Anda di halaman 1dari 41

TUGAS PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADITS

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Prespektif Hadits


Dosen pengampu: Dr. H. Rumbang Sirojudin, M.Ag

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

TOHIRIN 222621102
M. ALBY AL-FARISI 222621110
AHLUL FAKIH 222621114

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN


TAHUN 2022 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas
segala limpahan rahmat taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
“Pendidikan Prespektif Hadits” serta disusun berdasarkan referensi yang ada.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita
semua dan bermanfaat bagi pembangunan wawasan serta peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua aamiin.

Serang, 10 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
A. PENDAHULAN............................................................................................... 1
B. TUGAS PENDIDIK DALAM PRESPEKTIF HADITS.................................. 3
1. Pengertian Pendidik dan Ruang Lingkupnya............................................. 3
2. Hakikat dan Kompetensi Guru Sebagai Pendidik..................................... 5
3. Tugas Guru Dalam Dunia Pendidikan....................................................... 7
4. Karakter Pendidik dalam Hadits................................................................ 10
5. Sifat-sifat Yang Harus Dimiliki Oleh Guru dalam Pendidikan Islam........ 13
C. PENUTUP......................................................................................................... 16
1. Kesimpulan................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
A. PENDAHULUAN

Pendidik merupakan orang yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Hal ini
disebabkan karena ia memiliki tanggung jawab untuk menentukan arah pendidikan.
Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu
pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan
memuliakan mereka melebihi dari orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan
dan bukan pendidik. Allah SWT. berfirman:

‫ش ُز َْا‬
ْ ُ ٍ ْ ‫ضح ُْا ِ فى ا ْى َم ْ ضح ُْا ض ٰ ُ َ ِا‬ ‫رَا ِ قٍْ َ و ىَ ُن‬ ‫ه ٰ ا‬ ٌْ‫ٰٓ ٌبَ ٌُّ ٍَ ب ا َّى ِز‬
‫ْف ح ّل ن رَا َو اْ و ز َْا و‬ ‫ٰج يِ ش ف‬ ‫ْم حَف‬ ‫َمىُ ُْٰٓا‬
‫ش فب‬ ‫ل ْم‬
‫ُا‬ ‫ب‬
١١ ‫ه اُ َْح ُا ا ْى ِع ٰ „ ّٰ لالُ ِ ب َمب حَ ْع خ ِبٍْ ٌش‬ ‫ّٰ لالُ اى ه ٰ ا ُن َ اى‬ ‫َ ٌ ْشفَ ِ ع‬
‫َميُ ُْن‬ ‫ْي َم ج ج‬ ٌْ‫ِزٌْ َمىُ ُْا ْْۙم م ِز‬
‫د‬ ‫ْى‬
‫َس‬

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah/58:11)
Menurut persektif islam pendidik menepati posisi penting dalam proses
pendidikan. Dialah yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik. Potensi
kognitif, afektif dan psikomotorik yang terdapat pada anak didik harus diperhatikan
perkembangannya agar tujuan pendidikan dapat tercapai seperti yang diharapkan.

Dalam konteks umum, tujuan pendidikan tersebut antara lain mentrasmisikan


pengalaman dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Jhon Bewey mengatakan bahwa
pendidikan merupakan organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman
hidup dan juga pembahasan pengalaman hidup sendiri. Sedangkan dalam konteks islam,
pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuandan nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi
manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnyadi akhirat.

1
Guru berfungsi sebagai fasilitator dan penunjuk jalan ke arah penggalian potensi
anak didik dan murid sebagai objek yang diarahkan dan digali potensinya. Menurut
konsep pendidikan klasik guru atau pendidik adalah ahli dalam bidang ilmu pengetahuan
dan juga sebagai contoh atau model nyata dari pribadi yang ideal. Sedangkan siswa
posisinya sebagai penerima bimbingan, arahan dan ajaran yang disampaikan oleh guru.

2
Dalam proses pendidikan intinya harus ada tiga unsur, yaitu pendidik, peserta
didik dan tujuan pendidikan. Ketiga tersebut membentuk suatu triangle jika hilang salah
satu komponen tersebut, hilang pulalah hakikat pendidikan islam.

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Guru
harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab
terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah.Sebagai pendidik guru harus
berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan
lingkungan.

Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru khususnya
ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan
seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar
memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya. Seorang yang berpribadi
khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap danm keterampilan keguruan yang akan
ditransformasikan kepada anak didik atau siswanya.

Secara substansial, lingkup kajian dalam tulisan ini berusaha untuk mengungkap
hadits-hadits yang membahas tentang tugas pendidik yang diungkapkan oleh Rasulullah
SAW. Pembahasan mengenai hal ini ditempuh dengan menggunakan metode kualitatif
dengan jenis study kepustakaan/library research untuk mengkaji dan menganalisis
sumber kepustakaan berupa literature yang relevan dengan topik penelitian. Kami Penulis
membaca berbagai buku, artikel jurnal, dan terbitan-terbitan yang berkaitan dengan tugas
pendidik dalam perspektif Hadits, maka diharapkan akan bisa ditarik korelasi antara
perspektif Al-hadits dan tugas pendidik agar mendapatkan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang tugas pendidik.

3
B. TUGAS PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIST

1. Pengertian Pendidik dan Ruang Lingkupnya

a. Menurut para ahli

Secara bahasa, dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia Pendidik adalah


orang yang mendidik. Pengertian tersebut memberikan kesan bahwa pendidik
adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Jika dari segi
bahasa pendidik dikatakan sebagai orang yang mendidik, maka dalam arti luas
dapat dikatakan bahwa pendidik adalah semua orang atau siapa saja yang
berusaha dan memberikan pengaruh terhadap pembinaan orang lain (peserta didik)
agar tumbuh dan berkembang potensinya menuju kesempurnaan.1

Dari segi bahasa, pendidik Poerwadarmita adalah seorang


pendidik."makna atas memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang
melakukan kegiatan dibidang pendidikan. Begit juga dalam bahasa Inggris ada
beberapa makna yang berdekatan artinya dengan mendidik, misalnya lata teacher
dan tutor, begitu juga dalam bahasa arab didapati makna yang senada dengan
pendidik misalnya ustadz, mudarris, mu'allim dan muaddib kata mudaris berarti
teacher (guru), instructure (pelatih) dan lecture (dosen).2

Menurut Nur Uhbiyati Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung


jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, dang sebagai
makhluk sosial sebagai individu yang sanggung berdiri sendiri3.

Pada akhirnya pendidik merupakan profesi atau keahlian tertentu yang


melekat pada seseoarang yang tugasnya berkaitan dengan pendidikan. Istilah-
istilah yang mengacu pada pengertian dapat pula ditemukan dalam hadits
Rasulullah SAW. Dalam hubungan ini dijumpai kata „alim‟ seperti dalam hadits

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 263.
2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 193.
3
Muhammad Irwansyah, Karakteristik Guru Prespektif Hadits Nabawi, (Jakarta: Guepedia ,2020), 55.

4
yang artinya : “Jadilah kamu sebagai alim (berpengetahuan / guru), atau
mut‟allim (orang yang mencari ilmu) atau pendengar, atau pengikut simpatisan
setia dan janganlah jadi orang yang kelima, yaitu orang yang tidak memilih salah
satu dari keempat tersebut.”

b. Pendidik dalam Perspektif Hadist

Dalam beberapa hadits Rasulullah SAW mengistilahkan pendidik dengan


berbagai makna, diantaranya:

1) Mu'allim.
Kata mu'alim berasal dari fi'il madhi "alla" dengan masdarnya al-ta'lim
yang berarti telah mengajar atau sedang mengajar. Maka kata mu'allim
memiliki arti pengajar, orang yang mengajar atau pendidik. Artinya mu'allim
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk merekontruksikan bangunan
ilmu secara sistematis dalam pemikiran para peserta didik dalam wujud ide,
wawasan, kecakapan dan sebagainya dalam kehidupan berprilaku dan
bermasyarakat. Adapun hadits yang mendukung makna ini adalah:
َ ‫ٌ ب ِ فً اىى حخَ َ ضٍه َ م ثَ أَ ٌْ َ َم ََل ّٰ ل‬
‫ال ِإن‬ َّ َ
‫حخى ج‬
َ‫ِئ نَ خ‬ ‫َو‬ ‫اى َُا‬ ‫ْمَيت ى س‬ ‫ْح‬
‫ض‬ ‫َا َْْل‬ ‫ِش‬
‫عَيى ص ا ُحث‬ ‫خٍْ َش ِ ّي‬ ‫ا ْى‬
‫ى ُُّي ْى‬ ‫اىَّىبس ِم م‬
‫ن‬ ‫َع‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penduduk langit dan
bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan
kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” [Hadits
Abu Umamah Al Bahili di Riwayat oleh Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syehk
Al Albani].
2) Muaddib
Muaddib adalah al-ism al-fa'il dari fi'il madhi "Addaba" yang berarti
"mendidik" sedangkan kata Muaddib itu sendiri bermakna orang yang
mendidik atau pendidik. Maka secara bahasa "muaddib" merupakan masdar
dari kata addaba yang bermakna member adab atau memberi nilai-nilai
prilaku yang baik, karena dalam kehidupan keseharian adab searah dengan
arti tata karma, sopan santun, budi pekerti atau akhlakul karimah.4

5
3)
Muzzaki
4
A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), 93.

6
Muzakki asal dari kata al-fi'il madhi empat huruf, yakni zakka yang berarti
zada dengan yang terdiri makna berkembang, tumbuh atau bertambah, makna
lain dari zakka adalah menyucikan mensucikan, membersihkan, memperbaiki
dan menguatkan. Berdasarkan kajian bahasa di atas, maka secara istilah
muzakki adalah membersihkan, mensucikan sesuatu agar dia menjadi bersih
dan suci terhindar dari kotoran, selanjutnya bila dikaitkan dengan pendidikan
islam, maka muzakki adalah seorang pendidik yang bertanggung jawab
memelihara, membimbing dan mengembangkan fitrah para peserta didik,
agar mereka selalu berada dalam kondisi suci serta selalu taat kepada Allah
swt juga terhindar dari perbuatan yang tercela.
Maka seorang pendidik atau muzakki adalah sosok pribadi yang selalu
menjaga dirinya dari seluruh perbuatan yang tercela, sekaligus mempunyai
tugas pokok menjaga kesucian jiwa para peserta didik dengan cara
mengarahkan dan membimbing sehingga tidak mudah terpengaruh pada
lingkungan yang

2. Hakikat dan Kompetensi Guru Sebagai Pendidik

Tugas seorang guru yang pertama dan terpenting adalah pengajar (murrabiy,
muallim) sebagimana firman Allah SWT dalam QS al-Alaq ayat 1-5:

                      


           
   

        


  

Artinya:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia


Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QA Al-Alaq 1-5)

a. Kompetensi guru secara profesional

7
Rasullah SAW telah mengisyarakatkan dalam hadisnya tentang perlunya
pendidikan yang professional dan bukan pendidik non professional atau pendidik

8
asal-asalan. Sebagaimana sabdanya: „apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada
ahlinya, maka tunggulah kehancurannya‟. Hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT yang artinya: “Bekerjalah kamu menurut keahlianmu sekalian”.

Guru yang demikian itulah yang patut dihormati, dibina, dikembangkan dan
semakin diperbanyak. Agar guru dapat menunaikan tugasnya dengan baik dan dapat
bertindak sebagai tenaga pengajar yang professional, maka ia harus memiliki
berbagai kompetensi keguruan dalam melaksanakan fungsinya sebagai guru.

Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari “pre service traiffin” yang
kemudian dikembangkan dalam pekerjaan .profesional guru dan dibina melalui “lin
service traiffing”. Pada dasarnya guru harus mempunyai tiga kompetensi, yaitu :

1) Kompetensi Kepribadian.

a) Setiap guru memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang tidak ada guru yang
sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi keguruan. Jadi pribadi
keguruanitu pun “unik” pula dan perlu dikembangkan secara terus menerus
agar guru trampil dalam hal:

b) Mengenal dan mengakui harakat dan potensi dari setiap individu atau murid
yang diajarnya.

c) Membina suatu suasana social yang meliputi interaksi belajar mengajar


sehingga amat bersifat menunjang secara moral “bathiniyyah” terhadap
murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta
perbuatan murid dan guru.

d) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggungjawab dan


saling percaya mempercayai antara dan murid.5

2) Kompetensi Atas Bahan Pengajaran

5
Muhammad Irwansyah, Karakteristik Guru Prespektif Hadits Nabawi, (Jakarta: Guepedia ,2020), 15.

9
Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi (takhassus) atas ilmu atau
kecakapan / pengetahuan yang diajarkan. Penguasaan yang meliputi bahan bidang
studi sesuai dengan kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi.
Kesemuanya ini amat perlu dibina karena selalu dibutuhkannya dalam beberapa
hal :

a) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus


diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan informasi yang
sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecapan yang bersangkutan.
b) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu sedemikian
rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk mempelajari pelajaran
yang diterimanya.

3) Kompotensi dalam Cara Mengajar

Kompotensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan mengajar sesuatu bahan


pengajaran sangat diperlukan guru khususnya keterampilan dalam bidang :

a) Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula


merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu-satuan waktu
(semester atau tahun ajaran).
b) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat Bantu atau alat
peraga) bagi murid dalam proses balajar yang dipergunakannya.
c) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode mengajar sehingga
terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif.

3. Tugas Guru Dalam Dunia Pendidikan

a. Sebagai Orang yang Mengkomunikasikan Ilmu pengetahuan

Dengan tugasnya ini, maka guru harus memiliki pengetahuan yang


mendalam tentang bahan yang akan diajrkannya. Sebagai tindak lanjut dari tugas
tersebut, maka seorang guru tidak boleh berhenti belajar, karena pengetahuan
yang diberikan kepada anak didiknya harus lebih dahulu harus ia pelajari. Guru
juga bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program

1
yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah
program dilakukan. Hal ini sesuai dengan hadits :6

)‫ولو ا ٌَو (التز هذي‬


ّ‫ِ لّغُوا ِ ن‬
‫ى‬
‫ع‬

Artinya:“Sampaikanlah (pengetahuan) dariku walau hanya satu ayat”


(HR at-Tirmidzi)

Dalam mentransfer ilmu seorang guru hendaknya memulai dari hal-hal


yang mudah kemudian secara bertahap kepada yang lebih sukar. Dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan guru harus memperhatikan pula tingkat
pemikiran peserta didiknya. Seorang guru pun tidak boleh menjawab pertanyaan
yang belum tahu jawabannya dan ia harus berusaha mencari jawaban itu,
sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut :

Artinya :“Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang sebaik-baiknya tempat


dan seburuk-buruknya tempat di bumi, beliau menjawab : Aku tidak tahu, sampai
Jibril As turun kepadanya dan bertanya, beliau pun menjawab dengan jelas, aku
tidak tahu, lantas Allah memberitahu kepadanya bahwa sebaik-baiknya tempat
adalah masjid dan seburuk-buruknya tempat adalah pasar”. (HR. Hakim)
Seorang guru dituntut pula untuk memahami psikologi anak, psikologi
perkembangan dan psikologi pendidikan sehingga ketika ia mengajar, ia akan
memahami dan memperlakukan anak didiknya sesuai dengan kesiapan
psikologisnya.

b. Sebagai Model atau Teladan

Bidang studi yang diajarkan oleh guru merupakan sesuatu yang berguna
dan dipraktekannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga guru tersebut menjadi
model atau contih nyata. Jika guru sendiri tidak memperlihatkan keindahan dan
manfaat pelajaran yang diajarkannya, jangan diharapkannya anak didiknya akan
menunjukan antusias terhadap pelajaran tersebut. Sebagaimana terlihat dalam
hadits berikut :

1
6
Muhammad Irwansyah, Karakteristik Guru Prespektif Hadits Nabawi, (Jakarta: Guepedia ,2020), 59.

1
)‫ٌَ لك امخى سَجلن عبىم فبءجش َعببذ جٌبو (اىٍبٍقى‬

Artinya :“Rusaknya umatku karena dua macam orang, yaitu seorang alim
yang durjana dan seorang shalih yang jahil. .”(HR. Baihaqi)

Muhammad Athiyah al-Abrasy menyebutkan tujuh sifat yang harus


dimiliki oleh seorang guru, yaitu zuhud, bersih dari sifat dan akhlak yang buruk,
ikhlas dalam melaksanakan tugasnya, pemaaf terhadap murid-muridnya,
menempatkan diri sebagai seorang bapak/ibu sebelum ia menjadi seorang guru,
harus mengetahui bakat, tabiat dan watak murid-muridnya dan harus menguasai
bidang studi yang diajarkanya.

Ibnu Jama‟ah menawarkan kriteria yang harus dipenuhi oleh seseorang


yang akan menjadi guru. Kriteria itu meliputi enam hal, yaitu : menjaga akhlak
selama melaksanakan tugas pendidikan, tidak menjadikan profesi guru sebagai
usaha untuk menutupi kebutuhan ekonominya, mengetahui situasi sosial
kemasyarakatkan, kasih sayang dan sabar, adil dalam memperlakukan peserta
didik dan menolong dengan kemampuan yang dimilikinya.

c. Sebagai Penggerak (Motivator) Masyarakat

Guru diharapkan tidak membatasi diri sibuk di kelas yang dibatasi oleh
dinding yang memisahkan dirinya dengan kehidupan masyarakat. Dia hendaknya
menyatu dengan masyarakat dimana ia hidup dan dapat mengontrol anak didik
dalam kehidupan masyarakat. Seorang guru harus memperhatikan kepentingan
umum. Guru harus memperhatikan penampilan fisik maupun penampilan
moralnya.

Guru pun harus memberikan motivasi kepada masyarakat dalam belajar


dan bekerja. Rasulullah pernah mencontohkan hal tersebut, Rasulullah bersama
para sahabat mengangkat sebuah batu di atas pundaknya ketika membangun
masjid Nabawi setiap orang mengangkat sebuah batu namun beliau
memperhatikan Amr bin Yasir setiap kali mengangkat ia membawa dua buah batu
maka beliau berbicara kepadanya sebagai sugesti dan motivasi untuknya

1
4. Karakter Pendidik dalam Hadits

a. Sifat Lemah Lembut dan Kasih Sayang.

‫عه أًب صٍيمبن مبىل به اىُح ٌشد قبه أٍثىب اىىًب صًي هلال عٍيً َصيم َ وحه شًٍب مخقبسبُن فبقمىب عىذي عشٌشه ٍىًي فظه‬
‫گَ بن فأخبشوبي اوباشخقىب ٌأٍيب َصأىىب عه حشمىبًف ٌأيىب اسجعُااًى ٌايٍنم فعيمٌُم َمٌَشم سٍفقبس‬
)‫ٍح مبفقبه َصُياممبسٌأخمًُو أصًي َإرا حضشث اىَصلة فبٌؤرن ىنم أحذمم ثم ٍُىمنم أمبشمم(سَاي اىبخبسي‬

Artiny : Abu sulaiman Malik ibn al-Huwayrs berkata: kami beberapa


orang pemuda sebaya datang kepada Nabi saw. Lalu kami menginap bersama
beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga
dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami
memberitahukannya kepada Nabi, Beliau adalah seorang yang halus
perasaannya dan penyayang lalu berkata: "kembalilah kepada keluargamu!
Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat
saya mengerjakan salat, apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah
seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi
imam (HR. Bukhari).7
Konteks hadits di atas, sejalan dengan al-Qur'an dalam surat Ali-Imran
ayat 159 dan penafsiran Ahmad musthafa al Maraghi, bahwa andaikan Rasulullah
saw. Bersikap kasar dan galak dalam bermuamalah dengan mereka kaum
muslimin, niscaya mereka akan bercerai berai (bubar) meninggalkan engkau dan
tidak menyenangimu. Selanjutnya secara kontekstual hadits Rasulullah saw.
Menganjurkan agar umatnya (termasuk pendidik) agar memiliki rasa kasih sayang
sebagaimana yang terdapat dalam hadits di bawah ini:

‫ ٍىش مىب مه ىم‬: ‫ قبه سُص ه هلال صًي هلال عٍيً َصيم‬:‫عه ابه عببس قبه‬
)‫ٌ شحم صٍغ شوب ىَ م ٌُفش مٍبشوب ٌَأمشبب ىمعَشف ٌَىً عه اىمىنش (َساي اىخشمزي‬

Artinya : Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:


bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil,
tidak memuliakan yang lebih besar, tidak menyuruh berbuat ma'ruf dan tidak
mencegah perbuatan mungkar. (HR. Tirmidzi)

Meskipun secara tekstual hadits diatas di tujukan pada umat manusia


secara umum, namun sebagai umatnya yakni pendidik secara khusus harus

7
Umi Kultsum, Pendidikan Dakam Kajian Hadits Tekstual dan Kontekstual, (Tangerang: Cinta Buku
Media,2018), 200.

1
memberikan teladan yang baik atau memiliki sifat yang peyayang, terutama
kepada para peserta didik yang pada umumnya umurnya lebih muda darinya, pada
fakta sejarah Rasulullah sering mengambarkan bagaimana seorang yang lebih
dewasa harus memberikan teladan untuk menyayangi kepada yang umurnya lebih
tua, sesuai dengan makna yang tertulis dalam kontens hadits tersebut

Perasaan kasih sayang mutlak harus dimiliki oleh seorang pendidik,


sehingga dapat melahirkan manusia-manusia yang penuh kasih sayang terhadap
sesama manusia, mampu memahami penderitaan orang lain, perduli pada
kesulitan orang lain serta ringan tangan untuk membantu kepada sesama manusia

b. Sifat Rendah Hati (tawaddu).

Makna sifat tawaddu' adalah seorang pendidik tidak merasa paling tahu
atau serba tahu, artinya seorang pendidik memberi peluang kepada para peserta
didik untuk belajar lebih luas dengan cara mencari informasi sebanyak banyaknya
dengan sumber informasi dari mana saja, sehingga tidak berfikir bahwa pendidik
8
merupakan satu-satunya sumber informasi yang paling benar. Karena dengan
memiliki pola pikir seperti di atas, akan membangun pola pikir yang kerdil bagi
para peserta didik, karena sulit menerima pendapat orang lain selain hanya
gurunya sendiri. Hadits Rasul saw. Yang berkaitan dengan sifat pendidik tersebut
di atas adalah sebagai berikut:

‫ "هلال اىخيٍقم أعيم‬:‫عه ابه عببس سًض هلال عٍىم قبه صئو سصُه هلال صًي هلال عٍيً َصيم عه َأالد اىمششٍم ه فقبه‬

‫بمبمبُو ا عبميٍه"َساي اىبخبسي َمضيم‬

Artinya: Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Ditanya


tentang anak-anak orang yang musyrik, lalu Beliau menjawab: Allah maha
mengetahui apa yang akan mereka kerjakan pada saat ia diciptakan.
(H.R.Bukhari dan Muslim)
Konteks hadits di atas menggambarkan bahwa Rasulullah bisa saja
menjawab pertanyaan tersebut di atas, akan tetapi jawaban Rasulullah tidak

8
Umi Kultsum, Pendidikan Dakam Kajian Hadits Tekstual dan Kontekstual, (Tangerang: Cinta Buku
Media,2018), 202.

1
mustahil dapat melukai orang atau anak-anak yang dibicarakan, bahkan bisa jadi
jawaban Rasulullah tidak sesuai apa yang dikehendaki oleh Allah swt. Sehingga
jawaban bijak dan diplomatis tersebut menandakan bahwa Beliau memiliki
kerendahan hati dan kearifan budi pekerti. Sifat ini seharusnya juga dimiliki oleh
seorang pendidik, karena di zaman sekarang tidak menutup kemungkinan
terkadang para peserta didik lebih dahulu mendapatkan informasi ilmu
pengetahuan, selain itu memberkan pembelajaran kepada para peserta didik
bahwa seorang pendidikan bukan merupakan satu-satunya sumber informasi ilmu
pengetahuan.

c. Memahami Kondisi Para Peserta Didik.

Sifat pendidik yang memahami kondisi dan situasi para peserta didik atau
yang lebih di kenal dengan memahami psikologi para peserta didik dimaksudkan
agar kegiatan pendidikan dapat terlaksana dengan efektif dan efesien. sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.9

Memahami psikologi para peserta didik meliputi kondisi minat,


kemampuan serta kondisi jasmaninya merupakan prasyarat utama agar kegiatan
pendidikan menjadi menyenangkan dan tidak membebani bagi para peserta didik,
hadits Rasul SAW. Yang berhubungan dengan sifat pendidik di atas adalah
sebagai berikut:

)‫ كاى النًب صلً هلال ٍعلو و سلن تٌ خو لنابالووعظة ًف اأاٌل م كزاىة الساعة ٍعلنا(رواه البخاري‬:‫عي ابي هسعود قال‬

Para sahabat tidak diberi materi setiap hari, akan tetapi diberi kesempatan
waktu untuk istirahat, ini dilakukan oleh Rasulullah untuk menghindari kebosanan
pada materi pelajaran yang diberikan. Hal ini membuktikan bahwa Rasulullah saw.
Sangat memahami kondisi para peserta didik dalam kegiatan da'wahnya.
Maknanya seorang pendidik dituntut untuk memiliki kepribadian memahami
orang lain, secara khusus memahami kondisi dan situasi para peserta didiknya.

9
Umi Kultsum, Pendidikan Dalam Kajian Hadits Tekstual dan Kontekstual, (Tangerang: Cinta Buku
Media,2018), 203.

1
5. Sifat-sifat Yang Harus Dimiliki Oleh Guru dalam Pendidikan Islam

a. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridaan Allah
semata

Seorang guru menduduki tempat yang tinggi dan suci, maka ia harus tahu
kewajiban yang sesuai dengan posisinya sebagai guru, ia haruslah seorang yang
benar-benar zuhud. Ia mengajar dengan maksud mencari keredhaan Illahi, bukan
karena mencari upah, gaji atau uang balas-jasa, artinya ia tidak menghendaki
dengan meng ajar itu selain mencari keredhaan Allah dan menyebarkan ilmu
pengetahuan. Di waktu dulu, guru-guru mencari nafkah hidupnya dengan jalan
menyalin buku-buku pelajaran dan menjualnya ke pada orang-orang yang ingin
membeli, dengan jalan demikian mereka dapat hidup.

Beberapa abad lamanya sarjana-sarjana Islam tidak menerima gaji atas


pelajaran yang mereka berikan. Akan tetapi lama kelamaan didirikanlah sekolah,
dan ditentukan pula gaji guru-guru. Diwaktu itu banyak ulama-ulama dan
sarjanasarjana menentang sistem ini dan mengeritiknya, ini adalah karena zuhud
dan taqwa mereka kepada Allah SWT. Menurut pendapat kita, menerima gaji itu
tidak bertentangan dengan maksud mencari keredhaan Allah dan zuhud di dunia
ini, oleh karena seorang alim atau sarjana betapapun zuhud dan kesederhanaan
hidupnya membutuhkan juga uang dan harta untuk menutupi kebutuhan ang
dibuat oleh kebutuhan hidup.

b. Kebersihan Guru

Seorang guru harus bersih tabuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih
jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan,
perselisihan dan lain-lain sifat yang tercela. Rasulullah SAW.bersabda:

"Rusaknya umatku adalah karena dua macam orang. Seorang alim yang
durjana dan seorang yang jahil, orang yang paling baik ialah ulama yang baik
dan orang yang paling jabat ialah orang-orang yang bodoh".10

10
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), 137.

1
c. Ikhlas dalam pekerjaan

Keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaan nya


merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid-
muridnya. Tergolong ikhlas ialah seorang yang sesuai kata dengan perbuatan,
melakukan apa yang ia ucapkan dan tidak malu-malu mengatakan: Aku tidak
tahu, bila ada yang tidak diketahuinya. Seorang alim yang benar-benar alim ialah
orang yang masih merasa selalu harus menambah ilmunya dan menempatkan
dirinya sebagai pelajar untuk mencari hakekat, di samping itu ia ikhlas terhadap
muridnya dan menjaga waktu mercka. Tidak ada halangannya seorang guru
belajar dari murid nya oleh karena dalam pendidikan Islam seorang guru bersifat
rendah hati. Juga seorang guru harus bijaksana dan tegas dalam kata dan
perbuatannya, lemah lembut tanpa memperlihatkan kelemahan, keras tanpa
memperlihatkan kekerasan.

d. Pemaaf

Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia sanggup


menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan jangan
pemarah karena sebab-sebab yang kecil, harus berkepribadian dan mempunyai
harga diri.

Untuk menjadi seorang guru yang sempurna, ia harus berkepribadian dan


memiliki harga diri, menjaga kehormatan, menghindarkan hal-hal yang hina dan
rendah, menahan diri dari sesuatu yang jelek, tidak bikin ribut dan berteriak-
teriak supaya dia di hormati dan dihargai.11

e. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru

Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap


anak-anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan
keadaan anak-anaknya sendiri. Atas dasar sistem pendidikan Islam inilah
ditegakkan pendidikan di zaman sekarang. Bahkan seharusnya guru harus lebih

11
Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Press, 2005), 209.

1
mencintai muridnya dari pada anak-anak yang berasal dari sumsumnya sendiri.
Seorang bapak yang menaruhkan anak kandungnya di lubuk hatinya, adalah
seorang bapak yang biasa saja, tetapi seorang bapak yang menempatkan anak
yang lain di lubuk hatinya. Rasulullah SAW.bersabda:

‫َ ِى ِذ ِي‬
ْ ‫ِ إوَّ َمب اََوب‬
‫م‬

‫ن‬

Artinya: Sesungguhnya aku bagimu adalah seperti orang tua kepada


anaknya (HR. Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Hibban.12
Maka ia dianggap seorang bapak yang suci dan seorang bapak teladan.
Jika ia mengutamakan murid dengan rasa kasih sayang. yaitu anak-anak miskin
yang datang dari rumah mereka di mana ia mengalami penderitaan, tidak satu
orang pun yang dicintai nya karena ia pun tidak merasakan cinta seorang
terhadapnya, maka ini adalah kesempatan bagi guru-guru untuk mendekati
kesukaran-kesukaran yang mereka hadapi, sehingga guru itu me lamatkan hidup
mereka, membebaskan jiwa mereka dari kematian dan penderitaan, berusaha
keras membantu mereka, memudahkan kesukaran-kesukaran yang mereka
hadapi, sehingga guru itu me rupakan seorang bapak yang penuh kasih sayang,
membantu yang lemah dan turut simpati atas apa yang mereka rasakan.

f. Harus mengetahui tabi'at murid

Guru harus mengetahui tabiat pembawaan, adat kebiasaan, rasa dan


pemikiran murid agar ia tidak kesasar di dalam men didik anak-anak. Inilah yang
disuarakan oleh ahli-hali pendidikan di abad kedua puluh ini. Dalam pendidikan
Islam, seorang guru itu diharuskan berpengetahuan tentang kesediaan dan tabeat
enjaga kehi anak-anak serta memperhatikan hal-hal ini dalam mengajar, agar
menahan di dapat dipilihkan buat mereka mata pelajaran yang cocok yang
eriakterik sejalan dengan tingkat pemikiran mereka. "Jangan hendaknya mereka
dilompatkan dari sesuatu yang terang nyata kepada sesuatu yang komplikasi,
dari suatu yang kelihatan di mata kepada sesuatu yang tidak tampak sekaligus,

1
tetapi hendaklah menurut tingkat kesanggupan mereka". Jangan umpamanya
12
Hasbiyallah,Moh. Sulhan, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Rosdakarya, 2010), 32.

1
berpindah subyek dari yang mudah kepada yang sukar dan dari yang jelas
kepada yang tidak terang sekaligus, tetapi diberikan secara berangsur menurut
persiapan, pengertian dan pemikiran mereka.

g. Harus menguasai mata pelajaran

Seorang guru harus sanggup menguasai mata pelajaran yang


diberikannya, serta memperdalam pengetahuannya tentang itu sehingga
janganlah pelajaran itu bersifat dangkal, tidak melepaskan dahaga dan tidak
mengenyangkan lapar.13

C. PENUTUP
1. Kesimpulan

Sebagai figur yang memegang peran penting dalam pemberdayaan manusia,


pendidik dituntut untuk mampu melaksanakan sejumlah tugas. Tugas tersebut meliputi
tugas sebagai orang yang mengkomunikasikan ilmu pengetahuan, tugas ssebagai model
atau teladan dan tugas sebnagai penggerak masyarakat.

Tugas-tugas tersebut harus didukung oleh sejumlah criteria agar tugas tersebut
dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Sejumlah criteria
tersebut antara lain guru harus menguasai bidang ilmu yang diajarkannya, guru harus
berakhlak mulia, sabar, pemaaf, kasih sayang, rendah hati, ikhlas dan guru harus
mengetahui bakat, minat, tabiat dan watak anak didiknya.

13
Hasbiyallah,Moh. Sulhan, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Rosdakarya, 2010), 35.

1
DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, M. Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Bulan


Bintang, 1990).
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005).
Hasbiyallah,Moh. Sulhan, Hadits Tarbawi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995).
Irwansyah, Muhammad. Karakteristik Guru Prespektif Hadits Nabawi. (Jakarta:
Guepedia ,2020).
Nata, Abudin dan Fauzan. Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN
Press,2005).
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991).
Kultsum, Umi. Pendidikan Dalam Kajian Hadits Tekstual dan Kontekstual. (Tangerang:
Cinta Buku Media,2018).
Tafsir,Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya.
1994.
Yasin A. Fatah Yasin. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN Malang Press,
2008).

Anda mungkin juga menyukai