Anda di halaman 1dari 20

ILMU SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu yang dibina oleh Dr.
Diding Nurdin, M.Pd.

Oleh:
HENNI SIDABUNGKE – NIM : 2012952
ALIFYA NURZEHAN – NIM : 2208787

PROGRAM STUDI S2 ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran
dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah tentang Filsafat Ilmu adalah Sarana Berpikir Ilmiah.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai  hambatan telah kami alami. Oleh
karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penyusun semata-mata. Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-
pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengalaman dan
pengetahuan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bisa lebih
bermanfaat.

Bandung, …. Sepetember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................3

BAB II...........................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................4

2.1 Pengertian Ilmu...............................................................................................4

2.2 Pengertian Berpikir Ilmiah..............................................................................5

2.3 Ilmu sebagai Sarana Berpikir Ilmiah..............................................................7

BAB III..........................................................................................................................9

PENUTUP.....................................................................................................................9

3.1 SIMPULAN....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Filsafat Ilmu bertugas mempertanyakan dan menilai metode – metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha
ilmiah sebagai suatu keseluruhan. Filsafat ilmu bukan hanya berupa
mengkritisi dan melakukan evaluasi terhadap berbagai metode pemikiran
ilmiah, tapi juga selalu berusaha menentukan nilai dan signifikasi wacana
ilmiah secara holistic.
Dengan alasan inilah Filsafat ilmu menjadi landasan filosofis bagi
lahir, tumbuh kembang, dan kokohnya ilmu pengetahuan yang di hasilkan
oleh berbagai ilmuwan. Tidak mengherankan dalam perkembangan
kontemporer, hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan analisis kritis filsafat
ilmu dengan sangat menggairahkan. Filasaft ilmu mengajak kita, terutama
kaum intelektual, cendekiawan, akademisi, dan ilmuwan untuk senantiasa
melihat segala macam bentuk ilmu bentuk persepektif keterbukaan : terbuka
untuk dikritisi, diuji, diteliti, serta dipertanyakan relevansi dan
signifikasinyabagi kehidupan umat manusia.
Kegiatan berpikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri
utama dari kita sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran
yang membedakan manusia dengan makhluk lain ciptaan tuhan.   Berpikir
merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar
berpikir dapat dibedakan antara berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.
Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-
hari dari pengaruh alam sekelilingnya.
Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu
secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang  mempunyai

1
kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan

2
menjalani sebuah kehidupan   yang penuh kepalsuan dan kesesatan.
Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan  alam, dan arti
keberadaan dirinya di dunia.
Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”,
seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan
menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala
urusan yang ada. Sebenarnya, mereka telah menganggap “berpikir secara
mendalam” sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka
berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan “filosof”. Bagi
seorang ilmuan penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu
keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan
dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai
langkah yang harus ditempuh. 
Berpikir ilmiah merupakan berpikir dengan langkah–langkah metode
ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berpikir
dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik
sehingga diharapkan hasil dari berpikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari
ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan
untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berpikirnya,
maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berpikir deduktif dan
berpikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada
proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian
ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk
mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir

2
ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini
dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah
mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut
dalam keseluruhan berpikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan
kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa,
logika, matematika dan statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka
dibuatlah makalah mengenai sarana berpikir ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
makalah ini adalah;
1. Apa itu Hakekat Ilmu?
2. Apa itu Hakekat Berpikir Ilmiah
3. Bagaimana Ilmu sebagai Sarana berpikir Ilmiah?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan;
1. Hakekat Ilmu
2. Hakekat Berpikir Ilmiah
3. Ilmu Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu


Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alama.’ memiliki arti pengetahuan. Dalam
bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa
Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu
“scio”, “scire” yang artinya pengetahuan. “Science” dari bahasa Latin “scientia”,
yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas yang sistematis yang membangun dan
mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang alam
semesta.
Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu didefinisikan sebagai aktivitas
intelektual dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku
dari dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan”. Dalam kamus
bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan. Pengertian ilmu
pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang
diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha
untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu.
Dalam kata lain dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang
didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa,
diwaktu kecil kita belajar membaca huruf abjad, lalu berlanjut menelaah kata-kata
dan seiring bertambahnya usia secara sadar atau tidak sadar sebenarnya kita terus
belajar membaca, hanya saja yang dibaca sudah berkembang bukan hanya dalam
bentuk bahasa tulis namun membaca alam semesta seisinya sebagai usaha dalam
menemukan kebenaran.
Dengan ilmu maka hidup menjadi mudah, karena ilmu juga merupakan alat
untuk menjalani kehidupan. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari

4
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati / berlaku umum
dan diperoleh melalui serangkaian prosedur sistematik, diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.1
2.2.1 Ontologi : Hakekat Apa yang Dikaji
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut Soetriono & Hanafie (2007) Ontologi yaitu merupakan azas
dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek
penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran
tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut
dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh
pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.
Metafisika adalah landasan peluncuran nya. Dunia yang sepintas lalu
kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati
tentang hakikatnya. Tafsiran yang paling pertama yang di berikan oleh manusia
terhadap alam ini adalah terdapat wujud wujud yang bersifat gaib (supernatural)
dan wujud – wujud yang bersifat lebih tinggi atau lebih kuas dibandingkan dengan
alam yang nyata.
Asumsi dalam kajian filsafat ilmu tergolong ke dalam kelompok ontologi,
yaitu bab yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate
reality baik yang berbentuk konkret atau abstrak. Asumsi berperan sebagai dugaan
atau andaian terhadap objek empiris untuk memperoleh pengetahuan. Ia
diperlukan sebagai arah atau landasan bagi kegiatan penelitian sebelum sesuatu
yang diteliti tersebut terbukti kebenarannya.
Peluang adalah dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat
hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik. Ilmu
memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana
didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.

1
Dafrita, I. (online). Diakses dari https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/
322/272.

5
2.3 Pengertian Berpikir Ilmiah
Berpikir adalah suatu proses yang tidak tampak (intangible process) yang
berlangsung di dalam otak manusia. Kemampuan berpikir ilmiah (logis) yang
sehat yakni kemampuan berpikir yang selaras dengan kematangan emosional
sehingga luaran hasil pemikirannya merupakan ide atau gagasan atau tindakan
yang bersifat konstruktif yang bernilai guna bagi dirinya, lingkungan sekitarnya
atau masyarakat sekelilingnya. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir,
seseorang tiada cara lain harus berlatih berpikir secara gigih yang dipandu oleh
seorang mentor atau guru yang anda; sehingga kemampuan berpikirnya akan
meningkat dengan cepat.2
Berpikir menurut Salam adalah suatu aktifitas untuk menemukan
pengetahuan yang benar atau kebenaran. Berpikir juga dapat diartikan sebagai
proses yang dilakukan untuk menentukan langkah yang akan ditempuh. Ilmiah
adalah ilmu. Jadi berpikir ilmiah adalah proses atau aktifitas manusia untuk
menemukan atau mendapatkan ilmu yang bercirikan dengan adanya kausalitas,
analisis dan sintesis.
Berpikir ilmiah dilihat sebagai kemampuan individu dalam mencari ilmu
dengan penalaran induktif dan deduktif untuk memikirkan sebuah jawaban
melalui identifikasi serta mengeksplorasi penyelidikan ilmiah terhadap fakta.3
Menurut Gamlunglert, et al. berpikir ilmiah dianggap sebagai kemampuan
individu dalam mencari sebuah jawaban melalui identifikasi yang dapat
mengeksplorasi penyelidikan ilmiah terhadap fakta-fakta yang sudah ada.4
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran
tertentu agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan
(Suriasumantri, 1997: 1). Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana

2
Ridwan, Affandi, Membangun Kemampuan Berpikir, (Bogor : Ikapi, 2020) hal 2
3
Anggraini, A., Suciati, Maridi. Identifikasi Kemampuan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas XI IPA Di SMA
Negeri 1 Turi, Sleman. Dalam PROSIDING Seminar Nasional Pendidikan Fisika FITK UNSIQ. Wonosobo:
UNSIQ, 2020), hal 48-52.

4
Gamlunglert., Thitima., Chaijaroen., and Sumalee. 2012. Scientific Thinking of the Learners
Learning with the Knowledge Construction Model Enhancing Scientific Thinking. Procedia-Social
and behavioral Science. 46(2012) 3771-3775.

6
tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana tertentu pula.
Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan
kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
Terdapat empat aspek kemampuan berpikir ilmiah yang dapat diukur,
diantaranya yaitu: aspek penyelidikan, aspek analisis, aspek inferens, dan aspek
argumentasi. Aspek penyelidikan merupakan aspek untuk mencari jawaban
melalui proses penyelidikan berupa observasi. Aspek analisis berupa kegiatan
mengidentifikasi dari permasalahan yang telah diujikan. Aspek inferensi
merupakan kegiatan menyimpulkan suatu permasalahan dari hasil observasi.
Aspek yang terakhir yaitu aspek argumentasi berupa kegiatan diskusi dalam
mencari keakuratan data sehingga data dapat diperoleh hasil akhir. (Khun, 2004).
Dalam epistemology atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu,
diperlukan adanya sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah ini adalah alat
bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana
berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau
teori yang lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah:
a. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Salah satu
langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-
masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses ilmiah.
Oleh karena itu Ilmu dapat didefinisikan secara komperhensif sebagai
rangkaian aktifitas manusia yang rasional dan kogtnitif dengan berbagai metode
berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala – gejala kealaman, kemasyarakatan,

7
atau keorangan untuk tujuan mencapi kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan, melakukan penerapan.

2.4 Ilmu sebagai Sarana Berpikir Ilmiah


Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.
Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah
secara teratur dan cermat. Pengunaaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu
hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka
kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistika, agar
dalam kegiatan ilmiah tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan cermat.
Manusia disebut sebagai homo faber yaitu makhluk yang membuat alat; dan
kemampuan membuat alat dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya
pengetahuan juga memerlukan alat-alat. Sarana merupakan alat yang membantu
kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan sarana berpikir ilmiah
merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik,
dengan demikian fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah,
bukan merupakan ilmu itu sendiri (Bachtiar, 2011).
Tujuan mempelajarai sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaah ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk
bias memecahkan masalah kita sehari – hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir
ilmiah merupakan alat bagi cabang – cabang pengetahuan untuk mengembangkan
materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Atau secara lebih sederhana,
sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan
fungsinya secara baik. Jelaskan sekarang kiranya merupakan sarana berpikir
ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi secara ilmiah adalah membantu
proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.

8
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistika. Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara
berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah
menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika
mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan
statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif Berdasarkan
pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan
keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan, sekiranya sarana berpikir
ilmiahnya memang kurang dikuasai.
Melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa
bahasa, matematika dan statistik. Hal ini dapat dipahami dengan beberapa
pernyataan mengapa bahasa, matematika dan statistika diperlukan dalam kegiatan
ilmiah, seperti; Bagaimana mungkin seorang bisa melakukan penalaran yang
cermat, tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat? Bagaimana seseorang bisa
melakukan generalisasi tanpa menguasai statistik5
Ditinjau dari bahasa adalah merupakan alat komunikasi merupakan alat
komunikasi yang verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah
dimana bahasa merupakan sebagai alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan sebuah jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau
dalam pola berpikirnya maka ilmu mrupakan gabungan antara berpikir deduktif
dan induktif. Maka dari itu penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting
dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistika mempunyai peranan penting
dalam berpikir dlam induktif.

5
Nurroh, S. (2017). FILSAFAT ILMU Studi Kasus: Telaah Buku Filasafat Ilmu (Sebuah
Pengantar Populer) oleh Jujun S. Suriasumantri. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/31397156/Filsafat_IImu_Point_of_Review.

9
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan
sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu penguasaan langkah kearah
penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing – masing sarana
berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Berdasarkan latar belakang yang hasil dan pembahasan seperti yang
telah diuraikan bahwa sarana berpikir ilmiah adalah sarana merupakan
kumpulan pegetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Sararan
berpikir ilmiah sendiri memiliki tujuan yaitu untuk melakukan tujuan
kegiatan penelitian ilmiah dengan baik untuk memperoleh pengetahuan
yang benar hingga dapat meningkatkan kemakmuran hidup. Untuk kegiatan
ilmiah ini juga membutuhkan alat bantu yang berupa sarana berpikir ilmiah.
Sarana Berpikir Ilmiah memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk manusia
dalam prpikir ilmiah agar memperoleh ilmu.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan. (2020). Membangun Kemampuan Berpikir. Bogor: Ikapi, hal 2.


Anggraini, A., Suciati, Maridi. (2018). Identifikasi Kemampuan Berpikir Ilmiah
Siswa Kelas XI IPA Di SMA Negeri 1 Turi, Sleman. Dalam PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Fisika FITK UNSIQ ( hal 48-52). Wonosobo:
UNSIQ.
Gamlunglert., Thitima., Chaijaroen., and Sumalee. 2012. Scientific Thinking of
the Learners Learning with the Knowledge Construction Model Enhancing
Scientific Thinking. Procedia-Social and behavioral Science. 46(2012) 3771-
3775.

Anggraini, A., Suciati, Maridi. (2018). Identifikasi Kemampuan Berpikir Ilmiah


Siswa Kelas XI IPA Di SMA Negeri 1 Turi, Sleman. Dalam PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Fisika FITK UNSIQ ( hal 48-52). Wonosobo:
UNSIQ.

Sari, D. (2016). Berpikir Matematis Dengan Metode Induktif, Deduktif, Analogi,


Integratif Dan Abstrak. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 5 (1), 79-89.

Dafrita, I. (online). Diakses dari


https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/322/272.

Berpikir ilmiah berbeda dari berpikir commonsense. Meskipun kcduanya sama -


sama rnenghasilkan "pengetahuan", tetapi masing-masingnya berbeda bukan saja
dalam cara memperolehnya, melainkan juga hasilnya. Common sense diperoleh
dari tradisi dan pengalaman sehari- hari. Hasilnya ialah apa yang disebut
"pengetahuan" (knowledge) dan ini berbeda dengan pengetahuan ilmiah"

11
(science), yang didapatkan melalui proses tertentu, yaitu apa yang dinamakan
metode keilmuan.
Metode keilmuan memberitahukan kepada kita bagaimana "dunia" (segala sesuatu
yang menjadi objek penyelidikan ilmiah) berprilaku atau berproses dan bukan
bagaimana segala sesuatu sebaiknya ber-prilaku atau berproses. Ilmu bekerja

12
dengan metode, bukan dengan terkaan atau fikiran-fikiran mendadak, atau
khayalan (Wishful thinking). Ilmu (science) diperoleh melalui metode keilmuan.
Tujuan tertinggi dari ilmu pengetahuan dan penerapannya adalah untuk
kesejahteraan hidup manusia dan mengubah dunia agar menjadi lebih baik.
Apa yang ingin dicapai ilmu adalah “Kebenaran Ilmiah”. Ini hanya mungkin lewat
jalan atau metode ilmiah. Berpikir ilmiah, karenanya adalah cara berpikir yang
didisiplinkan dan diarahkan kepada sasaran penyelidikannya.6

Menurut penegak hukum yang saat itu menangani perdebatan antara ilmu dan
agama, teori keilmuan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Ada
kendali dari hukum alam. 2. Harus ada penjelasan yang referensinya adalah dari
hukum alam. 3. Bisa diuji untuk menanggapi atau menguji teori empiris. 4.
Kesimpulannya masih bisa diperdebatkan dan bukan kesimpulan final. 5. Sesuatu
bisa dikatakan ilmu jika bisa dimodifikasi.7

Ilmu adalah adalah hal sistematis yang membangun dan mengatur pengetahuan
dalam bentuk penjelasan serta prediksi yang dapat diuji melalui metode ilmiah
tentang alam semesta (Mirriam Webster dictionary, 2018). Ilmu terdiri dari dua
hal, yaitu bagian utama dari pengetahuan, dan proses di mana pengetahuan itu
dihasilkan. Proses pengetahuan memberikan individu cara berpikir dan
mengetahui dunia.

Dalam bukunya yang berjudul Methods in Psychological Research, Evans dan


Rooney (2008) berpendapat dengan orientasi psikologi yang mempelajari individu
sebagai subject matter-nya, bahwa ilmu memiliki empat fungsi, antara lain: a. To
Describe (mendeskripsikan) b. To Explain (menjelaskan) c. To Predict
(memprediksikan) d. To Control (mengontrol atau mengendalikan)
6
Zed, M. (1999). Dasar- dasar Metodologi Ilmiah, Beberapa Catatan tentang Penelitian Ilmiah dan
Berfikir Ilmiah. Pelatihan Penelitian Tingkat Dasar bagi dosen PTAIS, Kopertais VI wilayah
Sumatera Barat dan Kerinci. Universitas Negeri Padang.
7
Malicha, L. (2018). Hakikat Ilmu dan Pengetahuan. [Online]. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/327307040.

11
Berbicara mengenai berpikir, dalam pandangan islam sendiri berpikir merupakan
suatu sarana agar manusia bisa disebut sebagai makhluk yang berakal. cara
berpikir yang benar dalam islam dikenal dengan istilah tafakkur.

12

Anda mungkin juga menyukai