Anda di halaman 1dari 18

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Tafsir Tarbawi Dr. Nur Cahaya, M.Pd

TAFSIR AYAT AYAT TENTANG GURU DAN MURID

OLEH : KELOMPOK 6

 FILDA ANGGRAINI (12211420810)


 HANIFAH RAHMI (12211421709)
 ALBAYANI PUTRI (12211420821)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “TAFSIR AYAT
AYAT TENTANG GURU DAN MURID”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Ibu Dosen Dr. Nur Cahaya,M.Pd pada mata kuliah Tafsir
Tarbawi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan
pembaca tentang Apa Saja Pembahasan Tafsir Ayat-Ayat tentang Guru dan Murid.

Penulis mengucapakan terima kasih kepada Ibu Dosen Dr. Nur Cahaya,M.Pd, selaku
dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 20 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Tafsit Surat Ar-Rahman Ayat 1-4........................................................................3


B. Tafsit Surat An-Najm Ayat 4-5............................................................................4
C. Tafsit Surat An-Nahl Ayat 44-43.........................................................................5
D. Tafsit Surat Al- Kahfi Ayat 66 ............................................................................7
E. Tafsir Surat Al-Tahrim Ayat 6.............................................................................8
F. Tafsir Surat Al-Syuara Ayat 214..........................................................................9
G. Tafsir Surat Al-Taubah Ayat 122.........................................................................10
H. Tafsir Surat An-Nisa Ayat 170............................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……….............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Tuhan secara sempurna di alam ini. Hakikat manusia yang
menjadikan ia berbeda dengan lainnya adalah bahwa sesungguhnya manusia yang
membutuhkan bimbingan dan pendidikan. Hanya melalui pendidikan manusia sebagai
homo educable dapat dididik, dengan perantara guru. Pendidikan juga sebagai alat
yang ampuh untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia.
Sehingga ia mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang
kebudayaan.
Mendidik atau dengan kata lain proses belajar mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi tersebut merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar, interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas,
tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa tetapi berupa interaksi edukatif. Pada
hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai dari diri siswa yang sedang belajar.
Guru adalah orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik dalam
lingkungan kedua setelah keluarga (sekolah), mempunyai tugas yang hampir sama
dengan orang tua kandung, yakni guru harus mendidik anak-anak dengan perasaan
senang, tidak boleh punya rasa benci terhadap anak didik, serta perasaan-perasaan
negatif lainnya. Hal ini seiring dengan konsep humanisme religius bahwa guru tidak
dibenarkan memandang anak didik dengan mata sebelah, tidak sepenuh hati, atau
bahkan memandang rendah kemampuan siswa.
Sedangkan murid adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan
ilmupengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal
hidup agar bahagia di dunia dan di akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-
sungguh. Atas dasar inilah seorang murid hendaknya dapat mengambil suatu pelajaran
untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan seorang guru baik di dalam maupun
di luar proses pembelajaran, yakni dengan memuliakannya.
Sebagaimana tujuan pendidikan dalam Islam yang dikemukakan oleh Al-
Ghulayaini yang disebut dalam pengertian pendidikan, yaitu menciptakan manusia
yang berakhlak mulia. Artinya adalah untuk membentuk jiwa anak didik menjadi
bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, bercita-cita besar, tahu akan arti
kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak orang lain, tahu membedakan
antara yang baik dan yang buruk, memilih suatu keutamaan karena cinta keutamaan,
menghindari suatu perbuatan tercela karena hal itu memang tercela dan selalu ingat
kepada Allah dalam setiap langkah dan perbuatannya.
B. Rumusan Makalah
1. Mengetahui Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 1-4
2. Mengetahui Tafsir Surat An-Najm Ayat 5-6
3. Mengetahui Tafsir Surat An-Nahl Ayat 43-44
4. Mengetahui Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 66
5. Mengetahui Tafsir Surat Al-Tahrim Ayat 6
6. Mengetahui Tafsir Surat Al-Syuara Ayat 214
7. Mengetahui Tafsir Surat At- Taubah Ayat 122
8. Mengetahui Tafsir Surat An-Nisa Ayat 170
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsir Surat Ar-Rahman 1-4


Dalam Surah al-Rahman (55) ayat 1-4 dijelaskan:

‫َالَّر ۡح ٰم ُۙن ®َع َّلَم اۡل ُقۡر ٰا َؕن® َخ َلَق اِاۡل ۡن َس اَۙن ® َع َّلَم ُه اۡل َبَياَن‬
Artinya ; “ (Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan al-Qur'an. Dia
menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.”
Ayat ini menjelaskan, bahwa Allah mengajarkan al-Qur'an dan al-bayan
kepada manusia. Perbincangan pengajaran tersebut dimulai dengan nama-Nya al-
Rahman yang menggambarkan kasih sayang, tidak dimulai dengan nama lain
terutama yang menggambarkan kekuasaan-Nya yang mutlak seperti al-Mutakabbir,
al-Qahhar, dan al-Jabbar. Hal ini bermakna, bahwa mengajar itu mempunyai prinsip
kasih sayang. Mengajar mesti dimaknai sebagai perwujudan kasihsayang; karena kita
menyayangi peserta didik maka kita melaksanakan kegiatan mengajar. Prinsip kasih
sayang ini akan melahirkan prinsip- prinsip mengajar lainnya, yaitu ikhlas, demokrasi,
kelembutan, dan tenggang rasa terhadap anak didik.
Ikhlas dalam hal ini berarti bahwa mengajar mengharap rida Allah. Atau
dengan kata lain, kegiatan mengajar merupakan aktivitas jihad memerangi kebodohan
yang diperintahkan Allah kepada manusia. Bahkan mengajar itu sendiri merupakan
perbuatan Allah terhadap makhluk-Nya; Dia mengajar Adam, para nabi lainnya, dan
semua manusia seperti yang digambarkan dalam berbagai ayat. Maka dengan
demikian, perbuatan mengajar yang dilakukan seorang guru mengandung misi ilahiah.
Dan pembelajaran yang dilakukan pendidik perpanjangan dari misi ilahiah tersebut.
Untuk itu profesi keguruan tidak hanya sekadar sebagai suatu pekerjaan yang
mendatangkan kesejahteraan material terhadapnya, tetapi ia mesti dimaknai sebagai
dakwah yukhriju al-nās min al-zulumāt ila al-nur, yaitu memberikan pencerahan
intelektual, akidah, dan moral kepada peserta didik.
Beberapa hal dalam ayat ini yang berkaitan dengan subjek pendidikan adalah:
1. Kata "ar-Rahman" menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik sebaiknya
bersifat murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan
berakhlak mulia kepada anak didiknya dan siapa saja (kompetensi
personal).
2. Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi pedagogis yang baik
sebagaimana Allah mengajarkan Al-Quran kepada Nabi- Nya.
3. Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak
didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah (kompetensi profesional).
4. Keberhasilan pendidik terletak pada kemampuan anak didik menerima
dan mengembangkan ilmu yang diterimanya sehingga ia menjadi
generasi yang cerdas secara spiritual dan intelektual- yang secara
implisit terkait dengan kata "al-bayan"1

B. Tafsir Surat An-Najm 05-06

(5)
Artinya : "(5)Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, (6) yang
mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli
(rupa yang bagus dan perkasa)”.
Surat An-Najm termasuk Makkiyah. Jumlah ayatnya terdiri dari 62 ayat. Surat
ini diturunkan sesudah suarat Al-Ikhlas. Nama An-Najm yang berarti bintang diambil
dari perkataan An-Najm yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Menurut
keterangan yang shahih, surat An-Najm ini surat yang pertama kali dikemukakan oleh
Rasulullah Saw,"
Kandungan surat An-Najm ini menjelaskan tentang keimanan, hukum dan
kisah. Dari aspek keimanan, ayat ini menjelaskan tentang Al-Quran sebagai wahyu
Allah kepada Nabi Muhammad Saw. dengan perantara Jibril as., kebatilan penyembah
berhala, tak seorang pun yang memberi syafaat tanpa izin Allah, setiap orang hanya
memikul dosanya sendiri. Dari aspek hukum, surat ini menjelaskan kewajiban untuk
menjauhi dosa besar, kewajiban bersujud dan menyembah Allah. Dari aspek sejarah,
surat ini menjelaskan tentang Nabi Muhammmad Saw. saat melihat malaikat Jibril
dua kali dalam bentuk aslinya. Sekali sewaktu menerima wahyu pertama, dan sekali
di Sidratul Muntaha. Aspek lain yang dibahas adalah penjelasan tentang anjuran
supaya manusia tidak mengatakan dirinya suci karena Allah sendiri yang mengetahui

1
Kadar M.yusuf, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur'an Tentang Pendidikan, (Jakarta: AMZH, 2013) hal 60-
62
siapa yang takwa kepada-Nya, orang-orang musyrik selalu memperolok-olokkan Al
Quran.
Surat An-Najm ayat 5-6 menjelaskan bahwa penyampai wahyu kepada Nabi
Muhammad Saw. adalah malaikat Jibril yang diberi potensi aqliyah yang sempurna.
Jibril juga menampakan diri dengan rupa yang asli dan tampil sempurna. Jibril pun
telah mengajari kepada Nabi Luth, dan Nabi Shaleh as. sehingga mereka
mendapatkan peringatan.
Surat ini juga menjelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat Jibril
yang memiliki punya potensi sangat kuat untuk menerima wahyu Al-Quran, dan
kemudian wahyu itu disampaikannya kepada Nabi Muhammad Saw. Bagaimanapun,
sebelum menyampaikan wahyu, malaikat Jibril itu memperoleh pengajaran dari Allah.
Tentu tidaklah mungkin mampu jika malaikat Jibril mengajarkan firman Allah kepada
Nabi Muhammad tanpa ada pengajaran dari Allah lebih dulu.
Menurut Imam Al Qurthuby dalam tafsirnya menjelaskan bahwa seluruh
mufasir mengatakan bahwa kata "syadid al quwa" menunjuk pada malaikat Jibril.
Sebaliknya, menurut Al-Hasan, kata "syadid al quwa" menunjuk pada Allah. Kata
"dzü mirroh" berarti memiliki kekuatan dan kecerdasan atau wawasan yang luas.
Pemaknaan yang sama dikemukakan oleh Ibn Katsir. Merujuk pada pendapat mufasir
tersebut, ayat ini berbicara tentang malaikat Jibril yang menjadi guru besar Nabi
Muhammad Saw. Terlepas dari perbedaan mengenai figur yang menunjuk pada
"syadid al quwa", seluruh mufasir bersepakat bahwa figur yang dimaksud memiliki
kekuatan dalam segala dimensinya, serta kecerdasan khusus. Jadi, dalam konteks
pendidikan, ayat ini menekankan tentang pentingnya seorang pendidik untuk menjadi
sosok yang kuat, baik dari segi fisik, mental, ekonomi maupun intelektual.2
C. Tafsir Surat An-Nahl 43-44

Artinya :"Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (mereka Kami utus) dengan
membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab- kitab. Dan Kami turunkan
2
Ahmad Izzan dan Saehudin , TAFSIR PENDIDIKAN Konsep Pendidikan Berbasis Alquran, (Bandung:
HUMANIORA , 2012) hal 181-182
Aikr (Al-Quran) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,"
Surat An-Nahl adalah surat ke-16 dalam Al-Quran. Surat ini terdiri dari 128
ayat, dan termasuk surat Makkiyah. Surat ini dinamakan An- Nahl yang berarti lebah
karena mengisahkan lebah. Lebah adalah makhluk Allah yang banyak memberi
manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang
dihasilkan oleh lebah dengan Al-Quran Al-Karim. Madu berasal dari bermacam-
macam sari bunga dan ia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia,
sedangkan Al Quran mengandung intisari dari kitab-kitab yang telah diturunkan
kepada nabi-nabi zaman dahulu, ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh
semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.". Surat
ini dinamakan pula An-Ni'am yang artinya nikmat-nikmat karena di dalamnya Allah
menyebutkan kebahagiaan dunia dan akhirat.". Surat ini dinamakan pula An-Ni'am,
yang artinya nikmat-nikmat karena di dalamnya Allah menyebutkan berbagai macam
kenikmatan yang diperuntukkan hamba-hamba-Nya.
Isi kandungan dalam surat ini meliputi keimanan, hukum, dan kisah. Dari
aspek iman, ayat ini menjelaskan tentang kemahaesaan Allah, kekuasaan-Nya,
kesempurnaan ilmu-Nya, kepastian akan adanya hari akhir, pertanggungan jawab
manusia kepada Allah terhadap segala apa yang telah dikerjakannya. Dari aspek
hukum, surat ini berbicara tentang halal haramnya suatu makanan dan minumuan,
dibolehkannya memakai perhiasan yang berasal dari dalam laut seperti merjan dan
mutiara, dibolehkannya memakan makanan yang diharamkan dalam keadaan
terpaksa, kulit dan bulu binatang dari hewan yang halal dimakan, kewajiban
memenuhi perjanjian dan larangan mempermainkan sumpah, larangan membuat
hukum yang tidak ada dasarnya, perintah membaca isti'aadzah, larangan membalas
siksa melebihi siksaan yang diterima.
Ayat ini juga menugaskan Nabi Muhammad Saw. untuk menjelaskan Al-
Quran. Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad Saw. itu bermacam- macam dan
bertingkat-tingkat. Memang, As-Sunah mempunyai fungsi berhubungan dengan Al-
Quran dan pembinaan hukum syariat. Ada dua fungsi penjelasan Nabi Muhammad
Saw. berkaitan dengan Al-Quran: Bayan Ta'kid dan Bayan Tafsir. Fungsi pertama
sekedar menguatkan atau menggarisbawahi kembali apa yang terdapat dalam Al-
Quran. Fungsi kedua untuk
memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat Al-
Quran. Menurut as Suyuthi dalam Tafsir al Jalalain, "ahl dzikr" ditafsirkan sebagai
"ulama yang memahami kitab Taurat dan Injil". Ibnu Katsir menjelaskan hal senada
bahwa yang dimaksud dengan "ahlu al dzikr" adalah Ahli Kitab sebelum Muhammad
Saw.
Dalam Tafsir Departemen Agama kata "ahludz dzkri" ditafsirkan dengan orang
yang mempunyai ilmu pengetahuan dan kitab-kitab. Orang-orang yang mempunyai
pengetahuan tersebut adalah Rasulullah Saw., dan ulama dari berbagai kurun waktu.
Dalam konteks pendidikan Islam, seorang pendidik harus memiliki kompetensi yang
memadai di bidang ilmu Al Quran yang menjadi sumber ajaran Islam. Hal ini bisa
dipahami selaras dengan isyarat yang terdapat pada ayat 44. Ayat 44 juga
mengandung makna bahwa seorang pendidik berfungsi menjelaskan hukum-hukum
yang terkandung dalam Al Quran, yang di dalamnya dibedakan antara halal dan
haram; sementara peserta didik harus dapat mengambil pelajaran darinya, Fungsi ini
menjadi penting dimiliki oleh seorang pendidik karena, pada dasarnya, manusia
terlahir ke dunia dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan apa pun. Seorang
pendidik dituntut untuk mampu mengembangkan potensi yang dianugerahkan Allah
kepada peserta didik.
Berkaitan dengan subyek pendidikan, seorang guru dalam perannya sebagai
"ahli al-dzikr" berfungsi sebagai orang yang mengingatkan para peserta didik dari
perbuatan yang melanggar larangan Allah dan Rasul- Nya. Seseorang pendidik juga
harus mendalami ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan yang terdapat dalam berbagai
kitab yang pernah diturunkan-Nya kepada para Nabi dan Rasul-Nya, sejak dulu
hingga sekarang. Sebagai "ahli al-dzikr", ia harus mencari titik persamaan antara
ajaran yang terdapat di dalam berbagai kitab tersebut untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 66

