Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala.
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“Hubungan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan” dapat kami selesaikan dengan baik.
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan kami. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka Jurnal, maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, serta teman-teman sekali dan yang terpenting dosen
pengampu kami Ibu Ajeng Radyati, S.H., M.H. Harapan kami, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena
itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
rasional), pengetahuan empiris (melalui pengalaman konkrit), dan
pengetahuan intuitif (melalui perasaan secara individu). Sehinga dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil tau manusia atas kerjasama
antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pandangan tradisional & mitis yang sejak lama hanya diterima begitu saja
tanpa adanya penerangan rasional.
4
masing bagian mempunyai kedudukan & peranan yang memang tak
tergantikan.
5
Kini ilmu sudah menjelajahi lingkup yang amat luas & mendalam,
sampai menyentuh sendi-sendi kehidupan umat manusia yang paling dasar,
baik secara individu juga sosial. Implikasi yang sekarang yang dirasakan
adalah: Pertama, ilmu yang satu sangat berkaitan dengan ilmu yg lain
sebagai akibatnya sulit ditarik batas antara ilmu dasar & ilmu terapan; antara
teori & praktis. Kedua, dengan semakin kaburnya batas tadi, ada
pertarungan, sejauh mana sang ilmuwan terlibat dengan etik dan moral.
Ketiga, menggunakan adanya akibat yang begitu luas dan pada terhadap
kehidupan umat manusia, ada juga pertarungan akan makna ilmu itu sendiri
menjadi sesuatu yang membawa kemajuan atau malah sebaliknya.
6
manusia, mereka dapat menemukan dan menemukan objek baru di bidang
studi mereka, meskipun mereka akan terus maju. Berkaitan dengan agama,
ilmu pengetahuan tidak mencari kebenaran isi keyakinan agama yang
bersangkutan, tetapi mengkaji gejala-gejala yang ada dan muncul dari
kehidupan beragama. Sebagai gambaran sains yang utuh dan komprehensif,
kita perlu memahami ilmu pengeahuan tidak hanya sebagai hasil
(deliverables) dari aktivitas yang diinformasikan, tetapi juga sebagai proses,
prosedur, dan deliverables.
7
metode ilmiah, berbagai sarana kegiatan ilmiah umum dan konkret perlu
diperkenalkan.
8
segala unsur-unsurnya dan arah-tujuan aktivitas ilmu pengetahuan yang kita
lakukan. Dengan pembahasan ilmu pengetahuan secara menyeluruh dan
mendalam kita berharap memperoleh pemahaman yang utuh dan lengkap
tentang ilmu pengetahuan, serta dapat menemukan karakteristik-
karakteristik hakiki tentang ilmu pengetahuan. Dengan pemahaman yang
lengkap dan tepat mengenai ilmu pengetahuan tersebut, kita berharap tidak
terbelenggu oleh kebenaran semu yang menyesatkan, melainkan
mempunyai perilaku dan tindakan yang bijaksana dalam ikut terlibat
melakukan aktivitas ilmu pengetahuan, untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan yang sebenarnya kita harapkan.
9
2. Landasan pembahasan epistemologis
Diperlukan menaruh penerangan mengenai metode-metode dan
langkah-langkah yang relevan demi tercapainya tujuan aktivitas ilmu
pengetahuan yang dilakukannya. Ada beberapa pola prosedural yang
perlu dipahami pada rangka bisa menemukan data-data dan menyusun
hasil ilmu pengetahuan yg diperlukan, misalnya: wawancara, observasi,
eksperimen.
10
2.4 Hakikat Pendidikan
11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Atau bahkan pendidikan juga dapat diartikan
sebagai proses, cara dan perbuatan mendidik.
12
1. Plato, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
membina pemimpin yang sadar akan prinsip-prinsip normatif
dan mengimplementasikannya dalam segala aspek kehidupan.
2. Aristoteles menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
membentuk kebiasaan pada tingkat pendidikan generasi muda
dalam menanamkan kesadaran sesuai kaidah moral.
3. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan
untuk membimbing kemampuan yang masih pasif menjadi aktif
tergantung pada kesadaran individu. Tujuan pendidikan
merupakan komponen pendidikan yang menempati posisi yang
sangat penting penting. Hal ini karena semua komponen
pendidikan dilakukan hanya untuk mencapai tujuan pendidikan.
13
Adapun mazhab-mazhab dalam filsafat pendidikan menurut Suardi
(2016) adalah:
14
bahwa manusia adalah organisme biologis dengan sistem saraf yang
kompleks dan inheren sosial.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme Pemahaman filosofis ini
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah material, bukan
spiritual, bukan spiritual rohani, atau supranatural. Democritus
adalah pelopor pandangan materialis klasik. Juga dikenal sebagai
atomisme. Democritus dan para pengikutnya percaya bahwa
segalanya sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat
dibagi lagi yang disebut atom. atom. Cabang materialisme yang
banyak diperhatikan dan dimanfaatkan orang saat ini dasar
pemikirannya adalah positivisme. Menurut positivisme, jika sesuatu
memang ada, maka ada angka. Angka itu bisa diukur. Oleh karena
itu segala sesuatu yang ada dapat diamati dan diukur. Di sisi lain,
segala sesuatu yang tidak ada tidak dapat diamati atau diukur secara
ilmiah, yang berarti bahwa hal itu tidak dapat dipelajari secara
positif. Jadi dikatakan positivisme karena mereka menganggap
bahwa apa yang dapat dipelajari manusia hanya berdasarkan fakta
dan data yang nyata
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme Menurut filosofi ini, manusia
dapat mengetahui apa yang dialami manusia. Pendiri filsafat
Pragmatisme ini termasuk John Dewey. Menurut filosofi ini,
manusia dipandang sebagai sebagai makhluk fisik, sebagai hasil
evolusi, biologis, sosial, dan psikologis, karena manusia dalam
keadaan perkembangan yang terus menerus. Manusia hidup dalam
keadaan (Menjadi), terus menerus “berlangsung”. Manusia pada
dasarnya elastis yang bisa berubah. Anak-anak adalah organisme
yang terus menerus aktif.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme Eksistensialisme adalah
filsafat yang memandang semua fenomena sebagai berasal dari
keberadaan. Eksistensi adalah cara manusia eksis di dunia. Cara
menjadi berbeda dari cara menjadi hal-hal materi. Keberadaan hal-
15
hal materi didasarkan pada ketidaksadaran diri. Selain itu, juga tidak
ada komunikasi antara satu sama lain.
6. Filsafat Pendidikan Prenialisme Progresivisme bukanlah sebuah
filsafat atau aliran yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah
Gerakan dan perkumpulan yang berdiri sejak tahun 1918. Gerakan
progresif dikenal luas karena reaksinya terhadap formalisme yang
membosankan dan sekolah tradisional, yang menekankan disiplin
keras, belajar pasif, dan banyak hal kecil yang tidak berguna dalam
pendidikan. Orang yang progresif merasa hidupnya berkembang ke
arah yang positif dan membawa umat manusia, tua dan muda, baik
dan dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya
terbaik mereka sendiri. Dalam hal ini, pendidik progresif
memberikan sejumlah kebebasan siswa dalam menentukan
pengalaman sekolah mereka.
7. Filsafat Pendidikan Prenialisme Prenealisme lahir sebagai reaksi
terhadap pendidikan progresif. Prenealisme menantang Pandangan
progresivisme yang menekankan pada perubahan dan sesuatu yang
baru. Prenealisme memandang situasi dunia saat ini penuh dengan
kekacauan, ketidakpastian, ketidakadilan, dan kekacauan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosial budaya. Leh karena
perlu dilakukan upaya untuk mengamankan penyimpangan tersebut.
dalam pendidikan, orang-orang Prenialis melihat bahwa di dunia
yang tidak pasti dan kacau serta berbahaya seperti yang kita rasakan
saat ini, tidak ada yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan
pendidikan dan kestabilan perilaku pendidik. 8) Filsafat Pendidikan
Esensialisme Esensialisme adalah filsafat pendidikan konservatif
yang pada awalnya dirumuskan sebagai: kritik terhadap tren
progresif di sekolah. Esensialisme seperti Prenialisme dan
progresivisme bukanlah aliran filosofis dan bukan pendiri bangunan
filsafat, melainkan sebuah gerakan dalam pendidikan yang
memprotes pendidikan progresivisme. 9) Filsafat Pendidikan
16
Rekonstruktivisme Rekonstruktivisme merupakan kelanjutan dari
Gerakan Progresivisme. Gerakan ini lahir berdasarkan asumsi
bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan permasalahan masyarakat saat ini. Sekolah ini berpendapat
bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarah pada perubahan
atau rekonstruksi dalam tatanan sosial saat ini.
17
baginya, tetapi malah menggantinya dengan perilaku yang kurang biasa
atau menawarkan kesenangan dengan tidak segera‟.Selain sebagai
upaya pencegahan diri, pengendalian diri dapat pula sebagai tujuan
penundaan. Kegagalan dalam melakukan penundaan tersebut
mengarahkan individu untuk segera memuaskan keinginannya dengan
cara-cara yang kurang baik. Untuk melakukan penundaan yang tidak
mereka sukai perlu bagi individu untuk melihat keuntungan atas
penundaan perilaku yang mereka lakukan, oleh sebab itu ada pendapat
yang menyatakan bahwa ‟pengendalian diri menggambarkan keputusan
individu yang melalui pertimbangan kognitifnya untuk menyatakan
perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan
tertentu seperti apa yang dikehendaki‟ Lazarus (1976) (dalam
Hermanto, 2009:2).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Ronen (1993) (dalam Safaria,
2004:109) menjabarkan bahwa kendali diri bisa diartikan sebagai proses
yang terjadi ketika dalam situasi tanpa batasan dari lingkungan eksternal
anak melakukan suatu jenis perilaku yang sebelumnya sedikit tidak
mungkin muncul dibandingkan perilaku alternatif lainnya.
18
3) Appropriate control merupakan kendali individu dalam upaya
mengendalikan impuls secara tepat. (Block dan Block dalam
Zulkarnaen, 2002:10)
19
meningkat kualitas dan kemampuan diri serta mengangkat
eksistensinya. Definisi ilmu yang dikemukakan oleh pakar luar
negeri salah satunya yaitu R. Harre.
Definisi ilmu menurut Harre adalah kumpulan teori-teori
yang sudah diuji coba yang menjelaskan pola teratur ataupun tidak
teratur diantara fenomena yang dipelajari secara hati-hati. Definisi
pemikir Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan ilmu
pengetahuan: Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia
tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan
konsep-konsep, kategori-kategori, dan kebenarannya diuji dengan
praktis. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
B. Ruang Lingkup Istilah Ilmu Pengetahuan
Sebagaimana dipahami bersama bahwa pada mulanya Yang
dimaksud dengan filsafat ilmu adalah filsafat ilmu. sudah tentu
karena, konon ilmu itu lahir sebagai 'anak sulung'. Namun seiring
dengan lahirnya ilmu pengetahuan, sebenarnya Filsafat ilmu sebagai
suatu disiplin ilmu memiliki objek kajian yang berbeda cukup luas,
mulai dari yang masuk dalam kategori pengetahuan, ilmu
pengetahuan itu sendiri, apakah alam ilmu-ilmu dan ilmu-ilmu
sosial yang termasuk dalam humaniora, termasuk ilmu agama dan
bahasa
C. Landasan Filosofis untuk Ilmu pengetahuan
Berdasarkan uraian di atas, proses ilmiah dan hasil dalam
semua jenis ilmu, itu sangat ditentukan oleh landasan filosofis yang
mendasarinya, yang berhasil memberikan kerangka, mengarahkan,
menentukan pola ilmu yang dihasilkannya. Landasan filosofis yang
dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma ilmiah dan kerangka
teoritis (kerangka teori). Ketiga hal ini biasa disebut dengan filsafat
ilmu atau filsafat ilmu. "Pekerjaan" ketiga landasan filosofis ini,
belum tentu Itu di area praktis, tapi itu pasti sangat menentukan
'gaya' dari pengetahuan yang dihasilkan. Dalam sejarah
20
perkembangan ilmu pengetahuan, ketiga hal ini tidak hanya terkait
secara historis, tetapi juga tetapi juga sistematis. Disebut demikian,
karena Paradigma tertentu lahir berdasarkan asumsi dasar tertentu,
saya mengerti juga teori-teori tertentu bekerja tidak keluar dari
'wilayah' paradigma banyak. Dengan demikian dapat dikatakan,
"hubungan" dari ketiganya dibutuhkan bentuk kerucut, dalam arti
mulai dari mana umum ke yang lebih khusus.
Sains pada dasarnya adalah representasi dari sensasi fakta;
kembalinya fakta. Fakta dan peristiwa kompleks dan bahkan
terkesan "kacau" bisa dengan mudah mudah dimengerti dengan
beberapa lembar kertas tertulis atau hanya dengan beberapa grafik
atau hanya dengan beberapa jumlah kalimat, bahkan dengan hanya
beberapa istilah. Dalam upaya representasi, tentu ada proses, bahkan
Prosesnya meliputi penyederhanaan dan reduksi. Memang, 'tugas'
sains membuat fakta kompleks dan "semua" mentah” itu bisa
sederhana dan mudah dimengerti. Suka- dimana proses representasi
fakta? Apa 'rahasia'nya? kembali atau apa kerangka dasar di balik
proses tersebut? Ini per- pertanyaan utama yang mengundang untuk
tahu 'dasar filosofis' suatu ilmu dan ini adalah Filsafat Ilmu dengan
arti kedua. Dalam pandangan filsafat ilmu, proses dan hasil ilmu
dalam setiap jenis ilmu, sangat ditentukan oleh yayasan filosofi yang
mendasari, yang memang berfungsi untuk memberikan kerangka,
mengarahkan, menentukan gaya ilmu yang dihasilkannya.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, I., dan Utami, I.W.P. (2018). Pengantar Pendidikan. Malang: Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang
Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. 1990. Psikologi Peneyesuaian dan Hubungan
Manusia.New York :McGraw Hill, Inc.
Muslih, M. (2004). FILSAFAT ILMU; Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (Vol. 1, No. 1). LESFI.
23
Rahman, M. Taufiq. “Filsafat Ilmu Pengetahuan.” (2020).
Suardi,M. (2016). Pengantar Pendidikan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Indeks
T. Jacob, 1988, Manusia, Ilmu dan Teknologi, Pergumulan Abadi dalam Perang
dan Damai.(Yogyakarta:PT. Tiara Wacana).
24