PENDIDIKAN ISLAM
Dibuat Oleh :
KELAS A
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang atas
rahmat-Nya dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dengan dosen Dr.Syukri Fathudin Achmad Widodo Adapun
tema dari makalah ini adalah “ Pendidikan Islam“.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa , saran , dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu , kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami harapkan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembnagan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan ..........................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai apa Tujuan dan Prinsisp Pendidikan
Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kamus bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian yang berasal
kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses pengubahan sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia.
Di kalangan tokoh pendidikan Islam ada tiga istilah yang umum digunakan dalam
pendidikan Islam, sebelum mempelajari apa itu pendidikan. Yaitu al-Tarbiyah
(pengetahuan tentang al-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi
dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai
ilmiah), al-Ta’dib (integrasi ilmu dan iman yang membuahkan amal).
a. Istilah Tarbiyah
Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba”, “yurabbi” menjadi “tarbiyah” yang
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai
khalifah berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan
sekaligus sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian
manusia sebagai bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang
bersama alam lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai
tugas untuk mengolah, memelihara dan melestarikan alam dan lingkungan alam.
Dalam bentuk kata kerja, kata ini dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an seperti pada
Surat Asy-Syu’ara’ ayat 18 dan Al-Isra’ ayat 24.
Artinya : ... ya Tuhan kasihanilah keduanya (orang tua) sebagaimana keduanya telah
mendidikku semenjak aku kecil (Q.S. Al-Isra’: 24)
b. Istilah Al-Ta’lim
Secara Etimologi, Ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer
ilmu pengetahuan. Hakikat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses
pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi Al-Qur’an ketika
penciptaan Adam A.S. oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep ilmu
pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan dengan
menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan
Adam A.S. dengan tuhannya. (Jalaluddin, 2001:122).
c. Istilah Al-Ta’dib
Menurut Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam
adalah Al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada Hadis Nabi yang artinya :
“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. Al-Askary dari Ali
r.a).
Dari ketiga kata bahasa arab tersebut kita melihat bahwa kata tarbiyah mempunyai
pengertian yang lebih luas dan lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan dibandingkan
dengan kata ta’dib dan ta’lim. Kata ta’lim lebih dititikberatkan kepada pengajaran karena
lebih terfokus kepada pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan sebagaimana ayat yang
telah kita kutip di atas, sedangkan pendidikan lebih luas dari sekadar pengajaran.
Sementara itu, kata ta’dib lebih banyak mengacu kepada pendidikan Akhlak dan budi
pekerti sebagaimana yang dianut oleh para ahli pendidikan, seperti Prof. Zakiah Daradjat
dan Abdur-Rahman An-Nahlawi. Meskipun demikian, Muhammad Naquib Al-Attas yang
mengatakan bahwa kata ta’dib lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan karena kata
ta’dib mencakup wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam. Lain
lagi dengan Abdul Fattah Jalal yang menyatakan bahwa kata ta’lim lebih luas daripada
kedua kata lainnya. Alasannya adalah firman Allah pada ayat 151 dari Surat Al-Baqarah
yang berbunyi :
Artinya : Sebagaimana Kami telah mengirim Rasul dari jenis kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kitab
dan hikmah serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 151)
Dari pengertian lugawi di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan
proses mengubah keadaan anak didik dengan berbagai cara untuk mempersiapkan masa
depan yang baik baginya.
Abdur Rahman, Al-Bani misalnya menyimpulkan dari ketiga kata bahasa Arab yang
sudah kita sebutkan tadi bahwa pendidikan itu memiliki empat unsur, yaitu :
Dari pendapat Al-Bani ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan Islam yang meliputi unsur-unsur memelihara
dan mengembangkan potensi atau fitrah anak didik secara bertahap sesuai dengan
perkembangannya
Pendidikan sebagai suatu bahasan ilmiah sangat sulit untuk didefinisikan. Muhammad
Al-Naquib Al-Attas mengatakan bahwa konferensi internasional pertama tentang
pendidikan muslim (1977) ternyata belum berhasil menyusun suatu definisi pendidikan
yang dapat disepakati oleh para ahli pendidikan secara bulat. Berikut ini akan
dikemukakan pengertian pendidikan dan pendidikan Islam yang diberikan para ahli.
a. Pengertian Pendidikan
1. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuh dan
berkembangnya anak-anak segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
3. Dalam sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
6. Berkaitan dengan itu seorang pakar pendidikan Barat, Rupert C. Lodge mengemukakan
bahwa pendidikan dapat dilihat dari pengertian luas dan pengertian sempit. Dalam arti
yang luas, ia mengatakan bahwa pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman peserta
didik, baik pengalamannya dengan pendidik, orang tua, teman sepermainan maupun yang
diperolehnya dari alam lingkungan selain manusia, seperti hewan (dalam arti sempit,
pendidikan hanya sekadar pengajaran di sekolah).
2. Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan
masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan
baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
3. Menurut Burlian Shomad, pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan
membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut
ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas jelaslah pengertian
pendidikan itu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pendidikan dalam arti
luas dan pendidikan dalam arti sempit.
Pengertian pendidikan dalam arti sempit adalah usaha sadar (usaha yang direncanakan
waktu, tempat dan biaya, diprogram, diorganisasikan, diukur dan dievaluasi) yang
dilakukan oleh manusia dewasa (pendidik profesional) untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peserta didik menjadi dewasa
untuk berperan dimasa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti luas adalah segala proses interaksi yang terjadi antara
seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Berupa bimbingan, arahan dan latihan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi dalam diri manusia baik secara
mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia dewasa dan bertanggung jawab
sebagai makhluk yang berbudi luhur.
Hakikat pendidikan Islam adalah segala upaya dan usaha untuk menjadikan manusia
dewasa sesuai dengan ajaran Islam. Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam “pendidikan”
mempunyai pengertian suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang
didalammya mengandung beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah :
2. Bimbingan mempunyai arah yang bertitik tolak pada dasar pendidikan dan berakhir
pada tujuan pendidikan.
4. Bimbingan merupakan proses, maka harus proses ini berlangsung dalam jangka waktu
tentu.
5. Di dalam bimbingan harus mempunyai bahan yang aka disampaikan pada anak didik
untuk mengembangkan pribadi seperti yang di inginkan.
Dalam proses pendidikan ada beberapa komponen atau unsur utama yang mesti ada,
yaitu Pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, materi pendidikan dan cara atau metode
pendidikan.
Sumber pendidikan Islam adalah ayat tertulis yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan
ayat tidak tertulis yaitu alam semesta dan seisinya, serta ijtihad dalam bidang pendidikan
berupa pemikiran-pemikiran ulama tentang pendidikan. Al-Qur’an dan Al-Sunnah bukan
hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata, namun
justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh
nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Alam jagat
raya bukan hanya dijadikan obyek ilmu pengetahuan, namun juga dapat dijadikan sumber
pendidikan karena di dalamnya memuat rahasia kebesaran Tuhan. Pemikiran para ulama
juga dapat dijadikan sumber pendidikan Islam, banyak karya ulama-ulama berupa kitab-
kitab yang memuat tentang yang dapat dijadikan sumber pendidikan.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang mengandung implikasi pendidikan. Diantaranya
adalah surat Al-Imran : 190-191, Ad-Dukhan : 38-39, Al-Anbiya’ : 16-18.
Samsul Nizar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal fikiran diri manusia yang rasional, perasaan dan
indera. Karena itu pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah
peserta didik. Aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiyah dan bahasa baik secara
individu maupun kolektif, dan mmendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah
kebaikan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan
ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secaara pribadi maupun kolektif.
Menurut Ali Asraf yang dikutip Abudin Natta mengatakan bahwa pendidikan
seharusnya menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia
melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia.
Senada dengan hal di atas An-Nahlawi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia baik secara
pribadi, maupun secara sosial.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli tersebut dapat diketahui
bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagaimana yang diungkapkan oleh
Abudin Natta sebagai berikut :
1. Mengarahkan anak agar menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan sebaik-baiknya,
yaitu melaksanakan tugas-tugas dan memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan
kehendak-nya.
4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya; sehingga ia memiliki
ilmu, akhlak dan keterampilan yang semuanya ini dapat digunakan guna mendukung
tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
5. Mengarahkan anak agar dapat tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Adnin Armas menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah
mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-individu
yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan. Jadi, tujuan pendidikan
dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis dalam rangka
membentuk manusi yang memiliki kompetensi.
Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam. Akan lebih
baik pendidikan Islam ini supaya mempunyai wacana guna mencetak insan kamil, sangat
perlu ditambah dengan Istimbath Dan Ijtihad para ulama yang tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Hadist. Oleh karena itu pendidik dan peserta diidk harus memahami
kandungan Al-Qur’an dan Hadist. Ketika ada pendapat yang bertentangan dengan
keudanya, seharusnya pendidikan tidak boleh menerimanya sebagai acuan.
Dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ada ayat yang menganjurkan menjauhi kehidupan
dunia, karena Al-Qur’an sendiri menuntut kita untuk berzakat dan bersedekah.
Bagaimana hal tersebut bisa tercapai kalau kita tidak berharta. Memang hidup didunia
hanyalah sementara, semuanya akan musnah tapi perlu diingat, justru dengan kehidupan
sekejap itulah kita dianjurkan mengejar kesuksesan dunia, untuk berlomba-lomba didalam
menggapai amal shaleh sebagai bekal untuk ke akhirat nanti, bukan menjauh dari dunia
seperti layaknya orang-orang yang mengasingkan diri dari kehidupan sosial. Dan
mencapai amal shaleh bukanhanya dengan sholat, wiritan, mengikuti pengajian dan lain
lain, akan tetapi melakukan sesuatu yang menjadi kewajiban kita dan selalu memberikan
manfaat kepada orang lain, niscaya Allah akan mencatat amal shaleh bagi kita. Maka dari
itu sangat disayangkan para tarekat yang membenci kehidupan dunia. Sampai-sampai
mengatakan “Kenikmatan dunia dianggap bangkai dan barang siapa yang mengejarnya
berarti ia anjing.” Jadi pendidikan Islam harus menekankan kehidupan yang mengarah
kepada dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam tidak cukup hanya menyampaikan teori, karena tujuan materi itu
tidak lain untuk dilaksanakan guna mencapai amal yang tinggi disisi Tuhan. Maka dari itu
untuk mencapai pengamalan yang sempurna hendaklah para pendidik melaksanakan apa
yang diajarkan kepada peserta didik. Dan uswatun hasanah harus menjadi pedoman yang
utama di dalam hidupnya. Tidak ada satupun dalam pendidikan yang hanya berorientasi
kepada materi saja.
Segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan berorientasi pada
hubungan sosial dan hubungan kepada Allah SWT. Artinya pendidikan Islam bukan
aktivitas kemanusiaan semata, namun juga disebut sebagai aktivitas ketuhanan artinya
proses pendidikan dapat menjadi nilai agama.
6. Ikhlas
Prinsip ikhlas dapat terlihat dengan jelas dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1. Tuhan
memerintahkan membaca atas nama Allah. Begitu juga pada ayat ke-19, Allah menyuruh
manusia hanya patuh dan sujud kepada-nya tidak kepada yang lain-nya.
Tergambar secara implisit dalam QS. Al-‘Alaq, yaitu tidak adanya batasan yang
konkret tentang kapan seorang harus mulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya
menjelaskan bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian, manusia
perlu belajar sejak dilahirkan sampai ajalnya tiba
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan peradaban Islam
dan mencapai kejayaan umat Islam. Kondisi pendidikan di Indonesia menghadapi berbagai
persoalan dan kesenjangan, yaitu persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, sarana dan
prasarana, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam. Upaya pembaharuan dan
peningkatan pendidikan Islam seharusnya dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh
secara profesional.
1. Tantangan Eksternal
Faktor keberhasilan dari tantangan eksternal adalah dominasi politik Islam. Secara praktis
Islam pada saat itu adalah penguasa politik besar dunia, faktor lainnya adalah kondisi dan
situasi Islam saat itu belum terbebani oleh tradisi agama yang stagnan (semi-mati), hal ini
sangat berbeda dengan kondisi dan situasi Islam abad 20 M dan lebih khusus pada akhir abad
21 M.
2. Tantangan Internal
Beberapa tantangan internal umat Islam yang dapat kita identifikasi di lapangan adalah
sebagai berikut;
a. Pendidikan yang sentralistik: kinerja diatur secara memusat, dari pusat ke pelosok
daerah yang sangat terpencil. Kurikulum metode mengajar, materi atau bahan ajar, tenaga
pendidikan penilaian, ijazah, otorita pendidikan semuanya diatur dari pusat.
b. Pendidikan yang tidak demokratis: praktek pendidikan yang ada bukan proses dialogis
antara pemerintah dan rakyat, namun praktek pendidikan didasarkan pada kemauan dan
kepentingan pemerintah atau negara.
c. Penyelenggara lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan dibawah otorita kekuasaan,
lengkap dengan otorita administrasi berokrasi pemerintah. Tidak berbeda antara
menyelenggarakan kantor camat atau kelurahan dengan penyelenggaraan sekolah atau
perguruan tinggi.
d. Orientasi pendidikan masih berorientasi pada kekuasaan dan produk akhir. Padahal
masyarakat menuntut pendidikan lebih berorientasi kepada kepentingan peserta didik, mutu,
tuntutan pasar, dan metodologi pengembangan pemikiran.
e. Dikotomi pendidikan :
Dikalanga masyarakat Islam masih ada yang berpendapat bahwa ilmu dan agama harus
dipisahkan, karena keduanya adalah suatu yang berbeda, ilmu bersifat rasional objektif
sementara agama bersifat irrasional dan subyektif. Sementara pendekatan IPTEK yang
dijalani masih bersifat parsial. Padahal tuntutan masyarakat global adalah integrasi dan
fungsional. Dalam Islam sendiri kita kenal bahwa iman, ilmu dan amal adalah satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA