Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DASAR-DASAR PENDIDIKAN

Aliran Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu: Syakban Abdul Karim, M.Ag.

Disusun Oleh:

Ahmad Halilullah :220101148


Nadia Hulwa : 220101123
Wafa Ridlinayatin : 220101115

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dasar-dasar
pendidikan yang berjudul aliran filsafat pendidikan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal , dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah dasar- dasar pendidikan dengan tema aliran
filsafat pendidikan untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Pengertian Filsafat Pendidikan ........................................................................... 3


B. Aliran Kefilsafatan Dalam Pendidikan ............................................................... 4
C. Pemikiran Tokoh Dalam Aliran Filsafat Pendidikan ........................................ 13

BAB II PENUTUP ...................................................................................................... 15

A. Kesimpulan. ......................................................................................................15
B. Saran. ............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pendidikan sejak awal sejarah lahirnya selalu diarahkan pada upaya-upaya menjadikan
manusia-manusia subjek didiknya memiliki perbaikan-perbaikan dan perubahan yang
mengarah pada realisasi idealitas manusia. Dalam rangka perwujudan keinginan inilah, maka
banyak pemikiran yang ditujukan untuk penciptaan kondisi – kondisi yang benar-benar
mendukung bagi pelaksanaan suatu kegiatan kependidikan.

Merumuskan manusia ideal sangat bergantung pada wawasan dan pengetahuan


manusia tentang diri dan eksistensinya di dunia. Untuk mencari hakikat manusia secara
kompeherensif adalah suatu hal yang sulit. Hal ini dikarenakan keunikan karakter, keterbatasan
data dan kemampuan manusia untuk mengenal dirinya. Kendatipun telah banyak temuan-
temuan dan hasil penelitian para ilmuan, filsuf, sastrawan, bahkan paras ahli di bidang
keruhanian sepanjang masa, mereka belum berhasil mengetahui manusia secara utuh, sehingga
persoalan-persoalan yang mereka ajukan sampai sekarang ini masih tetap tanpa jawaban yang
pasti.

Persoalan kualitas manusia bukanlah merupakan entitas yang berdiri sendiri. Ada
banyak varian yang terhubung , baik dari subjek, dan varian lain yang berada diluarnya. Yang
paling dekat dengan hal ini tentulah institusi pendidikan; informal, nonformal, dan formal yang
juga mempunyai varian tersendiri pula. Pembentukan dan penyempurnaan kualitas manusia
dalam dunia pendidikan selalu berkaitan dengan persoalan proses pemanusiaan yang mengarah
pada perbaikan dan kemajuan, sehingga transformasi sosial dan budaya yang mengarah pada
kemajuan peradaban suatu bangsa dan negara tergantung pada orientasi, sistem, dan strategi
yang ditempuh lembaga pendidikan, utamanya pendidikan formal yang lebih terencana,
terprogram dan tertata secara rapi ke arah tujuan yang diinginkan.

Lahirnya aliran-aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu didasarkan atas keinginan
menciptakan manusia-manusia ideal melalui jalur pendidikan. Oleh karena itu pula berbagai
pemikiran kependidikan pun akan selalu mengacu pada cara pandang seseorang atau
sekelompok orang dalam menilik eksistensi manusia

1
dalam memperoleh pengalaman-pengalaman yang ada pada gilirannya akan
membentuk peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri. Dan oleh karena itu, corak dan
model yang ditawarkan memiliki hubungan signifikan dengan cara pandang aliran dalam
kaitannya dengan dirinya, alam dan Tuhan.

Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan aliran progresivisme ?

2. Apakah yang dimaksud dengan aliran perennialisme ?

3. Apakah yang dimaksud dengan aliran essensialisme ?

4. Apakah yang dimaksud dengan aliran rekonstruksionisme ?

5. Apakah yang dimaksud dengan aliran eksistensialisme ?

Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai aliran progresivisme

2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai aliran perennialisme

3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai aliran essensialisme

4. Untuk mengetahui dan memahami mengenai aliran rekonstruksionisme

5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai aliran eksistensialisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Sebelum kita membahas lebih dalam berkenaan dengan filsafat pendidikan, maka ada
baiknya kita menelusuri terlebih dahulu sedikit berkenaan dengan filsafat itu sendiri sebagai
sebuah ilmu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata “Filsafat” diartikan dengan pengetahuan
dan dengan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya.1 Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.2

Adapun pengertian filsafat menurut beberapa ahli, yaitu:3

Pertama, Plato (428-348) menyebutkan bahwa pengetahuan yang berminat mencapai


pengetahuan kebenaran yang asli. Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Kedua, Aristoteles (384-322) menyebutkan juga bahwa Filsafat adalah ilmu yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika. Kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah
dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Ketiga, Francis Bacon mengatakan Filsafat induk
agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. Keempat,
Al- Farabi mengatakan filsafat adalah ilmu tentang alam maujud bagaimana hakikat
sebenarnya.

Kelima, Rene Descartes menyebutkan bahwa Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan
dimana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Keenam, Cicero (106-43 SM),
katanya Filsafat adalah “ibu” dari semua seni ( The mother of all the arts). Ia juga

1
KBBI Digital.

2
Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan ,The Choice Is Yours’ (Jogyakarta: Valia Pustaka, 2016), h.1.

3
Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan ‘The Choice is Yours’ h.2-5

3
mendefinisikan filsafat sebagai art vitae (seni kehidupan). Ketujuh, Johann Gotlich Fickte
(1762-1814) yaitu Filsafat sebagai Wissenschaftslehre ( ilmu dari ilmu-ilmu ), yakni ilmu
umum yang jadi dasar segala ilmu.

Dari pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Filsafat pendidikan adalah ilmu
yang mempelajari sekaligus bisa melahirkan pengetahuan baru, sains, dan melahirkan cabang
ilmu baru. Dilihat dari proses kerjanya, filsafat pendidikan sebagai proses berpikir manusia
yang bertujuan untuk memperoleh kearifan dan kebijaksanaan.

B. ALIRAN KEFILSAFATAN DALAM PENDIDIKAN

1.Aliran Progresivisme

Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-
kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu
aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan
pengetahuan kepada subjek didik , tetapi hendaklah berisi berbagai aktivitas yang mengarah
pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat
berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan
informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju
pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah
dihadapi. Dengan kemampuan berpikir yang baik, subjek didik akan menghasilkan keputusan-
keputusan terbaik pula untuk dirinya dan masyarakat serta mudah beradaptasi dengan
lingkungan.

Aliran Progresivisme ini merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang berkembang
pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaruan pendidikan.
Progresivisme dalam pandangannya, selalu berhubungan dengan pengertian heliberal road to
cultural yakni liberal bersifat fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka,
serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman.

4
Progresivisme disebut sebagai naturalisme, yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan
yang sebenarnya adalah alam semesta ini (bukan kenyataan spiritual dan supernatural).4

Sebagai sebuah aliran filsafat pendidikan, progresivisme lahir sebagai protes terhadap
kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional yang bersifat formalis tradisionalis yang telah
diwariskan oleh filsafat abad ke-19 yang dianggap kurang kondusif dalam melahirkan manusia-
manusia sejati. Aliran ini memandang bahwa metodologi pendidikan konvensional yang
menekankan pelaksanaan pendidikan melalui mental dicipline, passive learning yang telah
menjadi karakteristik pendidikan selama ini tidak sesuai dengan watak humanitas manusia
yang sebenarnya.5

• Ciri-ciri Utama Aliran Progresivisme

Aliran ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subjek yang memiliki
kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya, mempunyai kemampuan
untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.
Pendidikan dianggap mampu mengubah dan menyelamatkan manusia demi masa depan.
Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus dan
bersifat progresif. Dengan demikian, progresif merupakan sifat positif dari aliran tersebut.
Sedangkan sifat negatifnya adalah aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan yang
bercorak otoritas dan absolut dalam segala bentuk seperti terdapat dalam agama, moral, politik,
dan ilmu pengetahuan. Jadi, jelas bahwa progres atau kemajuan, lingkungan dan pengalaman
menjadi perhatian dari progresivisme, tidak hanya angan-angan dalam dunia ide, teori, dan
cita-cita saja. Progres dan kemajuan harus dicari dengan memfungsikan jiwa sehingga
menghasilkan dinamika yang lain dalam hidup ini. Tugas pendidikan, menurut pragmatisme,
progresivisme ialah mengadakan penelitian atau pengamatan terhadap kemampuan manusia
dan menguji kemampuan-kemampuan tersebut dalam pekerjaan praktis.

4
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2017) h.155

5
George F, Kneller, Introduction To The Phylosophy of education, Second Edition , John Wiley &Sons, Inc, New
York, 1971, hlm 47

5
Dengan kata lain, manusia hendaknya mengaktualisasikan ide-idenya dalam kehidupan nyata,
berpikir, dan berbuat.

Progresivisme muncul dari tokoh-tokoh filsafat pragmatis seperti Charles S. Peirce,


William James dan John Dewey dan eksperimentalisme, seperti Francis Bacon. Tokoh lain
yang juga ,memicu lahirnya aliran ini adalah John Locke dengan ajaran filsafatnya tentang
kebebasan politik dan J.J Rousseau dengan ajarannya yang meyakini bahwa kebaikan berada
dalam diri manusia dan telah dibawanya sejak lahir dan oleh karena itu ialah yang harus
mempertahankan kebaikan itu agar selalu ada dalam dirinya. Kebaikan itu memiliki hubungan
signifikandalam segala ruang gerak kehidupan dalam diri manusia. Tuhan menganugerahkan
manusia freedom sebagai suatu kapasitas yang akan menggerakkan manusia itu untuk mampu
memilih dan menetapkan mana perbuatan yang baik untuk dirinya. 6Bagi J.J Rousseau institusi-
institusi dan keyakinan-keyakinan ini memberikan fase-fase awal bagi perkembangan manusia
menuju fase-fase yang lebih tinggi.

Dalam konteks pendidikan, perkembangan progresivisme tidak dapat dilepaskan dari


pemikiran John Dewey yang menyatakan bahwa hidup selalu berubah dan selalu menuju
pembaharuan-pembaharuan, oleh karena itu pendidikan mestilah dianggap sebagai alat
sekaligus juga pembaharuan hidup, sehingga dalam hal ini, sekolah juga mesti dianggap
sebagai kebutuhan manusia untuk hidup dan sebagai pertumbuhan bagi gerak maju suatu
masyarakat.7

• Aliran Progresivisme dan Pendidikan Modern

Pada pendidikan modern itu, rekonstruksi dunia pendidikan telah banyak dilakukan
oleh aliran ini melalui inisiatif dan karya nyata. John Dewey, tokoh yang berpengaruh di
Amerika Serikat melalui ”Sekolah kerja” yang ia dirikan mempraktikkan pandangan-
pandangannya dalam dunia pendidikan. Pandangan tersebut mengenai kebebasan dan

6
J.J Rosseau, Du, Contract Social, Libraire Larousse,Sorbonne,1973, hlm 20.

7
John dewey,Logic: The theory of Inquiry, Holt, Rinchard and Winston, 1938, hlm 104-105.

6
kemerdekaan peserta didik agar dapat mencapai tujuan pen didikan dalam pembentukan warga
negara yang demokratis.

Progresivisme juga tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang terpisah, melainkan
harus diusahakan menjadi satu unit dan terintegrasi. Misalnya, dalam bidang studi TPA,
sejarah, dan keterampilan serta hal-hal yang bermanfaat dan dirasakan oleh masyarakat. Praktik
kerja di laboratorium, bengkel, dan kebun merupakan kegiatan-kegiatan yang dianjurkan dalam
rangka terlaksananya learning by doing atau belajar untuk bekerja. 8

2. Aliran Esensialisme

Filsafat esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide
filsafat idealism-objektif di satu sisi dan realism objektif di sisi lainnya. Sebagai sebuah aliran
filsafat, esensialisme telah lahir sejak zaman renaissance, bahkan dapat dikatakan zaman
aristoteles. Aliran filsafat pendidikan Esensialisme dapat ditelusuri dari aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah
banyak melakukan kebaikan untuk manusia. Kebudayaan lama telah ada semenjak peradaban
umat manusia dahulu, terutama semenjak zaman Renaissance mulai tumbuh dan berkembang
dengan megahnya. Kebudayaan lama melakukan usaha untuk menghidupkan kembali ilmu
pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani dan Romawi kuno. Pemikiran yang
esensialis dikembangkan oleh para pengikut dan simpatisan ajaran filsafat tersebut sehingga
menjadi satu aliran filsafat yang mapan.

Esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai


kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada
zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya
yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas,
di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang

8
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistemologi Islam Dalam Pendidikan, ( Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media 2014), h.210

7
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.

•Ciri-ciri utama aliran esensialisme

Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan yang


berbeda dengan progresivisme, yaitu mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika
progresivisme menganggap pendidikan yang penuh fleksibilitas, serba terbuka untuk
perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah
dan berkembang, maka aliran esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu
pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya
pandangan yang berubah, mudah goyah, kurang terarah, dan tidak menentu serta kurang stabil.
Karena itu, pendidikan harus pijakan di atas nilai yang dapat mendatangkan kestabilan, telah
teruji oleh waktu, tahan lama, dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi.

•Pandangan Esensialisme tentang Pendidikan

Kelompok esensialisme memandang bahwa pendidikan yang di dasari pada nilai-nilai


yang fleksibel dapat menjadikan pendidikan ambivalen dan tidak memiliki arah dan orientasi
yang jelas, oleh karena itu, agar pendidikan memiliki tujuan yang jelas dan kukuh yang akan
mendatang kan kestabilan. Untuk itu perlu disiplin nilai yang mempunyai tata yang jelas dan
teruji oleh waktu.

Pendidikan yang bersifat fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak
berhubungan dengan doktrin dan norma yang universal menjadikan eksistensinya mudah
goyah dan tidak memiliki arah yang jelas. Oleh karena itu, pendidikan mesti di dasarkan pada
Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan | Kelompok IV 15 pada asas yang kukuh yang secara nyata
telah teruji kebenarannya dan ketangguhannya dalam perjalanan sejarah.9

Karena para esensialisme meyakini bahwa manusia, alam jagat raya, dan tuhan,
merupakan tiga hal yang sangat terkait dalam peralihan pengetahuan. Comenius (1592-1670)
dalam hal ini pun mengandaikan, bahwa membina kesadaran manusia akan alam semesta dan

9
Joe park, celected reading in the philosophy of education

8
dunianya untuk membentuk kesadaran spiritual menuju tuhannya adalah tugas pokok
pendidikan. John locke dalam hal ini menyebutkan bahwa pendidikan mesti mengutamakan
faktor lingkungan dalam mengupayakan penyesuaian manusia pada hal yang natural dan
supranatural.

3. Aliran Perennialisme

Perennialisme berasal dan kata perennial diartikan sebagai continuing throughout the
whole year atau lasting for a very long time abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir.10
Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat Perennial ialah berpegang pada nilai-nilai atau
norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realitas sosial budaya manusia,
seperti realitas sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan
pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika
gejala dari musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah- olah merupakan
benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama.

Perenialisme, sesuai dengan namanya yang berarti segala sesuatu yang ada sepanjang
sejarah manusia, melihat bahwa tradisi perkembangan intelektual yang pada zaman Yunani
kuno dan abad pertengahan yang telah terbukti dapat memberikan solusi bagi berbagai problem
kehidupan masyarakat perlu digunakan dan di terapkan dalam menghadapi alam modern yang
sarat dengan problem kehidupan.11

Kondisi dunia modern yang sangat mengandalkan rasionalitas empiris positivistis yang
memandang kebenaran dalam konteksnya yang serba terukur, teramati dan teruji secara
inferensial yang melihat realitas sebagai sesuatu yang serba materi, telah pula memunculkan
berbagai problem kemanusiaan, sepeti munculnya sikan ambivalence yang mencekam dan
mendatangkan kebingungan, kebimbangan, kekakuan, kecemasan, ketakutan dalam beringkah
laku, sehingga manusia hidup dalam ketidaktentuan dan cenderung kehilangan arah dan jati
dirinya. Pengabdian berpikir logis dalam hal ini telah memunculkan ketidakmampuan manusia
melihat pengetahuan yang sebenarnya. Hal ini mencorak kan kehidupan yang rasional

10
zuhairi,filsafat pendidikan islam, hal 27

11
5 Ricard pratte, comtemporary theories of education hal 166

9
bertujuan dengan landasan empiris- positivtis yang melihat realitas dunia dengan serba objektif
di mana kebenaran ilmu berangkat dari fakta-fakta yang terverifikasi dan terukur secara ketat.

•Ciri utama aliran parennialisme

Aliran ini memandang keadaan sekarang sebagai zaman yang sedang ditimpa krisis
kebudayaan karena kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran. Perennialisme
berpendapat, untuk mengatasi gangguan kebudayaan diperlukan usaha untuk menemukan dan
mengamankan lingkungan sosiokultural, intetektual, dan moral. Inilah yang menjadi tugas
filsafat dan filsafat pendidikan.

Adapun jalan yang ditempuh adalah dengan cara regresif, yakni kembali kepada prinsip
umum yang ideal yang di- jadikan dasar tingkat pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Prinsip umum yang ideal itu berhubungan dengan nilai ilmu pengetahuan, realitas, dan moral
yang mempunyai peranan penting dan pemegang kunci bagi keberhasilan pembangunan
kebudayaan pada abad ini. Prinsip yang bersifat aksiomatis ini tidak terikat waktu dan tetap
berlaku dalam perjalanan sejarah.12

•Pandangan Aliran Parennialisme tentang pendidikan

Pendidikan menurut aliran ini bukanlah semacam imitasi kehidupan, tetapi tidak lain
adalah suatu upaya mempersiapkan suatu kehidupan. Sekolah menurut kelompok ini tidak akan
pernah menjadi situasi kehidupan yang riil. Tugasnya adalah bagaimana merealisasikan
nilainilai ynag di wariskan kepadanya dan jika memungkinkan meningkatkan dan menambah
presentasi-presentasi melalui usaha sendiri.

Perkembangan konsep-konsep Perennialisme banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh


berpengaruh, seperti Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Dalam pokok pikirannya, Plato
menguraikan ilmu pengetahuan dan nilai sebagai manifestasi dan hukum universal yang abadi

12
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, ( Jakarta: Kencana,2017) h.164-165

10
dan ideal. Sehingga, ketertiban sosial hanya akan mungkin bila ide itu menjadi tolok ukur yang
memiliki asas normatif tersebut dalam semua aspek kehidupan.

Di samping itu, menurut Plato manusia secara kodrat memiliki tiga potensi, yaitu nafsu,
kemauan, dan akal. Program pendidikan yang ideal adalah berorientasi kepada ketiga potensi
itu agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Ide-ide Plato
tersebut kemudian dikembangkan lagi oleh Aristoteles yang lebih mendekat kepada dunia
realitas. Tujuan pendidikan menurut Aristo- teles adalah kebahagiaan. Untuk mencapai tujuan
pendidik ini, aspek intelektual, dan emosi harus dikembangkan secara seimbang, bulat, dan
totalitas.

Sebagaimana tujuan Aristoteles, maka Thomas Aquinas mengemukakan pandangannya


tentang tujuan pendidikan sebagai usaha untuk mewujudkan kapasitas (potensi) yang ada di
dalam diri individu agar menjadi aktif dan menjadi aktualitas. Dengan demikian, peranan guru
terutama mengajar dalam arti memberi bantuan pada anak untuk berpikir jelas dan mampu
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak.

4. Aliran Rekonstruksionalisme

Kata rekontruksionisme berasal dari bahasa inggris yang berarti menyusun kembali.
Aliran ini sebagai aliran pendidikan sejak awal sejarahnya di tahun 1920 dengan lahirnya
sebuah karya John Dewey yang berjudul Recontruction in Philosophy yang kemudian di
gerakkan nyata oleh George counts dan Harold Rugg di tahun 1930, selalu menjadikan lembaga
pendidikan sebagai rekontruksi masyarakat.

Aliran ini prinsipnya sependapat dengan perenialisme dalam mengungkapkan krisis


kebudayaan modern.13 Menurut Syam kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang kebudayaan nya terganggu oleh kehancuran, kebingungan
dan kesimpangsiuran. Bila aliran perenialisme memilih cara dengan jalan pemecahan masalah
dengan kembali kepada budaya abad pertengahan, maka rekontruksionalime berupaya

13
Jamaluddin dkk, filsafat pendidikan hal 97

11
membina suatu consensus yang paling luas dan paling mungkin dengan tujuan pertama dan
tertinggi dalam kehidupan manusia.

Untuk mencapai tujuan itu, rekoustiuksionalisme berusaha mencari kesepakatan semua


orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tataran
baru seluruh lingkungannya. Maka, melalui lembaga dan proses pendidikan, aliran ini ingin
merombak tata susunan lama, dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama
sekali baru. Tujuan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui usaha bersama dan bekerja sama
semua bangsa. Pengikut aliran ini percaya bahwa bangsa-bangsa di dunia telah tumbuh
kesadaran dan sepakat untuk menciptakan satu dunia baru dengan kebudayaan baru, di bawah
satu kedaulatan dunia serta di bawah pengawasan mayoritas umat manusia. Itulah ide-ide yang
tersimpul dalam aliran Rekonstruksionalisme ini.

Tampaknya, hari depan bangsa-bangsa, yaitu suatu dunia yang diatur dan diperintah
oleh rakyat secara demokratis, bukan diatur oleh satu golongan saja. Ternyata, cita-cita
sebagaimana yang diinginkan oleh aliran ini tidak hanya dalam teori, melainkan menjadi
kenyataan dan terlaksana dalam praktik. Hanya dengan melalui usaha bersama dan bekerja
sama antar bangsa, dapat diwujudkan satu dunia yang memiliki potensi-potensi teknologi.
Usaha tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran dalam
bidang-bidang kesehatan, keamanan, jaminan hukum, dan peningkatan jalur-jalur ekonomi dan
perdagangan antarnegara, tanpa membedakan warna kulit, agama, dan negara besar atau kecil.

•Pandangan Rekontruksionisme Tentang Pendidikan

Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab social. Hal ini
mengingatkan eksistensi pendidikan dalam keseluruhan realitasnya di arahkan untuk
pengembangan atau perubahan masyarakat. Para rekontriksionisme menginginkan, bahwa
pendidikan dapat memunculkan kesadaran para peserta didik untuk senantiasa memperhatikan
persoalan sosial, ekonomi dan politik. Tujuan aliran ini tidak lain adalah jawaban atas
keinginan untuk membangun masyarakat baru, yakni suatu masyarakat global yang memiliki
hubungan interdependensi.

Aliran ini percaya bahwa pendidikan sebagai suatu lembaga masyarakat tentulah
diarahkan pada upaya rekayasa sosial, sehingga segala sesuatu aktivitasnya pun senantiasa

12
merupakan solusi bagi berbagai problem dalam masyarakat. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan harus memiliki komitmen untuk menciptakan masyarakat yang sarat dengan nilai-
nilai budaya dan sosial ekonomi akan membentuk harmonisasi dalam suatu kehidupan.

C. Pemikiran Tokoh Dalam Aliran Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang membahas hakikat, tujuan, dan proses
pendidikan. Terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan yang berbeda, masing-masing
memiliki pandangan dan pemikiran yang khas. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai
tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan yang terkenal dan mempengaruhi pemikiran pendidikan
dunia.

• Tokoh aliran progresivisme

John Dewey adalah salah satu tokoh progresivisme, seorang profesor di universitas
Chicago dan Columbia (Amerika).Teori Dewey tentang sekolah adalah “progressivism” yang
lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Maka
munculah “child centered curriculum” dan “child centered school”. Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas. Menurut Dewey
pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.

John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Maksudnya
sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman
di lingkungan sekitar. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu
dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja. Dengan demikian, sekolah
yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.
Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat.

John Dewey menyatakan bahwa sekolah yang baik ialah yang memperhatikan dengan
sungguh-sungguh semua jenis belajar yang membantu murid untuk berkembang. Kurikulum
yang baik ialah seperti fungsi laboratorium, yaitu sebagai rentetan muridnya, yang dalam
beberapa aspek melakukan fungsi ilmuan. Progresivisme menghendaki bentuk yang bervariasi
dan isi kurikulum yang kaya, yaitu yang mendorong perkembangan dan kemampuan praktis.

13
• Tokoh Aliran Esensialisme

Aliran esensialisme ini dipelopori oleh Johan Frieddrich Herbart (1776-1841).Ia


berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan
kebijaksanaan Tuhan. Yang artinya, adanya penyesuaian hukum kesusilaan. Proses untuk
mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut dengan pengajaran.

•Tokoh aliran rekonstrusionalisme

Rekonstruksionalisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun
1930.George counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya ”dare the school
build a new sosial order” mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul berperan apabila
sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat secara keseluruhan, kesukuan (rasialisme).
Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah sosial yang besar merupakan
tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan
rekonstruksi sosial daripada pendidikan hanya mempertahankan status dengan ketidaksamaan
dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi
tersebut. Dalam rangka perwujudan pendidikan yang baik maka filsafat berperan penting dalam
penciptaan-penciptaan kondisi – kondisi yang benar-benar mendukung bagi pelaksanaan suatu
kegiatan kependidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Lahirnya aliran-aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu didasarkan atas keinginan
menciptakan manusia-manusia ideal melalui jalur pendidikan. Aliran-aliran di dalam filsafat
pendidikan di antaranya adalah progresivisme, perenialisme, essensialisme,
rekonstruksionisme dan eksistensialisme.

B. Saran

Sebagai calon guru sudah sepantasnya kita memilih filsafat yang baik untuk kita terapkan
dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita menjadi insan yang memahami akan
makna kehidupan dunia ini dan supaya bisa menjadi uswatun khasanah (suri tauladan ) bagi
peserta didik kita.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?id=BQoqEAAAQBAJ&pg=PA93&dq=aliran+filsaf
at+pendidikan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=
X&ved=2ahUKEwjM2vDNtsz-
AhWDgGMGHdCRDPYQ6wF6BAgKEAU#v=onepage&q=aliran%20filsafat%20pe
ndidikan&f=false
https://books.google.co.id/books?id=ffpDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Ali
ran+filsafat+pendidikan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_se
arch&sa=X&ved=2ahUKEwinrL_J5dD-
AhVkSGwGHcQWBJQQ6wF6BAgHEAU#v=onepage&q=Aliran%20filsafat%20pe
ndidikan&f=false
https://books.google.co.id/books?id=0BVNDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=A
liran+filsafat+pendidikan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_s
earch&sa=X&ved=2ahUKEwinrL_J5dD-
AhVkSGwGHcQWBJQQ6wF6BAgIEAU#v=onepage&q=Aliran%20filsafat%20pen
didikan&f=false

16

Anda mungkin juga menyukai