Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TAFSIR TARBAWI

“ Tafsir Ayat Ayat Tentang Kewajiban Belajar dan Mengajar“

Dosen pengampu : Zuailan S.T.h.I,M.Ag

Disusun oleh:

ANIKA FADILA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) MA’ARIF SAROLANGUN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir
Tarbawi.

Makalah Tafsur Tarbawi ini telah kami susun dengan maksimal, untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman khusunya kelompok kami yang telah
membantu membuat makalah Tafsir Tarbawi ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agara kami dapat memperbaiki makalah Tafsir
Tarbawi ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Tafsir Belajar Dan Mengajar” ini
semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Sarolangun , Desember 2021

Anika Fadila
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

c. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Mengajar..........................................................................3

B, Ciri Ciri Belajar Mengajar..............................................................................4

C. Konsep Belajar Mengajar...............................................................................4

D. Tafsir Ayat Al-Quran Belajar Mengajar.........................................................5

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern saat ini tidak asing lagi jika kita membicarakan tentang belajar
mengajar. Dunia pendidikan yang semakin berkembang dari masa kemasa yang menjadikan
manusia menjadi semakin pintar dan berkembang. Dari kemajuan pendidikan di dunia ini
maka dari pelosok pelosok negeri sudah banyak mengenyam pendidikan, bukan hanya
mengeyam pendidikan saja yang maju namun berbagai sisitem pendidikan berkembnag
denganadanya modernisasi dan pertukaran pelajar.

Namun apakah kalian tau belajar mengajar dalam dunia pendidikan itu tertulis
dalam ayat Al-Quran. Belajar mengajar sudah dilakukan pada zaman Rasulullah dan terus
berkembang sampai zaman sekarang. Kewajiban belajar mengajar dilakukan dahulu pada
zaman Rasullah untuk memerangi zaman Jahiliyah, dimana dahulu penduduk kota Mekah
rakyatnya tidak mempunyai pengetahuan apa-apa sehingga disebut zaman Jahiliyah atau
zaman kebodohan. Maka dari itu Allah menurunkan wahyu yang terdapat dalam Al-Quran
tentang kewajiban belajar mengajar sehingga manusia jauh dari kebodohan. Mencerdaskan
pemikiranya, memperbaiki akhlaknya serta menjaga rohaninya.

Dari uaraian diatas kita tahu bahwa pendidikan dimulai sejak zaman Rasulullah
tetapi masih banyak manusia yang tidak mengetahui ayat Al-Quran yang menerangkan
tentang kewajiban belajar dan mengajar. Maka dari itu pemakalah akan memaparkan tentang
tafsir kewajiban belajar dan mengajar.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan belajar mengajar?


2. Apa saja ciri-ciri belajar mengajar?
3. Bagaimana komponen belajar mengajar?
4. Bagaimana tafsir ayat Al-Quran tentang belajar mengajar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar mengajar.


2. Untuk mngetahui dan memahami ciri- ciri belajar mengajar.
3. Untuk mengetahui dan memahami komponen belajar mengajar.
4. Untuk mengetahui dan memahami tafsir ayat Al-Quran tentang belajar mengajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Mengajar

Belajar berasal dari bahasa Ar‫ﺪﺮﺲ‬

Menurut kamus besar bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh


kepandaian ilmu, berlatih, berubah tingkah laku, atau yang disebabkkan oleh pengalaman.
Sedankan menurut Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
mmeperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai dari hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi,
belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha memperoleh pengetahuan dan
dapat menimbulkan perubahan tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain yang beraasal dari
pengalaman seseorang berdasarkan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Mengajar menurut Prof. Dr. H. Dadang Suhardan adalah kegiatan akademik yang
berupa interaksi komunikasi anatara pendidik dengan peserta didik, aktivitas mengajar
merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta ddik dengan
menggunakan berbagai metode mengajar1. Jadi mengajar adalah suatu aktivitas untuk
membimbing seseorang mendapatkan atau mengubah keterampilan, sikap dan
pengetahuanya.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan interaksi komunikasi antara pendidik dan
peserta didik sehingga dalam proses memperoleh pengalaman kognitif, afektif dan
psikomotor mendapatkan stimulan dan respon yang biak dari peserta didik sehingga proses
belajar bengajar berjalan dengan baik.

B. Ciri-Ciri Belajar Mengajar


1
Dadang Suhardan,”Supervisi Profesisional Belajar”,(Bandung:Alfa Beta, 2010), hlm.67
Sebagai suatu proses pengajaran belajar mengajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu.
2. Adanya prosedur atau jalanya interaksi yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu pengerjaan materi.
4. Ditandai dengan aktifitas anak didik sebagai syarat mutlak berlangsungnya kegiatan
belajar dan mengjar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar adanya aturan yang telah disepakati antara peserta
didik dan pengajar.

C. Komponen-Komponen Belajar Mengajar

Komponen belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang harus dicapai dari pelaksanaan kegiatan2.
2. Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah sebuah materi yang akan disampaikan pada saat proses belajar
mengajar. Bahan pelajaran ada dua yaitu bahan pelajaran pokok dan pelengkap. Bahan
pelajaran pokok merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai pegangan guru dalam
mengajar sedangkan bahan pelajaran pelengkap adalah bahan pelajaran untuk
menambah referensi belajar.

3. Metode

2
Ibid,.hlm. 80
4
Metode adalah sebuah cara atau strategi dalam penyampaian bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan belajar dari pendidik ke pada peserta didik.
4. Alat
Adalah adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang sarana belajar
mengajar. Seperti, papan tulis, LCD proyektor, dan lain-lain.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengumpulan data sebanyak- banyaknya sehingga pendidik akan
mengetahui seberapa paham peserta didik akan pelajaran yang diajarkan.3

D. Tafsir Ayat Al-Quran Tentang Belajar Mengajar

a. Surah Al-‘Alaq : 1-5

4﴿‫﴾ الَّ ِذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬3﴿ ‫ك اَأْل ْكَر ُم‬ ِ ِّ‫﴾ا ْقرْأ بِاس ِم رب‬
َ ُّ‫﴾ ا ْقَرْأ َو َرب‬2﴿ ‫﴾ َخلَ َق اِإْل نْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬1﴿ ‫ك الَّذي َخلَ َق‬
َ َ ْ َ

5﴿ ‫﴾ َعلَّ َم اِإْل نْ َسا َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.”

Al-‘Alaq 1-5 ditafsirkan sebagai berikut:

Ayat 1, wahai Nabi, (Bacalah) apa yang Allah wahyukan kepadamu (dengan)
terlebih dahulu menyebut (nama Tuhanmu yang menciptakan) segala sesuatu dengan
keesaan-Nya.

Ayat 2, (Dia telah menciptakan manusia) yang sempurna bentuk dan


pengetahuannya (dari segumpal darah), sebagai kelanjutan dari fase nutfah. Setelah itu,

3
Ibid,.hlm 81
5
berturut-turut akan terbentuk sekepal daging, tulang, pelapisan tulang dengan daging, dan
peniupan roh.

Ayat 3, wahai Nabi, (Bacalah ) firman yang Allah turunkan kepadamu, (dan
Tuhanmulah yang maha mulia). Dia membagi kemurahan-Nya kepada semua makhluk.
Diantara kemurahan-Nya adalah menjadikan manusia bisa membaca, menulis, dan
mempelajari ilmu pengetahuan.

Ayat 4, Tuhanmu itulah (yang mengajar) manusia menulis dengan perantara


(pena) atau alat tulis lain.tulisan berguna untuk menyimpan dan menyebarkan pesan serta
ilmu pengetahuan kepada orang lain.

Ayat 5, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Manusia adalah
makhluk yang potensial untuk berkarya melalui ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari
Allah. Manusia belajar baik dari alam sekitar yang merupakan ciptaanNya maupun dari
wahyu yang Allah sampaikan melalui para rasul.

Dalam surat al alaq ini memang membaca menjadi hal utama dalam
pembelajaran, membaca dalam artian bukan hanya membaca tetapi juga meneliti,
mengkaji, mempelajari dan sebagainya baik ayat-ayat qouliyah ataupun yang berupa
kauniyah. Dalam ayat-ayat tersebut Allah mengukuhkan dengan kata “Bacalah” hingga
dua kali. Hal ini menunjukkan bahwa membaca atau belajar tidak hanya cukup satu kali
namun harus diulang ulang. Pastinya dalami pembelajaran hendaknya menyertakan nama
Allah dengan diaplikasikan lewat doa sebelum belajar atau yang lainnya.4

Bahwa membaca tanpa menyebut nama Allah pun jadi tidak berarti ataupun
menyebut nama Allah saja tanpa membaca, belajar dll pun kurang pas. Jadi, kedua hal
tersebut harus berkaitan karena sama pentingnya.

