Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan perkembangan zaman saat ini menjadikan teknologi
berkembang semakin pesat, sehingga menciptakan berbagai teknologi
moderen. Banyak ilmuwan yang menemukan maupun menciptakan hal-hal
yang baru baik itu teknologi maupun lainnya. Salah satu contoh ilmuwan
sekaligus motivator besar kebanggaan Indonesia yang mana mendengar
namanya saja dapat menggetarkan hati beliau yakni Bacharuddin Jusuf
Habibie beliau biasa dipanggil Habibie, beliau adalah seorang pencipta
pesawat terbang sebuah karya luar biasa yang diperoleh bapak Habibie. 1
Dengan adanya hal tersebut membuat seseorang pelajar menjadi termotivasi
menjadi seorang ilmuwan yang dapat menemukan dan menciptakan hal-hal
yang baru yang bermanfaat bagi orang lain. Dan tentunya suatu lembaga
pendidikan ikut berperan dalam membentuk sikap ilmiah seorang pelajar.
Dengan sikap ilmiah membuat peserta didik memperluas pengetahuannya
karna rasa keingin tahuannya yang tinggi dapat membawanya melakukan
suatu penelitian.
Dalam suatu lembaga pendidikan, Pendidik memiliki peranan penting
yakni sebagai salah satu unsur penggerak manusia agar menjadi insan yang
berguna bagi nusa dan bangsanya. Perlu kita ketahui di seluruh dunia sudah
mulai menyadari bahwa sekedar mengajar saja tidak cukup bagi peserta didik.
Akan tetapi pendidik sebagai cerminan bagi peserta didik karna pada
hakikatnya seorang pendidik digugu dan ditiru dalam hal yang positif.2
Dinegri sakura yakni Jepang seorang pendidik dijuluki sensei yakni
seorang yang profesional yang sangat terhormat, mulia, penentu masa depan
bangsa dan tentu menjadi dambaan bagi masyarakat. namun hanya sebagian

1
Makmur Makka, The Tru Life Of Habibie Cerita Dibalik Kesuksesan (Jakarta: Pustaka
IIMaN, 2008), hlm. 1
2
Djam’an Satori, Profesi Keguruan (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2017), hlm. 2.6

1
2

kecil yang dapat meraih prestasi tersebut karna yang mendapatkan hal itu
yang memiliki prestasi akademik yang tinggi, serta berbakat menjadi seorang
pendidik berdasarkan hasil tes yang diperoleh dan sehat jasmani dan rohani
yang bisa diterima menjadi calon pendidik dieprgurun tinggi. Pendidikan di
negri kita Indonesia walaupun telah diakui juga sebagai pendidik yang
profesional yang sedemikian rupa terhormat, sangat mulia, menjadi penentu
masa depan bangsa namun tetap menjadi profesi yang melarat, dan kurang
diminati karna kurang menjadikan masa depan yang cemerlang dan kecuali
dengan adanya sertifikasi pendidik posisi pedidik menjadi lebih baik, baik
dari segi profesinya maupun dari segi keekonomiannya. 3 Dengan demikian
seorang pendidik diharapkan memiliki teaching skill yang baik agar peserta
didik mampu memahami, mengusai, dan mencapai hasil belajar dengan
sebaik-baiknya. Seorang pelajar pastinya membutuhkan seorang pendidik
yang memiliki teaching skill yang baik.
Menurut Sanjaya mengajar merupakan sutau proses menyampaikan
suatu informasi atau pengetahuan dari pengajar yang diberikan kepada peserta
didik yang mana proses penyampaian ini juga sering disebut sebagai transfer
ilmu.4 Sardiman menyatakan bahwa mengajar dimaknai sebagai suatu usaha
menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. 5 Dari pendapat
kedua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu
kegiatan yang mana melibatkan interaksi antara pengajar dengan peserta didik
yang mana dalam kegitan tersebut guru menyampaikan informasi atau
ilmunya kepada peserta didik. Adapun pengertian mengenai teaching skill
yakni sebagai berikut.
Menurut Passi teaching skill ialah adanya seperangkat tindakan
mengajar atau perilaku yang dilakukan dengan maksud untuk meberikan

3
Moh Asnawi, “Kedudukan Dan Jumlah Pendidik dalam Pendidikan Islam, Tribakti Jurnal
Pendidikan Islam”, 23 (juli, 2012), hlm. 37
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 94
5
A.M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 2011),
hlm. 22
3

fasilitasi pembelajaran kepada peserta didik.6 hal ini sangat berpengaruh


kepada luasnya pengetahuan pelajar. Pengajar yang terampil merupakan suatu
kepuasan tersendiri bagi peserta didik, karna peserta didik akan lebih
bersemangat dalam belajar dan dapat mempengaruhi sikap pribadi peserta
didik. Dijelaskan pula dalam UUD 14 tahun 2005 pasal 45 yang berbunyi
Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan
satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Hal yang paling utama dalam teaching skill yakni pendidik
seyogyanya lebih terampil dalam memberikan penjelasan, memberikan
penguatan, terampil mengadakan variasi pembelajaran, dan terampil dalam
membukan dan menutup pembelajaran dan lain-lainnya. Dengan hal tersebut
menjadikan guru lebih prosfesional.7
Seorang pendidik harus memiliki teaching skill (keterampilan
mengajar) hal ini dijelaskan dalam Alqur’an surah azzumar ayat 5;
        
          
      
Yang artinya apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.8

Menurut tafsir ibnu katsir menjelaskan tidaklah sama disisi Allah


orang yang beribadah disisi Allah dengan orang yang menyekutukan dan
menjadikan tandingan-tandingan bagiNya. Dan disaat ia beribadah kepadanya
dia memiliki rasa takut dan berharap. Ketika melaksanakan ibadah kita harus
6
Charanjit Kaur Dhillon, “Identifiying Esential Teaching Skills”, Scholarly Researach
Journal for Interdisciplinary Studies, II/XIII (Agustus, 2014), hlm. 1613
7
Zurkannain Barus, Sahat Siagian, Sukarman Purba, “Upaya Meningkatkan Keterampilan
Dasar Mengajar Guru Melalui Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Koleberatif di SMK Negri 1
Berastagi Kabupaten Karo,” Jurnal Pendidikan Dan Kepengawasan, 3 (Oktober, 2016), hlm. 18
8
Kementrian Agama Repubik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Halim
Publising & publishing, 2013), hlm. 459
4

memiliki dua perasaan ini, sedangkan keberadaan rasa takut dimasa hidup
harus lebih dominan. Dan apakah orang ini sama dengan orang-orang yang
menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari
jalanNya? Sesungguhnya yang mengetahui perbedaan hanyalah antara orang
ini dengan orang itu hanyalah orang yang mempunyai sebuah inti pemikiran
yakni akal.9
Dalam ayat tersebut dapat diambil penjelasan bahwa pengajar yang
memiliki suatu ilmu pengetahuan dalam mengajar tentulah sangat berbeda
dengan seorang pengajar yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, yakni pada
penguasaan ilmu mendidik. Dalam hal ini pengajar perlu memahami berbagai
bekal ilmu yang harus dibawa dan disiapkan sebelum melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, yang paling mendasar adalah pengetahuan
tentang keterampilan dasar mengajar sebagai modal penting dan hal
tersebut perlu diaplikasikan dalam setiap kegiatan mengajar di kelas. Adapun
dalam hadits nabi Muhammad saw juga dijelaskan, beliau bersabda:

ِ‫ص اىَّل اهللُ َعلَْي ِه و َس لَّم ِإ َذا و ِّس َد االَ ْم ر اِىَل َغرْي‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اهلل‬ َ َ‫َع ْن اَيِب ُهَر ْي َر َة ق‬
ُ َ َ َ‫ال ق‬
ُ ُ َ َ
)‫اعةَ (رواه البخارى‬ َّ ‫اَ ْهلِ ِه َفْنتَ ِظ ِر‬
َ ‫الس‬
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda “apabila
suatu urusan Diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
masa kehancurannya”.10
Hadist diatas dapat kita pahami bahwa seorang pengajar yang
memiliki keahlian atau teaching skill tentulah sangat berbeda dengan
pengajar yang tidak mempunyai keahlian di bidangnya itu, karena orang
yang ahli berarti sudah memiliki beberapa keterampilan yang ada pada
dirinya. Seorang pengajar yang mampu menguasai materi dan mampu
menjelaskan secara baik akan jelas berbeda dengan pengajar yang tidak
menguasai materi ketika menyampaikan kepada peserta didik sehingga
hasil belajar yang diperoleh peserta didik juga akan berbeda. Pengajar

9
M. Abdul Ghofar E.M, Tafsir ibnu katsir Jilid 1 (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004),
hlm. 92-94
10
Imam al-bukhari, shahih al-bukhari (jilid 1 , 2 , 3, Bab Ilmu Beirut; Darul Al ihya Al-Arabi,
tt), hlm. 23
5

tentunya menyadari pada tugas dan kewajibannya dalam menjalankan


profesinya sebagai pendidik.
Menurut Burhanuddin sikap ilmiah merupakan suatu pandangan

seseorang terhadap cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmuan,


sehingga timbullah kecenderungan untuk menerima ataupun menolak
terhadap cara berpikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut. 11
Sikap ilmiah memiliki keutamaan penting bagi peserta didik dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari yakni dapat mengembangkan rasa
keingintahuan tentang lingkungan sekitarnya, memiliki wawasan yang luas,
memiliki sikap keberanian dan santun dalam beragumentasi dan mengajukan
pertanyaan, rasa tanggung jawab, jujur, teliti objektif, mau menjalin
kerjasama, terbuka, tekun, cermat, kreatif, kritis, dan sikap kerja yang
tinggi.12
Berdasarkan dari apa yang dikemukakan di atas dalam alqur’an juga
menjelaskan mengenai sikap ilmiah yakni dalam surah Al-Isra’ Juz 15 ayat
36;
            
    
Artinya, dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.13
Penjelasan ayat diatas dalam tafsir ibnu katsir yakni janganlah
seseorang mengatakan apa yang sebenarnya tidak dilihat, dengar, dan ketahui
kebenarannya, dan juga tanpa didasari pengetahuan yang tidak lain hanya
khayalan semata. Jauhilah dari kalian suatu prasangka, karna prasangka
merupakan suatu ucapan dusta. Dan seorang hamba suatu saat akan dimintai

11
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 38
12
Sherly Guswita, Bambang Sri Anggoro, Nukhbatul Hidayati Haka Akbar Handoko,
“Analisis Ketrerampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Peserta Didik XI Mata Pelajaran Biologi di
SMA Al-Azar 3 Bandar Lampung”, Biosfer Jurnal Tadris Biologi, 9 (Desember, 2018), hlm. 251
13
Kementrian Agama Repubik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Halim
Publising & publishing, 2013), hlm. 285
6

pertanggungjawaban mengenai hal tersebut dihari kiamat kelak dan apa-apa


yang telah dilakukan dengan semua anggota tubuh manusia.14
Dari penjelasan diatas Dapat diambil kesimpulan bahwa sikap ilmiah
itu sangatlah penting bagi peserta didik karna dengan sikap ilmiah peserta
didik memiliki pengetahuan yang luas karna rasa keingin tahuannya dalam
mencari suatu kebenaran. Dan tidak mudah terprovokasi. Dan seseorang yang
tidak memiliki sikap ilmiah jelas berbeda dengan yang tidak memiliki sikap
ilmiah. Seperti mudah terprovokasi atau terpengaruh dan lain-lainnya.
Menurut Newton, Driver, & Osborne dosen merupakan sumber
informasi bagi peserta didik sedangkan mahasiswa harus ingat apa yang
dikatakan dosen.15 Undang-Undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005
pasal 1 tentang profesi guru dan dosen mengemukakan dosen adalah
pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, tek:nologi, dan
seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. bahwasannya makna dari Undang-undang tersebut pemerintah
sendiri telah menetapkan bahwa profesi seorang dosen dilaksanakan dengan
profesional dan berkompeten.
Perkembangan era milineal di saat ini dalam suatu lembaga
pendidikan masih banyaknya dosen (pendidik) baik muda maupun tua tidak
memiliki keahlian yang baik untuk menjadi seorang pendidik yang
profesional dan terampil. Kekurangan tenaga pendidik menjadikan seorang
pengajar hanya berbekal pengetahuan dan bukan keahlian. Begitu pula yang
memiliki sertifikasi khusus dalam bidangnya masih sangat kurang. Dan dari
segi mahasiswa masih banyak yang cenderung seenaknya sendiri dan
berkesan tidak bersikap positif dalam menghadapi suatu masalah. Juga
kurangnya sikap ilmiah sehingga membuat mahasiswa bersikap acuh tak acuh
terhadap lingkungan belajarnya.
14
M. Abdul Ghofar E.M, Tafsir ibnu katsir Jilid 1 (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004),
hlm. 164-165
15
Alex Amertei Mahmah, “Students Perception a Bout The Lecture As Amethod Of Teaching
Intertiary Instutions. Views Of Students From College Of The Technology Eduction, Kumasi
(Coltek)”, International Journal Of Educations Of Research, 2 (juni, 2014), hlm. 601
7

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti memberikan


gambaran mengenai universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
Menurut informasi dari beberapa dosen di Universitas Hasyim Asy’ari dosen
dalam bidang keahlian statistik pada program Studi pendidikan Agama Islam
masih kurang dan dosen yang memiliki keahlian hanya 2 orang, itupun yang
satu orang sudah berstatus dosen tidak tetap. Dan masih ada dosen menilai
mahasiswa dari kecerdasan intelektualnya saja tanpa melihat kecerdasan
emosional maupun spiritualnya. Sehingga dimata mahasiswa dosen tersebut
tidak menggunakan teaching skill atau keterampilan mengajar dengan baik.
Terkadang dosen masih sering membanding-bandingkan antara mahasiswa
yang tingkat kemampuannya berbeda jauh antara kelas yang satu dan kelas
yang lainnya, Begitu juga tingkat skill mengajar beberapa dosen yang rendah
yang hanya sekedar memberikan tugas tanpa memberikan solusi yang baik
saat tugasnya disalahkan.
Begitu pula dengan mahasiswa yang belum memahami tujuan
perkuliahan mereka hanya datang dan pergi tanpa serius dalam mencari ilmu.
Terkadang kuliah semaunya dengan bermodal menitipkan absensi kepada
temannya dengan alasan yang tidak jelas. Dan beberapa besar mahasiswa
Juga kurang dalam menggali suatu informasi atau ilmu, mahasiswa cenderung
bersikap pasif tanpa mengajukan pertanyaan dikelas. Dan itu berdampak pada
tingkat kejeliannya dalam menerima suatu informasi maupun ilmu
pengetahuan. Masih banyak juga mahasiswa yang kurang minat dengan
perhitungan angka-angka padahal hal tersebut sangat penting agar kita tidak
dibodohi oleh orang lain. Mahasiswa juga belum banyak mengetahui manfaat
suatu penelitian yakni contohnya dapat menemukan sesuatu yang bisa dikaji
saat ini seperti permasalahan nyeri haid pada wanita yang sampai sekarang
penawarnya belum bisa ditemukan. Itu bisa menjadi bahan penelitian bagi
mahasiswa.
Dalam permasalahan tersebut tentunya sangat mengurangi tumbuhnya
sikap ilmiah pada diri mahasiswa. Karena betapa pentingnya menumbuhkan
sikap ilmiah pada diri mahasiswa saat ini agar tidak terpengaruh pada hal-hal
8

yang dianggap menjerumuskan mahasiswa tanpa mencari tahu kebenaran-


kebenaran yang ada. Jadi mahasiswa di Universitas Hasyim Asy’ari masih
belum banyak tertanam sikap ilmiahnya. Yang terkadang mahasiswa
mendapatkan suatu informasi ditelan secara mentah-mentah tanpa mencari
tau kebenaran yang sesungguhnya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
sikap ilmiah mahasiswa maka penting bagi peneliti untuk membahas
mengenai korelasi antara teaching skill dosen statistik dengan sikap ilmiah
mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Hasyim
Asy’ari Tebuireng Jombang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teaching skill dosen statistik di Universitas Hasyim Asy’ari
tebuireng Jombang ?
2. Bagaimana sikap ilmiah mahasiswa program studi Pendidikan Agama
Islam di Universitas Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang ?
3. Bagaimana Korelasi antara teaching skill dosen statistik dengan sikap
ilmiah mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam di universitas
Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan teaching skill dosen statistik di Universitas Hasyim
Asy’ari tebuireng Jombang
2. Untuk menjelaskan sikap ilmiah mahasiswa program studi Pendidikan
Agama Islam di Universitas Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang
3. Untuk menjelaskan korelasi antara teaching skill dosen statistik dengan
sikap ilmiah mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam di
universitas Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
9

Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat


menambah pengetahuan dan wawasan, serta memberikan konstribusi
bagi perkembangan ilmu pendidikan dalam menumbuhkan sikap
ilmiah bagi mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Agar dapat mengetahui dan memberikan pemahaman bagi
mahasiswa yang sedang dalam penelitian mengenai teaching skill
mengajar dosen statistik dengan sikap ilmiah mahasiswa program
studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang. Dan juga menambah wawasan pengetahuan dan
pemahaman pendidikan sehingga dapat menjadi bekal bagi seorang
pendidik.
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan melalui penelitian ini mahasiswa dapat terus belajar
dengan giat untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Dan memiliki
motivasi belajar yang lebih tinggi.
c. Bagi Dosen
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjadi masukan maupun
inspirasi bagi bapak/ibu dosen terkait pentingnya teaching skill
dalam pembelajaran. Begitu juga penerapan sikap ilmiah oleh
pendidik bagi peserta didik.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjadi suatu informasi
pengetahuan bagi masyarakat khususnya yang memiliki profesi
sebagai pengajar bahwasannya keterampilan mengajar itu sangat
penting.

E. Hipotesis Penelitian
10

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang


dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan
menunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
teaching skill dosen statistik dengan sikap ilmiah mahasiswa program studi
Pendidikan Agama Islam di Universitas Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang.
Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini :
1. Ho : Tidak ada korelasi antara teaching skill dosen statistik dengan sikap
ilmiah mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam di universitas
Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang.
2. Ha : Ada korelasi antara teaching skill dosen statistik dengan sikap
ilmiah mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam di universitas
Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang.
F. Asumsi Penelitian
Peneliti berasumsi bahwa Ha (diterima) yang artinya ada korelasi
antara teaching skill dosen statistik dengan sikap ilmiah mahasiswa program
studi Pendidikan Agama Islam di universitas Hasyim Asy’ari tebuireng
Jombang. Hal tersebut dikarenakan telah ada beberapa penelitian yang
membahas tentang hal itu dengan hasil Ha (diterima).
G. Batasan Operasional Variabel
Agar penelitian dapat lebih terarah, maka peneliti membatasi
pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah.
Sesuai dengan judul penelitian hubungan antara teaching skill dengan sikap
ilmiah mahasiswa Pendidikan Agama Islam di Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang.
1. Teaching skill
teaching skill ialah keterampilan atau kompotensi pendidik dalam
mengajar dilakukan dengan maksud untuk meberikan fasilitasi
pembelajaran kepada peserta didik dengan baik.
11

Adapun indikator teaching skill menurut lutfri yakni sebagai


berikut:16
a. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
b. Keterampilan menjelaskan
c. Keterampilan memberi penguatan
d. Keterampilan bertanya
e. Keterampilan mengadakan variasi
f. Keterampilan mengelola kelas
g. Keterampilan dalam memimpin diskusi kelompok kecil
h. Keterampilan mengajar kelompok dan perorangan
i. Keterampilan dalam mengembangkan dan menggunakan media
j. Keterampilan mengembangkan Emotional Spiritual Quotion (ESQ)
2. Sikap ilmiah
Sikap ilmiah merupakan sikap seseorang yang mencerminkan sikap
yang positif berdasarkan keilmuan dan akademik.
Adapun indikator sikap ilmiah menurut Anwar yakni sebagai
berikut:17
a. sikap Rasa ingin tahu
b. Menghormati fakta atau data
c. Berfikir kritis
d. Penemuan dan kreativitas
e. Menerima perbedaan dan bekerjasama
f. Rajin
g. Peka terhadap lingkungan sekitar.
H. Sistematika
Dalam penulisan penelitian ini, penulis membagi pokok bahasan
menjadi lima bab yaitu sebagai berikut:

16
Lufri, Sudirman, Silvi Rahmi, “Mengembangkan Skill Mengajar (Teaching Skill)
Mahasiswa Calon Guru Menggunakan Multy Strategies”, Ta’dib, 15 (Juni 2012), hlm. 18
17
Abdul Ghoni, Rini Safitri, Habibati, Nurul Fajri Saminan, “The Study of High School
Student’s Scientific Attitudes on Learning Heat and Temperature with Cooperative Inquiry Labs
Model”, Proceeding of International Conference on Teacher Training and Education (ICTTE)
FKIP UNS, 1 (Januari, 2016), hlm. 280
12

Bab I pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan


masalah, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, batasan operasional, dan
sistematika pebahasan
Bab II kajian pustaka, yang berisikan landasan teoritik yaitu tentang
teaching skill dosen statistik, dan sikap ilmiah mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam, kajian penelitian terdahulu, kerangka berfikir.
Bab III berisi metode penelitian yang berisikan jenis dan pendekatan
penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrument penelitian, uji validitas
dan reabilitas instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan paparan data
tentang hubungan antara teaching skill dosen statistic dengan sikap ilmiah
mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Hasyim
Asy’ari Tebuireng Jombang
Bab V penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik
1. Teaching Skill Dosen Statistik
a. Pengertian teaching skill
Menurut Passi teaching skill ialah adanya seperangkat
tindakan mengajar atau perilaku yang dilakukan dengan maksud untuk
meberikan fasilitasi pembelajaran kepada peserta didik. Wragg
mengemukakan teaching skill yakni Strategi pendidik yang digunakan
untuk memfasilitasi pembelajaran bagi murid. 18
menurut Mulyasa
teaching skill merupakan kompetensi profesional yang mengandung
beberapa unsur sabagai integrasi dari berbagai kompetensi yang
dimiliki pendidik secara utuh dan menyeluruh. 19 Teaching skill suatu
keterampilan yang dimiliki oleh pendidik agar dapat
mengimplementasikan proses pengajaran dengan sukses dan efektif.20
Berdasarkan penjelelasan teori diatas dapat disimpulkan
bahwa teaching skill merupakan keterampilan atau kempetensi
mengajar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang
dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi pembelajaran dengan baik,
sukses dan efektif bagi peserta didik.
Seorang pendidik harus memiliki teaching skill (keterampilan
mengajar) hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Azzumar ayat 5;

18
Charanjit Kaur Dhillon, “Identifiying Esential Teaching Skills”, Scholarly Researach
Journal for Interdisciplinary Studies, II/XIII (Agustus, 2014), hlm. 1613
19
Mulyasa, Pengembangan dan implentasi pemikiran kurikulum (Bandung: Rosdakarya,
2013), hlm. 69
20
Jamal Abd Al-Fattah Al-Assaf, Habis Selmein Awamleh, “Degree of Creative Teaching
Skills Used by Teachers Practicing Social Studies in Jordan in Light of the Variables of
Qualification, Experience and Gender”, Journal of Education and Practice, 4 (Januari, 2013),
hlm. 80

13
14

        


        
        
Yang artinya apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.21
Menurut tafsir Ibnu Katsir menjelaskan tidaklah sama disisi
Allah orang yang beribadah disisi Allah dengan orang yang
menyekutukan dan menjadikan tandingan-tandingan BagiNya. Dan
disaat ia beribadah kepadanya dia memiliki rasa takut dan berharap.
Ketika melaksanakan ibadah kita harus memiliki dua perasaan ini,
sedangkan keberadaan rasa takut dimasa hidup harus lebih dominan.
Dan apakah orang ini sama dengan orang-orang yang menjadikan
tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari
jalanNya? Sesungguhnya yang mengetahui perbedaan hanyalah antara
orang ini dengan orang itu hanyalah orang yang mempunya sebuah
inti pemikiran yakni akal.22
Dalam ayat tersebut dapat diambil penjelasan bahwa pengajar
yang memiliki suatu ilmu pengetahuan dalam mengajar tentulah
sangat berbeda dengan seorang pengajar yang tidak memiliki ilmu
pengetahuan, yakni pada penguasaan ilmu mendidik. Dalam hal ini
pengajar perlu memahami berbagai bekal ilmu yang harus dibawa
dan disiapkan sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
yang paling mendasar adalah pengetahuan tentang keterampilan
dasar mengajar sebagai modal penting dan hal tersebut perlu
diaplikasikan dalam setiap kegiatan mengajar di kelas.
b. Karesteristik teaching skill

21
Kementrian Agama Repubik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Halim
Publising & publishing, 2013), hlm. 459
22
M. Abdul Ghofar E.M, Tafsir ibnu katsir Jilid 1 (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004),
hlm. 92-94

14
15

Terdapat beberapa karasteristik khusus mengenai teaching


yakni sebagai berikut:23
1) Teaching skill memiliki elemen penting yakni pengetahuan,
pengambilan keputusan dan tindakan memiiki cara yang sama
seperti keterampilan bermin volly melibatkan pengetahuan
tentang permainan, pengambilan keputusan dan tindakanyang
dibutuhkan saat bermain.
2) Merekan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan
masalah baik masalah jangka panjang maupun jangka penedek.
3) Bersifat interaktif karna keterampilan ini tidak dapat dipisah dari
interaksi mereka dengan murid.
4) Pendidik perlu mengubah dan menyesuaikan tindakan mereka
terus menerus dengan mempertimbangkanperubahan keadaan
sebagai pendidik saat mengajar.
5) Dengan tingkat keahlian mereka dibuktikan melalui tampilan
presisi, kehalusan dan sensitivitas terhadap konteks.
6) Teaching skill dapat dipelajari dan ditingkatkan dengan pelatihan
dan praktik.
c. Jenis-jenis teaching skill
Ada Beberapa jenis Teaching Skill menurut Usman yakni
keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan dasar menjelaskan,
keterampilan untuk membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok
dan perorangan, keterampilan mengolola kelas.24 Menurut Allen dan
Ryan yakni menggali pertanyaan, set induksi, memperkuat pasrtisipasi
murid, kelancaran dalam bertannya, stimulus variasi, pengulangan
rencana, menggunakan pertanyaan yang lebih susah, membukaan dan
23
Charanjit Kaur Dhillon, “Identifiying Esential Teaching Skills”, Scholarly Researach
Journal for Interdisciplinary Studies, II/XIII (Agustus, 2014), hlm. 1614
24
Zulkarnain Barus, Sahat Siagian, Sukarman Purba, “Upaya Keterampilan Dasar Mengajar
guru melalui supervise klinis dengan pendekatan kaloboratif di SMK Negri 1 Berastagi Kabupaten
Karo”, Jurnal Pendidikan dan Pengawasan, 3 (Oktober, 2016), hlm. 18
16

menutup pengajaran.25 Sedangkan jenis-jenis teaching skill dalam


penelitian ini menurut lufri ada 10 macam yakni keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan memberikan
penguatan, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan, keterampilan mengelola kelas, keterampilan
mengembangkan media dan keterampilan mengembangkan Emotional
Spriritual Question (ESQ).26
Berikut uraian mengenai jenis-jenis teaching skill:
1) Pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran diartikan sebagai proses yang
memasukkan pedidik kedalam keadaan penuh perhatian dan juga
penuh kesabaran. Hasibun dkk memberikan pengertian bahwa
membuka pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik agar peserta didik siap dan tetap fokus dalam belajar.27
Sedangkan pengertian menutup pembelajaran merupakan
pemberian arahan perhatian kepada peserta didik terhadap
penyelesaian tugas tertentu atau urutan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran secara teknis diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan pengajar guna mengakhiri kegiatan pembelajaran
serta kegiatan memberikan gambaran menyeluruh mengenai apa
yang sudah dipelajari oleh peserta didik, juga mengetahui tingkat
pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan pengajar dalam
proses pembeajarannya.28

25
Eka Safitri, Uep Tatang Sontani, “Keterampilan mengajar guru dan motivasi belajar siswa
sebagai determinan terhadap hasil belajar”, Jurnal Pendidikan Manejemen Perkantoran”, 1
(Agutus, 2016), hlm. 146
26
Lufri, Sudirman, Silvi Rahmi, “Mengembangkan Skill Mengajar (Teaching Skill)
Mahasiswa Calon Guru Menggunakan Multy Strategies”, Ta’dib, 15 (Juni 2012), hlm. 18
27
Hasibun, Jj dan Mordiono, Proses Belajar Mengar (Jakarta: Remaja Karya, 1998), hlm.
117
28
Pardjono, Sudiyatno, Anik Gufron, Sujarwo, Asri Budningsih, Ismaniati, Haryanto, Modul
Pelatihan Pengembangan Keterampilan (Jogjakarta: UNY press, 2013), hlm. 211
17

Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran:29


a) Dapat Menarik perhatian peserta didik cara yang digunakan
agar dapat menarik perhatian peserta didik antara lain variasi
gaya mengajar, penggunan alat bantu mengajar serta pola
interaksi yang bervariasi.
b) Dapat membuat keterkaitan atau hubungan diantara materi-
materi yang akan dipelajari. Dengan cara menunjukkan
kehangatan serta antusias, menumbuhkan rasa ingin tahu,
memberikan ide-ide yang menantang dan memperhatikan
minat peserta didik.
c) Memberikan acuan melalui berbagai usaha dengan
memberikan gambaran kepada peserta didik tentang
pembelajaran yang akan dipelajari dengan cara
mengemukakan secara spesifik dan singakat.
d) Melaksanakan apersepsi yang berarti mengaitkan kompetensi
terdahulu dengan yang akan dipelajari
Tujuan membuka pelajaran:30
(1) supaya menyiapkan mental dalam segala kegiatan inti
pembelajaran bagi peserta didik
(2) untuk meningkatkat dan juga perhatian terhadap tugas-tugas
yang akan dikerjakan oleh peserta didik
(3) untuk mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik
(4) supaya memiliki gambaran yang jelas mengenai pendekatan
yang akan dipakai dalam pempelajari pelajaran.
(5) agar dapat memahami hubungan anatara pengalaman yang
dikuasai bagi peserta didik dengan hal-hal yang akan
dipelajarinya yang bersifat baru.

29
Pardjono, Sudiyatno, Anik Gufron, Sujarwo, Asri Budningsih, Ismaniati, Haryanto, Modul
Pelatihan Pengembangan Keterampilan (Jogjakarta: UNY press, 2013), hlm. 154
30
Leli Halimah, Keterampilan Mengajar Sebagai Inspirasi Untuk Menjadi Guru Yang
Excellent di Abad Ke-21 (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), hlm. 176
18

(6) Peserta didik diharapkan dapat menghubungkan fakta-fakta,


keterampilan, konsep, yang tercakup dalam suatu peristiwa.
Komponen-komponen menutup pembelajaran
(a) Meliputi Peninjauan kembali materi tentang apa yang sudah
dipelajari dengan cara memberikan tugas merangkum inti
pembelajaran.
(b) Melaksanakan penilaian, dengan berbagai jenis juga teknik,
semisal meminta peserta didik mengaplikasikan ide-ide baru
dalam situasi lain, mengekspresikan pendapat peserta didik
dan memberikan soal tertulis.
(c) Pemberian berupa dorongan psikologis atau sosial. Melalui
interaksi pengajar dengan peserta didik. Seperti memberi
harapan positif, meningkatkan percaya diri peserta didik
terhadap potensi yang dimilikinya.
(d) Memberikan tugas-tugas yang relevan yang bertujuan
meningkatkan pemahaman konsep yang dikaji.
2) Pengertian Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya yakni skill yang digunakan untuk
memperoleh jawaban, pendapat dan pemahaman dari peserta
didik tersebut.31 Pertanyaan yang berkualitas akan menentukan
jawaban dari peserta didik. Menurut Brown dalam buku bertanya
merupakan statement which tests or creates knowlage in the
learner yang artinya setiap pertanyaan yang mengkaji atau
menciptakan ilmu pada diri siswa ialah pengertian dari bertanya.32
Komponen –komponen bertanya:33
a) Pertanyaan harus jelas dan mudah dimengerti oleh peserta
didik.
31
Yani Achdiani dan Dwi Ayu Rusliana, “Pengetahuan Keterampilan Dasar Mengajar dalam
Menyiapkan Guru Sekolah Menengah Kejuruan”, Teknobuga, 5 (Desember, 2017), hlm. 38
32
Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21 (Keterampilan Dasar Mengajar dan Pendekatan
Pembelajaran K13) (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hlm 14
33
Idri Eka Septiani, Adeliana Hasyim, Helmi Yanzi, “The Corelation Between The Levels Of
Basic Skill Mastered in teaching with Studens ‘Achievement”, Jurnal Kultur Demokrasi, 3 (2015),
hlm. 6
19

b) Memberikan Informasi yang cukup untuk menjawab


pertanyaan
c) Setidaknya difokuskan pada suatu masalah maupun tugas
tertentu
d) Berikan waktu yang cukup kepada peserta didik untuk
berfikir sebelum menjawab pertanyaan.
e) Berikan respon yang ramah dan menyenangkan agar dapat
menimbulkan keberanian peserta didik dalam menjawab dan
bertanya.
f) Menuntun jawaban peserta didik sehingga mereka dapat
menemukan sendiri jawaban yang benar dan tepat.
Tujuan keterampilan bertanya yakni:34
(1) Agar dapat merangsang kemampuan berfikir peserta didik
(2) Upaya membantu peserta didik dalam proses belajarnya
(3) Dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik
(4) Agar dapat memberikan pengarahan bagi peserta didik
supaya belajar mandiri.
(5) Dapat membantu agar mencapai tujuan pelajaran yang
dirumuskan untuk peserta didik
3) Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan mengadakan variasi menurut Zainal Arsil
merupakan keterampilan menghilangkan kejenuhan ataupun rasa
bosan yang dialami peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
yang sering terjadi. Hal tersebut dikarenakan adanya ruangan
yang tidak nyaman, performa pendidik yang kurang menarik, dan
juga materi yang diajarkan tidak menarik.35
Komponen-komponen mengadakan variasi belajar:36
34
Roymond dan Simamora, Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan (Jakarta: EGC, 2009),
hlm. 79
35
T Syarifah Farahdiba Al-Idrus, Mahmud HR, Linda Victoria, “Penerapan Keterampilan
Mengadakan variasi Stimulus Pada Proses Mengajar Dikelas 4 dan 5 Sekolah Dasar Negri
Lampageu Besar”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2 (Februari, 2017), hlm. 232
36
Helmiati, Micro Teaching melatih keterampilan dasar mengajar (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2013), hlm.71
20

a) Variasi gaya mengajar pendidik seperti variasi suara,


pemustan perhatian siswa, kesenyapan atau kebisuan
pendidik, mengadakan kontak pandang dan gerak gerakan
badan dan mimik dan juga pergantian posisi guru di dalam
kelas.
b) Variasi menggunakan media dan bahan pengajaran yang dapat
dilihat, di dengar, di dengar dan dilihat juga media yang dapat
diraba, dimanipulasi dan digerakkan.
c) Variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik yakni
interaksi verbal dan non verbal. Sedangkan pola interaksi
berbentuk klasikal, kelompok, perorangan sesuai dengan
keperluan.
Tujuan mengadakan variasi pembelajaran:37
(1) Bertujuan menghilangkan kebosenan peserta didik dalam
belajar
(2) Untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam
pembelajaran
(3) Agar dapat mengembangkan keinginan peserta didik
mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru
(4) Agar dapat membimbing gaya belajar peserta didik yang
bermacam-macam
(5) Untuk meningkatkan keaktifan maupun keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran
4) Keterampilan memberi penguatan
Menurut Hasibun penguatan ialah suatu penghargaan yang
dapat menimbulkan dorongan dan semangat peserta didik dalam
belajar. Pemberian penguatan memberikan ganjaran bagi peserta

37
Meci Uniarsi, “Penerapan Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Pada Pembelajaran
Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa kelas IV”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Katulistiwa, 3 (2014). hlm. 3-4
21

didik agar berbesar hati dan juga dapat meningkatkan


partisipasinya dalam kegiatam pembelajaran.38
Komponen memberi penguatan39
a) Memberikan penguatan secara verbal, dengan pujian maupun
penghargaan.
b) Memberikan penguatan secara non verbal, dengan mimik dan
gerakan tubuh
c) Memberikan penguatan dengan kegiatan menyenangkan bagi
peserta didik
d) Memberikan penguatan dalam bentuk simbol maupun benda.
Tujuan memberi penguatan:40
(1) Bertujuan Meningkatkan perhatian peserta didik
(2) Untuk membangkitkan dan memotivasi peserta didik
(3) Agar memudahkan peserta didik dalam belajar
(4) Untuk mengontrol dan memperbaiki tingkah laku peserta
didik sehingga memunculkan tingkah laku yang produktif.
5) Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan menurut Darmadi merupakan
suatu penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan
secara sistematis untuk menunjukan adanya hubungan anatara
yang satu dengan yang lain. Penjelasan merupakan aspek penting
dari kegiatan Pendidik dalam menjalin intraksi dengan
peserta didik.41
Komponen keterampilan menjelaskan:42
38
Harul Aini, Nengah Suandi, Gede Nurjaya, “Pemberian Penguatan (Reinforcement) Verbal
dan Nonverbal Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas VII MTSN Seririt”, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7 (2017), hlm. 2
39
Pardjono, Sudiyatno, Anik Gufron, Sujarwo, Asri Budningsih, Ismaniati, Haryanto, Modul
Pelatihan Pengembangan Keterampilan (Jogjakarta: UNY press, 2013), hlm. 164
40
Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21 (Keterampilan Dasar Mengajar dan Pendekatan
Pembelajaran K13 (Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hlm. 32
41
Irvan Wandri, “Upaya meingkatkan keterampilan menjelaskan dan Bertanya Guru Melalui
Supervisi Klinis Pendekatan Non Direktif”, Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, 1 (Oktober
2014), hlm. 95
42
Zumrotul Mukaffa dan Eni Purwati, Micro Teaching Praktik Pengalaman Lapangan 1
(Surabaya: Kopertais IV Press, 2010), hlm. 176-178
22

a) Memiliki kejelasan dalam penyampaian materi.


b) Menyampaikan penjelasan dapat menggunakan contoh dan
ilustrasi.
c) Pemberian tekanan. Dalam menjelaskan pendidik harus
memusatkan perhatian kepada peserta didik terhadap masalah
pokok dan cara memecahkannya serta mengurangi informasi
yang tidak penting.
d) Saat menjelaskan hendaknya memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan pemahaman ataupun
keraguannya selagi penjelasn itu berlangsung.seperti
mengajukan pertanyan kepada peserta didik untuk menjawab,
ataupun dengan memperhatikan tingkah lakunya dan mimik
mereka selama pendidik menjelaskan.
Tujuan keterampilan menjelaskan:43
(1) Dapat membantu peserta didik dalam memahami dengan
jelas jawaban dari pertanyaan “mengapa” yang dipertanyakan
oleh pendidik maupun yang diajukan peserta didik.
(2) Dapat membantu peserta didik dalam memahami hukum,
dalil dan prinsip umum secara objektif dan juga secara
penalaran.
(3) Agar dapat melibatkan peserta didik dalam meningkatkan
pemahaman dan juga mengatasi kesalahan pengertian.
(4) Untuk membantu peserta didik menghayati dan mendapat
proses, peralatan dan penggunaan bukti dalam penyelesaian
situasi yang meragukan.
6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Menurut Suarna keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil merupakan proses percakapan yang teratur, yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang

43
Elmia Umar, “Penguasaan Keterampian Menjelaskan Dalam Pecapaian Tujuan
Pembelajaran pada Mahasiswa D-II PGSD”, Jurnal Inovas, 6 (Desember, 2009), hlm. 73
23

bebas juga terbuka, dengan berbagai informasi ataupun


pengalaman, mengambil keputusan, maupun dalam memecahkan
permasalahan.44
Komponen membimbing diskusi kelompok kecil:45
a) Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik
diskusi
b) Mengklasifikasi permasalahan yang ada
c) Analis pandangan terhadap peserta didik
d) Meningkatkan konstribusi meningkatkan partisipasi menutup
diskusi
Tujuan keterampilan membimbing diskusi kecil:46
(1) Dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan
berkomunikasi.
(2) Agar dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik
(3) Meningkatkan motivasi belajar
(4) Mengembangkan sikap saling membantu
(5) Meningkatkan pemahaman
7) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Menurut Susanti keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan yakni adanya hubungan interpersonal yang sehat
dan akrab yang terjadi antara pendidik dan peserta didik maupun
antara peserta didik dangan peserta didik dalam kelompok kecil
maupun perorangan.47
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan:
a) Terampil dalam mengadakan pendekatan secara baik
b) Terampil dalam mengorganisasikan
44
Merry Safitri, Gede Gunatama, Ida Ayu Made Darmayanti, Keterampilan Membimbing
Diskusi kelompok Kecil Oleh Guru Bahasa Indonesia Di Kelas VII SMP Laboratorium Undiksha,
E-journal Pendidikan Ganesha, 2 (2014), hlm. 6
45
Merry Safitri, Gede Gunatama, Ida Ayu Made Darmayanti, Keterampilan Membimbing
Diskusi kelompok Kecil Oleh Guru Bahasa Indonesia Di Kelas VII smp Laboratorium Undiksha,
E-journal Pendidikan Ganesha, 2 (2014), hlm. 7
46
Barnawawi dan M Arifin, Micro Teaching Teori dan Praktik Pengajaran Yang Efektif dan
Kreatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), hlm. 163-166
47
Hera Deswita Profil Tingkat Penguasaan ketermpilan Dasar Mengajar Mahasiswa
Pendidikan Matematika Universitas Pasir Pengaraian, Jurnal Gantang, 2 (Maret, 2017), hlm. 55
24

c) Terampil dalam membimbing dan memudahkan belajar


8) Keterampilan mengelola kelas
Menurut Saud keterampilan mengelola kelas yaitu
keterampilan pendidik dalam menciptakan dan memelihara
kondisi belajar dan mengembalikan kekondisi yang optimal
apabila terjadi ganguan baik itu dengan mendisiplinkan maupun
melakukan remedial bagi peserta didik.48 Keterampilan mengelola
kelas ialah keterampilan pendidik untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar optimal serta pendidik mampu
mengembalikan ke kondisi belajar yang optimal jika terjadi
masalah dan gangguan dalam proses belajar mengajar
berlangsung.49
Komponen –komponen keterampilan mengelola kelas:50
a) Keterampilan menciptakan daan memelihara kondisi belajar
yang optimal seperti menunjukkan sikap tanggap, membagi
perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberi
petunjuk –petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi
penguatan.
b) Keterampilan mengendalikan kondisi belajar yang optimal
dalam hal modifikasi tingkah laku, pengelompokan
kelompok, dan menemukan dan memecahkan tingkah laku
yang menimbulkan masalah.
Tujuan keterampilan mengelola kelas:51
(1) Tujuan umum yakni dapat menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar supaya hasil yang dicapai maksimal.
48
Sri Karina Elprida, Wayan Sujana, Luh Ayu Tirtayan, “Pengaruh Keterampilan Dasar
Mengajar Guru Terhadap Perilaku Disiplin Pada Anak Usia Dini Kelompok B”, E-Journal
Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Gan esa” 6 (2018), hlm. 14
49
Asmadawati, Keterampilan Mengelola Kelas”, Logaritma, 2 (Juli, 2014), hlm. 2
50
Leli Halimah, Keterampilan Mengajar Sebagai Inspirasi Untuk Menjadi Guru Yang
Excellent di Abad Ke-21 (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), hlm 214-220
51
Putu Lidya Suky Parwathi, Nyomanm Santiyadnya, Agus Adiarta, “Keterampilan Guru
Daalam Mengelola Kelas Pada Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan”, Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, 14 (Juli 2017), hlm. 2-3
25

(2) Tujuan khusus untuk mengembangkan kemampuan siswa


dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-
kondisi yang memungkinkan siswa bekerja, belajar
membantu pendidik guna membantu peserta didik untuk
memeperoleh hasil yang diharapkan.
9) Keterampilan mengembangkan media pembelajaran
Media pembelajaran menrut Muhammad Taufik Syastra
merupakan segala sesuatu baik itu berupa fisik maupun teknis
dalam proses pembelajaran yang dapat membantu pendidik guna
membantu pendidik untuk mempermudah menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Dalam artian media pembelajaran
merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran untuk
merangsang pikiran maupun perasaan, perhatian, dan kemampuan
proses pembelajaran.52
Tujuan media pembelajaran 53
a) Untuk menselaraskan konsep-konsep yang bersifat abstrak,
karna dapat mengurangi verbalisme. Semisal dengan
menggunakan gambar, model, grafik, skema dan lainnya.
b) Agar dapat menumbuhkan motivasi sehingga dapat
memperbesar perhatian individual peserta didik dan seluruh
anggota kelompok belajar dengan itu jalannya pelajaran tidak
membosankan dan juga monoton.
c) Agar dapat memfungsikan seluruh indra peserta didik supaya
kelemahan dalam salah satu indra dapat diimbangi dengan
kekuatan panca indra lainnya.
d) Untuk mendekatkan dunia teori denga realita yang sulit untuk
didapatkan dengan cara-cara lain selain menggunakan media
pembelajaran. Contohnya dalam memberi pengetahuan
mengenai bentuk bintang, peserta didik tidak mungkin
mendapatkan itu dengan melihat secara langsung dengan

52
Talizaro Tafanao, “Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Mahasiswa”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2 (Juli, 2018), hlm. 105
53
Pardjono, Sudiyatno, Anik Gufron, Sujarwo, Asri Budningsih, Ismaniati, Haryanto, Modul
Pelatihan Pengembangan Keterampilan (Jogjakarta: UNY press, 2013), hlm. 219
26

mata telanjang maka perlu adanya teleskop untuk melihat


bentuk bintang.
e) Untuk meningkatkan adanya kemungkinan terjadinya
interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungannya. Semisal dengan menggunakan rekaman,
eksperimen, karyawisata, dan lainnya.
f) Dapat dengan mudah menyajikan informasi belajar secara
konsisten dan dapat diulang aupun disimpan menurut
kebutuhan masing-masing. Seperti rekaman, film, slide, foto,
dan lain sebagainya.
Komponen-komponen media pembelajaran:
Suatu proses pembelajaran media digunakan sebagai
pembawa informasi dari pendidik ke peserta didik. Sedangkan
metode merupakan suatu prosedur yang digunakan dalam
membantu peserta didik menerima dan mengolah informasi untuk
mencapai pembelajaran yang diinginkan. Beriku komponen-
komponen pembelajaran:54

Gambar 2.1 komponen media pembelajaran

Metode

Peserta
Pengajar Media Pesan didik

Alat
10) Keterampilan mengembangkan emotional spiritual questions
(ESQ)
Menurut Salovey and Mayer Kecerdasan emotional (ESQ)
merupakan kemampuan mengetahui maupun memahami perasaan
diri sendiri juga perasaan orang lain, juga menggunakan perasaan
tersebut sesuai dengan pikiran dan perilaku.55 Kecerdasan spiritual
merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan sifat transenden
dan juga spiritual. kemampuan ini dapat memecahkan berbagai
54
Pardjono, Sudiyatno, Anik Gufron, Sujarwo, Asri Budningsih, Ismaniati, Haryanto, Modul
Pelatihan Pengembangan Keterampilan (Jogjakarta: UNY press, 2013), hlm. 219-220
55
Desak Putu Lani Mahadewi, “Pengaruh Intelegency Quotient (IQ), DAN Emotional
Spiritual Quotiens (ESQ) Terhadap Perilaku Etis Profesi Akuntan Publik Dengan Locus Of
Control Sebagai Variabel Moderasi”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi UNDIKSHA, 3 (2015),
hlm. 2
27

persoalan dalam hidup seseorang.56 Keduanya sangat penting


dalam mengarahkan kemampuan peserta didik dalam
pembelajaran.
2. Sikap Ilmiah
a. Pengertian sikap ilmiah
Sikap ilmiah menurut Burhanuddin yakni suatu pandangan

seseorang terhadap cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmuan,


sehingga timbullah kecenderungan untuk menerima ataupun menolak
terhadap cara berpikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut. Sedangkan
menurut Harsojo dalam buku Khoiron Rosyadi sikap ilmiah yakni sikap-
sikap yang harus ada atau dimiliki seorang Ilmuwan dalam melakukan
tugasnya guna mempelajari, menerima, menolak, meneruskan, serta
merubah maupun menembahkan suatu ilmu. 57
Dari uraian teori tersebut dapat di artikan bahwa sikap ilmiah yakni
sikap penting yang harus dimiliki oleh seseorang dalam berfikir agar
mampu mengembangkan pengetahuan dan mencapai hasil yang
diinginkan.
Berdasarkan dari apa yang dikemukakan diatas dalam alqur’an juga
menjelaskan mengenai sikap ilmiah yakni dalam surah Al-Isra’ Juz 15
ayat 36;
           
     
Artinya, dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.58
Penjelasan ayat diatas dalam tafsir ibnu katsir yakni janganlah
seseorang mengatakan apa yang sebenarnya tidak dilihat, dengar, dan
ketahui kebenarannya, dan juga tanpa didasari pengetahuan yang tidak

56
Mohammad Zazuli, Total Sucses Meraih Keajaiban Hidup Dengan Hukum Ilahi (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 112
57
Khairan Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 79
58
Kementrian Agama Repubik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Halim
Publising & publishing, 2013), hlm, 285
28

lain hanya khayalan semata. Jauhilah dari kalian suatu prasangka, karna
prasangka merupakan suatu ucapan dusta. Dan seorang hamba suatu saat
akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal tersebut dihari kiamat
kelak dan apa-apa yang telah dilakukan dengan semua anggota tubuh
manusia.
Ada beberapa macam sikap ilmiah menurut Anwar yang perlu
diketahui oleh seorang pendidik maupun peserta didik yakni menurut
Anwar sikap rasa ingin tahu, menghormati fakta atau data, berfikir kritis,
penemuan dan kreativitas, menerima perbedaan dan bekerjasama, rajin,
dan peka terhadap lingkungan sekitar.59
Adapun penjelasan dan indicator dari sikap ilmiah yakni sebagai
berikut:60

1) Sikap rasa ingin tahu


memiliki beberapa indikator yakni antusias mencari jawaban,
perhatian pada obyek yang diamati, antsias pada proses sains,
menanyakan setiap langkah kegiatan.
2) Menghormati fakta atau data
Meliputi berbagai objektifitas atau jujur, tidak memanipulasi
data, tidak berburuk sangka, mengambil keputusan sesuai fakta, dan
juga tidak mencampurkan fakta dengan pendapat.
3) Berfikir kritis
Sikap berfikir kritis Seperti halnya meragukan penemuan dari
teman, selalu menanyakan setiap hal baru, mengulangi kegiatan yang
dilakukan untuk menghilangkan keraguan, tidak mengabaikan data
meskipun kecil.

59
Abdul Ghoni, Rini Safitri, Habibati, Nurul Fajri Saminan, “The Study of High School
Student’s Scientific Attitudes on Learning Heat and Temperature with Cooperative Inquiry Labs
Model”, Proceeding of International Conference on Teacher Training and Education (ICTTE)
FKIP UNS, 1 (Januari, 2016), hlm.280
60
Herson Anwar, penilaian sikap ilmiah dalam pembeljara sains, Jurnal Pelangi Ilmu, 2 (5 Mei
2009), hlm. 108-109
29

4) Penemuan dan kreativitas


Penemuan dan kreativitas seperti menggunakan fakta-fakta
untuk hasil konklusi, menunjukkan laporan berbeda, merubah
pendapat dan merespon terhadap fakta, menggunakan alat yang tidak
biasanya digunakan atau tidak sering digunakan, adanya percobaan-
percobaan baru, menguraikan konklusi baru hasil pengamatan.
5) Menerima perbedaan dan bekerjasama
Menghargai pendapat dan temuan orang lain, mau merubah
pendapat jika datanya kurang, menerima saran dari teman, tidak
merasa selalu benar, menganggap setiap kesimpulan adalah
alternative, dan berpartisipasi aktif dalam kelompok.
6) Rajin
Tetap melanjutkan meneliti meskipun kebaruannya hilang,
selalu mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan,
melengkapi suatu kegiatan dalam keadaan apapun.

7) Peka terhadap lingkungan sekitar


Perhatian terhapadap lingkungan sekitar dalam hal, rasa
solidaritas, partisipasi pada kegiatan sosial menjaga kebersihan
lingkungan sekitar anda.
b. Pembentukan sikap ilmiah
Manusia dilahirkan tidak langsung memiliki sikap ilmiah.
Seseorang yang yang telah memperoleh sikap ilmiah telah banyak berbuat
dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Sikap ilmiah dapat ditumbuhkan dan dibentuk dengan membaca
riwayat hidup (biografi) atau lebih baiknya tulisan ilmuan besar yang ada
di dunia. Dengan membaca biogarfi para ilmuawan, kita bisa memperoleh
dorongan dan minat baru karna disamping mengetahui keberhasilan-
keberhasilan yang ilmuwan peroleh kita akan melihat kelemahan manusia
30

walaupun seorang ilmuan besar itu sendiri. Kita juga akan memperoleh
keuntungan dari kekurangan yang dimiliki oleh mereka dan meniru
kebesaran para ilmuwan dan juga denggan mempelajari kehidupan yang
telah mereka lakukan kita dapat menghargainya karna mereka tetap
manusia pada umumnya. Kita juga dapat mengetahui keberhasilan sikap
ilmiah sebagai suatu pendekatan untuh memecahkan permasalahan yang
ada meskipun sikap itu tidak kita kembangkan dengan sempurna.
Contoh buku biografi para ilmuwan yang dapat yang bisa kita baca
yakni , Ibnu Sina, Jabir bin hayyan, Al-Khawarismi, dan masih banyak
lagi.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 tabel penelitian terdahulu

Identitas karya
NO Persamaan Perbedaan kesimpulan
ilmiah
Adanya
pengaruh
Rahmanitia
keterampilan
Radiatus, tesis, mengajar guru
pengaruh keterampilan
Variable y terhadap
mengajar guru Variabel
motivasi belajar
1. terhadap motivasi keterampilan motivasi
siswa kelas V
belajar siswa kelas V mengajar belajar pada mata
pada mata pelajaran
pelajaran
Sejarah Kebudayaan
Sejarah
Islam, 2016
Kebudayaan
Islam
2. Muhadir, skripsi, Variable X Perbedaan Y Hasil
penerapan Keterampilan Prestasi belajar penerapan
keterampilan mengajar keterampilan
megajar guru megajar guru
pendidikan agama pendidikan
Islam dalam agama Islam
meningkatkan dalam
prestasi belajar meningkatkan
peserta didik, 2017 prestasi belajar
peserta didik
sudah
maksimal
ditandai
dengan nilai
31

peserta didik
diatas rata-rata
Supriadi, Jurnal, Variabel Y Variable Y Adanya
pengaruh praktikum Sikap Ilmiah Pengaruh pengaruh
virtual terhadap praktikum praktikum
3 sikap ilmiah siswa virtual virtual
SMA terhadap sikap
ilmiah siswa
SMA

C. Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini dikembangkanlah suatu konsep maupun kerangka
berpikir tersebut dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan penelitiannya yakni, hubungan antara teaching skill dosen
statistik dengan sikap ilmiah mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama
Islam Di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang. Teaching skill
menurut Passi merupakan seperangkat tindakan mengajar atau perilaku yang
dilakukan dengan maksud untuk meberikan fasilitasi pembelajaran kepada
peserta didik.
Beberapa macam Teaching skill mengajar yakni, keterampilan
membuka dan menutup mengajar keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan memberikan penguatan, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, keterampilan mengelola kelas, keterampilan
mengembangkan media dan keterampilan mengembangkan Emotional
Spriritual Question (ESQ).
Sikap ilmiah menurut burhanuddin suatu pandangan seseorang

terhadap cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmuan, sehingga


timbullah kecenderungan untuk menerima maupun menolak terhadap cara
berpikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut.
Seorang dosen yang memiliki teaching skill dalam mengajar akan dapat
mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan baik serta mampu
menumbuhkan sikap ilmiah pada diri mahasiswa. Beberapa sikap ilmiah
32

yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa diantaranya sikap Rasa ingin tahu,
menghormati fakta atau data, berfikir kritis, Penemuan dan kreativitas,
menerima perbedaan, rajin, sikap bekerjasama, dan Peka terhadap lingkungan
sekitar.
Dari uraian diatas maka dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 kerangka berfikir

Keterampilan Sikap Ilmiah


Mengajar

TEORI

Indikator Teaching Indicator


Skill Sikap Ilmiah

Uji r (Spearmen
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis penelitian korelasional dimana penelitian korelasional bertujuan
untuk mencari atau menguji hubungan antara dua variabel atau lebih
dengan mengukur tingkat koefisien atau signifikansi variabel tersebut
dengan mengguna-kan rumus statistik dimana variabel yang digunakan
untuk memprediksi hubungan tersebut disebut dengan variabel prediktor
atau variabel independen, sedangkan variabel yang diprediksi disebut
variabel kritenium atau variabel dependen.61
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek/subjek yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.62 Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Boedi
Abdullah dan Beni Ahmad Saebani populasi adalah keseluruhan hasil
nilai perhitungan dan pengukuran, baik itu penelitian kuantitatif
maupun penelitian kualitatif memiliki karesteristik tertentu mengenai
sekelompok objek yang lengkap dan jelas dengan kata lain populasi
yakni keseluruhan subjek penelitian.63 Adapun Nazir mengemukakan
bahwa populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas
serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut
dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu
dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah individu dalam
61
Musfiqon, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012), hlm.
63
62
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 117
63
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Islam Muamalah (Bandung:
Pustaka Setia, 2014), hlm. 34

33
34

kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya


tidak terhingga, disebut populasi infinit. 64
Adapun populasi terkait dalam penelitian ini ialah mahasiswa
program studi pendidikan agama islam semester 1-8 dengan jumlah
638 Mahasiswa.
2. Sampel
Menurut Sugiono Sampel merupakan bagian dari populasi
yang memiliki jumlah dan karesteristik tertentu.65 menurut Boedi
Abdullah dan Beni Ahmad Saebani sampel adalah sebagian anggota
populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu, yaitu
teknik sampling. Teknik ini berguna untuk mereduksi anggota
populasi menjadi anggota sampel yang mewakili populasinya,
sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan,
lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak, serta
menghemat waktu, tenaga dan biaya.66
Adapun sampel yang digunakan kelas PAI A= 30 B=31 C=
26 orang D= 23 orang sehingga seluruhnya 111 mahasiswa semester
7/8.
C. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan yakni Teknik simple
Random Sampling yakni pengambilan anggota sampelnya dari
populasi dilaksanakan secara acak tanpa memandang strata yang ada
dalam populasi itu. 67
D. Instrument Penelitian
Peneliti menggunakan instrument jenis non tes yakni butir angket
berbentuk pernyataan.

64
Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 271
65
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015),
hlm. 81
66
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Islam Muamalah (Bandung:
Pustaka Setia, 2014), hlm. 35
67 Sugiono
, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.
120
35

Menurut Creswell sangat penting untuk sorang peneliti


menyajikan sebuah informasi secara mendalam atau detail mengenai
instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam suatu penelitian. Dan
Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner (angket).68
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain agar bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan
permintaan pengguna.69 Instrumen ini digunakan sebagai alat atau cara
utama untuk memperoleh data tentang keterampilan mengajar dosen
statistik dengan sikap ilmiah. Angket yang dipakai berbentuk ceklist
dengan menggunakan skala likert. Menurut Sugiono skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan juga pendapat seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. 70 Penelitian ini menggunakan
skala likert 5 poin setiap jawaban alternatif memiliki bobot sebagai
berikut:
Gambar 3.1 skor nilai untuk jawaban positif (favorable)
No Pernyataan Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu- ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat tidak Setuju 1

Gambar 3.2 skor nilai untuk jawaban negative (unfav)


No Pernyataan Skor
1 Sangat setuju 1
2 Setuju 2
3 Ragu-ragu 3

68
J.W, Creswell, Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (Yogjakarta:
PT Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 221
69
Ridwan, Dasar-Dasar Statistika (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 52-53.
70
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015),
hlm. 93
36

4 Tidak Setuju 4
5 Sangat tidak Setuju 5

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Menurut Suharsimi, “validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument.
Menurut Sugiono instrument yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Untuk menguji validitas instrumen menggunakan validitas isi.
Validitas isi dilakukan melalui proses review oleh ahli (expert
judgement).71 Uji validitas dalam peneitian ini memakai rumus Product
moment Yang dikemukakan oleh pearson;
r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Keterangan :
N : jumlah responden
X : skor variabel (jawaban responden)
Y : skor total dari variable untuk responden ke-n
Kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total
adalah minimal 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, sebaliknya
jika korelasi antar butir dengan dengan skor total kurang dari 0,3 maka
instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Uji reabilitas menurut Sugiono yakni sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama.72

71
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015),
hlm. 121
72
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 173
37

Untuk mencari reliabilitas istrumen ini berdasarkan pada


Suharsimi Arikunto bahwa untuk menghitung digunakan rumus Alpha
yang dikemukaan oleh alpha Cronbach yaitu: 73

r 11=(
k
)(1−
∑ a1 ) 2

k−1 at2
Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
∑ a 12 = jumlah Varians skor tiap-tiap intem
a t2 = varians total
Suharimi Arikunto menjelaskan bahwa kuesioner dikatakan
reliabel jika memiliki koefesien alpha dan kriteria yang digunakan peneliti
dianggap reliabel jika nilai alpha > 0,6. 74
F. Teknik Pengumpulan Data
Observasi menurut Margono ialah suatu pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap segala yang tampak pada objek
penelitian. Menurut Moris Observasi yakni kegiatan dalam upaya mencatat
suatu gejala ataupun peristiwa dengan bantuan alat atau instrument untuk
mencatat maupun merekamnya yang bertujuan membuat karya ilmiah
maupun yang lainnya.75
Kuesioner menurut Sugiono ialah teknik pengumpulan data
dengan cara memberikan berbagai pertanyaan maupun pernyataan tertutup
maupun terbuka secara tertulis kepada responden untuk dijawab oleh
responden. Kuersioner sangat cocok apabila jumlah responden cukup besar
dan tersebar diwilyah luas76
Dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto ialah mencari data
mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan lain-lain.
73
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis (Bandung:Alfabeta, 2004), hlm. 90
74
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 319
75
Amir Syamsuddin, “Pengembangan Istrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk Menjaring
Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Anak, 3 (Juni, 2014), hlm. 404
76
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015),
hlm. 142
38

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang dipakai untuk menjawab rumusan pertama
dan kedua yakni menggunakan Statistik Deskriptif. Menurut Sugiono
statistik deskriptif merupakan statistik yang yang digunakan untuk
menganalisis data yang terkumpul sebagaimana adanya dan tidak
bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau
generalisasi.77
Teknik analisis yang dipakai penelitian menjawab rumusan
masalah ke tiga ini yakni menggunakan SPSS. teknik analisis secara
manual dengan uji statistik yakni menggunakan rumus korelasi spearmen
Rank, yang digunakan untuk mengkaji hubungan atau pengaruh variable
bebas (X) dengan variable terikat (Y). Teknik Spearman Rank ini
digunakan karna variabel skala pengukurannya berbentuk ordinal. Adapun
pentingnya menggunakan SPSS dengan kriteria apabila sig > dari 0,05
maka Ha diterima namun jika sig < 0,05 maka ho ditolak.
Adapun rumus korelasi spearman rank adalah sebagai berikut:78
6 ∑ bi 2

P = 1-
n(n )
2−1

Keterangan:
P=koefisien korelasi spearmen rank
bi = selisih peringat setiap data
n= jumlah data
Setelah itu memberi interpretasi terhadap 𝜌, interpretasi sederhana
dengan cara membandingkan dengan tabel rHo. Dari tabel dapat dilihat
bahwa n pada taraf kesalahan 5% . Jika rHo hitung lebih besar dari rHo
tabel baik pada taraf 5%, maka hal ini berarti terdapat kesesuaian yang
nyata atau signifikan. Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut

77
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2015),
hlm. 147
78
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D .(Bandung:Alfabeta, 2009),
hlm. 45
39

kemudian dilihat keeratannya. menggunakan pedoman interpretasi


koefisien korelasi sebagai berikut.
Gambar 3.3 koefisien korelasi
Kategori Tingkat keratin
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-0,1000 Sangat kuat
40

DAFTAR PUSTAKA

Achdiani, Yani, dan Dwi Ayu Rusliana. “Pengetahuan Keterampilan Dasar


Mengajar dalam Menyiapkan Guru Sekolah Menengah Kejuruan”,
Teknobuga, 5 (Desember, 2017).
Aini, Harul, Nengah Suandi dan Gede Nurjaya. “Pemberian Penguatan
(Reinforcement) Verbal dan Nonverbal Guru Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Di Kelas VII MTSN Seririt”, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 7 (2017).
Al- Bukhari, Imam. shahih al-bukhari (jilid 1 , 2 , 3, Bab Ilmu Beirut; Darul Al
ihya Al-Arabi, tt).
Al-Assaf, Jamal Abd Al-Fattah, dan Habis Selmein Awamleh. “Degree of
Creative Teaching Skills Used by Teachers Practicing Social Studies in
Jordan in Light of the Variables of Qualification, Experience and Gender”,
Journal of Education and Practice, 4 (Januari, 2013).
Al-Idrus, Syarifah Farahdiba T, dan Mahmud HR, Linda Victoria. “Penerapan
Keterampilan Mengadakan variasi Stimulus Pada Proses Mengajar Dikelas
4 dan 5 Sekolah Dasar Negri Lampageu Besar”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 2 (Februari, 2017).
Anwar, Herson. penilaian sikap ilmiah dalam pembeljara sains, Jurnal Pelangi
Ilmu, 2 (5 Mei 2009).
Arifin, M, dan Barnawawi. Micro Teaching Teori dan Praktik Pengajaran Yang
Efektif dan Kreatif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rinea Cipta, 2014.
Asmadawati, Keterampilan Mengelola Kelas”, Logaritma, 2 (Juli, 2014).
Asnawi, Moh. “Kedudukan Dan Jumlah Pendidik dalam Pendidikan Islam,
Tribakti Jurnal Pendidikan Islam”, 23 (juli, 2012).
41

Barus, Zurkannain, Sahat Siagian dan Sukarman Purba. “Upaya Meningkatkan


Keterampilan Dasar Mengajar Guru Melalui Supervisi Klinis Dengan
Pendekatan Koleberatif di SMK Negri 1 Berastagi Kabupaten Karo,”
Jurnal Pendidikan Dan Kepengawasan, 3 (Oktober, 2016).
Boedi, Abdullah dan Beni Ahmad Saebani. Metode Penelitian Islam Muamalah,
Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Creswell, J.W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed,
Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar, 2010.
Deswita, Hera. “Profil Tingkat Penguasaan ketermpilan Dasar Mengajar
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Pasir Pengaraian”, Jurnal
Gantang, 2 (Maret, 2017).
Dhillon, Charanjit Kaur. “Identifiying Esential Teaching Skills”, Scholarly
Researach Journal for Interdisciplinary Studies, II/XIII (Agustus, 2014).
Djam’an Satori, Profesi Keguruan, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017.
E.M, Abdul Ghofar M. Tafsir ibnu katsir Jilid 1, Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2004.
Elprida, Sri Karina, Wayan Sujana, dan Luh Ayu Tirtayan. “Pengaruh
Keterampilan Dasar Mengajar Guru Terhadap Perilaku Disiplin Pada Anak
Usia Dini Kelompok B”, E-Journal Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Gan esa” 6 (2018).
Ghofar, Abdul. Tafsir ibnu katsir Jilid 1, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004.
Ghoni, Abdul, Rini Safitri, Habibati, dan Nurul Fajri Saminan. “The Study of
High School Student’s Scientific Attitudes on Learning Heat and
Temperature with Cooperative Inquiry Labs Model”, Proceeding of
International Conference on Teacher Training and Education (ICTTE)
FKIP UNS, 1 (Januari, 2016).
Guswita, Sherly. Bambang Sri Anggoro, Nukhbatul Hidayati dan Haka Akbar
Handoko. “Analisis Ketererampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Peserta
Didik XI Mata Pelajaran Biologi di SMA Al-Azar 3 Bandar Lampung”,
Biosfer Jurnal Tadris Biologi, 9 (Desember, 2018).
42

Halimah, Leli. Keterampilan Mengajar Sebagai Inspirasi Untuk Menjadi Guru


Yang Excellent di Abad Ke-21, Bandung: PT Refika Aditama, 2017.
Helmiati. Micro Teaching melatih keterampilan dasar mengajar. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2013.
Kementrian Agama Repubik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:
Halim Publising & Publishing, 2013.
Lufri, Sudirman, dan Silvi Rahmi. “Mengembangkan Skill Mengajar (Teaching
Skill) Mahasiswa Calon Guru Menggunakan Multy Strategies”, Ta’dib, 15
(Juni 2012).
Mahadewi, Desak Putu Lani. “Pengaruh Intelegency Quotient (IQ), DAN
Emotional Spiritual Quotiens (ESQ) Terhadap Perilaku Etis Profesi
Akuntan Publik Dengan Locus Of Control Sebagai Variabel Moderasi”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi UNDIKSHA, 3 (2015).
Mahmah, Alex Amertei. “Students Perception a Bout The Lecture As Amethod
Of Teaching Intertiary Instutions. Views Of Students From College Of
The Technology Eduction, Kumasi (Coltek)”, International Journal Of
Educations Of Research, 2 (juni, 2014).
Makka, Makmur. The Tru Life Of Habibie Cerita Dibalik Kesuksesan, Jakarta:
Pustaka IIMaN, 2008.
Mordiono, Hasibun, dan Jj. Proses Belajar Mengar , Jakarta: Remaja Karya,
1998.
Mulyasa. Pengembangan dan implentasi pemikiran kurikulum,
Bandung:Rosdakarya, 2013.
Musfiqon. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,
2012.
Nazir. Metode Penelitian, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005.
Pardjono, Sudiyatno, Anik Gufron, Sujarwo, Asri Budningsih, Ismaniati, dan
Haryanto, Modul Pelatihan Pengembangan Keterampilan, Jogjakarta:
UNY press, 2013.
Parwati, Putu Lidya Suky, Nyomanm Santiyadnya, dan Agus Adiarta.
“Keterampilan Guru Daalam Mengelola Kelas Pada Pembelajaran
43

Prakarya dan Kewirausahaan”, Jurnal Pendidikan Teknologi dan


Kejuruan, 14 (Juli 2017).
Purwati, Eni, dan Zumrotul Mukaffa. Micro Teaching Praktik Pengalaman
Lapangan 1, Surabaya: Kopertais IV Press, 2010.
Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung:Alfabeta, 2004.
Ridwan. Dasar-Dasar Statistika, Bandung: Alfabeta, 2013.
Rosyadi, Khairan. Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Safitri, Eka, dan Uep Tatang Sontani. “Keterampilan mengajar guru dan motivasi
belajar siswa sebagai determinan terhadap hasil belajar”, Jurnal
Pendidikan Manejemen Perkantoran”, 1 (Agutus, 2016).
Safitri, Merry, Gede Gunatama, dan Ida Ayu Made Darmayanti. “Keterampilan
Membimbing Diskusi kelompok Kecil Oleh Guru Bahasa Indonesia Di
Kelas VII SMP Laboratorium Undiksha”, E-journal Pendidikan Ganesha,
2 (2014).
Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2007.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Press, 2011.
Septiani, Idri Eka, Adeliana Hasyim dan Helmi Yanzi. “The Corelation Between
The Levels Of Basic Skill Mastered in teaching with Studens
‘Achievement”, Jurnal Kultur Demokrasi, 3 (2015).
Simamora, dan Roymond. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan, Jakarta:
EGC, 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan (R&D), Bandung:Alfabeta,
2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2012.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2015.
44

Syamsuddin, Amir. “Pengembangan Istrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk


Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini’, Jurnal
Pendidikan Anak, 3 (Juni, 2014).
Syaripuddin. Sukses Mengajar Di Abad 21 (Keterampilan Dasar Mengajar dan
Pendekatan Pembelajaran K13) (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2019).
Tafanao, Talizaro. “Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Mahasiswa”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2 (Juli, 2018).
Umar, Elmia. “Penguasaan Keterampian Menjelaskan Dalam Pecapaian Tujuan
Pembelajaran pada Mahasiswa D-II PGSD”, Jurnal Inovasi, 6 (Desember,
2009).
Uniarsi, Meci. “Penerapan Keterampilan Guru Mengadakan Variasi”, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Katulistiwa, 3 (2014).
Wandri, Irvan. “Upaya meingkatkan keterampilan menjelaskan dan Bertanya
Guru Melalui Supervisi Klinis Pendekatan Non Direktif”, Jurnal
Pendidikan dan Kepengawasan, 1 (Oktober 2014).
Zazuli, Mohammad. Total Sucses Meraih Keajaiban Hidup Dengan Hukum Ilahi,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.

Anda mungkin juga menyukai