Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KE-2

HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar ilmu pendidikan


yang Dibina oleh Dr. Mutiara Felicita Amsal, S.Pd.I., M.Pd,

Kelompok 2
1. Aisya Putri Qaimah (23016055)
2. Zahroh Salsabila Basir (23016195)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " hakikat ilmu pendidikan".

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Mutiara Felicita
Amsal, S.Pd.I., M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar ilmu pendidikan
yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu
baik secara moral maupun material sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terwujud.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi
kesempurnaan dari makalah ini.

Padang, 3 Maret 2024

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB II ............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
A. Ilmu pendidikan menurut al-Qur’an .................................................................................. 3
B. Ilmu al-qur’an menurut para pakar .................................................................................... 4
C. Pendidikan sebagai ilmu teoritis, empiris, praktis dan normative ..................................... 6
BAB III ........................................................................................................................................ 11
PENUTUP ................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 11
B. Saran............................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu adalah suatu bentuk prosedur atau langkah untuk menciptakan suatu
kumpulan pengetahuan yang sistematis tentang fenomena alam dan sosial guna
menentukan kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, atau
melaksanakan serangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
menggunakan metode yang berbeda-beda.
Pendidikan adalah proses transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada
peserta didik. Ilmu pendidikan erat kaitannya dengan materi pelajaran pendidikan.
Pengetahuan yang diberikan pada umumnya adalah pengetahuan yang memberikan
pengetahuan kepada peserta didik dengan harapan mampu mempelajari segala macam
keadaan alam, sosial, dan budaya yang ada di dunia. Misalnya pada pendidikan formal
dan sekolah, pengetahuan merupakan tujuan utama proses pendidikan.
Mengapa pendidikan disebut ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan
merupakan pokok bahasan pendidikan. Tanpa ilmu, segalanya tidak akan berjalan lancar.
Misalnya, anak-anak sejak dini diajari oleh orang tuanya untuk makan dengan tangan
kanan. Ini yang disebut pendidikan, dan mereka diajarkan makan dengan tangan kanan
karena tidak sopan menggunakan tangan kiri. Contoh lainnya adalah jika seseorang
melamar suatu pekerjaan, maka ia harus menjalani pelatihan terlebih dahulu sebelum
diterima menjadi pegawai tetap. Pelatihan ini disebut pendidikan dan materi yang
digunakan selama pelatihan disebut pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan?

2. Bagaimana ilmu pendidikan menurut pandangan al -qur’an?

3. Bagaimana ilmu pendidikan menurut pakar luar dan dalam negri?

4. Bagaimana ilmu pendidikan dalam segi teoritis, emperis, praktis,dan


normative?

5. Apa peranan dan kedudukan ilmu pendidikan dalam penyelenggaraan


pendidikan?

1
C. Tujuan
1. Mampu menguasai pengertian ilmu pendidikan.

2. Mampu menjelaskan ilmu pendidikan menurut pandangan Al-qur’an.

3. Mampu menjelaskan pendidikan menurut pandangan ahli.

4. Mampu menguasai ilmu pendidikan dalam sgi teoritis,empiris,praktis dan


normative.

5. Mampu menjelaskan peranan dan kedudukan ilmu pendidikan dalam


penyelenggaraan pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu pendidikan menurut al-Qur’an

Mengingat pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan


mutu sumber daya manusia, maka mutu sumber daya manusia sangat bergantung pada
mutu pendidikan. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dan strategis bagi
pembangunan nasional karena merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan
nasional. Sesungguhnya pendidikan merupakan sarana yang paling efektif untuk
meningkatkan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat serta dapat
mengantarkan suatu bangsa menuju kesejahteraan.

Pendidikan secara sederhana berarti usaha manusia untuk mengembangkan


kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai suatu masyarakat dan budaya. Dalam Islam,
pendidikan pada awalnya disebut tadib. Makna ta’dib merujuk pada pemahaman yang
lebih tinggi dan mencakup seluruh unsur ilmu (ilm), pendidikan (talim), dan pendidikan
yang baik (talbiyyah).

Meskipun ketiga istilah ini dapat digunakan secara bergantian, namun sebagian
pakar pendidikan berpendapat bahwa istilah-istilah tersebut mempunyai arti khusus
(terpisah). Saeed Muhammad Naqib Al Attas berpendapat bahwa:

a. Ta’lim

Ta'lim hanya berarti pengajaran yang merupakan bagian dari pendidikan. Al-
Ta'lim ( ‫(تعلیم‬merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata
'allama. Istilah tarbiyah diterjemahkan dengan pendidikan, sedangkan ta'lim
diterjemahkan dengan pengajaran. Dalam al- Qur’an dinyatakan, bahwa Allah
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sebagaimana firman Allah dalam
Al-quran yang artinya

Artinya :“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
(QS. Al- Baqarah:31)

b. Al- tarbiyah

Kata al-Tarbiyah ‫تربیة‬dalam bahasa Arab, Rabba, yarbu, tarbiyah: memiliki makna
“tumbuh” “berkembang”, tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a).
Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Qurtubi
seperti yang dikutip oleh sahrodi mengatakan bahwa "Rabb" merupakan suatu
gambaran yang diberikan kepada suatu perbandingan antara Allah sebagai pendidik dan
manusia sebagai peserta didik. Allah mengetahui dengan baik kebutuhan-kebutuhan

3
mereka yang dididik, sebab ia adalah pencipta mereka. Disamping itu pemeliharaan
Allah tidak terbatas pada kelompok tertentu. Ia memperhatikan segala ciptaan-Nya.
Karena itulah Ia disebut Rabb al-'Alamin. Tarbiyah dapat juga diartikan dengan "proses
transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik agar ia
memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari
kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur".
Seperti firman Allah dalam Surah Al-Isra’ yang artinya :

Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil"". (QS. Al-Isra’:17)

c. Ta’dib

Istilah ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang mempunyai arti
antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santun, dan tata
cara pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib
disebut juga muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar anak
yang sedang tumbuh dan berkembang. Ta'dib lazimnya diterjemahkan dengan
pendidikan sopan santun. Ta'dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan,
peradaban atau kebudayaan. Artinya orang yang berpendidikan adalah orang yang
berperadaban, sebaliknya, peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.
Kata ta’dib ‫تأدیب‬dipergunakan, seperti sebuah Hadits Rasulullah Saw. yang berbunyi:

Artinya : “Allah mendidikku, maka Ia memberikan kepadaku sebaik-baik akhlak”

B. Ilmu al-qur’an menurut para pakar

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Banyak para tokoh pendidikan yang mengemukakan
konsep pendidikan menurut pandangan para masing-masing ahli seperti yang dijelaskan
sebagai berikut:

1. Ki hajar dewantara

Dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai bapak pendidikan


Indonesia.Beliau banyak mengajar di dunia pendidikan. Konsep pendidikan nasional

4
yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara meliputi konsep trisentris pendidikan
dan Tringgo (pemahaman, perasaan, tindakan), Tut Uri Handayani.

Ki Hadjar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai usaha untuk mengembangkan


watak, budi, jiwa dan raga anak agar dapat mencapai kesempurnaan hidup, yaitu hidup
selaras dengan alam dan masyarakat; Kami mengartikannya sebagai suatu prakarsa yang
membina dan menghembuskan kehidupan ke dalam sesuatu. Tut huri handayani sebagai
asas pendidikan nasional menekankan bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya
sendiri.

Dalam konsep Tut Uri Handayani, guru tidak “menarik” siswa secara langsung,
melainkan mencari jalannya sendiri dan mengambil langkah sesuai keputusan siswa itu
sendiri. Mengenai dua sila lainnya yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha dan Ing Madya
Mangun Karsa yang dikembangkan oleh R.M.P Sosrokartono, mempunyai arti
“Memberi teladan yang baik di depan, memberi semangat di tengah, memberi semangat
di belakang” Melakukan. Konsep pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantara
menekankan bahwa proses belajar mengajar terletak pada siswa.

Guru bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa mengonsep dan


memecahkan masalah yang mereka hadapi. Menurutnya, pembelajaran yang optimal
adalah yang berpusat pada siswa. Ki Hajar mengungkapkan, Dewantara merupakan
sistem pendidikan yang mengecualikan peserta didik, atau yang disebutnya dengan
“sistem mandiri”.

Orang yang merdeka artinya seseorang mampu berdiri tegak dengan


kekuatannya sendiri dan menjalani hidupnya dengan tertib, bukan hidup menurut
perintah. Dengan kata lain, kita membesarkan anak-anak kita menjadi orang-orang
yang bebas secara spiritual dan energi. Guru tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu baik
yang diperlukan, tetapi juga mendidik siswa untuk mencari sendiri ilmunya dan
menggunakannya untuk tujuan umum guna membantu mereka dalam kehidupan.

Dalam pendidikan, Ki Hajar Dewantara mengajarkan tiga konsep sentral


pendidikan : sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan tidak hanya berlangsung di
lingkungan sekolah saja, ada pula intervensi dari keluarga dan masyarakat yang
menentukan berhasil tidaknya pendidikan nasional. Pendidikan bukan hanya tanggung
jawab guru akademis. Pendidikan tidak hanya mengembangkan pengetahuan, tetapi
juga kemampuan fisik dan mental peserta didik.

Di lingkungan sekolah, pelatihan siswa dibatasi waktu, sehingga hanya


menyisakan sedikit waktu bagi siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru.
Dalam lingkungan keluarga, peserta didik dididik sejak dalam kandungan hingga
dewasa. Di lingkungan komunitas, siswa belajar bagaimana terlibat dengan komunitas,
berinteraksi dengan orang lain, dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh di
lingkungan sekolah. Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seorang
siswa. Jika siswa mempunyai lingkungan yang baik, maka karakternya pun akan
meningkat.

5
2. Prov. Dr Hamka

Menurut Prof. Dr. Hamka, pendidikan terbagi menjadi 2 bagian, yakni


pendidikan jasmani dan pendidikan rohani. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan
untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. Sedangkan
pendidikan rohani merupakan pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia yang
didasarkan pada agama. Hamka menjelaskan bahwa hakekat pendidikan bertujuan untuk
membentuk kepribadian yang luhur. Terdapat dua dimensi tujuan pendidikan, yakni
bahagia di dunia dan di akhirat. Segala proses pendidikan akhirnya bertujuan untuk
membentuk peserta didik sebagai abdi Allah yang baik. Pendidikan mengarah ke
pengembangan nilai/value, sedangkan pengajaran hanya aspek transfer ilmu. Proses
pendidikan meliputi tiga materi pendidikan, yakni ilmu, amal, dan akhlak. Pendidikan
harus memiliki prinsip tauhid sebagai prinsip utama yang akan memberi nilai tambah
bagi manusia dan menumbuhkan kepecayaan pada dirinya serta memiliki pandangan
hidup yang benar.

3. Cater V. Good (1945:36)


Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan
pengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan objektif dan proses
belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis –
hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalam bentuk
eksperimental..
4. Plato
Menurut plato Pendidikan merupakan proses seumur hidup sejak lahir hingga
meninggal yang membimbing seseorang menuju terwujudnya bangsa yang ideal serta
mengajarkannya untuk memimpin dan taat dengan baik.

C. Pendidikan sebagai ilmu teoritis, empiris, praktis dan normative

1. Teoritis
Ilmu pengetahuan terdiri dari dua komponen utama: fakta dan teori.
Teori ini mendefinisikan fakta sebagai pengamatan empiris yang dapat diverifikasi dan
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi hubungan yang ada antara fakta-fakta
tersebut. Ilmu pengetahuan tidak dapat disusun hanya berdasarkan fakta, tetapi untuk
menjadi suatu ilmu, fakta harus disistematisasikan dan diinterpretasikan, dan tanpa

6
metode ini fakta tidak dapat menjadi ilmu. Dalam pendidikan teoritis, orang cerdas
mahir mengorganisasikan dan mensistematisasikan permasalahan berpikir terstruktur
sebagai pola berpikir pedagogi. Berdasarkan praktik teoritis tersebut, pendidikan
dikonstruksikan secara teoritis. Pemikiran teoritis tersebut kemudian disistematisasikan
menjadi suatu sistem pendidikan, yang biasa disebut pedagogi teoritis.

2. Empiris
Ilmu pengetahuan harus bersifat empiris. Artinya kesimpulan dan kesimpulan
ilmiah harus menjadi bahan pertimbangan dan verifikasi oleh indra manusia. Oleh
karena itu, kaidah logika formal dan hukum sebab akibat harus menjadi landasan
kebenaran objektif dan netral.

3. Praktis
Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari
pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara
praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu pendidikan didalam sistemmatika ilmu
pengetahuan. Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikan juga bersifat praktis
karena pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan dalam kehidupan, sehingga
pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku manusia yang
dibanggaakan, dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat (kondisi sebaliknya akan
menyebabkan anak dijauhi oleh masyarakat)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai ilmu praktis
adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan
dalam mencari pengetahuan.

4. Normative
Sebagai ilmu normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah, pedoman, atau
ukuran perilaku manusia. Norma berarti membicarakan baik buruknya tingkah laku
manusia. Ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah tingkah laku manusia untuk
mencapai keteraturan dalam kehidupan.Tatanan kehidupan menjamin kelangsungan
keakraban (kekompakan) antar manusia (Hubungan Sosial Manusia). Ilmu pendidikan
yang bersifat normatif juga berarti bersifat praktis.Hal ini disebabkan ilmu pendidikan
merupakan bahan ajar yang patut diterapkan agar pendidik mempunyai tugas
mengajarkan suatu sistem norma perilaku manusia yang patut dibanggakan dan

7
dihormati masyarakat.

D. Peranan dan kedudukan ilmu pendidikan dalam penyelenggaraan Pendidikan

1. Peranan Ilmu Pendidikan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan


Ilmu pendidikan mempunyai peranan sebagai perantara dalam membentuk
masyarakat yang mempunyai landasan individual, sosial dalam penyelenggaraan
pendidikan
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan ke- mampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional dan penye lenggaraan pendidikan. Pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dari keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan Ilmu pendidikan mempunyai peranan sebagai
perantara dalam membentuk masyarakat yang mempunyai landasan individual, sosial
dalam penyelenggaraan pendidikan

Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan peranan ilmu pen- didikan itu
dinyatakan oleh Raka Joni (1985: 2) sebagai berikut:

a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh


keseimbangan antara kedaulatan peserta didik dengan kewibawaan pendidikan.
b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan peserta didik menghadapi lingkungan
hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya

2. Kedudukan Ilmu Pendidikan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan


a. Ilmu Pendidikan untuk mencapai kemanusiaan ideal

8
Kemampuan yang harusnya dilakukan oleh manusia tidak dibawa dari
lahir, tetapi diperoleh setelah kelahiran melalui upaya bantuan dari pihak lain,
mungkin melalui upaya pengasuhan, pengajaran, latihan, bimbingan, dan
berbagai bentuk kegiatan lainnya yang dapat dirangkum dalam istilah
pendidikan.
Di pihak lain manusia yang bersangkutan juga harus belajar atau harus
mendidik diri sendiri.Sebaik atau sekuat apa pun usaha pendidikan dari luar
dilakukan untuk mencapai manusia yang ideal tersebut, tetapi kalau diri yang
bersangkutan tidak mau mendidik dirinya sendiri, maka upaya dari luar itu tidak
akan memberikan kontribusi bagi kemungkinan seseorang untuk menjadi
manusia yang ideal. Sebaliknya, manusia yang tidak memperoleh bantuan dari
orang lain untuk mencapai kemanusiaannya, maka manusia tersebut hanya akan
hidup berdasarkan instingnya.Pengembangan semua dimensi kemanusiaan yang
optimal dan seimbang tentu akan mencapai harkat dan martabat manusia yang
sangat tinggi. Manusia seperti ini akan mudah hidup dan bergaul dengan siapa
saja, di mana saja dan dalam pekerjaan apa saja.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Imma nuel Kant,
bahwa "Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Jadi,
manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan mendidik dirinya sendiri. M.J.
Langeveld menyebutnya dengan Ani- mal Educandum."

Pandangan yang lebih positif tentang manusia dikemukakan oleh


Prayitno (2005), bahwa pendidikan adalah upaya pemuliaan kemanusiaan
manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dimensi-dimensi
kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat manusia, sehingga akan
terwujud menjadi manusia seutuhnya melalui pengembangan semua potensi diri
manusia itu secara optimal, utuh, seimbang, untuk kehidupan dunia dan akhirat.
b. Ilmu Pendidikan untuk pengembangan dimensi kemanusiaan
Selain pendidikan untuk mencapai manusia yang ideal, pendidikan juga
dikerahkan untuk mengembangkan dimensi kemanusiaan, sehingga manusia bisa
berkembang secara optimal. Pengembangan semua dimensi kemanusiaan yang
optimal dan seimbang akan mencapai harkat dan martabat manusia yang sangat
tinggi sehingga akan mudah hidup dan bergaul dengan siapa saja, di mana saja

9
dan dalam pekerjaan apa saja, serta akan mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat karena pendidikannya tidak hanya untuk kebutuhan hidup yang baik di
dunia, tetapi pendidikan yang meningkatkan derajat keimanan, ke takwaan dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan aspek penting dan strategis dalam pembangunan nasional,
karena merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan
kualitas masyarakat. Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan jati diri
seseorang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan budaya. Dalam Islam, pendidikan
disebut tadib, artinya pendidikan yang menitikberatkan pada belajar mengajar. Dalam
Al-Qur'an, Allah mengajarkan manusia apa yang tidak dia pahami.
Pengajaran ini merupakan proses transformasi pengetahuan dari guru ke siswa,
memastikan mereka memiliki pemahaman dan kemampuan yang kuat dalam memahami
dan mengatur kehidupannya. Al-Quran juga menekankan pentingnya pendidikan dalam
menumbuhkan karakter dan pengembangan karakter yang baik. Pendidikan merupakan
sarana untuk mengembangkan potensi seseorang agar memiliki kemampuan spiritual,
rasa percaya diri, dan budi pekerti yang baik. Ini adalah sarana untuk mengembangkan
karakter, karakter, dan karakter seseorang, yang penting untuk kehidupan yang sukses.

B. saran
Demikianlah makalah yang penulis buat, apabila ada kesalahan baik dalam
penulisan ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, penulis mohon maaf.
Karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis
ucapkan terima kasih atas perhatian dan pastisipasinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Assingkily, M. S. (2021). Ilmu Pendidikan Islam (Mengulas Pendekatan Pendidikan


Islam dalam Studi Islam & Hakikat Pendidikan Bagi Manusia). Penerbit K
Media.
Arifin, M. (2019). Pengantar Ilmu Pendidikan. Guepedia.
Hidayat, R., & Abdillah, A. (2019). Ilmu Pendidikan: Konsep, Teori Dan Aplikasinya
Masang, A. (2021). Hakikat pendidikan. Al-Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan
Islam, 1(1).
Priatna, Tedi, dan Mahmud. 2005. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Epistimologi,
Sistem, dan Pemikiran Tokoh. Bandung: Sahifa
Sudarto, Ki Tyasno. 2008. Pendidikan Modern dan Relevansi Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.

Syafril, M., & Zen, Z. (2019). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Prenada Media.

12

Anda mungkin juga menyukai