Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PESERTA DIDIK DAN PENDIDIK DALAM


PRESPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :
IMRON SHOLIH, M.PDI

Disusun oleh : ...


1. Miftahur Ro’ifah
2. M. Alwi Hufron
3. Nuraeni Karuniya Shofa
4. Sofia Fajarningtya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)TRENGGALEK
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tidak lupa penulis panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Kita
Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Penulisan makalah
berjudul “PESERTA DIDIK DAN PENDIDIK DALAM PRESPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM” bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang sudah berperan membantu
pembuatan makalah ini, terutama Bapak Dosen Imron Sholih M.PDI. Serta penulis berterima
kasih kepada semua Dosen penulis yang selalu mendoakan kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis
agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Amin.

Wassalamualaikumwr.wb

Trenggalek, 7 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 2
C. TUJUAN...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. PENDIDIK
1. Pengertian Pendidik dalam Perfektif Pendidikan Islam ........................................ 3
2. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam............................................................... 5
3. Karakter Yang Harus Dimiliki Pendidik dalam Pendidikan Islam ...................... 6
4. Hak dan Kewajiban Pendidik dalam Pendidikan Islam......................................... 6
B. PESERTA DIDIK
1. Pengertian Peserta Didik Dalam Persfektif Islam ................................................. 7
2. Karakteristik Yang Dimiliki Peserta Didik ........................................................... 10
3. Akhlak dan Kewajiban Peserta Didik .................................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 15
B. SARAN........................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam Al Qur’an, orang beriman kepada Allah SWT yang disertai memiliki ilmu,
Allah SWT akan tinggikan derajadnya dihadapan sesamanya, maupun Allah SWT.
Sebagaimana firmanNya. ْ‫ش ُزوا‬ َ ‫س ُحواْ يَ ۡف‬
ُ ‫سحِ ٱللَّهُ لَ ُك ۡ ۖۡم َو ِإذَا قِي َل ٱن‬ َّ َ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ ِإذَا قِي َل لَ ُك ۡم تَف‬
َ ‫س ُحواْ فِي ۡٱل َم َج ِل ِس فَ ۡٱف‬
‫ش ُزواْ يَ ۡرفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِمن ُك ۡم َوٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم دَ َر َج ٖۚت َوٱللَّهُ ِب َما ت َعۡ َملُونَ َخ ِبير‬ ُ ‫ فَٱن‬١١“Hai orang-orang beriman
apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadilah : 11).

Dalam menuntut ilmu tersebut, terdapat unsur/komponen yang penting, diantaranya


adalah Pendidik dan Peserta Didik. Sebab tiu, perlu kita meninjau mengenai Pendidik dan
Peserta Didik ini dari berbagai sudut pandang. Akan tetapi apabila kita tinjau dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, dapat kita jumpai pengertian dari
Pendidikan. Bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar Peserta Didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhalk
mulia, serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Maka, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan dapat berlangsung jika memenuhi unsur-
unsur yang ada di dalamnya, salah satunya Pendidik dan Peserta Didik. Kedua hal tersebut
sangatlah penting dan menjadi komponen dalam Pendidikan. Akan tetapi jika kita lihat dari
sudut pandang Islam, maka akan kita menemukan perspektif Pendidikan Islam. Baik itu
mengenai pengertiannya, karakternya dan hak dan kewajiban dari Pendidik dan Peserta Didik
ini. Inilah yang kita bahas dalam makalah sederhana ini.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Pendidik?
2. Apa Itu Tugas Pendidik?
3. Apa itu Hak dan Kewajiban Pendidik?
4. Apa itu Peserta didik?
5. Apa akhlaq dan kewajiban yang harus dimiliki peserta didik?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengerti dan memahami pengertian, tugas, hak dan kewajiban sebagai seorang
pendidik.
2. Mengetahui akhlaq dan kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIK

1. Pengertian Pendidik dalam Perfektif Pendidikan Islam

Pendidik atau guru adalah sebagai satu sosok individu yang berada di depan kelas
dalam pengertian yang terbatas. Dalam arti luas adalah seorang yang mempunyai tugas
tanggung jawab untuk mendidik Peserta Didik dalam mengembangkan kepribadiannya, baik
berlangsung disekolah maupun di luar sekolah. Menurut UU SPN 1989, guru termasuk tenaga
kependidikan khususnya tenaga Pendidik yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih
Peserta Didik.