Artinya : “Nabi Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu, yakni


menjadi pengikut dan muridmu yang senantiasa bersamamu ke mana pun engkau
pergi, agar engkau mengajarkan kepadaku sebagian dari ilmu yang telah diajarkan
Allah kepadamu untuk menjadi petunjuk bagiku?" .
Dalam ayat ini, Allah menyatakan maksud Nabi Musa a.s. datang menemui
Khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada Khidir dan
berkata kepadanya, "Saya adalah Musa." Khidir bertanya, "Musa dari Bani Israil?"
Musa menjawab, "Ya, benar!" Maka Khidir memberi hormat kepadanya seraya
berkata, "Apa keperluanmu datang kemari?" Nabi Musa menjawab bahwa beliau
datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud agar Khidir
mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang telah diajarkan Allah kepadanya,
yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.
Dalam ayat ini, Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa sebagai
calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk
pertanyaan. Itu berarti bahwa Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan
merendahkan hati. Beliau menempatkan dirinya sebagai orang yang bodoh dan
mohon diperkenankan mengikutinya, supaya Khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu
yang telah diberikan kepadanya. Menurut al-Qadhi, sikap demikian memang
seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada
gurunya.
bisa diambil beberapa pelajaran, khususnya yang menyangkut pola hubungan
guru dan murid. Pada satu sisi Musa sebagai murid memiliki kewajiban dan hak yang
harus dipenuhi. Pada sisi lain Khidhir sebagai seorang guru memiliki tanggung jawab
penuh dalam menyampaikan ilmu kepada muridnya. Terjadilah proses interaksi atau
hubungan antara Musa dan Khidir dalam merintis perjuangan edukasi yang nantinya
akan dijadikan pijakan implementasi dalam dunia pendidikan Islam modern. 3
E. Tafsir Surat Al-Tahrim Ayat 6

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُد َها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها‬
‫ٰۤل‬
‫َم ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َد اٌد اَّل َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. “

3
Ervhan Saleh Pratama, Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam, Hubungan Guru dan Murid dalam Pendidikan
Agama Islam Menurut Kajian Q.S. Al-Kahfi Ayat 65-70, Vol. 2, No. 2
Konsep pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim [66] ayat 6
yaitu menjaga diri dan keluarga dariapi neraka, dengan beberapa cara yakni
1. membekali keluarga dengan ilmu,
2. mendidik keluarga dengan akhlak,
3. mengajak keluarga melakukan ketaatan dan melarang berbuat kemaksiatan.
Implementasi konsep pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim
[66] ayat 6 yakni metode keteladanan, bimbingan dan nasehat,kisah dan cerita,
metode pembiasaan, pemberian motivasi, metode pemberian pelajaran, metode
targhib dan tarhib.
Menurut Tafsir al-Qurthubi Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al- Anshari
al-Qurthubi, dalam Al-Jami’u li Ahkami Al- Qur’an menjelaskan bahwa pada firman
Allah ini (Q.S. at-Tahrim ayat 6) terdapat satu masalah, yaitu perintah agar manusia
memelihara dirinya dan keluarganya dari neraka. Berarti seseorang harus
memperbaiki dirinya dengan melakukan ketaatan, dan juga memperbaiki keluarganya.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Peliharalah diri kalian
dan perintahkanlah keluarga kalian berdzikir dan berdo’a, agar Allah memelihara
mereka karena kalian (dari api neraka). Para ulama’ sepakat mengatakan bahwa dalam
ayat tersebut, anak termasuk di dalamnya, sebab anak adalah bagian darinya. Dengan
demikian, seseorang harus mengajari anaknya sesuatu yang halal dan yang haram,
sekaligus menjauhkannya dari kemaksiatan dan dosa, serta hukum-hukum yang
lainnya.4
F. Tafsir Surat Al-Syuara Ayat 214
Objek pendidikan akan diuraikan dalam ayat-ayat al-Quran berikut ini:
QS. Asy-Syu`ara: 214َ

Artinya: “ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat “


Pada saat ayat ini diturunkan, Rasulullah Saw naik ke puncak bukit Shafa di
Mekkah, kemudian menyeru keluarga dekat beliau dari keluarga besar `Ady dan Fihr
yang berinduk pada suku Quraisy. Semua keluarga hadir, termasuk Abu Lahab, yang
tidak bisa hadir mengirim utusannya. Kemudian Nabi Saw bersabda: “Bagaimana
pendapat kalian, jika aku berkata bahwa di belakang lembah ini ada pasukan berkuda
4
Ahmad Izzan dan Saehudin , TAFSIR PENDIDIKAN Konsep Pendidikan Berbasis Alquran, (Bandung:
HUMANIORA , 2012) hal 181-185
untuk menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku”? mereka berkata: “Ya,
kamu belum pernah mendapat darimu kecuali kepercayaan”. Kemudian Nabi Saw
berkata: “Aku menyampaikan kepada kamu semua sebuah peringatan, bahwa di
kemudian hari (masa mendatang) ada siksa yang pedih”. Abu Lahab yang mendengar
sabda Nabi Saw berteriak kepada Nabi dan berakat: “celakalah engkau sepanjang hari,
apakah untuk maksud itu engkau mengumpulkan kami”? maka turunlah Surat “Tabbat
Yada Abi Lahab” (M. Quraisy, 2001: 231).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa ayat tersebut mengajarkan
kepada Rasulullah Saw dan umatnya dalam hal pemberian peringatan agar tidak pilih
kasih atau memberi kemudahan kepada keluarga. Dengan kata lain, Nabi Muhammad
Saw dan keluarganya beliau tidak terbebas dari kewajiban dan juga tidak kebal
hukum. Mereka tidak mempunyai hak lebih karena ada hubungan kekerabatan kepada
Rasulullah Saw, karena tidak ada perbedaan antara keluarga dengan orang lain,
disebabkan semua adalah hamba Allah Swt. Jika ada kelebihan yang berhak mereka
peroleh, maka itu karnea keberhasilan mereka dalam mendekatkan dirinya kepada
Allah Swt. dan menghiasi dirinya dengan ilmu dan akhlak yang mulia.5
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap insan harus memberi
peringatan terhadap kerabat-kerabat-nya yang terdekat karena kelak yag akan
menyelamatkan mereka pada hari kiamat hanyalah iman mereka kepada Allah SWT
dan bukan hubungan kekeluargaan mereka. Sebagaimana Allah menyeru kepada
Rosulnya untuk mempertakuti dan memberi peringatan kepada kerabat-kerabat yang
terdekat.
Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dari aspek
iman dan mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga didalam melahirkan anak dan
kebiasaan-kebiasaan yang tinggi.
G. Tafsir Surat At- Taubah Ayat 122

Artinya : “ Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mere- ka tentang agama dan untuk memberi peringatan

5
Julhadi, ISYARAT-ISYARAT PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN, Serambi Tarbawi, Vol. 10, No. 1, January
2022.
kepada kaum- nya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya."
Anjuran yang demikian gencar, pahala yang demikian besar bagi yang
berjihad, serta kecaman yang sebelumnya ditujukan kepada yang enggan, menjadikan
kaum beriman berduyun-duyun dan dengan penuh semangat maju ke medan juang. Ini
tidak pada tempatnya karena ada area perjuangan lain yang harus dipikul. Ulama yang
menyatakan bahwa ketika Rasul SAW tiba kembali di Madinah, beliau mengutus
pasu- kan yang terdiri dari beberapa orang ke beberapa daerah. Hal ini banyak sekali
yang ingin terlibat dalam pasukan kecil itu sehingga jika diperturutkan, tidak akan
tinggal di Madinah ber- sama Rasul kecuali beberapa gelintir orang saja. Maka dalam
hal ini, ayat ini menuntun kaum muslimin untuk membagi tugas dengan menyatakan:
Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas
menuju medan perang pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang
melaksanakan tugas-tugas yang lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat
mobilisasi umum, maka mengapa tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok
besar, di antara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh
memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh
manfaat un- tuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan
kepada kaum mereka yang menjadikan anggota pasukan yang ditugaskan oleh Rasul
SAW itu apabila nanti setelah selesainya tugas, mereka, yakni anggota pasukan itu, te-
lah kembali kepada mereka yang memperdalam pengetahuan itu supaya mereka yang
jauh dari Rasul SAW karena tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka,
Menurut al-Biqa'i sebagaimana dikutip Quraish menyata- kan bahwa kata
thaaifah dapat berarti satu atau dua orang. Sementara ulama yang lain tidak
menentukan jumlah tertentu, namun yang jelas ia lebih kecil dari firqah yang
bermakna seke- lomopk manusia yang berbeda dengan kelompok yang lain. Ka- rena
itu, satu suku atau bangsa, masing-masing dapat dinamai dengan firqah. Adapun kata
liyatafaqqahuu terambil dari kata fiqh, yakni pengetahuan yang mendalam
menyangkut hal-hal yang sulit dan tersembunyi. Bukan hanya sekadar pengetahu- an.
Penambahan huruf taa pada kata tersebut mengandung makna kesungguhan upaya,
yang dengan keberhasilan upaya itu para pelaku menjadi pakar-pakar dalam
bidangnya. Demikianlah kata-kata tersebut mengundang kaum muslimin untuk
menjadi pakar-pakar pengetahuan. Sementara kata figh bukan terbatas pada apa yang
diistilahkan dalam disiplin ilmu agama dengan ilmu fiqh, yakni pengetahuan tentang
hukum- hukum agama Islam yang bersifat praktis dan yang diperoleh melalui
penalaran terhadap dalil-dalil yang terperinci. Tetapi, kata itu mencakup segala
macam pengetahuan mendalam.6
H. Tafsir Surat An-Nisa Ayat 170
Allah berfirman dalam Surah al-Nisa' (4) ayat 170:

Artinya : “ Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu


dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih
baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana.”
Ayat ini menyeru seluruh manusia agar beriman kepada Rasulullah
Muhammad yang diutus oleh Allah. Rasul tersebut membawa kebenaran, di mana
kebenaran tersebut merupakan risalah ilahiyah. Keimanan dan kekafiran manusia
kepada Rasul dan risalah yang dibawanya berdampak kepada manusia itu sendiri.
Allah tidak membutuhkan iman manusia, karena segala yang ada ini kepunyaan-Nya
Ayat ini menyeru seluruh manusia agar beriman kepada Rasulullah Muhammad yang
diutus oleh Allah. Rasul tersebut membawa kebenaran, di mana kebenaran tersebut
merupakan risalah ilahiyah. Keimanan dan kekafiran manusia kepada Rasul dan
risalah yang dibawanya berdampak kepada manusia itu sendiri. Allah tidak
membutuhkan iman manusia, karena segala yang ada ini kepunyaan-Nya. Perbuatan-
Nya mengutus Rasul dan menyuruh manusia beriman merupakan kebijaksanaan-Nya
dalam rangka kasih- Nya terhadap manusia.
Allah mengutus Rasul sebagai pendidik manusia. Agar proses pendidikan
berhasil meraih tujuannya, terdapat suatu sikap yang seharusnya dimiliki peserta
didik, yaitu yakin dan percaya kepada guru yang mengajarnya. Tidak mungkin
seorang siswa dapat belajar dengan baik dan menguasai materi yang disampaikan, jika
ia tidak meyakini kebenaran dan kemampuan guru yang mengajarnya. Para sahabat
meyakini kebenaran yang disampaikan Nabi, sehingga pen- didikannya berhasil
mengantarkan para sahabat meraih kesuksesan; bahkan yang berhasil tumbuh dan
6
Listiawati, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Depok: KENCANA, 2017) hal 166-168
berkembang dalam jiwa mereka tidak hanya penguasaan kognitif tetapi juga afektif
dan psikomotor sesuai dengan apa-apa yang diajarkan Nabi kepada mereka.
Maka untuk itu, tonggak pertama dan utama yang mesti dibangun sebelum
terjadinya proses pembelajaran lebih jauh dan mendalam adalah keyakinan siswa
terhadap kompetensi yang dimiliki oleh guru. Keyakinan ini akan melahirkan
penghormatan siswa kepada guru, dan selanjutnya kecintaan kepada pelajaran yang
diajarkan oleh guru tersebut. Dan untuk membangun keyakinan itu, guru perlu tampil
meyakinkan yang tergambar dalam penguasaannya terhadap materi, kemampuannya
dalam menyajikan materi tersebut, sikap dan perbuatannya, serta interaksi sosialnya
yang baik dan mulia baik dengan siswa ataupun dengan masyarakat luas.7

BAB III

7
Kadar M.yusuf, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur'an Tentang Pendidikan, (Jakarta: AMZH, 2013) hal 73-
75
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, megajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Pengertian guru pendidikan agama Islam atau kerap disingkat menjadi guru agama
Islam adalah orang yang memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga
mendidik murid-muridnya, agar mereka kelak menjadi manusia yang taqwa kepada
Allah swt. Di samping itu, guru agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar
para murid sejak mulai sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan
dapat mempraktikkan syariat Islam.
Di dalam al-Qur’an dan as-Sunah yang merupakan sumber utama ilmu
pendidikan Islam, terdapat sejumlah istilah yang mengacu kepada istilah pendidik.
Istilah tersebut antara lain al-murabbi, al-mu’allim, al- muzakki, al-ulama’, al-
rasikhuna ial-‘ilm,ahl-al-dzikr, al-muaddib, al- mursyid, al-ustad, alul al-bab, ulu al-
nuha, al-faqih dan muwai’id.Adanya tersebut menunjukkan bahwa seorang pendidik
dalam ajaran Islam memiliki peran dan fungsi yang amat luas.
Ketika Berperan sebagai orang yang menumbuhkan, membina,
mengembangkan potensi anak didik serta membimbingnya maka ia disebut al-
murabbi; ketika berperan sebagai pemberi wawasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan ia disebut sebagai almu’allim; ketika ia membina mental dan karakter
seseorang agar memiliki akhlak mulia, maka ia disebut al-muzakki; ketika berperan
sebagai peneliti yang berwawasan transendental serta memiliki kedalaman ilmu
agama dan ketaqwaan yang kuat kepada Allah maka ia disebut al- ‘ulama’; ketika
dapat berfikir mendalam dan menangkap makna yang tersembunyi maka ia disebut al-
rasikhuna fi al-‘ilm; ketika tampil sebagai pakar yang mumpuni dan menjadi rujukan
ia disebut ahl al-dzikr; ketika ia dapat mensinergikan hasil pemikiran rasional dan
hasil perenungan emosional, maka ia disebut ulul al-bab; ketika ia membina kader-
kader masa depan bangsa yang bermoral, maka ia disebut al-mu’addib; ketika ia
menunjukkan sikap yang lurus dan menanamkan kepribadian yang jujur maka ia
disebut sebagai al-mursyid; ketika berperan sebagai ahli agama, maka ia disebut fakih

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Izzan dan Saehudin , TAFSIR PENDIDIKAN Konsep Pendidikan Berbasis Alquran,
(Bandung: HUMANIORA , 2012)
Ervhan Saleh Pratama, Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam, Hubungan Guru dan Murid dalam
Pendidikan Agama Islam Menurut Kajian Q.S. Al-Kahfi Ayat 65-70, Vol. 2, No. 2
Julhadi, ISYARAT-ISYARAT PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN, Serambi Tarbawi, Vol. 10,
No. 1, January 2022.
Kadar M.yusuf, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur'an Tentang Pendidikan, (Jakarta:
AMZH, 2013) hal 73-75

Listiawati, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Depok: KENCANA, 2017) hal 166-168

Anda mungkin juga menyukai