Anda di halaman 1dari 12

PERSONAL PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

Kelompok VI

1. Devi Asriah (23180011)


2. Resky Mulia (23180013)
3. Rifaldo Risky (23180017)

Dosen Pengampu:

Ahmad Asrin, S.Ag, MA

PROGRAM STUDI TADRIS IPA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

T.A 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi kehidupan akhirat kelak. Sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih baik mudah dan
penuh manfaat.
Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa. Rasa terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah selaku pembimbing yang
telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam proses
penyelesaian karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan
pikirannya dalam bentuk kritik, saran dan masukan demi kesempurnaan makalah ini
nantinya.
Mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta pembaca lainnya yang ingin mengambil hikmah dari judul
“Personal Pendidikan Islam” sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.

Panyabungan, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam ..................................... 2


B. Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam ............................. 3
C. Evaluasi Pendidikan Islam ................................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses
transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam
sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang
secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab
tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa
arah, bahkan salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga dengan
pendidikan Islam yang berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses
yang panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan. Namun,
tidak semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa sandungan
sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan Islam, yaitu ketika output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai
dengan tujuan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidik dalam perspektif pendidikan Islam?
2. Bagaimana proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam?
3. Bagaimana evaluasi pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pendidik dalam perspektif pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui evaluasi pendidikan Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam


Setiap etimologis, istilah pendidik dalam konteks pendidikan Islam sering
disebut dengan istilah “murabbi, mu’allim, muaddib.” Disamping istilah tersebut,
pendidik juga sering diistilahkan dengan menyebut gelarnya, al-Ustadz atau al-
Syekh. Menurut para ahli bahasa, kata murabbi berasal dari kata “rabba, yurabbi”,
yang berarti membimbing, mengurus, dan mendidik. Kata “mu’allim “merupakan
bentuk “isim fa’il dari ‘allama, yu’allimu”, yang biasa diterjemahkan “mengajar”
atau “mengajarkan”.1 Hal ini sebagaimana ditemukan dalam firman Allah sebagai
berikut:

ِِ ِِ ِ َْ ِ‫ض ُه َْمَ َعلَىَالْ َمَٰلئِ َك َِةَفَ َقاَ ََلَاَنَْبِ ئُ ْو‬


َ ْ ‫نَبَِاََ ْْسَا َءَ ٰٰۤه ُؤََل َءَا َْنَ ُكْنتُ َْمَ ٰصدق‬
َ‫ي‬ َ ‫الَ ْْسَا َءََ ُكلَّ َهاَ َُثََّ َعَر‬
َْ َ‫َو َعلَّ ََمَاٰ َد ََم‬
Artinya:“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian
Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkan kepada-
Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”(QS. Al-Baqarah 2:
Ayat 31)
Sementara istilah “muaddib” berasal dari akar kata “addaba, yuadaibu”, yang
biasa diartikan “mendidik”. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam sabda
Rasulullah SAW: “Addabani Rabbi fa Ahsana Ta’diibi” (Allah telah mendidikku,
maka ia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan). Dalam konsep islam,
pendidik memiliki peran yang sangat penting. Selain sebagai pengajar, ia juga
menjadi bapak rohani (spiritual father) yang memberikan nasihat- nasihat yang baik
(mau’idhah hasanah) kepada anak didiknya. Oleh karena itu, pendidik dalam islam
mempunyai kedudukan yang sangat tinggi.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendidik dalam islam adalah setiap orang
dewasa, yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan
dirinya dan orang lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat
pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik juga mendapatkan legitimasi
agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang
dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada setiap orang
karena tanggung jawabnya atas pendidikan.

1
Abdullah Yatimin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2017), h. 10.

2
B. Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam
Proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan
interaksi dan saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan fungsi
utama pendidikan memberikan materi pelajaran atau sesuatu yang mempengaruhi
peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran, pengaruh atau sesuatu
yang diberikan oleh pendidik.2 Pengertian proses belajar mengajar dalam arti
sederhana ini dapat dipahami dari beberapa ayat dibawah ini:
1. Surah Al-„Alaq Ayat 1

ََ ِّ‫اِقْ َرَأَْبِاَ ْس َِمَ َرب‬


َْ ‫كَالَّ ِذ‬
َ‫يَ َخلَ َق‬
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,”(QS.
Al-„Alaq 96: Ayat 1)
Proses belajar mengajar berlangsung dari Tuhan kepada Nabi
Muhammad SAW membacakan segala sesuatu yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril.
2. Surah Al-Baqarah Ayat 31

َ‫نَبَِاََ ْْسَا َِءَ ٰٰۤه ُؤََل َِءَاِ َْنَ ُكْنتُ َْم‬


َْ ِ‫ض ُه َْمَ َعلَىَالْ َمَٰلئِ َك َِةَفَ َقاَ ََلَاَنَْبِ ئُ ْو‬
َ ‫َو َعلَّ ََمَاٰ َد ََمَ ْالََ ْْسَا َءََ ُكلَّ َهاَ َُثََّ َعَر‬
ََ ْ ِ‫ٰص ِدق‬
‫ي‬
Artinya:“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman,
"Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang
benar!”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 31)
Proses belajar berlangsung dari Tuhan (sebagai maha guru) kepada adam
(sebagai mahasiswa). Adapun materi yang diajarkan pada proses belajar
mengajar tersebut berupa nama-nama segala sesuatu, tersebut nama-nama benda,
yakni hukum-hukum alam yang terdapat di alam jagat raya, yang semuanya itu
sebagai bukti adanya nama-nama atau tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Adapun
metode yang digunakan adalah metode al-ta’lim, yakni memberikan pengertian,
pemahaman, wawasan, dan pencerahan tentang segala sesuatu dalam rangka
membentuk pola pikir (mindset).

2
M. Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2012), h. 13.

3
3. Surah Luqman Ayat 12

ََ‫ْم َةَاَ َِنَا ْش ُك َْرَلِٰلَِّه َوَم َْنَيَّ ْش ُك َْرَفََاَََِّّنَاَيَ ْش ُك َُرَلِنَ ْف ِسه َوَم َْنَ َك َفََرَفََاَِ ََّنَال ٰلَّه‬ ِْ َ‫ولََق َْدَاٰتَي نَاَلُْق ٰم َن‬
َ ‫اْلك‬ َ ْ َ
َ‫َحْيد‬َِ َ‫ن‬ َ‫َغ ِ ي‬
Artinya:“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu,
Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya, Maha Terpuji.”(QS. Luqman 31: Ayat 12)
Proses belajar mengajar berlangsung dari Tuhan kepada Luqman al-
Hakim, materi yang diajarkan berupa hikmah, dan tujuannya agar Luqman
menjadi orang yang bersyukur, yakni selain memuji keagungan Allah SWT, juga
mau mengamalkan ilmunya itu dalam kehidupan sehari-hari, serta
mengajarkannya kepada anak-anaknya, dan seterusnya.
Dalam pengertian yang lebih luas dan sistematik, proses belajar mengajar
adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara satu dan lainnya.
Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang
profesional dan siap mengajar, murid yang siap menerima pelajaran, pendekatan
yang akan digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang akan dipilih,
teknik dan taktik yang akan digunakan. Dengan demikian, ukuran keberhasilan
sebuah proses belajar mengajar itu dapat dilihat pada sejauh mana ia mampu
memberikan perubahan secara signifikan pada kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor peserta didik.
Proses belajar mengajar secara singkat ialah proses memanusiakan manusia,
yakni mengaktualisasikan berbagai potensi manusia, sehingga potensi-potensi
tersebut dapat menolong dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Sebuah proses belajar mengajar dapat dikatakan gagal, jika antara sebelum dan
sesudah mengikuti sebuah kegiatan belajar mengajar, namun tidak ada perubahan
apa-apa pada diri siswa atau mahasiswa. Konsep belajar mengajar yang berbasis
pada proses ini juga terdapat dalam konsep belajar tuntas atau mastery learning yang
digagas oleh Benyamin S. Bloom. Menurutnya, bahwa pada dasarnya semua orang
dapat menguasai bahan pelajaran sampai tuntas.

