Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“SARANA ILMIAH”
Diajukan untuk memenuhi tugas harian matkul Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu
M. Triono Al- Fata, M.Pdi

Di Susun Oleh:
(Kelompok 11)
Agus Ibnu Mubarok
Kusnandar
Lailatul Nikmah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

SUNAN GIRI TRENGGALEK

2020/2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kuasaNya semata kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.dan tepat pada
waktunya sebagai tugas filsafat dan sejarah keilmuan MIPA yang di berikan oleh M. Triono
Al- Fata,M.Pdi denagn judul makalah “sarana ilmiah”.
Tujuan disusun nya makalah ini selain sebagai tugas kelompok adalah agar para
mahasiswa atau pembaca dapat mengetahui bagaimana cara-cara berfikir secara ilmiah dan
sarana berfikir ilmiah serta metode-metode ilmiahdalam filsafat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
apabila ada saran dan kritik dari semua pihak sangat kami perlukan untuk perbaikan ke arah
yang lebih baik.

Trenggalek, 29 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Pengertian Berpikir Ilmiah ...................................................................... 3


B. Sarana Berpikir Ilmiah ............................................................................ 3
C. C.1. Bahasa ............................................................................................. 5
C.2. Matematika ..................................................................................... 7
C.3. Statistika ......................................................................................... 10
C.4. Logika ............................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14


A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari kita
sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan manusia
dengan makhluk lain ciptaan tuhan. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan
masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir
ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana
tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan
untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak
berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh
kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan
arti keberadaan dirinya di dunia.
Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang perlu
memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang
sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya, mereka telah
menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang memberatkan dan
menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan
“filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu
keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat
untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh. Berfikir
ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah seperti perumusan
masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan.
Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan
alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Ditinjau dari pola berfikirnya,
maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu
maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada
hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang
diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana
berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui
dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir
ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka
dibuatlah makalah mengenai sarana berpikir ilmiah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagiamana seseorang dikatakan berpikir ilmiah ?
2. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah ?
3. Bagaimana hubungan antara sarana ilmiah bahasa, logika, matematika, dan statistik?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dikatakan berikir ilmiah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.
3. Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal,
dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah
kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-
kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya
kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.

B. Sarana Berfikir Ilmiah

Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak
akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri
yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana
berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai
pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar.Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi
dan deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118).Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi untuk
operasional. Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang
belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui
pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal
yang diketahui, yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian
dari pengetahuan, sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa,
matematika, dan statistika..Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir
deduktif. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan
matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika
mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah
dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting
dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.

C. Hubungan antara sarana ilmiah bahasa, logika, matematika, dan statistik


1. Bahasa

Bahasa memegang peranan penting dan satu hal yang lazim dalam hidup dan
kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa
mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia
dari ciptaan lainnya. Hal inisenada dengan apa yang diutarakan oleh Ernest Cassirer,
sebagaimana yang dikutip oleh jujun bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada
kemmpuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu,
Ernest menyebut manusia sebagai animal symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan
symbol. Secara generic istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo
sapiens, sebab dalam kegiatan berpikir manusia mempergunakan symbol.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertian bahasa.
Sudah tentu setiap ahli berbeda beda cara menyampaikannya. Bloch and Trager mengatakan
bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group
cooperates (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan
oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi).

A. Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa
dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa
adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:

1. Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.


2. Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
3. Penyampaian pikiran dan perasaan.
4. Penyenangan jiwa.
5. Pengurangan kegoncangan jiwa.

B. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di
dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan
nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan.
Berbicara masalah sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama,
sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola bepikir
induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana
ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

C. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama

Telah diutarakan sebelumnya bahwa bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan
dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa agama. Ada dua pengertian mendasar tentang
bahasa agama, pertama, bahasa agama adalah kalam ilahi yang terabadikan kedalam kitab
suci. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari seseorang
atau sebuah kelompok sosial. Dengan kata lain, bahasa agama dalam konteks kedua ini
merupakan wacana keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama maupun sarjana ahli
agama, meskipun tidak selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci.5
walaupun ada perbedaan antara kedua bahasa ini namun keduanya merupakan sarana untuk
menyampaikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas.

2. Matematika
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan
matematika, baik metematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu,dua,tiga,
maupun yang sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.

Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika


sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Philosophy modern juga tidak akan tepat
bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah
mempergunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri, econometri, dan seterusnya.
Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang
berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

A. Matematika sebagai bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian


pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”
yang mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.


Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya
prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika
memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif.
Perkembangan ini merupakan suatu hal yang imperatif bila kita menghendaki daya prediksi
dan kontrol yang lebih tepat dan cermat dari ilmu.

B. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena


penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya
yang terdapat didalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi
(penjabaran-penjabaran). Deduksi ialah penalaran yang sesuai dengan hukum-hukum serta
aturan-aturan logika formal, dalam hal ini orang menganggap tidaklah mumgkin titik tolak
yang benar menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar. Matematika merupakan
pengetahuan dan sarana berpikir deduktif.

Dalam penalaran deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah sistem
silogisme, dan bahkan silogisme ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif
yang sempurna.

C. Matematika Untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam metematika memberikan kontribusi


yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai
dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran,
disamping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu
alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan penelaahan yang berulang-
ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit
dalam melakukan pengamatan, disamping objek penelaahan yang tak berulang maka
kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.

Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan
lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat
yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi,
idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya
matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan
efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari
bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan
fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada
matematika maupun dalam bidang..

3. Statistika
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk
mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode
penelitian serta penganalisaan harus akurat. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian
pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka
percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan
lain sebagainya.

A. Statistika Sebagai Sarana Berpikir Induktif

Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep statistika


sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan
jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang
pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang
diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.

B. Sejarah Perkembangan Statistik


Peluang yang merupakan dasar teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak
dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, bahkan Eropa dalam abad pertengahan.
Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana
Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar peluang ini dirumuskan,
maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang.

Demikianlah, statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan metematika


berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini.
Dengan memasyarakatkan berpikir secara ilmiah tidak terlalu berlebihan apa yang dikatakan
oleh HLM. G. Welles bahwa setiap hari berpikir statistik akan merupakan keharusan bagi
manusia seperti juga membaca dan menulis.

C. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan Statistika


Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika,
yaitu agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa,
matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam
kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran kepada orang lain. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir
deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang khas
dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogismus.

4. Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir,
seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.

Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering berpikir, secara de jure.
Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak jenis dan macamnya,
maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran diikat oleh hakikat
dan struktur tertentu, kendati hingga kini belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk
kepada hukum-hukum tertentu.

A. Aturan Cara Berpikir yang Benar


Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di
awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat
bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji. Kondisi
adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Menurut
Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan
akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu
Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti,
dan lebih efisien.

B. Klasifikasi

Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin” hanyalah menempatkan


objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan, seperti “lebih panas” atau
“lebih dingin”, mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma yang
mencakup pengertian lebih atau kurang, dibandingkan dengan objek lain. Pertimbangan yang
berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik daripada tak ada pertimbangan sama sekali.
Tidak seperti halnya konmsep kelas, konsep perbandingan melibatkan suatu struktur
hubungan logis yang rumit. Sekali kita menetapkan struktur ini, kita tidak bebas lagi untuk
menolak dan mengubahnya. Jadi kita melihat dua segi dimana konsep perbandingan dalam
ilmu tidak bersifat konvensional tetapi harus diterapkan kepada fakta-fakta alami dan mereka
harus sesuai dengan struktur hubungan logis.

C. Aturan Definisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu
yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain,
menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya.

Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah sesuatu yang menguraikan


makna lafadz kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada diri individu. Penulis
memberi pengertian definisi sebagai pengurai makna lafadz kulli karena lafadz juz’i tidak
mempunyai pengertian terminologi dengan adanya perubahan karakteristik yang konsisten
menyertainya.
definisi yang baik adalah jami’wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini sejalan
dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi). Salah satu contoh yang sering
diungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah genus sedangkan
berakal adalah differensia, pembeda utama manusia dengan makhluk-makhluk lain. Jadi,
definisi yang valid dalam logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang
didefinisikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Seseorang dikatakan berfikir ilmiah jika dia dapat berfikir secara logis dan empiris. Logis
adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang
dapat dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, dan mengembangkannya.
2. Sarana berpikir ilmiah ialah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah
yang harus dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
3. Sarana yang digunakan dalam brpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika dan stasistika.

B. Saran
Saran dari makalah ini yaitu agar penulis dapat menambah literature lain mengenai
pengertian istilah-istilah penting yang terdapat dalam tulisan agar pembaca dapat mudah
mengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai