Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM AL-QUR'AN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu : Achmad Faisol., M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 8

Faridatul Husna (2103805091013)

Nabila Safiroh (2103805091027)

Ufaira Abieda (2103805091065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

MEI 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah
menunjukkan kepada kami jalan Islam ini. Tidaklah kami mendapat petunjuk
seandainya Allah tidak memberi petunjuk kepada kami.

Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Rosulullah


Muhammad bin Abdullah yang diutus oleh Allah untuk membawa Syari’at yang
tegak, lurus dan luas, yang dasar-dasarnya mudah bagi manusia dan
menghilangkan kesulitan mereka, yang tujuannya untuk kemaslahatan dan
keadilan manusia. Dan kepada keluarga dan sahabatnya yang meneruskan
menjaga syariatnya, memberi petunjuk kepada umatnya, dan mereka
menyempurnakan cahayanya serta mengajak pada petunjuknya.

Terima kasih pula kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah
Tafsir Tarbawi, bapak Achmad Faisol M.Pd.I yang telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul PENDIDIK
DAN PESERTA DIDIK DALAM AL-QUR’AN ini tepat waktu. Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi para
pembaca agar tercipta makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Dan kami
memohon kepada Allah SWT agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Jember, 25 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik dan Peserta Didik......................................2


B. Pendidik dan Peserta Didik Dalam Tafsir Al-Qur'an.................4

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.....................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur'an merupakan pedoman hidup manusia mengatur kehidupan dari
berbagai aspek mulai dari aspek sosial, ekonomi, ibadah, pendidikan dan lain
sebagainya. Dalam aspek pendidikan Al-Qur'an menegaskan mulai dari pentingnya
menuntut ilmu, tujuan pendidikan, metode pengajaran sampai dengan pentingnya
seorang peserta didik dalam dunia pendidikan.
Karena pendidikan merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seorang
dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian
yang islami. Dari satu segi kita melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak
ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dalam pendidikan
itu tidak hanya keluarga yang merupakan faktor utama pendidikan dasar, akan
tetapi sekolah atau dunia luar pun sangat diutamakan dalam mendidik seseorang.
Aktivitas pendidikan dan pembelajaran hakikatnya merupakan interaksi
antara pendidik dan peserta didik. Pendidik sebagai pihak yang menyampaikan
pengetahuan, pengalaman dan nilai, sedangkan peserta didik pihak yang mencari
dan menerima pengetahuan, pengalaman dan nilai itu. Sejumlah rambu-rambu
harus dipelihara dalam proses interaksi tersebut sehingga aktivitas pendidikan dan
pembelajaran tercipta dengan baik. Peserta didik dalam konteks ini bukan hanya
sebagai objek, tetapi subjek pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidik dan Peserta Didik?
2. Bagaimana Pembahasan Pendidik dan Peserta Didik Dalam Tafsir Al-Qur'an?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidik dan Peserta Didik
2. Untuk Mengetahui Pembahasan Pendidik dan Peserta Didik Dalam Al-Qur'an

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik dan Peserta Didik

 Pendidik

Pendidik adalah orang dewasa yang berilmu dan berwawasan luas yang
bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi,
sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.1

Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik ialah guru, keduanya
memiliki arti yang sama, bedanya ialah istilah guru seringkali dipakai
dilingkungan formal, sedangkan pendidik dipakai dilingkungan formal, informal
maupun non formal. Kata guru dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
sansekerta, yang berarti orang yang digugu atau orang yang ditiru fatwa dan
perkataannya. Seorang guru harus selalu brtutur kata dan berperilaku yang baik
karena guru menjadi panutan bagi muridnya baik dalam hal perkataan ataupun
perbuatan. Dalam bahasa Arab, guru disebutkan dengan mu’allim, murabbi,
mudarris, dan al muaddib.

Muallim berasal dari kata ‘allama, yang kata dasarnya ‘alima yang berarti
mengetahui. Istilah mu’allim yang diartikan guru menggambarkan sosok
seseorang yang mempunyai pengetahuan keilmuan yang sangat luas, sehingga ia
layak menjadi seorang yang membuat orang lain (dalam hal ini muridnya) berilmu
sesuai dengan makna ‘allama. Dengan demikian, guru sebagai muallim harus
memiliki wawasan luas dan harus menguasai ilmu pengetahuan yang akan
diajarkan kepada peserta didik.

 Peserta Didik

Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara
fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikan melalui lembaga
pendidikan. Ini menunjukan bahwa peserta didik itu anak yang belum dewasa
yang memerlukan orang lain (pendidik orang dewasa) untuk menjadi dewasa.
Siapapun yang memerlukan pendidikan untuk menjadi dewasa disebut peserta

1
Uhbiyati dan Abu Ahmadi,1997:65
2
didik, baik anak kandung sebagai peserta didik dalam keluarga, siswa sebagai
peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk sebagai peserta didik masyarakat
sekitarnya, juga anak-anak umat beragama sebagai peserta didik rohaniawan
agama.

Istilah peserta didik dalam bahasa Arab ditunjuk dengan sejumlah term,
diantara lain, term murabbi, muta’allim, mutaaddib, dan daris. Term murabbi
bermakna anak (peserta didik) yang menjadikan objek dididik dalam arti
diciptakan, dipelihara, diatur, diurus, diperbaiki, dipengaruhi melalui kegiatan
pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dengan pendidik (murabbi).
Term muta’allim bermakna orang yang sedang belajar menerima dan mempelajari
pengetahuan dari seseorang pengajar (mu’allim) melalui proses kegiatan
pembelajaran. Term muta’addib bermakna orang yang sedang belajar meniru,
mencontoh sikap dan perilaku yang sopan dan santun melalui kegiatan pendidikan
dari seorang mu’addib, sehingga terbangun dalam dirinya orang yang
berperadaban. Term daris bermakna orang yang berusaha belajar melatih
intelektualnya melalui proses pembelajaran sehingga memilih kecerdasan
intelektual dan ketrampilan yang dibangun oleh seseorang mudarris.2

Term peserta didik yang bervariasi tersebut menegaskan bahwa peserta


didik itu orang yang sedang mengalami dan menerima proses pendidikan. Dilihat
dari segi kedudukannya, peserta didik itu makhluk yang sedang berada dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya, yang memerlukan
bimbingan dan pengarahan kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.3

2
M. Karman, 2018: 156
3
M. Arifin, 1991: 177
3
B. Pembahasan Pendidik dan Peserta Didik Dalam Tafsir Al-Qur'an

 Pendidik

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab MA adalah salah satu dari sekian
banyak pakar Al-Qur’an di negeri ini. Beliau dalah seorang ahli tafsir yang
mendidik. Dengan kata lain, beliau adalah ulama’ yang mengamalkan ilmunya
untuk mendidik umat. Menurut beliau tujuan pendidikan adalah membentuk
manusia yang berilmu dan berpengetahuan luas sehingga mampu menjalani
tugasnya sebagai hamba Allah SWT dan Khalifah dibumi.4

Dalam hal ini Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab menjelaskan tentang
pendidik dalam tafsir Al-Misbah, meliputi:

1. Sifat Pendidik

Sifat pendidik dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan dalam: Surat Ali Imron ayat 79:

ْ ُ‫وا ِعبَادًا لِّي ِمن دُو ِن ٱهَّلل ِ َو ٰلَ ِكن ُكون‬


‫وا‬ ۡ َ َ‫َما َكانَ لِبَ َش ٍر َأن ي ُۡؤتِيَهُ ٱهَّلل ُ ۡٱل ِك ٰت‬
ِ َّ‫ب َوٱلح ُۡك َم َوٱلنُّبُ َّوةَ ثُ َّم يَقُو َل لِلن‬
ْ ُ‫اس ُكون‬
َ‫ب َوبِ َما ُكنتُمۡ ت َۡد ُرسُون‬ َ َ‫َر ٰبَّنِيِّـۧنَ بِ َما ُكنتُمۡ تُ َعلِّ ُمونَ ۡٱل ِك ٰت‬

"Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah
dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, "Jadilah kamu
penyembahku, bukan penyembah Allah," tetapi (dia berkata), "Jadilah kamu
pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan Kitab dan karena kamu
mempelajarinya!’’

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa kata rabbani berasal dari kata rab yang
memiliki aneka makna, antara lain pendidik dan pelindung.

Orang yang rabbani adalah orang yang melakukan segala aktivitas, niat dan
ucapan sesuai dengan perintah Allah SWT. Seorang yang rabbani juga harus terus
belajar, terutama mempelajri kitab suci, karena kitab suci Allah itu maknanya
sangat luas, sehingga masih banyak ilmu yang dapat digali. Yang dimaksud kitab
Allah disini adalah alam semesta. Meskipun dari awal diciptakan tidak pernah
berubah, tetapi rahasia dan fenomena alam terus terkuak maka dari itu, seorang
rabbani tidak boleh berhenti untuk belajar, dan ilmu yang telah dipelajari
hendaknya diajarkan.5

2. Tugas Pendidik

4
Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an, fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat.
Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003, hal 178
5
Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.Volume 2.
Ciputat:Lentera Hati,2000, Hal 123-126
4
Tugas pendidik Dijelaskan dalam Tafsir Al-Misbah di dalam beberapa surat
di Al-Qur’an, diantaranya:

a. Surat Al-Baqoroh Ayat 129:

َ َ‫ك َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ۡٱل ِك ٰت‬


‫ب َو ۡٱل ِح ۡك َمةَ َويُزَ ِّكي ِهمۡ ۖ ِإنَّكَ َأنتَ ۡٱل َع ِزي ُز ۡٱل َح ِكي ُم‬ ْ ُ‫َربَّنَا َو ۡٱب َع ۡث فِي ِهمۡ َر ُسواًل ِّم ۡنهُمۡ يَ ۡتل‬
َ ِ‫وا َعلَ ۡي ِهمۡ َءا ٰيَت‬

"Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka
sendiri yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan
Kitab dan Hikmah kepada mereka dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.’’

Dari ayat ini terdapat beberapa point yang harus dijelaskan, diantaranya
beliau memohon agar diutus seorang rasul dari kalangan anak keturunannya. Yang
dimaksud beliau disini adalah Nabi Ibrahim AS. Setelah selesai membangun
ka’bah Nabi Ibrahim AS bersama putranya Nabi Ismail AS memohon kepada
Allah agar diutus seorang rasul dari keturunannya sendiri.

Beliau berharap rasul yang diutus bertugas mengajarkan tentang kekuasaan


Allah SWT baik berupa wahyu yang diturunkan atau alam ciptaan-Nya. Dan
Allah mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim untuk mengutus rasul dari
kalangannya atau keturunannya sendiri melalui putranya yaitu Nabi Ismail.6

b. Surat Al Imron ayat 164

َ َ‫وا َعلَ ۡي ِهمۡ َءا ٰيَتِ ِهۦ َويُزَ ِّكي ِهمۡ َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ۡٱل ِك ٰت‬
َ‫ب َو ۡٱل ِح ۡك َمة‬ ْ ُ‫ث فِي ِهمۡ َر ُسواًل ِّم ۡن َأنفُ ِس ِهمۡ يَ ۡتل‬ َ ‫لَقَ ۡد َم َّن ٱهَّلل ُ َعلَى ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ ِإ ۡذ بَ َع‬
‫ض ٰلَ ٍل ُّمبِي ٍن‬
َ ‫وا ِمن قَ ۡب ُل لَفِي‬ ْ ُ‫َوِإن َكان‬

"Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika


(Allah) mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an)
dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata."

Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin kapan dan


dimanapun mereka berada, yaitu ketika Allah mengutus diantara mereka yakni
seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yakni jenis manusia yang mereka
kenal kejujuran dan amanahnya, kecerdasan dan kemuliannya sebelum kenabian,
yang berfungsi terus-menerus membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka. Baik
dalam bentuk wahyu yang Engkau turunkan, maupun alam raya yang Engkau
6
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Volume 1.
Ciputat: Lentera Hati,2000, hal 309-310
5
ciptakan, dan terus mensucikan mereka dari segala macam kotoran, kemunafikan
dan penyakit-penyakit jiwa melalui bimbingan dan tuntunan, lagi terus
mengajarkan kepada mereka kandungan Al-Kitab yakni Al-Qur’an atau baca tulis,
dan Al Hikmah yakni As Sunnah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal
yang mendatangkan manfaat serta menampik mudharat.

Allah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada seluruh manusia, tetapi


karena yang meraih manfaat dari kehadiran dan memperoleh anugerah dari
pengutusan beliau sebagai rasul hanyalah orang-orang mukmin, maka ayat diatas
menggarisbawahi khusus untuk orang-orang mukmin.

Sebagian ulama memahami kata min anfusihim yang diterjemahkan dengan


kata “dari kalangan mereka sendiri”. Bukan dalam arti jenis manusia, tetapi dari
golongan mereka yakni orang Arab. Jika demikian, maka ayat ini berbicara dan
ditujukan kepada orang-orang Arab. Diutusnya beliau kepada mereka merupakan
nikmat buat mereka, karena kedekatan darah, persamaan bahasa, dan tempat
tinggal. Tentu saja hal ini tidak dapat diingkari, karena Al-qur’an dan Rasul SAW
sendiri tidak menekankan dalam ajarannya soal ras, maka sungguh lebih tepat
memahami kata tersebut dalam arti jenis manusia, adalah anugerah yang sangat
besar. Antara lain bahwa mereka berkomunikasi dan melihat beliau dengan kasat
mata sebagaimana keadaan sebenarnya.7

c. Surat Ar Rahman ayat 3-4

٤ ‫ علمه البيان‬٣ ‫خلق االنسان‬

‘’Yang menciptakan manusia, yang mengajarnya pandai berbicara”

Dari ayat diatas ada beberapa point yang dijelaskan, diantaranya kata
kholaqol insan yang berarti memciptakan manusia. Kata al insan pada ayat ini
mencakup semua manusia, sejak Adam AS hingga akhir zaman.

Kata ‘Allamahu al bayan berarti jelas. Kata tersebut dipahami berarti


kejelasan dalam mengungkapkan sesuatu. Allah Yang Maha Esa menciptakan
manusia dan menjadikan manusia mampu memahami segala sesuatu, baik yang
wujud ataupun tidak wujud, yang berkaitan dengan masa lampau atau masa depan,
juga menghadirkan dalam benaknya hal-hal yang bersifat abstrak yang dapat
dijangkau olek manusia dengan pikirannya walau tidak dapat dijangkau oleh
indranya. Itu semua dihadirkan oleh manusia. Allah Yang Maha Esa menjadikan

7
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Volume 1.Ciputat:
Lentera Hati,2006, hal 493-494
6
manusia mampu memahami sesuatu baik yang wujud ataupun tidak sehingga bisa
dijangkau dengan panca indra.

Disisi lain, pengajaran Allah adalah penciptaan potensi pada diri manusia
dengan jalan menjadikannya tidak dapat hidup sendiri, atau dengan kata lain
menciptakannya sebagai makhluk sosial. Memang kata ‘allama (mengajar) tidak
selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata juga ide,
tetapi juga dapat diartikan mengasah potensi yang dimiliki peserta didik sehingga
pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.8

 Peserta Didik

a. Peserta Didik Sebagai Objek Sekaligus Subjek

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surat al-Baqoroh ayat 31


ٓ
َ ٰ ۡ‫ال َأ ۢنبُِئونِي بَِأ ۡس َمٓا ِء ٰهَُٓؤٓاَل ِء ِإن ُكنتُم‬
َ‫ص ِدقِين‬ َ َ‫ضهُمۡ َعلَى ۡٱل َم ٰلَِئ َك ِة فَق‬
َ ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱَأۡل ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬

"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama
semua (benda) ini, jika kamu yang benar!"

Menegaskan bahwa peserta didik itu objek, sekaligus subjek pendidikan.


Peserta didik yang dimaksud dalam ayat tersebut ada adalah malaikat dan nabi
Adam as. Kedua peserta didik ini terlibat dalam interaksi pembelajaran melalui
pendekatan inquiry dan discovery. Malaikat, yang tidak memiliki kapasitas dan
kapabilitas sebagai pemberdaya bumi tidak memiliki pengetahuan yang
berkembang sehingga pengetahuannya bersifat statis. Namun, Allah memberikan
hak kepada malaikat untuk dievaluasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki dan ternyata tidak dapat menunjukkan kreativitas dan inovasinya
sebagai calon pemberdaya bumi yaitu khalifah.

Berbeda dengan nabi Adam as, yang memang memiliki kapasitas dan
kapabilitas sebagai pemberdaya bumi memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang dinamis, berkembang, kreatif, dan inovatif. Hal ini dapat dilihat dari evaluasi
yang dilakukan oleh Allah kepada Nabi Adam as, diketahui dapat sebgaimna itu
hal mendesain telah Allah karena memuaskan sangat hasil dengan dari kata kunci
ayat tersebut ‘allama. Allah telah memberikan daya indra, akal dan kalbu kepada
Nabi Adam as, sehingga beliau aktif memproses pengetahuan dan mengungguli
malaikat.

8
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Volume 13.Ciputat:
Lentera Hati,2006, hal 493-494
7
Penjelasan tersebut menginspirasi bagi para pendidik hendaknya
memperlakukan peserta didik tidak hanya sebagai objek, melainkan subjek
pendidikan. Pendidik tidak dapat memperlakukan peserta didik sebagai wadah
yang setiap saat menerima apa saja yang disampaikannya sebagaimana yang
berlaku dalam teori behavioristik.

b. Peserta Didik Hendaknya Belajar Sungguh-Sungguh

Dalam surat at-Taubah ayat 122 Allah berfirman :

ْ ‫ِّين َولِيُن ِذر‬


‫ُوا قَ ۡو َمهُمۡ ِإ َذا‬ ِ ‫ُوا فِي ٱلد‬ ْ ‫َو َما َكانَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ لِيَنفِر‬
ْ ‫ة لِّيَتَفَقَّه‬ٞ َ‫ُوا َكٓافَّةً ۚ فَلَ ۡواَل نَفَ َر ِمن ُك ِّل فِ ۡرقَ ٍة ِّم ۡنهُمۡ طَٓاِئف‬
َ‫َر َجع ُٓو ْا ِإلَ ۡي ِهمۡ لَ َعلَّهُمۡ يَ ۡح َذرُون‬

"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi
untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya."

Ayat ini menggaris bawahi pentingnya memperdalam ilmu dan


menyebarluaskan informasi yang benar. Ia tidak kurang penting dari upaya
mempertahankan wilayah. Bahkan, pertahanan wilayah berkaitan erat dengan
kemampuan informasi serta kehandalan ilmu pengetahuan atau sumber daya
manusia. Sementara ulama menggarisbawahi persamaan redaksi anjuran/perintah
menyangkut kedua hal tersebut. ketika berbicara tentang perang, redaksi ayat 120
dimulai dengan menggunakan istilah ‫ ما كان‬.Demikian juga ayat ini yang berbicara
tentang pentingnya memperdalam ilmu dan penyebaran informasi.9

c. Sikap Peserta Didik Kepada Pendidik

Dalam surat an-Nisa ayat 170:

ِ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬
‫ض‬ ْ ‫وا خ َۡيرًا لَّ ُكمۡ ۚ َوِإن ت َۡكفُر‬
ِ ‫ُوا فَِإ َّن هَّلِل ِ َما فِي ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ِّ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ قَ ۡد َجٓا َء ُك ُم ٱل َّرسُو ُل بِ ۡٱل َح‬
ْ ُ‫ق ِمن َّربِّ ُكمۡ فََئا ِمن‬
‫ۚ َو َكانَ ٱهَّلل ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬

"Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan


(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepada-Nya), itu lebih
baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana."

Ayat tersebut menyerukan manusia beriman kepada Rasulullah Saw. yang


diutus Allah. Mereka membawa kebenaran sebagai misi Allah. Keimanan dan

9
Quraish Shihab, 2005: 749-751.
8
pembangkangan manusia terhadap Rasul Allah dan misi yang dibawanya
berdampak pada manusia. Allah tidak membutuhkan iman manusia karena yang
ada di dunia ini miliknya. Perbuatan-Nya mengutus rasul dan menyuruh manusia
beriman merupakan kebijaksanaan-Nya sebagai rasa kasih sayang-Nya terhadap
manusia.

Allah mengutus para nabi dan rasul sebagai pendidik manusia bertugas
menyampaikan kabar baik dan buruk (QS. Al-Baqarah ayat 119). Upaya meraih
tujuan pendidikan tersebut harus didukung oleh para peserta didik dengan
memiliki kepercayaan kepada pendidik. Seorang peserta didik tidak mungkin
dapat belajar dengan baik jika tidak meyakini yang disampaikan pendidiknya.

Para sahabat Nabi Saw. meyakini denga benar yang disampaikan beliau
sehingga mereka berhasil mencapai tujuan pendidikan, baik kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ini berarti kepercayaan peserta didik terhadap pendidikmerupakan
tonggak utama keberhasilan aktivitas pembelajaran dan pendidikan. Kepercayaan
ini akan mengukuhkan penghormatan peserta didik kepada pendidiknya dan
muncullah cinta kepada pendidik.

Dalam konteks membangun kepercayaan ini, pendidik pun perlu


menampilkan performa dalam penguasaan materi, kemampuannya dalam
menyajikan materi, sikap serta interaksi sosialnya yang baik dengan masyarakat,
sekolah dan masyarakat lain nya.10

BAB III
10
M. Karman, 2018: 166-167
9
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pendidik adalah orang dewasa yang berilmu dan berwawasan luas yang bertanggung
jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya.
2. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik
maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikan melalui lembaga pendidikan.
3. Al-Qur'an surat Ali Imron membahas tentang salah satu sifat pendidik.
4. Al-Qur'an surat al-Baqoroh 129, surat ali Imron 164, dan surat al-Rohman ayat ke 3-4
membahas tentang tugas pendidik.
5. Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 122 membahas tentang menuntut ilmu sungguh-
sungguh dalam menuntut ilmu
6. Al-Qur’an Surat Annisa’ ayat 170 membahas tentang sikap peserta didik kepada
pendidik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Setia.1998.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, fungsi dan peran wahyu dalam


kehidupan masyarakat. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.


Volume 1. Lentera Hati:2000

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-


Qur’an.Volume 2. Lentera Hati: 2000

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.


Volume 13. Lentera Hati: 2002

M. Karman. (2018). Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai