Dosen Pengampu :
Winara S. Pd., M.Pd
O
L
E
H
Nama : Meilfia Putri Br Munthe
Nim : 6212411009
puji syukur saya panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya masih diberikan
kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Disini saya mengucapkan rasa terima kasih kepada bapak Winara S. Pd., M.Pd
selaku dosen mata kuliah ini, yang telah memberikan tugas kepada saya guna
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, saya tentu saja tidak
akan dapat menyelesaikan sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Dalam
pembuatan makalah ini saya banyak dibantu oleh berbagai media. Saya juga
menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun, guna menambah wawasan serta meningkatkan cara
penulisan.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak, terima kasih kepada
berbagai media yang telah menyediakan informasinya sebagai sumber dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................. 1
BAB II Pembahasan......................................................................... 2
Kesimpulan............................................................................... 7
Daftar Pustaka........................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah filsafat merupakan potret pergumulan para ahli pikir dalam mencari kebenaran.
Sedangkan filsafat sendiri memiliki pengertian usaha manusia dengan akalnya untuk
memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati (Hadiwijono, 2000: 8-9).
Namun sesungguhnya definisi filsafat sangat beragam sesuai dengan karakter filsafat rasional,
yang berarti logis, sistematis, dan kritis (Rapar, 1996:15) Sebagai sebuah kajian, filsafat
merupakan sesuatu yang menarik sekaligus cukup membuat orang yang mempelajarinya frustasi.
Salah satu cara mempelajari filsafat adalah membaca sejarah pemikiran filsuf terdahulu, sebelum
membaca karya besar mereka (Kenny, 2006:xi).
Karena itu, para penikmat dan mahasiswa filsafat memiliki tuntutan mempelajari sejarah filsafat
sebagai sebuah kebutuhan. Hal lainnya, dewasa ini dunia pendidikan tidak dapat melepaskan diri
dari perkembangan teknologi. Ledakan informasi dan teknologi telah menggeser juga pola
pendidikan dari analog menuju era digital yang tertumpu pada logika “networking” dengan
menggunakan gadget dan mobile phone, sehingga memungkin para pegiat pendidikan terhubung
secara interaktif satu sama lain (Selwyn, 2011:15).
Dengan kata lain, pendidikan berbasis teknologi merupakan tuntutan masa kini, demi
meningkatkan keberhasilan proses belajar-mengajar (Aripurnamayana, 2012:6). Beberapa
peneliti beranggapan bahwa metode 2 pembelajaran berbasis media elektronik meningkatkan
gairah para peserta didik dalam belajar (Rossafri & Shabariah, 2011: 80).
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk mengembangkan fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa; warga Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota–di
desa, tanpa memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan kehidupan,kognitif,
piskomotor, dan afektif, totalitas dan integratif.
Seperti dikatakan di buku ajar Filsafat Pendidikan Unimed Filsafat pendidikan terwujud dengan
menarik garis linier, antara filsafat dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan
secara langsung dalam pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang
berasal dari satu cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Bila konsep dasar tentang
kenyataan yang pada hakikatnya, menurut idealism, adalah sama dengan hal-hal bersifat
kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan itu, maka pendidikan itu adalah
mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan kerohanian pada peserta didik.
B. Substansi Filsafat Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi pendidikan.
Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep dasar pendidikan.
Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan
merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang
menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam
wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai
praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan Pancasila
sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap filsafat atau
filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat dan
filsafat pendidikan dari luar pada hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau meperkuat
substansi dari pada filsafat pendidikan telah berada pada peringkat lanjut.
Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendaqsari landasan praksis dan praktik
pendidikan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan nyata arah dan
tujuan pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini didukung oleh
batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah
akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi setiap warga negara dan setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan minimal sampai pada tingkat pendidikan dasar. Tujuaan
pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas substansi dan arahnyayakni menjadikan manusia
yang cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama dengan landasan filosofis yang menjiwai seluruh
kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang
sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan
pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain pandangan
dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan
konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut
pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita.
Semuanya itu dapat disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan
pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat
pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan
mengkoordinasikannya
Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan.
Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap orang yang
memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga pendidik.
Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain :
Substansi Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian
dari fundasi- fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang
konsep-konsep dasa pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal
yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan
membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam
lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
DAFTRAR PUSTAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
http://zonailmuekonomi.blogspot.com/2016/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://www.coursehero.com/file/48825393/FILSAFAT-PENDIDIKANdocx/