya. Imam al-Wahidi berpendapat bahwa mengetahui tafsir suatu
ayat Al-Qur’an tidaklah mungkin tanpa mengetahui latar belakang peristiwa dan
kejadian turunnya ayat tersebut. Ibnu Daqiqi ‘Id berpandangan bahwa mengetahui
keterangan tentang turunnya suatu ayat merupakan cara yang paling baik untuk
memahami makna ayat tersebut. Adapun Ibnu Taimiyyah mengemukakan, bahwa
mengetahui asbaabun nuzuul suatu ayat dapat menolong kita memahami makna
ayat tersebut. Pengetahuan tentang asbaabun nuzuul suatu ayat memberikan dasar
yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.

Dalam sejarah dikemukakan, bahwa para ulama salaf pernah mengalami


kesulitan dalam menafsirkan beberapa ayat Al-Qur’an. Namun setelah
mendapatkan asbaabun nuzuul ayat-ayat tersebut, mereka tidak lagi mendapat
kesulitan dalam menafsirkannya. Imam al-Wahidi berpendapat bahwa
pembicaraan mengenai asbaabun nuzuul ayat-ayat Al-Qur’an tidaklah dibenarkan
tanpa mengetahui peristiwanya, mendengar langsung dari orang-orang yang
menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya, serta mendalami ilmunya.

7
Dalam tarikh dikemukakan bahwa Muhammad bin Sirin pernah bertanya kepada
‘Ubaidah tentang makna suatu ayat Al-Qur’an. ‘Ubaidah menjawab:
“Bertakwalah kepada Allah, serta akuilah dengan jujur bahwa orang yang
mengetahui kapan diturunkannya ayat tersebut, telah berpulang (wafat).”

Oleh karena itu, untuk mengungkap kembali kejadian tersebut perlu


penelusuran secara mendalam dan akurat riwayat diturunkannya, ayat tersebut
berdasarkan Hadis-hadis Nabi SAW yang dapat dipertanggungjawabkan tentang
keabsahannya. Menurut al-Hakim di dalam kitab Uluumul Hadits, apabila seorang
sahabat, yang menyaksikan wahyu dan turunnya ayat-ayat AlQur’an, mengatakan
bahwa ayat anu turun berkenaan dengan anu, dapatlah disimpulkan bahwa hadis
itu musnad. Orang yang sependirian dengannya ialah Ibnush Shala .Ibnu
Taimiyyah berpendapat, bahwa suatu Hadis kadang-kadang menuturkan maksud
suatu ayat yang justru dalam ayat itu sendiri sudah jelas maksudnya. Hadis seperti
ini menerangkan ayat tersebut, dan tidak mengenal asbaabun nuzuul-nya.7

7
lmu, Keutamaan, D A N Ulama, and Persfektif Hadis. 2011. “Keutamaan Ilmu Ulamaperspektif
Hadis.”

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat banyak dalil, baik dari Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallamyang menjelasakan tentang keutamaan, keagungan
serta ketinggian ilmu. Diantaranya adalah : Pertama : Firman Allah ta’ala : “Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]

Ayat ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah
menggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian
para malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi,
tidak ada Ilah yang benar melainkan Dia.

B. Saran
Saya sebagai golongan terpelajar hanya mengambangkan kitab-kitab hadist
sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca,
maknai, dan ditafsiri dengan baik selanjutnya di amalkan dengan segenap
kemampuan. Dan kiranya makalah saya ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan
makalah yang saya tulis ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

lmu, Keutamaan, D A N Ulama, and Persfektif Hadis. 2011. “Keutamaan Ilmu


Ulamaperspektif Hadis.”
Fernandes, H.P. (2014) ‘Sahih Bukhari MuslimTitle’, (July),.

10

Anda mungkin juga menyukai