Secara etimologi dalam konteks Pendidikan Islam, Pendidik disebut dengan ustadz,
mu’allim, murabbi, mursyid dan mudarris. Kelima kata itu, mempunyai makna yang berbeda
sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam situasi tertentu mempunyai kesamaan makna.

a. Ustadz adalah orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat pada
dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasi kerja, serta sikap
continuous improvement (berkelanjutan).
b. Mu’alim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta
menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoretis praktisnya,
sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi, serta implementasi
(amaliah).
c. Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan Peserta Didik agar mampu
berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya.
d. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau
menjadi pusat anautan, teladan, dan konsultan bagi Peserta Didik.
e. Mudarris adalah orang yang mampu menyiapkan Peserta Didik untuk bertanggung
jawab dalam membangun peradapan yang berkualitas di masa depan.

Dalam terminologi Pendidikan modern, para Pendidik disebut orang yang memberikan
pelajaran kepada anak didik dengan memegang satu disiplin ilmu di sekolah.[4]

3
Secara umum Pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, Pendidik dalam perspektif Pendidikan Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan Peserta Didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi Peserta Didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Secara terminologi para pakar menggunakan rumusan yang berbeda tentang Pendidik.
a. Zakiah Daradjat, berpendapat bahwa Pendidik adalah individu yang akan memenuhi
kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku Peserta Didik.
b. Marimba, beliau mengartikan sebagai orang yang memikul pertanggungjawaban
sebagai Pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya
bertanggung jawab tentang Pendidikan Peserta Didik.
c. Ahmad Tasir, mengatakan bahwa Pendidik dalam Islam sama dengan teori di Barat,
yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan Peserta Didik.

Islam mengajarkan bahwa Pendidik pertama dan yang utama paling bertanggung jawab
terhadap perkembangan jasmani dan rohani Peserta Didik adalah kedua orang tua. Islam
memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik diri dan keluarganya, terutama anak-anaknya,
agar mereka terhindar dari adzab yang pedih.[7] Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.

َٰٓ
َ‫صونَ ٱللَّهَ َما َٰٓ أَ َم َره ُۡم َو َي ۡف َعلُون‬ َ ‫اس َو ۡٱل ِح َج‬
ُ ۡ‫ارة ُ َعلَ ۡي َها َملَ ِئكَةٌ ِغ ََلظ ِشدَاد ََّّل َيع‬ َ ُ‫ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ قُ َٰٓواْ أَنف‬
ُ َّ‫س ُك ۡم َوأ َ ۡه ِلي ُك ۡم ن َٗارا َوقُودُهَا ٱلن‬
َ‫ َما ي ُۡؤ َم ُرون‬٦

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S At Tahrim: 6)

Sekarang timbul persoalan, disebabkan oleh berbagai macam jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh orang tua Peserta Didik yang menyebabkan orang tua jarang berada di rumah.
Keadaan yang demikian dapat menjadi salah satu penyebab orang tua tidak dapat melakukan
tugasnya menjadi seorang Pendidik, maka dari itu alangkah baiknya kalau kedua orang tua tidak
sama-sama bekerja, mungkin hanya suami yang kerja, istri hanya berada di rumah mengawasi
dan mendidik anak.[8] Karena kedua orang tua harus mencari nafkah untuk memenuhi seluruh

4
kebutuhan, maka orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada Pendidik di sekolah untuk
didik.

2. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam

Secara umum tugas Pendidik adalah mendidik Disamping itu Pendidik juga bertugas
sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi
Peserta Didikdapat teraktualisasi secara baik dan dinamis

Sebagai “warasat al-anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmatal li al-
alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum
Allah, guna memperoleh keselamatan dunia akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada
pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh dan bermoral tinggi.

Menurut ulama seperti Imam Ghazali, mengemukakan bahwa tugas Pendidik yang
utama adalah menyempurnakan, membersikan, mensucikan, serta membawa hati manusia
untuk taqarrub ila Allah. Para Pendidik hendaknya mengarahkan para Peserta Didik untuk
mengenal Allah SWT lebih dekat lagi melalui seluruh ciptaanNya. Para Pendidik dituntut untuk
dapat mensucikan jiwa Peserta Didiknya. Hanya melalui jiwa-jiwa yang suci manusia akan
dapat dengan Khaliq-Nya. Berdasarkan konsep tersebut, An-Nahlawi menyimpulkan bahwa
selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada Peserta Didik,
tugas utama yang harus dilakukan Pendidik adalah tadzkiyat an-nafs yaitu mengembangkan,
membersikan, mengangkat jiwa Peserta Didik kepada Khaliq-Nya, menjauhkannya dari
kejahatan dan menjaganya agar tetap kepada fitrah-Nya.[11]

Secara khusus Tugas Pendidik dalam Islam adalah :


 Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah progra itu
dilaksanakan.
 Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
yang berkepribadian Islam, seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia.
 Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.

5
3. Karakter Yang Harus Dimiliki Pendidik dalam Pendidikan Islam

Sifat-sifat (karakter) yang melekat pada seorang Pendidik, setidaknya ada enam (6) hal.
Yaitu sebagai berikut.
a) Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhoan Allah
semata.
b) Kebersihan Guru. Menjaga kebersihan diri, baik luar (fisik) maupun bathin (emosi dan
pikiran).
c) Ikhlas dan jujur dalam pekerjaan.
d) Pemaaf.
e) Harus mengetahui tabi’at (karakter) Peserta Didik.
f) Harus menguasai mata pelajaran (Profesional).

4. Hak dan Kewajiban Pendidik dalam Pendidikan Islam


a) Hak Pendidik

Karena Pendidik adalah merupakan profesi, tentu mereka berhak untuk mendapatkan
kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi, berupa gaji atau honor. Karna akad ijarah (sewa
tenaga) yang dilakukan Pendidik pada lembaga pendidikan atau pada negara.

b) Kewajiban Pendidik

Menurut Imam Ghazali beberapa kewajiban Pendidik yang harus diperhatikan yakni :

1) Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap Peserta Didik memperlakukan mereka
seperti perlakuan anak kita sendiri. Oleh karena itu seorang Pendidik harus
melayani Peserta Didik seperti melayani anaknya sendiri.
2) Tidak mengharapkan balasan jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi bermaksud
mengajar itu mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
3) Memberikan nasihat kepada Peserta Didik pada tiap kesempatan, bahkan gunakan
setiap kesempatan untuk menasehatinya.
4) Mencegah Peserta Didik dari segala sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan
sindiran jika mungkin dan jangan dengan cara terus terang, dengan cara halus dan
jangan dengan jalan mencela. Al-Ghazali menganjurkan pencegahan itu dengan
6
isyarat atau sindiran, jangan dengan terus terang sekiranya terjadipada Peserta
Didik itu sesuatu yang merupakan akhlak yang kurang baik.
5) Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan mereka
menurut kadar akalnya dan jangan disampaikan sesuatu yang melebihi tingkat daya
tangkapnya, agar ia tidak lari dari pelajaran, ringkasnya bicara dengan bahasa
mereka. Ini adalah prinsip tebaik yang kini tengah dipakai.
6) Jangan ditimbulkan rasa benci pada diri Peserta Didik mengenai suatu cabang ilmu
tersebut, tetapi sebaiknya dibukakan jalan bagi mereka untuk belajar cabang ilmu
tersebut. Artinya Peserta Didik jangan terlalu fanatik terhadap jurusan pelajaannya
saja.
7) Sebaiknya kepada Peserta Didik yang masih dibawah umur, diberikan pelajaran
yang jelas dan pantas buat dia dan tidak perlu disebutkan kepadanya akan rahasia-
rahasia yang terkandung dari sesuatu itu, hingga tidak menajdi dingin kemampuan
dan gelisa fikirannya.
8) Pendidik harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlain kata dengan
perbuatannya.