4
Namun untuk menguasai bahan pelajaran tersebut setiap orang harus
diperlakukan secara berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Bagi siswa
yang kecerdasannya tinggi agar diperlakukan berbeda dengan siswa yang
kecerdasannya rendah. Dengan memperlakukan cara dan lamanya waktu yang
dibutuhkan secara berbeda-beda, akhirnya seseorang akan sampai pada tujuannya
masing-masing dan menguasai bahan pelajaran sampai tuntas. Selain terdapat guru
dan murid serta sejumlah teknisi atau fasilitataor lainnya yang membantu, kegiatan
proses belajar mengajar juga membutuhkan kejelasan sejumlah komponen atau aspek
tersebut taitu aspek tujuan, pendekatan, metode, teknik, dan taktik. Berbagai
komponen/aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:3
1. Menentukan Tujuan Belajar Mengajar
Tujuan belajar mengajar adalah sejumlah kompetensi atau kemampuan
tertentu yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Tujuan belajar mengajar secara lebih detail dan terperinci harus
dirumuskan oleh setiap guru yang akan mengajar. Pada setiap tujuan belajar
mengajar dari setiap mata pelajaran perlu dirumuskan dengan jelas dan
operasional tentang kompetensi atau kemampuan yang ingin diwujudkan pada
setiap peserta didik, baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2. Menentukan Metode Pengajaran
Metode (method) secara harfiah berasal dari dua perkataan,
yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau
“cara”. Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam pemakaian yang umun, metode diartikan sebagai cara melakukan
sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan
konsep-konsep secara sistematis. Dalam dataran praktis secara umum kita kenal
dengan bentuk-bentuk, seperti metode teladan, kisah-kisah, nasihat, pembiasaan,
hukuman dan ganjaran, ceramah, diskusi, dan seterusnya. Metode dalam sistem
pendidikan Islam mempunyai peran dan fungsi khusus. Penerapan metode yang
tepat harus disesuaikan dengan kekhususan kemampuan peserta didik dalam
belajar, oleh sebab itu metode secara operasional memiliki berbagai macam
bentuk dan variasi praktis.

3
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 39.

5
3. Menentukan Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
Pendekatan dapat diartikan sebagai cara pandang atau titik tolak yang
digunakan dalam menjelaskan sesuatu masalah. Karena cara pandang atau titik
tolak yang dapat digunakan dalam menjelaskan sesuatu masalah itu amat banyak,
maka kesimpulan yang akan dihasilkan pun akan berbeda-beda. Dengan
demikian, pendekatan dalam proses belajar mengajar adalah cara pandang atau
titik tolak yang digunakan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Menentukan Teknik Mengajar
Teknik mengajar adalah cara-cara yang terukur, sistematik, dan spesifik
dalam melakukan suatu pekerjaan. Perbedaan teknik yang digunakan akan
menentukan perbedaan hasil, tingkat kecepatan dan kepuasan kepada orang yang
terlibat atau merasakan manfaat dari pekerjaan tersebut. Tidak hanya dalam
kegiatan belajar mengajar, melainkan hampir seluruh kegiatan terdapat teknik
dalam melakukannya.
5. Menentukan Taktik
Dalam kegiatan proses belajar mengajar juga terdapat juga terdapat
berbagai taktik yang berkaitan dengan upaya mendorong para siswa agar datang
tepat waktu, mengerjakan tugas- tugas dengan baik, agar siswa meningkat
perolehan nilai ujiannya, agar gemar membaca, dan lain sebagainya. Semua
taktik itu perlu dilakukan dalam rangka mendukung pelaksanaan metode
pengajaran yang telah dipilih berdasarkan pendekatan yang telah ditetapkan.
C. Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi sebagai salah satu komponen pendidikan sasarannya adalah proses
belajar mengajar. Namun bukan berarti evaluasi itu hanya tertuju kepada hasil belajar
murid, ia juga bisa meramalkan tentang keuntungan yang diperoleh melalui
penyelenggaraan yang tepat dalam merumuskan teknik-teknik.4 Dalam pelaksanaan
evaluasi, ada beberapa hal yang muncul dari pemikiran Hasan al-Banna diantaranya
yang paling penting sekali adalah kejujuran. Untuk membentuk sifat jujur di dalam
diri peserta didik, ia menerapkan sebuah model evaluasi “al-muhasabah” sebagai
sebuah metode untuk membentuk sikap percaya diri sendiri, yaitu membuat
pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan oleh seseorang kepada dirinya sendiri dan ia
sendiri yang harus menjawabnya dengan “ya” atau “tidak”.