4
KEMENAG RI, Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
2016), hlm. 978
b. Tafsir Surah Al-Ghasiyah : 17-20

ِ ِ ُ‫واِىَل اْجلِب ِال َكي ف ن‬  ﴾١٨﴿ ‫ت‬ ِ ‫الس م ِاء َكي‬ ِ ِ
ِ ‫َألر‬
‫ض‬ ْ ْ‫﴾ َواىَل ا‬١٩﴿ ‫ت‬
ْ َ‫ص ب‬ َ ْ َ َ ْ ‫ف ُرف َع‬ َ ‫َأفَاَل يَنظُ ُرو َن ِإىَل اِإْل بِ ِل َكْي‬
َ ْ َ َّ ‫ َواىَل‬ ﴾١٧﴿ ‫ف ُخل َق‬
﴾٢٠﴿ ‫ت‬ ِ
ْ ‫ف ُسط َح‬
َ ‫َكْي‬
Artinya:
17.  Tidaklah  mereka perhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?
18.  Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19.  Dan gunung-gunung,  bagaimana ditegakkan?
20.  Dan bumi,  bagaimana dihamparkan?

Ayat 17, Tidaklah mereka perhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Disini Allah


swt. mengkhususkan unta sebagai objek pengamatan, mengingat bahwa ia adalah hewan
paling berguna bagi bangsa arab ketika itu. Dan memang ia sesungguhnya adalah hewan
yang mengagumkan. Meski memiliki tubuh serta kekuatan yang amat besar, ia begitu
patuhnya, bahkan kepada seorang yang lemah atau anak kecil sekalipun. Demikian pula
dalam hal kemampuannya mengangkut beban yang berat ke tempat-tempat yang berjarak
jauh. Dengan mudahnya ia duduk ketika akan dibebani atau ditunggangi, lalu bangkit berdiri
lagi untuk meneruskan perjalanan. Memiliki watak sabar menghadapi beratnya perjalanan,
haus dan lapar. Sedikit saja rerumputan sudah cukup baginya, berbeda dengan hewan-hewan
lain yang sejenis. Dan masih banyak lagi kelebihan dn keistimewaannya yang tidak dimiliki
hewan selainnya.5
7
Kelebihan keistimewaan itu bukan karena besar tubuhnya, sehingga dapat disamakan dengan
gajah, misalnaya. Sebab, gajah – meskipun memiliki sebagian keistimewaan yang dimiliki
oleh unta – namun ia tidak menghasilkan susu, dagingnya tidak dimakan, dan cara
mengendalikannya pun tidak semudah unta.

5
Ibid,.hlm.645
Ayat 18, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Yang dimaksud dengan
‘ditinggikan’ adalah pengaturan benda-benda yang berada diatas kepala kita, seperti
matahari, bulan dan bintang-bintang, masing-masing dalam garis peredarannya, tidak pernah
menyimpang dan tidak pernah pula merusak tatanannya.
Ayat 19,  Dan gunung-gunung,  bagaimana ditegakkan. Yakni untuk menjadi tanda
bagi para musafir dan tempat berlindung dari kejaran orang-orang zalim. Di samping itu,
pada galibnya ia adalah juga pemandangan indah bagi siapa yang melihatnya.
 Ayat 20,   Dan bumi, bagaimana dihamparkan. Yakni dengan meratakan
permukaannya dan menjadikannya mudah dimanfaatkan oleh manusia, untuk bermukim
diatasnya atapun berjalan di segala penjurunya.
c. Tafsir Surah Al-Imron 190-191

)١٩٠( ‫ات ُأِلويِل اَأْللْبَاب‬ ِ ‫ض واختِاَل‬


ٍ ‫ف اللَّي ِل والنَّها ِر آَل ي‬ ِ َّ ‫ِإ َّن يِف خْل ِق‬
َ َ َ ْ ْ َ ِ ‫اَأْلر‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ َ

‫ك فَِقنَا‬ ِ ‫ض ربَّنَا ما خلَ ْقت ٰه َذا ب‬


َ َ‫اطاًل ُسْب َحان‬َ َ َ َ َ َ ِ ‫اَأْلر‬
ِ َّ ‫الَّ ِذين ي ْذ ُكرو َن اللَّه قِياما و ُقعودا وعلَى جنُوهِبِم ويَت َف َّكرو َن يِف خ ْل ِق‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ َ ُ ََ ْ ُ ٰ َ َ ً ُ َ ً َ َ ُ ََ
)١٩١( ‫اب النَّا ِر‬ َ ‫َع َذ‬

Artinya : 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal . 191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “ya tuhan
kami. Tiadalah engkau menciptakan semua ini sia sia. Maha suci Engkau, lindungilah Kami
dari azab neraka.6

Dari uraian penjelasan mengenai kedua ayat diatas dapat dipahami bahwa terdapat
tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan langit dan bumi seisinya bagi orang yang
berakal yang mau mengingat dan memikirkannya dalam keadaan duduk,berdiri,berbaring
dan sebagainya. Berikut ini tafsiran para ulama mengenai ayat tersebut melalui ijtihadnya :7

1) Syaikh Imam al-Qurthubi


Allah SWT memerintahkan kita untuk melihat, merenung, dan mengambil
kesimpulan pada tanda-tanda ke-Tuhanan. Karena tanda-tanda tersebut tidak mungkin
ada kecuali diciptakan oleh Yang Maha Hidup, Yang Maha Suci, Maha
Menyelamatkan, Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun yang ada di alam semesta.
Dengan meyakini hal tersebut maka keimanan mereka bersandarkan atas keyakinan
yang benar dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan.
Al hasan menambahkan taffakur adalah cermin seorang mukmin, ia dapat
melihat segala kebaikan dan keburukan melaluinya.

9
2) Ahmad Mustafa Al maragi
Sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan
keajaiban ciptaanNya dalam bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang
tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir
kita karena pengaruh panas matahari, dingginya malam dan pengaruhnya pada dunia

6
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
7
Syaikh Imam al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurthubi, terj. Al-Jami’ Li Ahkaam Al-Qur’an, Dudi Rosyadi dkk,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm.768
flora dan fauna, dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan
keesaan Allah.
3) Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy
Sesungguhnya dalam peraturan langit dan bumi serta keindahannya, di dalam
pergantian malam dan siang serta terus menerus beriring-iringan melalui aturan yang
paling baik (harmonis) yang nyata pengaruhnya pada tubuh dan akal kita, seperti
panas dan dingin. Demikian pula pada binatang dan tumbuh-tumbuhan semua itu
merupakan dalil (bukti) yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan ilmu dan
kodratNya bagi orang yang berakal kuat.
4) M. Quraish Shihab
Ayat ini mengundang manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam
penciptaan, yakni benda-benda angkasa seperti matahari dan bulan dan jutaan gugusan
bintang yang terdapat di langit atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat
teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya yang melahirkan silih
bergantinya malam dan siang baik dalam masa maupun dalam panjang dan pendeknya
terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagiulul-albab, yakni memiliki akal yang
murni.8

10

d. Tafsir Surah At-Taubah :122

‫َّهوا يِف الدِّي ِن َولُِيْن ِذ ُروا َق ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُوا ِإلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم‬ ِ ‫ِئ‬ ٍِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫َو َما َكا َن الْ ُمْؤ منُو َن لَيْنف ُروا َكافَّةً َفلَ ْوال نَ َفَر م ْن ُك ِّل ف ْرقَة مْن ُه ْم طَا َفةٌ ليََت َفق‬
)١٢٢( ‫حَيْ َذ ُرو َن‬

8
Ibid.,hlm.769
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dan tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat
.9”menjaga dirinya
Surah at-taubah ayat 122 merupakan ayat yang menjelaskan tentang pentingnya
menuntut ilmu agama. Nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat itu adalah kewajiban
mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya, maksudnya tidaklah patut bagi
orang-orang mukmin. Dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat
menyertai setiap utusan perang yang keluar yang menuju medan perjuangan. Karena
menuntut ilmu itu mempunyai derajat yang sangat tinggi, sehingga disejajarkan dengan
orang yang perang dijalan Allah.

Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin
berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum
muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian berangkat ke
medan perang, dan sebagian lagi bertekun menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama
Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat
dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat
ditingkatkan. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam
disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang.

11

Akan tetapi tentu saja tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk
bertekun menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu agama, karena
sebagiannya sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di toko dan
sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam yang menggunakan waktu
dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama agar kemudian
9
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat, mereka dapat menyebarkan ilmu
tersebut, serta menjalankan dakwah Islam dengan cara atau metode yang baik sehingga
mencapai hasil yang lebih baik pula.10

Di samping itu perlu diingat, bahwa apabila umat Islam menghadapi peperangan
besar yang memerlukan tenaga manusia yang banyak, maka dalam hal ini seluruh umat
Islam harus dikerahkan untuk menghadapi musuh. Tetapi bila peperangan itu sudah selesai,
maka masing-masing harus kembali kepada tugas semula, kecuali sejumlah orang yang
diberi tugas khusus untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam dinas kemiliteran dan
kepolisian.

Oleh karena ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah untuk
mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang Islam yang
menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat dan kedudukan atau
keuntungan pribadi saja, apalagi untuk menggunakan ilmu pengetahuan sebagai
kebanggaan dan kesombongan diri terhadap golongan yang belum menerima pengetahuan.

12

Orang-orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan haruslah menjadi mercusuar


bagi umatnya. Ia harus menyebarluaskan ilmunya, dan membimbing orang lain agar
memiliki ilmu pengetahuan pula. Selain itu, ia sendiri juga harus mengamalkan ilmunya
agar menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang sekitarnya dalam ketaatan menjalankan
peraturan dan ajaran-ajaran agama. Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian,
10
Abbudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 158
bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan, setiap orang mukmin mempunyai tiga macam
kewajiban, yaitu: menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang
lain.11

Menurut pengertian yang tersurat dari ayat ini kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan yang ditekankan di sisi Allah adalah dalam bidang ilmu agama. Akan tetapi
agama adalah suatu sistem hidup yang mencakup seluruh aspek dan mencerdaskan
kehidupan mereka, dan tidak bertentangan dengan norma-norma segi kehidupan manusia.
Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat mencerdaskan kehidupan mereka dan
tidak bertentangan dengan norma-norma agama, wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan
Allah untuk memakmurkan bumi ini dan menciptakan kehidupan yang baik. Sedang ilmu
pengetahuan adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap sarana yang diperlukan
untuk melaksanakan kewajiban adalah wajib pula hukumnya.

13

e. Tafsir Surah Al-Ankabut : 19-20


ِ
)١٩(ٌ‫ك َعلَى ٱللَّ ِه يَ ِسري‬ ُ ِ‫ف يُْب ِدُئ ٱللَّهُ ٱخْلَْل َق مُثَّ يُع‬
َ ‫يدهُۥٓ ۚ ِإ َّن ٰذَل‬ َ ‫ََأومَلْ َيَر ْوا۟ َكْي‬

)٢٠(‫اخَر َة ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْى ٍء قَ ِد ٌير‬


ِ ‫نش ٱلنَّ ْشَأَة ْٱلء‬
َ
ِ
‫ف بَ َدَأ ٱخْلَْل َق ۚ مُثَّ ٱللَّهُ يُ ُئ‬
ِ
ْ ‫قُ ْل سريُوا۟ ىِف‬
ِ ‫ٱَأْلر‬
َ ‫ض فَٱنظُُر ۟وا َكْي‬

11
Ibid., 160
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai
penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (Kembali). Sungguh, yang demikian
itu mudah bagi Allah, (19). Katakanlah, berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana
(Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir.
Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, (20).”12

Pada ayat 19, menjelaskan tentang kemudahan Allah dalam memulai penciptaan dan
mengulanginya kembali. Pada ayat 20 menjelaskan bahwa Allah memulai kehidupan ini dan
mengulangnya dengan kekuasaan-Nya yang mutlak yang tak terikat dengan pola pandang
manusia yang terbatas.

14

12
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan interaksi komunikasi antara pendidik dan
peserta didik sehingga dalam proses memperoleh pengalaman kognitif, afektif dan
psikomotor mendapatkan stimulan dan respon yang baik dari peserta didik sehingga proses
belajar bengajar berjalan dengan baik.

Komponen-komponen dalam belajar-mengajar meliputi: tujuan, bahan pelajaran,


metode, alat, dan evaluasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemah. 2012. Departemen Negara RI. Bandung: Syaamil Qur’an.

Imam al-Qurtubi, Syaikh. 2008. Tafsir Al-Qurthubi, terj. Al-Jami’ Li Ahkaam Al-Qur’an, Dudi
Rosyadi dkk. Jakarta: Pustaka Azzam.

KEMENAG RI. 2016. Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim. Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an.

Nata, Abbudin. 2012. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesisional Belajar. Bandung: Alfa Beta

16

Anda mungkin juga menyukai