َ ٖۚ َ‫س ُك ۡم َوأَنت ُ ۡم ت َ ۡتلُونَ ۡٱل ِكت‬


َ‫ب أَفَ ََل ت َعۡ ِقلُون‬ َ ‫اس ِب ۡٱل ِب ِر َوت َن‬
َ ُ‫س ۡونَ أَنف‬ ۡ
َ َّ‫ ۞أَت َأ ُم ُرونَ ٱلن‬٤٤

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu


melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir.” (Q.S. al-Baqarah: 44)
Dalam surat yang lain di dalam Al Qur’an.“Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaf: 3).

B. PESERTA DIDIK
1. Pengertian Peserta Didik Dalam Persfektif Islam

Jika bersandar pada konsep pendidikan sepanjang masa (seumur hidup), maka
dalam arti luas yang disebut dengan Peserta Didik adalah siapa saja yang berusaha untuk
melibatkan diri sebagai Peserta Didik dalam kegiatan Pendidikan, sehingga tumbuh dan
berkembang potensinya, baik yang berstatus sebagai anak yang belum dewasa, maupun
orang yang sudah dewasa.

7
Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga (3) istilah yang menunjukkan makna peserta didik,
yaitu murid, al-tilmīdz, dan al-thālib.

a) Murid berasal dari kata ‘arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang
menginginkan (the willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik
adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia
dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.

b) Al-tilmidz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk
menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah.

c) Al-thalib berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thālibun, yang berarti orang yang
mencari sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari
ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya
untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat.

Dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan berdasarkan


tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmīdz untuk sekolah menengah,
dan al-thālib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut Abuddin Nata, istilah yang lebih
umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim. Istilah yang terakhir ini
mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari
tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Dalam perspektif pendidikan Islam, Peserta Didik merupakan subjek dan objek.
Oleh karena itu proses kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan pesera didik,
di dalamnya. Ia adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu. Karena dalam Islam
diyakini ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang peserta didik harus berupaya untuk
mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada
perintah- Nya.

Namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang peserta
didik harus belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu guru atau Pendidik. Karena

8
Peserta Didik memiliki hubungan dengan ilmu dalam rangka upaya untuk memiliki ilmu,
maka seorang peserta didik mesti berakhlak kepada gurunya. Akhlak tersebut tentunya
tetap mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan hadis.

Sebagaimana Hadis Nabi ‫ﷺ‬, yang artinya, “tidaklah seseorang yang dilahirkan
melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau
me-Nasranikannya atau me-Majusikannya.” (HR. Bukhari).[13]Disamping itu dalam Al-
Qur’an. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.” (QS.an-Nahl: 78)

Dalam perspektif Islam, anak didik sejak lahir sudah dianjurkan untuk dirangsang
dengan suara-suara, seperti suara adzan, iqamah, suara bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an,
lagu-lagu Islami dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena manusia pada masa masih
berada diperut ibunya telah mengadakan perjanjian dengan Allah SWT (Q.S Al-A’raf:
172), dan untuk mengeluarkan nilai-nilai keTuhan-an tersebut perlu dirangsang atau
dipancing dengan suara-suara spiritual.

Disamping itu juga orang tua perlu memberikan nama dan sebutan yang baik
kepada anak tersebut, memberi makanan dan minuman yang baik dan halal (QS. Al-
Baqarah: 168), terutama dengan air susu murni dari ibunya sampai umur dua tahun,
sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah: 233.