4
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), h. 21.

6
Introspeksi hanya dilakukan sendiri tidak memerlukan pengawasan orang
lain. Tujuannya adalah menanamkan kepercayaan pada diri sendiri. Untuk
membentuk jiwa yang jauh dari kecurangan, Hasan al-Banna menanamkan
keyakinan kepada mereka bahwa Allah selalu menyertai mereka. Sedangkan dari
aspek tujuan evaluasi adalah untuk menjadi sarana kenaikan manzilah (kedudukan).
Oleh karena itu, apapun bentuk ujian terhadap manusia seluruhnya bersifat positif.
Itulah sebabnya Hasan al-Banna selalu melihat sebuah bencana yang menimpa umat
sebagai sebuah ujian diri. Evaluasi kinerja sebagai seorang yang menapaki jalur
dakwah dan pendidikan.
Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-
keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum, baik mengenai
perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang
menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. Oleh karena itu, yang
dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah
keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana
keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari
pendidikan Islam itu sendiri.
Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam,
evaluasi berfungsi sebagai berikut:5
1. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang telah
dilakukan benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap
pendidik/guru maupun anak didik/murid.
2. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan
apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
3. Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan
dan kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
4. Sebagai bahan laporan bagi orang tua murid tentang hasil belajar siswa. Laporan
ini dapat berbentuk buku raport, piagam, sertifikat, ijazah, dan lain-lain.
5. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan
pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.

5
Azwar Saifudin, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2010), h. 19.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendidik dalam konteks pendidikan islam sering disebut dengan istilah murabbi,
mu’allim, muaddib. Disamping istilah tersebut, pendidik juga sering diistilahkan
dengan menyebut gelarnya, al-Ustadz atau al-Syekh.
2. Proses belajar mengajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen
yang antara satu dan lainnya. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan
tujuan yang ingin dicapai, guru yang profesional dan siap mengajar, murid yang
siap menerima pelajaran, pendekatan yang akan digunakan, strategi yang akan
diterapkan, metode yang akan dipilih, teknik dan taktik yang akan digunakan.
3. Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam,
evaluasi berfungsi sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang
telah dilakukan benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan
sikap pendidik/guru maupun anak didik/murid.
b. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan
apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
c. Untuk mengetahui informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang
diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum pendidikan Islam.
d. Sebagai bahan laporan bagi orang tua murid tentang hasil belajar siswa.
Laporan ini dapat berbentuk buku raport, piagam, sertifikat, ijazah, dan lain-
lain.
e. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya
dengan pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan
pendidikan.
B. Saran
Demikian hasil makalah kami, pemakalah sadar masih banyak kekurangan
dalam makalah untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. 2012. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta Selatan:
Ciputat Pers.

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Iqbal, Abu Muhammad. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Saifudin, Azwar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Offset.

Yatimin, Abdullah. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai