Oleh :
Kelompok 6
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Filsafat Pendidikan yang berjudul “Pandangan Filsafat Pendidikan
Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional” dengan tepat waktu.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
kerjasama dari banyak pihak khususnya dari kelompok 6. Oleh karena itu kami
menghanturkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah berpartisipasi serta
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Utamanya kepada dosen pengampu
mata kuliah Filsafat Pendidikan, Sartika Tambunan, M.Pd. yang telah
membimbing serta mengarahkan kami selama proses yang dilaksanakan.
Kami menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi format penyusunan maupun materi yang termuat di dalamnya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kebaikan penyusunan makalah berikutnya dikemudian hari.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian Filsafat Pancasila.....................................................................2
2.2 Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia......................2
2.3 Pandangan Filsafat Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional......3
BAB III PENUTUP................................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................7
3.2 Saran..........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan,akhlak
mulia,sereta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk
aktif mengembangkan dirinya sendiri; yang aktif adalah peserta didik.
Sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator, organisator, dan
motivator; memfalisitasi pelajaran, mengarahkan atau menuntun dan
mendorong peserta didik dalam aktifitas belajarnya agar berlangsung
efektif dan efisien.
Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 bab 2 pasal 3 dijelaskan tujuan
pendidikan sebagai berikut; pendiddikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan utuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap TYME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, di
sekolah dan di masyarakat. Dalam pendidikan berlangsung komunikasi
jujur, terbuka, fungsional, dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan. Pendidik harus memiliki kemampuan atau kompetensi
untuk berkomunikasi.
Pendidikan berlangsung di keluarga, di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat. Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan
komunikasi. Orang tua adalah pendidik di keluarga, di rumah; guru dan
tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik di sekolah; tokoh atau
pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat, mulai dari jabatan paling rendah
sampai pada jabatan yang paling tinggi yang ada di masyarakat dan negara
adalah pendidik sekaligus sebagai teladan bagi peserta didik.
3
Acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional UUD 1945 Pasal
31 hasil amandemen 2002, yaitu:
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya duapuluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional.
4
2. Perasaan atau estetika
3. Kemauan (etika)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu
karakteristik perkembangan sosial budaya masyarakat akan memberi corak
dan warna terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
pendidikan. Sebab Pendidikan adalah sebagai sutu investasi bagi
pengembangan sumber daya manusia sebagai individu dan anggota
masyarakat.
5
Pendidikan di Indonesia bersipat multikuktural. (Furnivall, 1944:
468-469). Dia juga menyebutkan bahwa masyarakat plural Asia Tenggara
terutama Indonesia setelah PD II dapat dapat menyatu dalam satu kesatuan
unit politik tunggal. Lebih lanjut Furnivall menyatakan bahwa masyarakat
prular Asia Tenggara akan terjerumus ke dalam anarki jika gagal
menemukan formula federasi pluralis yang memadai (Furnivall, 1944:468-
469). Dia juga menyebutkan bahwa masyarakat plural Asia Tenggara
terutama Indonesia setelah PD II dapat menyatu dalam satu kesatuan unit
politik tungggal. Sistem pendidikan nasional indonesia yang berlatar
belakang plural harus dapat memahamkan bahwa manusia itu beraneka
ragam, hendaknya saling memahami, mengargai, menerima, dan kerja
sama dengan peraturan yang adil dan propesional, mengambangkan
kerjasama demi kejayaan bnagsa. Dengan model pendidikan seperti ini
diakui adanya keberagaman budaya, dan setiap sub-budaya diberikan
kesempaan seluas-luasnya untuk berkembang dan dipelihara. Model
pendidikan multikultural semakin di perkuat lagi dengan adanya otonomi
daerah, sehingga masing-masing budaya etnis yang ada di dalam
masyarakat dapat berkembang dan dikembangkan dengan seluas-luasnya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
iii