Kemudian pada masa anak mulai kelihatan tumbuh potensi biologis, psikologis,
paedagogis-nya, kira-kira umur 2-12 tahun peran pendidikan sudah mulai diperlukan
melalui kegiatan bimbingan, pelatihan, pembinaan, pengajaran dari orang lain yang lebih
dewasa (orang tua atau Pendidik).

Pendidikan disesuaikan dengan kemampuan, bakat, dan minat anak (QS. Al-Kahfi:
29, QS. al-Rum: 30, QS. Hud: 39). Pada masa ini anak sudah mulai memasuki wilayah
pendidikan di luar institusi keluarga, seperti masuk pendidikan di tingkat usia dini 2-4
tahun (play group/PAUD) dan pada 4-6 tahun (taman kanak-kanak), Pendidikan sekolah
dasar (SD) umur 6-12 tahun. Pada masa ini kegiatan Pendidikan diarahkan untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan melalui pemberian contoh berprilaku positif kepada
anak.

9
Pada masa ini anak sudah mulai menfungsikan daya intelektualitas dan tumbuh
kesadarannya sehingga mampu membedakan antara yang baik dan buruk, yang salah dan
benar. Dalam perspektif Pendidikan Islam anak pada usia ini sudah dianjurkan oleh Nabi.
Ia diperintah melaksanakan shalat dan dipukul apabila tidak mau melaksanakannya,
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadis yang artinya, “Perintahlah anak-anak kalian
melaksanakan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia ketika tidak mau
melaksanakannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim).

Oleh karena itu model Pendidikan yang perlu diberikan adalah diarahkan kepada
tiga ranah Pendidikan, yakni pelatihan intelektual (aspek kognitif) pembinaan moral atau
akhlak atau pembiasaan dan ketaatan untuk menjalankan nilai-nilai ajaran agama Islam
(aspek afektif) dan semangat bekerja atau amal shaleh (aspek psikomotorik).

2. Karakteristik Yang Dimiliki Peserta Didik

Peserta Didik memiliki karakteristik yang ada dalam dirinya, sehingga perlu untuk
diketahui yaitu:

a) Belum memiliki pribadi dewasa secara moral. Sehingga masih menjadi tanggung jawab
Pendidik (guru) untuk membimbingnya.
b) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi
tanggung jawab Pendidik.
c) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu
kebutuhan jasmani (fisik) dan rohani (non-fisiknya).

Rasyidin dan Nizar juga memberikan penjelasan, bahwa Peserta Didik atau anak
didik memiliki karakteristik yang antara lain :

a) Peserta Didik bukan merupakan miniatur orang dewasa akan tetapi memilki dunianya
sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap mereka dalam
proses belajar mengajar tidak disamakan dengan Pendidikan dewasa, baik dalam aspek
metode, materi, sumber bahan dan lain sebagainya.
b) Peserta Didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi (perbedaan) periodisasi
perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar

10
aktivitas kePendidikan Islam disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap Peserta Didik.
c) Peserta Didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut
kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
d) Peserta Didik adalah makhluk yang memiliki perbedaan individual, baik yang
disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
e) Peserta Didik merupakan resultan (gabungan) dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan
rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan
yang dilakukan memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk mempertajam
daya akal, maka proses Pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengasah daya
intelektualnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat
dilakukan melalui Pendidikan akhlak dan ibadah.
f) Peserta Didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan
secara dinamis.

3. Akhlak dan Kewajiban Peserta Didik

Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:

a) Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa
sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang tidak sah
dilakukan kecuali dengan hati yang bersih. Kebersihan hati tersebut dapat dilakukan
dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, menghasut, takabur,
menipu, berbangga-bangga, dan memuji diri sendiri yang selanjutnya diikuti dengan
menghiasi diri dengan akhlak yang mulia seperti bersikap benar, taqwa, ikhlas, zuhud,
dan lainnya.
b) Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi
jiwa dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah, dan bukan mencari
kemegahan dan kedudukan.
c) Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan bersedia pergi
merantau. Selanjutnya apabila ia menghendaki pergi jauh untuk memperoleh seorang
guru, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu. Demikian pula ia dinasehatkan agar tidak
sering berganti guru. Jika keadaan menghendaki sebaiknya ia dapat menanti sampai dua
bulan sebelum berganti guru.

11
d) Seorang anak Peserta Didik wajib menghormati guru dan senantiasa memperoleh
kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bermacam-macam cara.

Dalam buku lain (dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Dr. Moh. Athiyah: 1970) juga
menambahkan antara lain:

a) Hendaklah ia menghormati guru dan memuliakannya serta mengagungkannya karena


Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
b) Jangan merepotkan guru dengan banyak pertanyaan, janganlah meletihkan guru untuk
menjawab, jangan berjalan dihadapannya, jangan duduk ditempat duduknya, dan jangan
mulai bicara kecuali setelah mendapat izin dari guru.
c) Jangan membukakan rahasia kepada guru, jangan pula minta pada guru membukakan
rahasia, diterima pernyataan maaf dari guru apabila terselip lidah.
d) Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, bersungguh-sungguh untuk memperoleh
pengetahuan, dengan terlebih dahulu mencari ilmu yang lebih penting.
e) Jiwa saling mencintai dan persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara siswa
sehingga seperti saudara kandung.
f) Siswa harus terlebih dahulu memberi salam kepada gurunya, mengurangi percakapan
dihadapan guru, jangan mengatakan kepada guru “si anu bilang begini, lain dari yang
bapak katakan”.
g) Hendaklah siswa itu tekun belajar, mengulangi pelajarannya diwaktu senja dan
menjelang subuh. Waktu antara isya’ dan makan sahur itu adalah waktu yang penuh
berkah.
h) Bertekad untuk belajar hingga akhir umur, jangan merendakan suatu cabang ilmu, tetapi
hendaklah menganggapnya bahwa setiap ilmu ada faedahnya, jangan meniru-niru yang
didengarnya dari orang-orang yang terdahulu yang mengkritik dan merendahkan
sebagaian ilmu seperti ilmu mantiq dan filsafat.

Dalam hubungan dengan akhlak seorang anak Peserta Didik, khususnya dengan
penghormatan terhadap guru, dijelaskan lebih lanjut oleh Ali bin Abi Thalib sebagai
berikut:

a) Sebagian dari hak guru itu janganlah seorang Peserta Didik banyak bertanya kepadanya,
b) Jangan pula memaksa untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya.
c) Peserta Didik jangan pula banyak meminta sesuatu pada saat guru sedang letih,
12
d) Jangan menarik kainnya jika ia sedang bergerak,
e) Jangan membuka rahasianya,
f) Jangan mencela orang didepannya,
g) Jangan membuat ia jatuh atau terhina di depan orang lain,
h) Kalau guru itu salah maka dimaafkan.
i) Seorang Peserta Didik wajib menghormati dan memuliakannya, selama guru itu tidak
melanggar larangan Allah dan melalaikan perintahnya.
j) Peserta Didik jangan pula duduk di depannya, dan jika ia membutuhkan sesuatu maka
segeralah berlomba-lomba untuk membantunya.

Selain itu, seorang anak didik harus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan
pemeliharaan hati, seperti bertawakkal, mendekatkan diri kepada Allah, memohon
ampunannya, takut, dan mencari keridlaannya, karena semua itu diperlukan bagi tingkah
laku kehidupan sehari-hari dan bagi kemuliaan seorang alim.

Dengan ilmu yang demikian itu, seseorang menjadi mulia, sebagaimana nabi Adam
as. yang dihormati para malaikat. Para malaikat disuruh sujud kepada nabi Adam, karena ia
memiliki ilmu yang mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad bin al-Hasan ibn
Abdullah dalam sya’ir nya yang artinya :

‫ان ِل ُكل‬
ٌ ‫ع ْن َو‬ ْ َ‫ت َ َعلَّ ْم فَاِنَ ْال ِع ْل َم زَ ْينُ َِّل ْه ِل ِه َو ف‬
ُ ‫ض ٌل َو‬
‫ام ِد‬
ِ ‫ال َم َح‬
Belajarlah kamu, karena ilmu adalah hiasan bagi orang yang memiliki-nya,
keutamaan dan pertolongan bagi derajat yang terpuji. Dan jadikanlah sehari-hari yang
dilalui sebagai kesempatan untuk menambah ilmu, dan berjuanglah dalam meraih segenap
keluhuran ilmu.

Sejalan dengan itu seorang pelajar harus memelihara akhlak yang mulia, dan
menjauhi akhlak yang buruk seperti kikir, pengecut, sombong dan tergesa-gesa. Sebaliknya
ia harus bersikap tawadlu’, memelihara diri, dan menjauhi dari berbuat mubazzir dan
terlampau kikir, karena sombong, kikir, pengecut, dalam berlebih-lebihan adalah haram.,
dan tidak mungkin menjauhinya kecuali dengan mempelajarinya dan mengetahui ilmu yang
sebaliknya.

Hal lain yang dilakukan oleh anak didik adalah berniat dalam menunutut ilmu,
karena niat itu adalah dasar bagi bagi setiap amal perbutan.
13
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

ِ ‫اِنَماََّلَ ْع َم ُل بِالنِىَا‬
‫ت‬
Bahwasannya amal perbutan itu harus dengan niat.

Berdasarkan hadits diatas, al-Zarnujiy menyarankan agar seorang pelajar dalam


menuntut ilmunya berniat untuk mencari keridlaan Allah dan kebahagiaan hidup diakhirat,
menghilangkan kebodohan, mennghidupkan agama Islam, karena kelangsungan hidup
agama hanya dengan ilmu, dan tidak benar seorang zuhud dan takwa tanpa disertai dengan
ilmu.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidik dalam perspektif pendidikan islam adalah orang yag bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi efektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam.

Dalam prespektif pendidikan islam peserta didik merupakan subjec dan onjec. Oleh
karena itu proses pendidikan anak tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik di
dalamnya. Dalam Paradigma pendidikan islam. Peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang perlu dikembangkan.

B. SARAN

Sebagai seorang calon pendidik, selayaknya kita mengetahui tugas dan tanggung
jawab kepada peserta didik melalui media ini. Dengan kita memahami dan mengerti tugas
dan tanggung jawab kita seyogyanya kita mampu untuk memenuhinya. Dan dengan kita
mengetahui hak dan kewajiban peserta didik di harapkan kita mampu untuk mengarahkan
atau memberikan nasihat serta menerapkan kepada peserta didik apa saja akhlaq serta
kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta didik.

Dan hasil akhir yang di harapkan adalah menjadi seorang pendidik yang
komprehensif tentang seluk beluk pendidik dan peserta didik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Mohd. Athiyad, 1987, Dasar-dasr pokok Prndidikan Islam,Jakarta: Bulan Bintang,

Athiyah, Mohammad. 1970. Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam.

Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, 2003, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam,Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya, hal: 81.

Lunggung, Hasan, 1988, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Pustaka al-Husna,

Nata, Abuddin, 1997, Filsafat Pendidikan islam , Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan historis teoritis dan praktis,
Jakarta: Ciputat Pres,

Tafsir, Ahmad, 1992, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya,

Filsafat Pendidikan Islam: Integrasi jasmani, rohani dan qolbu memanusiakan manusia,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006

Yasin, Fatah, 2008, Dimensi-dimensi Pendidikan islam, Malang: Uin-malang press.

UU No. 20 Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. Diambil dari sumber:


https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf,
diakses pada 21 Maret 2019.

Ilmu Dasar Islam. Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Perspektif Islam. Diambil dari sumber:
http://www.bk-uhamka.blogspot.com/2013/01/pendidik-dan-peserta-didik-dalam_24.html,
diakses pada 21 Maret 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai