Dosen Pengampu :
Dr.Sujino, M.Pd.I
Oleh :
Pertama,marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi, selain itu
juga bertujuan untuk menambah wawasan terkait dengan Ayat Al-Qur’an Tentang
Subyek Pendidikan, bagi para pembaca maupun penulis.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Pengertian Subyek Pendidikan.......................................................................2
B. Ayat-Ayat Tentang SubyekPendidikan..........................................................2
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
ٓ
ُ َشهِدَ اهّٰلل ُ َان َّ ٗه اَل ۤ ِاهٰل َ ِااَّل ه َُو ۙ َوا لْ َم ٰلِئ َك ُة َو ُا ولُوا الْ ِعمْل ِ قَٓاِئ ًما اِۢب لْ ِق ْسطِ ۗ اَل ۤ ِاهٰل َ ِااَّل ه َُو الْ َع ِز ْي ُز الْ َح ِكمْي
Artinya :"Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula)
para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan
selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
2
menyaksikan di atas dipahami dalam arti menjelaskan dan menerangkan
kepada seluruh makhluk. Allah menyaksikan bahwa tiada Tuhan
melainkan Dia.Kesaksian itu merupakan kesaksian diri-Nya terhadap diri-
Nya. Kesaksian yang sangat kukuh untuk meyakinkan semua pihak
tentang kewajaran-Nya untuk disembah dan diandalkan.Allah
menyaksikan diri-Nya Maha Esa, Tiada Tuhan selain Dia. Keesaan itu pun
disaksikan oleh para malaikat dan orang-orang yang berilmu, dan masing-
masing; yakni Allah, malaikat, dan orang-orang yang berpengetahuan,
secara berdiri sendiri menegaskan bahwa kesaksian yang mereka lakukan
itu adalahberdasarkan keadilan. Makna ini yang dipahami oleh sementara
ulama sebagai arti qa'iman bi al qisth, yang redaksinya berbentuk tunggal.
Tentu saja tidak menunjuk kepada Allah, malaikat, dan orang-orang yang
berilmu; ketiganya sekaligus. Ada juga yang menjadikan kata qaim bi al-
qisthitu sebagai penjelasan tentang keadaan Allah SWT, dalam arti tidak
ada yang dapat menyaksikan Allah dengan penyaksian yang adil, yang
sesuai dengan keagungan dan keesaan-Nya kecuali Allah sendiri, karena
hanya Allah yang mengetahui secara sempurna siapa Allah. "Ketuhanan
adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh Allah, maka tidak akan ada
satupun yang mengenal-Nya kecuali diri-Nya sendiri.Allah Qa'iman bi al-
qisth, menegakkan keadilan yang memuaskan semua pihak. Dia yang
menciptakan mereka dan menganugerahkan aneka anugerah. Jika ini diberi
kelebihan rezeki materi, maka ada rezeki yang lain yang tidak
diberikannya.
3
yang mampu menggunakan akal pikirannya dengan baik. Sebab, akal
pikiran merupakan modal utama manusia mencapai derajat tertinggi di sisi
Allah SWT.
َو َم ۤا َا ْر َسلْنَا ِم ْن قَ ْبكِل َ ِااَّل ِر َجا اًل ن ُّْويِح ْۤ ِالَهْي ِ ْم فَ ْســَئلُ ْۤوا َا ْه َل ِّاذل ْك ِر ِا ْن ُك ْنمُت ْ اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن ۙ اِب لْ َب ِ ّينٰ ِت َوا ُّلزبُ ِر ۗ َو َا
ْن َزلْنَ ۤا ِالَ ْي َك ا ِّذل ْك َر ِل ُت َبنِّي َ ِللنَّا ِس َما نُ ّ ِز َل ِالَهْي ِ ْم َولَ َعلَّه ُْم ي َ َت َفكَّ ُر ْو َن
Artinya : "Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan
orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (mereka Kami
utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan
Kami turunkan Ad-Zikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.
1
Holili, Studi Hasan Hanafi Pada Surat Al Imran(UIN Sunan Ampel:Surabaya,2018)hlm.66
4
boleh kalian mengingkari dan jika dari manusia, maka janganlah kalian
mengingkari kalau Muhammad adalah seorang Rasul.
5
sama, bedanya rasul itu diberi mu‟jizat untuk menjelaskan. Dan mu‟jizat
yang diberikan kepada nabi Muhammad adalah berupa Al-Qur'an.
الس ْم َع َوا اْل َ بْرٰص َ َوا اْل َ فِْئدَ َة ۙ ل َ َعلَّمُك ْ ت َ ْش ُك ُر ْو َن
َّ ُ َوا هّٰلل ُ َاخ َْر َجمُك ْ ِّم ْۢن بُ ُط ْو ِن ُا َّمهٰ ِتمُك ْ اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن شَ ْيــًئا ۙ َّو َج َع َل لَـمُك
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, agar kamu bersyukur."
(Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun)Yakni bayi-bayi yang tidak mengetahui sesuatu
apapun. َْص َر َواَأْل ْفـِٔ َدة
ٰ ( َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَأْلبdan Dia memberi kamu pendengaran,
pengelihatan dan hati nurani) Yakni Allah menciptakan pada diri kalian
hal-hal ini, agar dengannya kalian dapat mendapatkan ilmu. لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون
((agar kamu bersyukur. Yakni agar kalian menggunakan setiap anggota
tubuh sesuai dengan tujuannya masing-masing, sehingga kalian
mengetahui nilai kenikmatan yang Allah berikan kepada kalian, kemudian
dengan begitu kalian akan mensyukuri-Nya.
b) Kandungan Surat An-Nahl Ayat 78
Pada ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa ketika seorang anak
manusia dilahirkan ke dunia dia tidak tahu apa-apa. Dengan kekuasaan dan
kasih sayangNya, manusia dibekali dengan atribut pelengkap yang
nantinya dapat berfungsi untuk mengetahui segala sesuatu yang
sebelumnya tidak pernah diketahui. Atribut-atribut tersebut ialah berupa
tiga unsur penting dalam proses pembelajaran bagi manusia, yakni:
pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran.
6
Karena diyakini bahwa sang bayi dapat menangkap pesan melalui
pendengaran itu. Setelah manusia menyadari bahwa ketika lahir tidak
satupun yang bisa diketahui, kemudian atas kemurahan Allah swt yang
telah memberikan indera pendengaran, penglihatan dan hati / akal pikiran,
manusia bisa mengetahui segala sesuatu dalam hidupnya. Kesadaran
tersebut sudah seharusnya mendorong rasa bersyukur yang teramat besar
kepada Allah swt yang telah berkuasa memberikan semuanya.
Oleh karena itu, pada akhir ayat ini Allah swt menegaskan bahwa
semua diberikan kepada manusia agar mereka mau bersyukur kepada-Nya.
Rasa syukur itu kemudian harus diwujudkan dengan pengakuan,
ketundukan, ketaatan, kepatuhan yang dapat diekspresikan dalam bentuk
keimanan dan direalisasikan dalam beribadah kepada-Nya. Dialah Allah
swt. Zat yang Maha Pencipta, Zat Yang Maha Pemurah, Zat Yang Maha
Kuasa, dan Zat Yang Maha Besar.
Allah swt menceritakan tentang ucapan Musa kepada orang alim, yakni
Khidhir yang secara khusus diberi ilmu oleh Allah Ta’ala yang tidak diberikan
kepada Musa as, sebagaimana Dia juga telah menganugerahkan ilmu kepada
Musa yang tidak Dia berikan kepada Khidhir.
قَا َل لَهۥُ ُمو َس ٰى َۡهل َأتَّبِ ُع َك َع َل ٰٰٓى َأن تُ ِ َعل َم ِن ِ َّمما ُ ِع ۡلم َت ُر ۡشدَا
Artinya: Musa berkata kepada Khidhir "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmuilmu yang telah diajarkan
kepadamu (QS. Al Kahfi: 66).
Dalam ayat ini, Allah menyatakan maksud Nabi Musa a.s. datang
menemui Khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam
kepada Khidir dan berkata kepadanya, "Saya adalah Musa." Khidir bertanya,
"Musa dari Bani Israil?" Musa menjawab, "Ya, benar!" Maka Khidir memberi
hormat kepadanya seraya berkata, "Apa keperluanmu datang kemari?" Nabi Musa
menjawab bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya
dengan maksud agar Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang
telah diajarkan Allah kepadanya, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.
7
Dalam ayat ini, Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa sebagai calon
murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk
pertanyaan. Itu berarti bahwa Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan
merendahkan hati. Beliau menempatkan dirinya sebagai orang yang bodoh dan
mohon diperkenankan mengikutinya, supaya Khidir sudi mengajarkan sebagian
ilmu yang telah diberikan kepadanya. Menurut al-Qadhi, sikap demikian memang
seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada
gurunya.
8
kedudukan ataupun martabat yang tinggi, dan membawanya ketingkat yang
sejajar dengan orang lain.Menurut ahli tahqiq, merendahkan diri itu ialah
anggapan seseorang bahwa dirinya tidak ada kelebihannya dibandingkan dengan
yang lain karena kedudukan yang ada padanya, apabila seseorang masih
beranggapan ada manusia lain yang lebih buruk dari padanya, maka ia adalah
orang yang sombong. Sedangkan dalam hal bersungguh-sungguh, menurut Syaikh
AlZarnuji, menuntut Ilmu dibutuhkan kesungguhan hati oleh tiga pihak, yaitu
Pelajar, Guru dan Ayah bila ia masih hidup.
3). Tidak su’udzan (berprasangka jelek) kepada guru, sebab hal ini akan
menyebabkan terhambatnya Ilmu yang diterima dari guru.
9
7). Sabar. Yakni sikap menerima dengan sepenuh hati atas perintah
apapun yang diberikan oleh guru, menjauhkan diri dari hal-hal yang
bertentangan dengan kehendak Allah.2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Pengertian Subyek Pendidikan
2
Moch. Sya’roni Hasan,Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 66-78 Tentang Adab Murid Kepada Guru
Dalam Pendidikan Tasawwuf(Jurnal Qolamuna, juli 2019) vol.5 no.1 halaman 58-59
10
tiga unsur penting dalam proses pembelajaran bagi manusia, yakni:
pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran.
3. QS Al-kahfi ayat 66
11
DAFTAR PUSTAKA
Moch. Sya’roni Hasan,Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 66-78 Tentang Adab Murid
Kepada Guru Dalam Pendidikan Tasawwuf(Jurnal Qolamuna, juli 2019) vol.5
no.1 halaman 58-59
12