Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HUBUNGAN FILSAFAT DALAM ILMU PENGETAHUAN


HAKIKAT PENDIDIKAN SERTA ILMU DAN KAJIAN ILMU
PENGETAHUAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu Bimbingan Dan Konseling
Dosen Pengampu : Ajeng Radyati, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

1. Bela Oktaviani (202101500540)


2. Helvy Hilyatul Aulia (202101500477)
3. Muhammad Rendy Nurahman (202101500490)
4. Nazwa Ria Shabrina (202101500497)
5. Nur Fadillah (202101500505)
6. Sephia Hamadi (202101500535)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS


PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala.
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“Hubungan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan” dapat kami selesaikan dengan baik.
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan kami. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka Jurnal, maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, serta teman-teman sekali dan yang terpenting dosen
pengampu kami Ibu Ajeng Radyati, S.H., M.H. Harapan kami, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena
itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan.

Jakarta, 30 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Filsafat dalam bidang Ilmu Pengetahuan .................................................................. 3
2.2 Obyek dan Kegiatan Filsafat Ilmu Pengetahuan ...................................................... 6
2.3 Tujuan dan Manfaat Filsafat Ilmu pengetahuan........................................................ 8
2.4 Hakikat Pendidikan ................................................................................................. 11
2.5 Pendidikan sebagai Agensi Pengendalian Diri ....................................................... 17
2.6 Ilmu, Bidang Kaji Ilmu Pengetahuan ...................................................................... 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 22
3.2 Saran ....................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan modern ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang


mencari hakikat sesuatu, berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas
pengalaman-pengalaman manusia dan merupakan suatu upaya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang
kehidupan manusia.. Jawaban tersebut merupakan suatu hasil pemikiran
yang mendasar dan digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk aspek
pendidikan. Pada prinsipnya, konsep filsafat menempatkan sesuatu
kebenaran berdasarkan kemampuan nalar manusia, yang merupakan tolok
ukur suatu peristiwa yang terjadisebelum dan sesudahnya. Filsafat sangat
berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu memberikan sebuah
kerangka acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita
pendidikanyang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa.

Oleh karena itu, filsafat pendidikan pada suatu negara menjadi


sebuah anutan.Filsafat pendidikan yang lahir dan menjadi tumpuan konsep
ilmu pendidikan, sebagai ilmu engetahuan yang normative, merupakan
disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah nilai yang akan dijadikan
ukuran tingkah laku manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat serta
tugas dari pendidikan,sebagai aspek kebudayaan yaitu menyalurkan nilai-
nilai hidup, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai norma tingkah
laku kepada subjekndidik yang bersumber dari filsafat, kebudayaan,dan
agama yang berlaku dalam suatu masyarakat atau negara. Kaitannya dengan
filsafat pendidikan pancasila,seluruh aspek kehidupan suatu bangsa di
ilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran filsafat bangsa itu sendiri. Dalam
memahami suatu pengetahuan diperlukan sebuah pendekatan, hal ini terkait
jenis pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan rasional (melalui penalaran

1
rasional), pengetahuan empiris (melalui pengalaman konkrit), dan
pengetahuan intuitif (melalui perasaan secara individu). Sehinga dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil tau manusia atas kerjasama
antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Pengetahuan bersifat dinamis, dalam artian terus berkembang


menuju kesempurnaan. Perkembangan pengetahuan sangat dipengaruhi
oleh ilmu dimana ilmu dibangun berdasarkan metode ilmiah yang bersifat
objektif, ada aturan atau prosedur eksplisit yang mengikat; bersifat empiris
karena dapat dibuktikan, diketahui dan diukur; dapat menjelaskan dan
memprediksi peristiwa dalam bidang ilmunya. Pengetahuan berkembang
secara signifikan karena mengikuti kaidah ilmiah, seperti karya ilmiah yang
ditulis secara ilmiah, dalam pengertiannya tulisan ilmiah adalah karya
seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh
melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain
sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana filsafat di bidang ilmu pengetahuan?
2. Apakah hakikat pendidikan? Serta pendidikan sebagai agensi
pengendalian diri?
3. Apa ilmu dalam bidang kajian ilmu pengetahuan?

1.3 Tujuan

Mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh tentang Filsafat


Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan, ilmu serta pendidikan, serta dapat
mengkaji Ilmu Pengetahuan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat dalam bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam kamus filsafat dijelaskan pengetahuan itu adalah proses


kehidupan yang diketahui manusia langsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini, yang mengetahui (subjek) yang diketahui (objek).
Pengetahuan itu harus benar, jika tidak benar maka kontradiksi. Ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan, karena tubuh
pengetahuan tidak hanya memiliki kerangka berpikir logis tetapi juga telah
diuji. Ilmu pengetahuan merupakan dari proses berpikir, meskipun tidak
semua aktivitas berpikir dapat digolongkan sebagai pengetahuan ilmiah.
Misalnya imajinasi ini adalah pemikiran rasional tetapi tidak ilmiah karena
tidak sistematis. Filsafat Ilmu Pengetahuan adalah filsafat khusus yang
membahas banyak sekali macam hal yang berkenaan menggunakan ilmu
pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha
membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis,
dan sistematis), menyeluruh dan fundamental.

Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman


mengenai ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta
fundamental untuk bisa menemukan kerangka utama dan unsur-unsur
hakiki yang kiranya menjadi karakteristik khas menurut ilmu pengetahuan
yang sebenarnya. Sehinga kita bisa menentukan identitas ilmu pengetahuan
dengan benar, bisa menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan
mana yang tidak termasuk pada lingkup ilmu pengetahuan. Filsafat yang
didasari semangat mencari kejelasan, kebenaran dan kebijaksanaan, tentu
saja tidak puas terhadap norma-norma dan pendapat-pendapat yang
dikemukakan begitu saja tanpa adanya landasan pemikiran rasional dan
obyektif yang bisa dipertanggungjawabkan. Filsafatlah merupakan pelopor
yang pertama-tama berani mendobrak serta membongkar pandangan-

3
pandangan tradisional & mitis yang sejak lama hanya diterima begitu saja
tanpa adanya penerangan rasional.

Filsafat menggunakan pertanyaan-pertanyaannya yang rasional


(kritis, logis, sistematis), obyektif, menyeluruh dan radikal berusaha
membongkar pandangan-pandangan yang dikemukan begitu saja tanpa
adanya penjelasan rasional, dan membongkar norma-norma yg tidak
mempunyai orientasi yg jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Pemikiran
rasional lah yang bisa melepaskan diri manusia menurut belenggu-belenggu
tradisional & mitis, serta membebaskan manusia menurut kepicikan,
ketidakjelasan, ketidaktahuannya. Dengan pemikiran kritisnya, manusia
tidak puas terhadap ketidaktahuannya sendiri dan terhadap ketidakjelasan
segala macam informasi yang diterimanya. Pemikiran kritis merupakan
pemikiran yang menyadari akan arah tujuan berdasarkan kegiatan berpikir,
yaitu mencari kejelasan dan tidak kebenaran. Sehingga orang yang berpikir
kritis tidak puas akan sekedar informasi sebagai penjelasan yang asal saja.
Informasi yang merupakan penjelasan diharapkan merupakan informasi
yang relevan menggunakan hal yang dijelaskan dan memberikan penjelasan
yang terang & bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Dengan demikian orang yang berpikir kritis perlu dapat


membedakan dan menentukan penjelasan yang relevan dan benar, daripada
penjelasan yang tidak relevan dan salah. Untuk memperoleh penjelasan
yang relevan dan kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan, selain mela-
kukan pengamatan dan penelitian secara cermat dan teliti, orang juga perlu
berpikir logis. Berpikir logis merupakan pemikiran yg berdasarkan dalam
kaidah-kaidah penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman,
keputus- an, dan konklusi yg kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan pemikiran yang kritis dan disusun secara logis, diharapkan bisa
menghasilkan tubuh pengetahuan yang sistematis, menjadi satu-kesatuan
pemahaman yang saling terkait satu sama lain secara organis, yang masing-

4
masing bagian mempunyai kedudukan & peranan yang memang tak
tergantikan.

Menurut Ensiklopedia Stanford dalam filsafat, pengetahuan tidak


cukup hanya kebenaran dan keyakinan. Pengetahuan harus memiliki unsur
ketiga, yaitu pembenaran (kebenaran). Kebenaran dianggap sebagai elemen
penting dari pengetahuan untuk memastikan bahwa keyakinan dianggap
benar bukan karena faktor kebetulan tetapi dapat diuji. Oleh karena itu,
pengetahuan disebut sebagai keyakinan yang benar yang dibenarkan.

Menurut T. Jacob, dibutuhkan etika ilmiah di semua disiplin ilmu


pengetahuan. Seiring dengan berbagai permasalahan yang muncul sebagai
akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya peminatan
pada semua ilmu yang berkembang secara mandiri, ilmu pengetahuan
kehilangan sifat integral-integratifnya yang utuh; masing-masing menjadi
terisolasi. Serta perlu adanya “sapaan” antar sesama ilmuwan, sehingga
upaya membangun academic community dalam arti kata yang sebenarnya
menjadi sangat diperlukan.

Daoed Joesoef, menambahkan bahwa Ilmu Pengetahuan adalah


penerapan logis dari penalaran manusia. Akal manusia sama di mana-mana
tetapi penerapannya berbeda. Jika sistem nilai berbeda antara satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya, maka pengetahuan ilmiah dan
mentalitas teknologi berbeda sesuai dengan tingkat kemajuan masyarakat
yang bersangkutan. Untuk itu perlu dibangun pengetahuan bahwa tidak
hanya sebagai produk tetapi lebih sebagai proses. Tujuan Ilmu pengetahuan
adalah untuk mencari penjelasan tentang fenomena yang ditemukan, yang
memungkinkan kita untuk memahami sepenuhnya sifat dari objek yang
dihadapi. Pengetahuan yang memungkinkan manusia untuk memahami dan
menyediakan alat untuk menguasai suatu masalah. Ini berlaku untuk ilmu
alam dan ilmu sosial.

5
Kini ilmu sudah menjelajahi lingkup yang amat luas & mendalam,
sampai menyentuh sendi-sendi kehidupan umat manusia yang paling dasar,
baik secara individu juga sosial. Implikasi yang sekarang yang dirasakan
adalah: Pertama, ilmu yang satu sangat berkaitan dengan ilmu yg lain
sebagai akibatnya sulit ditarik batas antara ilmu dasar & ilmu terapan; antara
teori & praktis. Kedua, dengan semakin kaburnya batas tadi, ada
pertarungan, sejauh mana sang ilmuwan terlibat dengan etik dan moral.
Ketiga, menggunakan adanya akibat yang begitu luas dan pada terhadap
kehidupan umat manusia, ada juga pertarungan akan makna ilmu itu sendiri
menjadi sesuatu yang membawa kemajuan atau malah sebaliknya.

2.2 Obyek dan Kegiatan Filsafat Ilmu Pengetahuan

Pembicaraan menyeluruh tentang sains mulai dari dasar dan teoretis


hingga terapan dan praktis, dari masalah fisik hingga masalah spiritual dan
spiritual. Berarti membahas semua jenis pengetahuan. Keberadaan berbagai
jenis ilmu dapat dikategorikan berdasarkan dua arah perilaku ilmiah, teoritis
dan praktis, dan ruang lingkup bidang studi yang berbeda. Misalnya, lebih
banyak ilmu teoretis meliputi fisika, kimia, botani, zoologi, dan psikologi,
dan ilmu yang lebih praktis meliputi pertambangan, apotek, pertanian,
peternakan, dan psikiatri. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan
menyeluruh serta untuk mengetahui ciri-ciri dasar kegiatan ilmiah,
bandingkan dengan kegiatan manusia lainnya untuk pengetahuan dan
makna hidup, seperti pengetahuan sehari-hari, filsafat, agama, Seni perlu
diungkap. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu hal yang diusahakan
dengan sungguh-sungguh dengan cara, prosedur, dan sarana, untuk
mencapai suatu pemahaman yang dapat dipercaya dan dijelaskan, bukan
hanya pengetahuan kebetulan yang masih sering dicurigai kebenarannya.

Dibandingkan dengan pengetahuan filosofis, ilmu pengetahuan


tidak membahas apa yang ada dan apa yang mungkin ada, tetapi apa yang
tampak ada sebagai studi objek material yang lebih lengkap dan terperinci.
Dengan berkembangnya teknologi dan peralatan yang digunakan oleh

6
manusia, mereka dapat menemukan dan menemukan objek baru di bidang
studi mereka, meskipun mereka akan terus maju. Berkaitan dengan agama,
ilmu pengetahuan tidak mencari kebenaran isi keyakinan agama yang
bersangkutan, tetapi mengkaji gejala-gejala yang ada dan muncul dari
kehidupan beragama. Sebagai gambaran sains yang utuh dan komprehensif,
kita perlu memahami ilmu pengeahuan tidak hanya sebagai hasil
(deliverables) dari aktivitas yang diinformasikan, tetapi juga sebagai proses,
prosedur, dan deliverables.

Sains adalah aktivitas kognitif dan rasional manusia yang


berlangsung dalam proses pencapaian tujuan yang diharapkan. Orang
menghitung karena kegiatan ilmu pengetahuan, terutama kita mengetahui
kegiatan pikiran manusia melalui pengamatan, pengamatan, penelitian dan
penalaran, guna menjelaskan dan kebenaran pengetahuan tentang
lingkungan alam dan lingkungan kehidupan sosial. melakukan, menghargai,
dan pada akhirnya menguasai, menguasai, dan menggunakannya untuk
kepentingan kehidupan manusia. Oleh karena itu, proses kegiatan ilmiah
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan akal yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan akal manusia dalam menghadapi berbagai jenis
masalah yang dihadapinya.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, kegiatan pengetahuan


harus dilakukan dengan menggunakan prosedur, metode, prosedur, dan
peralatan tertentu yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. Ada
kesamaan dalam prosedur umum untuk melakukan kegiatan ilmiah yang
berbeda, tetapi penting untuk dicatat potensi metode dan teknik yang
berbeda antara satu jenis kegiatan ilmiah dan yang lain. Filsafat ilmu
memperkenalkan berbagai jenis metode ilmiah yang selaras dengan
berbagai jenis ilmu terkait, serta metode umum yang digunakan dalam
kegiatan ilmiah (misalnya, penalaran analitis dan sintetik), perlu
memperkenalkan metode deduktif dan induktif yang menyertainya. ). Selain

7
metode ilmiah, berbagai sarana kegiatan ilmiah umum dan konkret perlu
diperkenalkan.

Dalam kegiatan ilmiah, kita perlu mengenali dan meningkatkan


keterampilan sarana kegiatan ilmiah yang melekat pada diri kita masing-
masing: sarana berpikir ilmiah, termasuk logika, bahasa, matematika, dan
statistik. Kegiatan ilmiah adalah kegiatan berpikir yang harus dipupuk
secara rasional dan salah satu elemen yang harus diterapkan penalaran logis:
aturan logis untuk mengidentifikasi kebenaran pengetahuan yang kita
harapkan. Dan pengetahuan yang kita miliki perlu dikumpulkan dan
diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan atau tulisan. Anda dapat
menggunakan bahasa ini untuk membangun pengetahuan, mewakili
gambaran pengetahuan, dan berkomunikasi satu sama lain. Dan untuk
menghitung dan memprediksi secara akurat apa yang kita ketahui, kita perlu
menguasai alat berpikir ilmiah lainnya: matematika dan statistik.

Sebagai filsafat, mata kuliah Filsafat Ilmu membimbing mahasiswa


untuk bertanya, merenungkan, dan merenungkan kegiatan ilmiahnya.
Padahal, materi kuliah (sebagai isi) tentang filsafat ilmu sudah tersedia dan
dipraktikkan dalam kehidupan mahasiswa, sehingga cukup melatih dan
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi kegiatannya
untuk melaksanakan kegiatan ilmiahnya. pemahaman yang lengkap tentang
arah dan langkah-langkah yang tepat dalam mengusahakan kegiatan ilmu
pengetahuan.

2.3 Tujuan dan Manfaat Filsafat Ilmu pengetahuan

Filsafat Ilmu Pengetahuan membimbing kita untuk memikirkan dan


merefleksikan aktivitas ilmu pengetahuan yang kita lakukan. Kita
diharapkan tidak hanya melakukan aktivitas ilmu pengetahuan atas dasar
kebiasaan-kebiasaan yg tak jarang tidak kita sadari orientasinya. Dengan
pemikiran yang rasional (kritis, logis, dan sistematis) diharapkan kita dapat
menemukan kejelasan pemahaman mengenai ilmu pengetahuan dengan

8
segala unsur-unsurnya dan arah-tujuan aktivitas ilmu pengetahuan yang kita
lakukan. Dengan pembahasan ilmu pengetahuan secara menyeluruh dan
mendalam kita berharap memperoleh pemahaman yang utuh dan lengkap
tentang ilmu pengetahuan, serta dapat menemukan karakteristik-
karakteristik hakiki tentang ilmu pengetahuan. Dengan pemahaman yang
lengkap dan tepat mengenai ilmu pengetahuan tersebut, kita berharap tidak
terbelenggu oleh kebenaran semu yang menyesatkan, melainkan
mempunyai perilaku dan tindakan yang bijaksana dalam ikut terlibat
melakukan aktivitas ilmu pengetahuan, untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan yang sebenarnya kita harapkan.

Filsafat Ilmu Pengetahuan mempunyai 3 landasan pembahasan


terhadap ilmu pengetahuan, yaitu: ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

1. Landasan Pembahasan ontologis


Kita diharap mempunyai gambaran yg benar dan menyeluruh tentang
ilmu pengetahuan; dapat menemukan ciri-ciri khas ilmu pengetahuan
jika dibandingkan dengan berbagai macam aktivitas yang kita lakukan.,
misalnya filsafat, agama dan seni. Kita diharapkan menyadari bahwa
ilmu pengatahuan adalah aktivitas logika budi manusia yang tentu saja
juga memiliki arah dan tujuan (bersifat teleologis). Filsafat Ilmu
Pengetahuan diperlukan bisa menerangkan arah-tujuan berdasarkan
kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukannya, yaitu memperoleh
pengetahuan ilmiah, yang kebenarannya memang relatif bisa
dipertanggungja- wabkan, di samping perlu disadari adanya tingkatan
target yang perlu diusahakan pada aktivitas ilmiah.

Beberapa sasaran yang secara berjenjang menjadi target aktivitas ilmiah,


yaitu: pengetahuan deskriptik, pengetahuan kausatif, pengetahuan
prediktif, dan pengetahuan operatif. Dengan demikian Filsafat Ilmu
Pengetahuan akan sanggup memperlihatkan orientasi yg tepat menurut
aktivitas ilmu pengetahuan.

9
2. Landasan pembahasan epistemologis
Diperlukan menaruh penerangan mengenai metode-metode dan
langkah-langkah yang relevan demi tercapainya tujuan aktivitas ilmu
pengetahuan yang dilakukannya. Ada beberapa pola prosedural yang
perlu dipahami pada rangka bisa menemukan data-data dan menyusun
hasil ilmu pengetahuan yg diperlukan, misalnya: wawancara, observasi,
eksperimen.

Dengan pembahasan epistemologis ini, diharap Filsafat Ilmu


Pengetahuan bisa menuntun langkah-langkah mahasiswa untuk
melakukan aktivitas ilmiah agar sampai dalam tujuan yang sebenarnya.
Dan terakhir

3. Landasan pembahasan secara aksiologis.


Dari landasan pemahaman secara aksiologis. diharap bisa
memperlihatkan pada mahasiswa mengenai nilai-nilai yang sekiranya
layak diperjuangkan pada aktivitas ilmu pengetahuan. Di samping
memiliki nilai kebenaran yang bersifat teoritis, ilmu pengetahuan pada
gilirannya mempunyai nilai mudah pragmatis, karena bisa menaruh
dasar yg cukup dapat dipertanggungjawabkan bagi penyelenggaraan
kehidupan manusia. Dengan demikian Filsafat Ilmu Pengetahuan
diharapkan bisa memperlihatkan arah aktivitas ilmiah, tidak hanya
sekedar secara teoritis menunjukkan kebenaran ilmiah, namun lebih
jauh memperlihatkan arah aktivitas ilmiah yang bersifat pragmatis, yaitu
mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia. Dengan
demikian ilmu pengetahuan tidak dipandang sebagai yang membebani
pemikiran manusia, melainkan dirasakan menjadi aktivitas yang bisa
mempertajam pemikiran manusia pada rangka menghadapi aneka
macam konflik kehidupan untuk memberkan pemecahan yang bisa
berguna bagi kehidupan manusia.

10
2.4 Hakikat Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogie”


yang akar katanya adalah “pais” yang berarti berarti anak dan “lagi”
yang berarti bimbingan. Jadi pedagogie artinya bimbingan yang
diberikan kepada anak. Sedangkan dalam bahasa Inggris pendidikan
disebut Education berasal dari bahasa Yunani "Educare" yang berarti
mengeluarkan apa yang disimpan dalam jiwa anak, untuk dibimbing
tumbuh dan berkembang (dalam Asfar, dkk., 2020).

Berikut akan diuraikan beberapa pengertian pendidikan menurut


beberapa ahli atau teori, yaitu:

1. MJ. Langeveld menyatakan bahwa pendidikan adalah


bimbingan/bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-
anak yang tumbuh dewasa mencapai kedewasaan dengan tujuan
agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya
sehingga tidak memerlukan bimbingan lagi.
2. John Dewey, mendefinisikan pendidikan sebagai proses
pembentukan keterampilan secara fundamental secara intelektual
dan emosional terhadap alam dan sesama manusia.
3. Ki Hadjar Dewantara, menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya
untuk mempromosikan pertumbuhan karakter (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek dan tubuh) anak).
4. Diryakarya, mendefinisikan pendidikan sebagai kegiatan sadar
untuk memanusiakan pemuda atau harmonisasi dan humanisasi.
5. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20
Tahun 2003 Bab I pasal 1, mendefinisikan pendidikan sebagai usaha
sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan belajar
agar siswa aktif mengembangkan potensinya, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Atau bahkan pendidikan juga dapat diartikan
sebagai proses, cara dan perbuatan mendidik.

Fungsi pendidikan antara lain:

1. Pendidikan sebagai proses transformasi badaya,


Merupakan kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Daiam hal ini generasi muda bukan hanya sebagai generasi
pewaris, tetapi juga menjadi generasi penerus; artinya bukan hanya
secara pasif menerima dan melanggengkan warisan budaya melainkan
secara aktif juga memilih dan mengembangkannya. Dangan demikian
ada empat kemungkinan dalam transfornmasi budaya, yaitu:
a) Meneruskan yang masih haik / cocok,
b) Memperbaiki yang kurang baik/ tidak cocok, menambah yang
kurang, dan menmgkatkan yang masih rendah,
c) Mengganti yang sudah tidak cocok lagi, dan
d) Menciptakan atau mengembangkan unsur-unsur budaya baru.
2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, merupakan kegiatan
yang sistematisda sitemik terarah kepada terbentulnya kepribadian
(jatidiri) peserta didik.
Tujuan Pendidikan antara lain:
 Menurut Anshory & Utami (2018) pendidikan dikatakan sebagai
wahana pembangunan negara secara keseluruhan. Dengan
pendidikan akan mampu menyediakan tenaga kerja yang terampil di
bidangnya. Pendidikan akan memberikan reformasi melalui
pengajaran kepada generasi baru tentang tujuan yang ingin dicapai
masyarakat secara keseluruhan dan sarana pemenuhannya.
 Ahmadi (2014) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan menurut
beberapa tokoh pendidikan perenialisme adalah:

12
1. Plato, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
membina pemimpin yang sadar akan prinsip-prinsip normatif
dan mengimplementasikannya dalam segala aspek kehidupan.
2. Aristoteles menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
membentuk kebiasaan pada tingkat pendidikan generasi muda
dalam menanamkan kesadaran sesuai kaidah moral.
3. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan
untuk membimbing kemampuan yang masih pasif menjadi aktif
tergantung pada kesadaran individu. Tujuan pendidikan
merupakan komponen pendidikan yang menempati posisi yang
sangat penting penting. Hal ini karena semua komponen
pendidikan dilakukan hanya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan bersifat memaksa yang harus dipatuhi oleh


peserta didik. Meskipun sifatnya memaksa, sebenarnya tujuan
pendidikan dapat diterima oleh masyarakat dan tidak menyimpang dari
perkembangan siswa. Setiap praktisi pendidikan harus memahami
tujuan pendidikan. Praktisi pendidikan yang tidak memahami tujuan
pendidikan akan berdampak atas kesalahan dalam memberikan
pendidikan, sehingga kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat tidak
terpenuhi melalui proses pendidikan ini. tujuan pendidikan nasional
indonesia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Pendidikan Nasional, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembannya potensi peserta didik afar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu. Cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab.”

13
Adapun mazhab-mazhab dalam filsafat pendidikan menurut Suardi
(2016) adalah:

1. Filsafat Pendidikan Idealisme Filsafat idealisme memandang bahwa


realitas tertinggi adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Parminedes,
filosof dari Elea (Yunani kuno) menyatakan bahwa "Apa yang tidak
mungkin" pikiran itu tidak nyata.” Sedangkan Plato. Filsuf idealis
klasik (Yunani kuno) menjelaskan bahwa “Realitas tertinggi adalah
dunia pikiran”. Dunia pikiran adalah dunia absolut, tidak berubah,
asli, dan abadi. Realitas pamungkas sebenarnya sudah ada sejak
awal jiwa manusia. Schoupenhaur, menyatakan bahwa “Dunia
adalah roh yang mengungkapkan diri sendiri dari alam, dengan
maksud agar ruh sadar akan dirinya sendiri. Roh bisa berubah
menjadi ide atau pemikiran. Mereka dapat mewakili idealisme
metafisik. Yang termasuk dalam idealisme adalah spiritualisme,
rasionalisme, dan supernaturalisme. Bagi penganut idealisme,
fungsi mental adalah apa yang tampak dalam perilaku. Oleh Oleh
karena itu, tubuh atau tubuh sebagai materi adalah alat jiwa atau alat
roh untuk melaksanakan tujuan, keinginan, dan dorongan jiwa
manusia.
2. Filsafat Pendidikan Realisme Pada dasarnya realisme adalah filsafat
yang menyamakan realitas dengan dualitas. Realisme berbeda
dengan materialisme dan idealisme yang monistik. Realisme
berpendapat bahwa realitas terdiri dari dunia fisik dan dunia
spiritual. Realisme adalah aliran Filsafat memiliki banyak bentuk.
Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu realisme
rasional dan realisme naturalis. Realisme rasional terdiri dari
realisme klasik dan realisme agama. Realisme alam ilmiah
mengiringi lahirnya sains di Eropa pada abad kelima kedua belas
dan keenam belas., dipelopori oleh Francis Bacon, John Locke,
Galilo, David Hume, John Stuart Mill. Realisme ilmiah menyatakan

14
bahwa manusia adalah organisme biologis dengan sistem saraf yang
kompleks dan inheren sosial.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme Pemahaman filosofis ini
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah material, bukan
spiritual, bukan spiritual rohani, atau supranatural. Democritus
adalah pelopor pandangan materialis klasik. Juga dikenal sebagai
atomisme. Democritus dan para pengikutnya percaya bahwa
segalanya sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat
dibagi lagi yang disebut atom. atom. Cabang materialisme yang
banyak diperhatikan dan dimanfaatkan orang saat ini dasar
pemikirannya adalah positivisme. Menurut positivisme, jika sesuatu
memang ada, maka ada angka. Angka itu bisa diukur. Oleh karena
itu segala sesuatu yang ada dapat diamati dan diukur. Di sisi lain,
segala sesuatu yang tidak ada tidak dapat diamati atau diukur secara
ilmiah, yang berarti bahwa hal itu tidak dapat dipelajari secara
positif. Jadi dikatakan positivisme karena mereka menganggap
bahwa apa yang dapat dipelajari manusia hanya berdasarkan fakta
dan data yang nyata
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme Menurut filosofi ini, manusia
dapat mengetahui apa yang dialami manusia. Pendiri filsafat
Pragmatisme ini termasuk John Dewey. Menurut filosofi ini,
manusia dipandang sebagai sebagai makhluk fisik, sebagai hasil
evolusi, biologis, sosial, dan psikologis, karena manusia dalam
keadaan perkembangan yang terus menerus. Manusia hidup dalam
keadaan (Menjadi), terus menerus “berlangsung”. Manusia pada
dasarnya elastis yang bisa berubah. Anak-anak adalah organisme
yang terus menerus aktif.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme Eksistensialisme adalah
filsafat yang memandang semua fenomena sebagai berasal dari
keberadaan. Eksistensi adalah cara manusia eksis di dunia. Cara
menjadi berbeda dari cara menjadi hal-hal materi. Keberadaan hal-

15
hal materi didasarkan pada ketidaksadaran diri. Selain itu, juga tidak
ada komunikasi antara satu sama lain.
6. Filsafat Pendidikan Prenialisme Progresivisme bukanlah sebuah
filsafat atau aliran yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah
Gerakan dan perkumpulan yang berdiri sejak tahun 1918. Gerakan
progresif dikenal luas karena reaksinya terhadap formalisme yang
membosankan dan sekolah tradisional, yang menekankan disiplin
keras, belajar pasif, dan banyak hal kecil yang tidak berguna dalam
pendidikan. Orang yang progresif merasa hidupnya berkembang ke
arah yang positif dan membawa umat manusia, tua dan muda, baik
dan dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya
terbaik mereka sendiri. Dalam hal ini, pendidik progresif
memberikan sejumlah kebebasan siswa dalam menentukan
pengalaman sekolah mereka.
7. Filsafat Pendidikan Prenialisme Prenealisme lahir sebagai reaksi
terhadap pendidikan progresif. Prenealisme menantang Pandangan
progresivisme yang menekankan pada perubahan dan sesuatu yang
baru. Prenealisme memandang situasi dunia saat ini penuh dengan
kekacauan, ketidakpastian, ketidakadilan, dan kekacauan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosial budaya. Leh karena
perlu dilakukan upaya untuk mengamankan penyimpangan tersebut.
dalam pendidikan, orang-orang Prenialis melihat bahwa di dunia
yang tidak pasti dan kacau serta berbahaya seperti yang kita rasakan
saat ini, tidak ada yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan
pendidikan dan kestabilan perilaku pendidik. 8) Filsafat Pendidikan
Esensialisme Esensialisme adalah filsafat pendidikan konservatif
yang pada awalnya dirumuskan sebagai: kritik terhadap tren
progresif di sekolah. Esensialisme seperti Prenialisme dan
progresivisme bukanlah aliran filosofis dan bukan pendiri bangunan
filsafat, melainkan sebuah gerakan dalam pendidikan yang
memprotes pendidikan progresivisme. 9) Filsafat Pendidikan

16
Rekonstruktivisme Rekonstruktivisme merupakan kelanjutan dari
Gerakan Progresivisme. Gerakan ini lahir berdasarkan asumsi
bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan permasalahan masyarakat saat ini. Sekolah ini berpendapat
bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarah pada perubahan
atau rekonstruksi dalam tatanan sosial saat ini.

2.5 Pendidikan sebagai Agensi Pengendalian Diri

Pengendalian diri merupakan keseluruhan dari proses yang


membentuk diri individu yang mencakup proses pengaturan fisik,
psikologis dan perilaku. Pengendalian diri atau disebut juga kendali diri
dapat pula diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku.
Pengendalian tingkah laku mengandung makna, yaitu melakukan
pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan
sesuatu untuk bertindak.
Pengendalian diri diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh individu untuk mengendalikan perilaku mereka. Dengan
menggunakan berbagai pertimbangan sebelum bertindak, individu
tersebut mencoba untuk mengarahkan diri mereka sesuai dengan yang
mereka kehendaki. Dengan kata lain, semakin tinggi kendali diri yang
dimiliki seseorang semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku.
Pengendalian diri dapat digunakan untuk mereduksi efek psikologis
yang negatif dan sebagai upaya pencegahan. Dengan memiliki
pengendalian diri, individu mampu membuat perkiraan terhadap
perilaku yang hendak dilakukan sehingga individu mampu mencegah
sesuatu hal yang tidak menyenangkan yang akan diterimanya kelak. Hal
tersebut diperkuat dengan definisi yang menjelaskan alasan individu
menggunakan kendali diri. Thoreson dan Mahoney (dalam Calhoun
dan Acocella, 1990: 158) menjelaskan bahwa ‟demi tujuan jangka
panjang, dia sengaja menghindari melakukan perilaku yang biasa
dikerjakan atau yang segera memuaskannya yang tersedia secara bebas

17
baginya, tetapi malah menggantinya dengan perilaku yang kurang biasa
atau menawarkan kesenangan dengan tidak segera‟.Selain sebagai
upaya pencegahan diri, pengendalian diri dapat pula sebagai tujuan
penundaan. Kegagalan dalam melakukan penundaan tersebut
mengarahkan individu untuk segera memuaskan keinginannya dengan
cara-cara yang kurang baik. Untuk melakukan penundaan yang tidak
mereka sukai perlu bagi individu untuk melihat keuntungan atas
penundaan perilaku yang mereka lakukan, oleh sebab itu ada pendapat
yang menyatakan bahwa ‟pengendalian diri menggambarkan keputusan
individu yang melalui pertimbangan kognitifnya untuk menyatakan
perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan
tertentu seperti apa yang dikehendaki‟ Lazarus (1976) (dalam
Hermanto, 2009:2).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Ronen (1993) (dalam Safaria,
2004:109) menjabarkan bahwa kendali diri bisa diartikan sebagai proses
yang terjadi ketika dalam situasi tanpa batasan dari lingkungan eksternal
anak melakukan suatu jenis perilaku yang sebelumnya sedikit tidak
mungkin muncul dibandingkan perilaku alternatif lainnya.

Jenis pengendalian diri

Setiap individu memiliki kemampuan pengendalian diri yang


berbeda-beda. Ada individu yang pandai dalam mengendalikan diri
mereka namun ada juga individu yang kurang pandai dalam
mengendalikan diri. Berdasarkan kualitasnyakendali diri dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Over control merupakan kendali diri yang dilakukan oleh individu


secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri
dalam bereaksi terhadap stimulus.
2) Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk
melepaskan impuls dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.

18
3) Appropriate control merupakan kendali individu dalam upaya
mengendalikan impuls secara tepat. (Block dan Block dalam
Zulkarnaen, 2002:10)

Kemampuan individu dalam mengendalikan diri memiliki tiga tingkatan


yang berbeda-beda. Individu yang berlebihan dalam mengendalikan diri
mereka yang disebut dengan over control. Individu yang cenderung
untuk bertindak tanpa berpikir panjang atau melakukan segala tindakan
tanpa perhitungan yang matang (under control). Sementara individu
yang memiliki pengendalian diri yang baik, yaitu individu yang mampu
mengendalikan keinginan atau dorongan yang mereka miliki secara
tepat (appropriate control).

Averill (1973) (dalam Ghufron, 2011:29) mengelompokkan


pengendalian diri menjadi tiga jenis yaitu :

1) Kendali Tingkah Laku (Behavior control), merupakan kesiapan


tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi
atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
2) Kendali Kognitif (Cognitive control), merupakan kemampuan
individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan
cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian
dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau
mengurangi tekanan.
3) Mengontrol Keputusan (Decision control), merupakan kemampuan
seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.

2.6 Ilmu, Bidang Kaji Ilmu Pengetahuan


A. Ilmu
Ilmu berasal dari kata bahasa Arab ‘ilm, Inggris science,
Belanda watenchap, dan Jerman wissenchaf. Ilmu merupakan hal
yang urgen dalam kehidupan manusia di dunia agar manusia

19
meningkat kualitas dan kemampuan diri serta mengangkat
eksistensinya. Definisi ilmu yang dikemukakan oleh pakar luar
negeri salah satunya yaitu R. Harre.
Definisi ilmu menurut Harre adalah kumpulan teori-teori
yang sudah diuji coba yang menjelaskan pola teratur ataupun tidak
teratur diantara fenomena yang dipelajari secara hati-hati. Definisi
pemikir Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan ilmu
pengetahuan: Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia
tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan
konsep-konsep, kategori-kategori, dan kebenarannya diuji dengan
praktis. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
B. Ruang Lingkup Istilah Ilmu Pengetahuan
Sebagaimana dipahami bersama bahwa pada mulanya Yang
dimaksud dengan filsafat ilmu adalah filsafat ilmu. sudah tentu
karena, konon ilmu itu lahir sebagai 'anak sulung'. Namun seiring
dengan lahirnya ilmu pengetahuan, sebenarnya Filsafat ilmu sebagai
suatu disiplin ilmu memiliki objek kajian yang berbeda cukup luas,
mulai dari yang masuk dalam kategori pengetahuan, ilmu
pengetahuan itu sendiri, apakah alam ilmu-ilmu dan ilmu-ilmu
sosial yang termasuk dalam humaniora, termasuk ilmu agama dan
bahasa
C. Landasan Filosofis untuk Ilmu pengetahuan
Berdasarkan uraian di atas, proses ilmiah dan hasil dalam
semua jenis ilmu, itu sangat ditentukan oleh landasan filosofis yang
mendasarinya, yang berhasil memberikan kerangka, mengarahkan,
menentukan pola ilmu yang dihasilkannya. Landasan filosofis yang
dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma ilmiah dan kerangka
teoritis (kerangka teori). Ketiga hal ini biasa disebut dengan filsafat
ilmu atau filsafat ilmu. "Pekerjaan" ketiga landasan filosofis ini,
belum tentu Itu di area praktis, tapi itu pasti sangat menentukan
'gaya' dari pengetahuan yang dihasilkan. Dalam sejarah

20
perkembangan ilmu pengetahuan, ketiga hal ini tidak hanya terkait
secara historis, tetapi juga tetapi juga sistematis. Disebut demikian,
karena Paradigma tertentu lahir berdasarkan asumsi dasar tertentu,
saya mengerti juga teori-teori tertentu bekerja tidak keluar dari
'wilayah' paradigma banyak. Dengan demikian dapat dikatakan,
"hubungan" dari ketiganya dibutuhkan bentuk kerucut, dalam arti
mulai dari mana umum ke yang lebih khusus.
Sains pada dasarnya adalah representasi dari sensasi fakta;
kembalinya fakta. Fakta dan peristiwa kompleks dan bahkan
terkesan "kacau" bisa dengan mudah mudah dimengerti dengan
beberapa lembar kertas tertulis atau hanya dengan beberapa grafik
atau hanya dengan beberapa jumlah kalimat, bahkan dengan hanya
beberapa istilah. Dalam upaya representasi, tentu ada proses, bahkan
Prosesnya meliputi penyederhanaan dan reduksi. Memang, 'tugas'
sains membuat fakta kompleks dan "semua" mentah” itu bisa
sederhana dan mudah dimengerti. Suka- dimana proses representasi
fakta? Apa 'rahasia'nya? kembali atau apa kerangka dasar di balik
proses tersebut? Ini per- pertanyaan utama yang mengundang untuk
tahu 'dasar filosofis' suatu ilmu dan ini adalah Filsafat Ilmu dengan
arti kedua. Dalam pandangan filsafat ilmu, proses dan hasil ilmu
dalam setiap jenis ilmu, sangat ditentukan oleh yayasan filosofi yang
mendasari, yang memang berfungsi untuk memberikan kerangka,
mengarahkan, menentukan gaya ilmu yang dihasilkannya.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman


mengenai ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta
fundamental untuk bisa menemukan kerangka utama dan unsur-unsur
hakiki yang kiranya menjadi karakteristik khas menurut ilmu pengetahuan
yang sebenarnya. Filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat saling bertemu
sebab kedua-duanya menggunakan metode pemikiran reflektif dalam usaha
untuk menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan. Keduanya
menunjukkan sikap kritik, dengan pikiran terbuka dan kemauan yang tidak
memihak untuk mengetahui hakikat kebenaran. Titik pangkal filsafat adalah
sejarah pemikiran manusia sejak zaman Yunani kuno hingga zaman
sekarang, dan titik pusat perhatian filsafat adalah isu-isu pokok yang dibawa
filsuf di setiap zamannya. Perkembangan filsafat dari masa ke masa telah
mengantarkan ke sutau bidang filsafat ilmu yang menjadi cabang dari
filsafat itu sendiri.

3.2 Saran

Filsafat ilmu memberikan logistik terhadap metode keilmuan. Setiap


metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara logistic-rasional, agar dapat dipahami dan digunakan secara umum.
Setelah kita mengetahui hubungan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan
pendidikan kita akan lebih belajar dalam mengkaji ilmu pengetahuan,
pendidikan dan ilmu.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas dan Filosofi


Pendidikan:Yogyakarta:Arr-ruz Media

Anshory, I., dan Utami, I.W.P. (2018). Pengantar Pendidikan. Malang: Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang

Asfar, A.M.I.T, dkk. (2020). Landasan Pendidikan: Hakikat dan Tujuan


Pendidikan (Implicationsof Philosophical Views of People In Education.
Jurnal Researchgate.(Obline).

Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. 1990. Psikologi Peneyesuaian dan Hubungan
Manusia.New York :McGraw Hill, Inc.

DA Soelaiman, RS Putra – FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN …, 2019 –


repository.bbg.ac.id

Daoed Joesoef, 1986, Pancasila, Kebudayaan, dan ilmu Pengetahuan, Pidato


Kunci pada Seminar Nasional: “Pancasila sebagai Orientasi Pengembangan
Ilmu”,(Yogyakarta:Fakultas Filsafat UGM).

Dewantara, Ki Hadjar. 1962. Karja I (Pendidikan). Pertjetakan Taman Siswa,


Jogjakarta, hal. 14-15. https://media.neliti.com/media/publications/12663-
ID-konsep-pendidikan-ki-hadjar-dewantara-dan-tantangan-tantangan-
implementasinya-di.pdf

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2011. Teori-teori


psikologi.Yogyakarta:Arr-Ruzz Media

Hermanto. 2009. Pengertian Kontrol


Diri.http://kasturi82.blogspot.com/2009/05/pengertian-kontrol-
diri_2836.html

HM Adib – 2011 – difarepositories.uin-suka.ac.id Filsafat Ilmu: Ontologi,


Epistemol ogi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.

Muslih, M. (2004). FILSAFAT ILMU; Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (Vol. 1, No. 1). LESFI.

23
Rahman, M. Taufiq. “Filsafat Ilmu Pengetahuan.” (2020).

Safaria,Triantoro.2004. Terapi Kognitif-Perilaku untuk Anak.Yogyakarta:Graha


Ilmu

Suardi,M. (2016). Pengantar Pendidikan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Indeks
T. Jacob, 1988, Manusia, Ilmu dan Teknologi, Pergumulan Abadi dalam Perang
dan Damai.(Yogyakarta:PT. Tiara Wacana).

Wahana Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan.Yogyakarta: Pustaka Diamond


Zulfah,1-Juni-2021.”Pengendalian diri”. Pengaruh Perilaku Belajar,
Pengendalian Diri, Motivasi, Empati, Keterampilan, Dan Kepercayaan
Diri Terhadap Prestasi Akademik. Jurnal akuntansi bisnis dan Publik,10
(2),87-100.

24

Anda mungkin juga menyukai