DISUSUN OLEH:
Reva Rodianah 22210036
Kaulan Azizah 22210017
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
di tentukan. Tanpa pertolongan-nya tentu-nya kami tidak akan bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di dunia dan akhirat
nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-nya, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas awal dari mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan materi “ Pendidik Dalam Kajian Hadist Tarbawi.”
Kami berterima kasih kepada orang yang terlibat dalam proses penyelesaian
makalah ini terutama kepada dosen mata kuliah ini dan kepada teman satu kelompok atas
kerjasamanya.
Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tangerang, 1 Desember,2022
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran
“an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogi, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Ingggris
dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam Bahasa Arab
istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata mu’allim, merupakan bentuk isim fa’il dari kata ‘allama, yu’allimu, ta’liman
(melatih), sedangkan mu’addib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban (mendidik).3
Ketiga istilah tersebut mengandung makna yang berhungan Allah SWT, manusia,
masyarakat serta lingkungan yang berkaitan dengan semua itu.
Sebuah ajaran, prinsip dan nasehat tidak akan bisa dibuktikan kebenaran dan
kekuatannya selama ia belum pernah diaplikasikan. Aplikasi dan keteladanan yang nyata
dari tokoh pembawa ajaran akan menjadi bukti paling kuat dan tak terbantahkan bahwa
sebuah ajaran layak dianut karena ia telah membuktikan dirinya sebagai ajaran yang benar
dan realistis.
Islam memiliki tokoh dan figur sentral dimana seluruh sisi kehidupannya dapat
dijadikan contoh oleh para pengikutnya, sehingga ajarannya tidak bersifat utopia dan
khayalan, melainkan terwujud dalam tataran realitas. Dan itu semua nampak dalam
pribadi Nabi Muhammad Saw.
6
Maka fungsi utama diutusnya Rasulullah Saw adalah untuk menjadi bukti hidup
dan contoh nyata dari seluruh ajaran dan syariat Allah Swt yang diturunkan melalui
wahyu-Nya. Rasulullah Saw telah memperagakan semua ajaran yang diterimanya dari
Allah Swt, hal ini menjadi bukti bahwa Syariat Islam bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengikuti Islam dengan dalih
ajarannya dinilai berat dan di luar batas kemampuan manusia.
Rasulullah Saw adalah tokoh yang memiliki banyak peran. Ia adalah seorang
pemimpin umat, komandan perang, referensi bagi umat dan hakim dalam menyelesaikan
berbagai masalah. Tapi dari sekian banyak peran beliau, peran paling utama dan esensial
adalah peran sebagai seorang pendidik atau guru.
Ada tiga peran utama Rasulullah Saw yang tertera dalam di atas:
Ayat yang pertama turun kepada Nabi Muhamad Saw yaitu ayat 1-5 Surat Al-‘Alaq:
Ayat ini menegaskan bahwa Islam dibangun di atas pondasi Ilmu dan
pengetahuan. Dan menjadi tujuan diutusnya Nabi adalah menunjukkan manusia kepada
kebenaran dan mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya ilmu dan
pengetahuan.
Maka tidak heran jika Nabi Muhammad Saw mengutamakan ilmu dan
menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Nabi mengutamakan ilmu dari
shalat nafilah.
Nabi Muhammad Saw adalah seorang Murabbi, sebuah kata yang masuk ke
dalamnya aktivitas mengajar, mentoring, pemberi nasehat dan pemberi petunjuk.
7
Merupakan pusat dari misi kenabian dan pucak kesuksesan revolusi sosial. Sebagai
pendidik, Muhammad Saw adalah seorang Rasul yang memperkenalkan dirinya sebagai
seorang guru.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling indah budi
pekertinya. Pada suatu hari beliau menyuruhku untuk suatu keperluan. Demi Allah, saya
tidak pernah bepergian untuk keperluanku sendiri, tetapi selamanya saya pergi untuk
melaksanakan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepadaku. Pada saat saya pergi,
dan kebetulan bertemu dengan beberapa orang anak sedang bermain-main di pasar. Tiba-
tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menepuk pundakku dari belakang. Saya
menengok kepada beliau, dan beliau tersenyum. Lalu kata beliau; Hai, Anas kecil!
Sudahkah engkau laksanakan apa yang aku perintahkan? Jawabku; Ya, saya akan pergi
untuk melaksanakannya ya Rasulullah. Anas berkata; ‘Demi Allah, sembilan tahun
lamanya saya membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pernah saya
dapatkan beliau menegur saya atas apa yang saya kerjakan dengan ucapan; ‘Mengapa
kamu tidak melakukan begini dan begitu.’ ataupun terhadap apa yang tidak saya
laksanakan, dengan perkataan; ‘seharus begini dan begini.’
Nabi Saw berusaha memahami kondisi orang yang mendengar dan bertanya
kepadanya. Beliau tidak pernah mengajarkan hal-hal yang tidak mereka pahami. Tetapi
menjawab pertanyaan sesuai pemahaman masing-masing.
Menjadi kesahalan fatal jika seorang guru di sekolah atau madrasah, mengajarkan
Islam tanpa melihat perbedaan keilmuan pada mereka. Sebab di antara murid tersebut ada
yang segera paham, ada yang baru paham setelah dua kali dijelaskan, dan ada yang paham
setelah berkali-kali dijelaskan. Jangan sampai tujuan mengajar seorang guru hanya
menghabiskan materi saja tanpa memberikan perhatian apakah murid paham atau belum.
Manusia ibarat barang tambah. Kapasitas dan energinya berbeda-beda. Baik dari
sisi semangat, kecerdasan, kesiapan, dan daya tangkap. Sehingga seorang pendidik harus
berinteraksi dengan semua orang. Ia harus berbicara dengan siapa saja tanpa terkecuali.
Maka disinilah tersimpan kepandaian seorang pendidik dalam memberikan kepuasan
kepada seluruh tingkatan dan mewujudkan (tawazun) keseimbangan di antara mereka.
8
2.3 Kedudukan Pendidik
Pendidik adalah seseorang yang berperan penting dalam pendidikan anak, karena
orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, dalam Islam mendapatkan tempat yang
dimuliakan, Islam sangat menghormati. Islam tidak dapat dikembangkan dan dilestarikan
tanpa orang yang mempunyai ilmu. Oleh sebab itu kedudukan pendidik diantaranya yaitu:
Pendidik adalah bapak rohani bagi si terdidik, yang memberikan santapan jiwa
dengan ilmu, pembinaan dalam akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk.
Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan yang yang tinggi dalam Islam. Alghazali
menukil beberapa hadis Rasulullah SAW tentang keutamaan seorang pendidik.
Andai kata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia akan seperti binatang,
sebab: “pendidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (binatang
buas ataupun binatang jinak) kepada sifat insaniyandan ilahiyah.
Seorang guru yang baik dalam pengertian melaksanakan tugasnya dengan ikhlas
karena Allah akan mendapat kemuliaan dan keutamaan. Di antara keutamaan itu adalah
ia teremasuk golongan orang yang tidak putus dari rahmat Allah atau orang yang terkutuk.
9
- Pendidik Harus Beriman
Yang dapat kita pahami bahwa orang yang berfatwa dan mengajar harus berilmu
pengetahuan. Termasuk dalam hal ini adalah pendidik, guru. Bila pendidik tidak berilmu
pengetahuan, maka murid-murid yang diajarnya akan sesat atau dalam bahasa
kependidikan bila guru tidak profesional akan mengakibatkan proses pembelajaran akan
sia-sia. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen Republik Indonesia, salah satu syarat
bagi guru adalah profesional.
Menjelaskan siksaan Allah yang bakal diterima oleh orang yang mengajarkan
kebaikan (al-amr bi al-ma'ruf) tetapi ia sendiri tidak mengerjakannya, dan orang yang
menasihati orang agar meninggalkan yang jelek (al-nahy 'an al-munkar) tetapi ia sendiri
mengerjakannya. Tugas tersebut adalah salah satu yang dikerjakan oleh pendidik, guru.
Jadi guru harus mengamalkan ilmu yang diajarkannya kepada peserta didiknya agar
terhindar dari siksa Allah.
10
- Pendidik harus Berlapang Dada
Berlapang dada adalah sikap ntidak mudah marah dan apabila marah dapat
mengendalikan diri secara normal. Menurut Ibnu Hajar, bahwa orang yang memberi
nasihat boleh menampakkan sikap marah, karena dia sebagai orang yang memberi
peringatan. Begitu juga seorang guru, jika dia mencela kesalahan murid yang belajar
kepadanya. Karena terkadang hal itu terpaksa dia lakukan agar si murid dapat menerima
kebenaran darinya, akan tetapi hal itu harus disesuaikan dengan keadaan psikologi
masing-masing murid.
Sikap lapang dada dan jauh dari kedengkian akan mewujudkan keseimbangan
jiwa bagi manusia dan akan membiasakannya untuk selalu cinta kepada kebaikan bagi
masyarakat. Ia juga akan memberikan jalan bagi kebaikan pada jiwa manusia untuk
sampai kepada puncaknva. Nabi telah memberiikan bimbingan sahabat Anas bin Malik -
ketika masih kecil agar mencuci noda-noda jiwa setiap pagi dan petang dengan cara
memberikan maaf kepada setiap orang yang berbuat jahil kepadanya, dan juga
mengosongkan hatinya dari sisa-sisa hembusan setan ke dalam akal pikiran.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESMPULAN
Dari penjelasan mengenai “Pendidik Dalam Perspektif Hadis” pada bab-bab sebelumnya,
dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya Pendidik dan kedudukannya dalam perspektif
hadis
1. Allah SWT,
Allah adalah Rabbul ‘Alamin, Allah SWT memberikan bimbingan kepada manusia
secara tidak langsung. Allah SWT mendidik manusia melalui wahyu yang disampaikan kepada
manusia dengan perantaraan malaikat Jibril. Jibril menyampaikan pula kepada Nabi SAW, dan
selanjutnya Nabi membimbing umatnya dengan perantaraan wahyu.
2. Rasulullah SAW
Rasulullah SAW merupakan orang terpilih dari kalangan manusia, yang memiliki sifat-
sifat kemuliaan sebagai seorang pendidik. Di antara sifat-sifat mulia tersebut adalah siddiq (jujur),
Amanah (dipercaya), fathanah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan).
3. Orang Tua
Orang Tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga disebabkan karena secara alami
anak-anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ayah dan ibunya
Seorang Guru, ‘alim serta para syekh, mursyid dan murabbiy (penunjuk jalan kebenaran
dan pendidik), yang berakhlak mulia, wajib mengajar, membimbing, mendidik manusia kejalan
Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW.
3.2 SARAN
Tentunya kami menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak
ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J. (2021). Rasulullah sebagai Guru dan Pendidik Ideal. Pendidikan, 11.
Jasman, E. (2017). Pendidik dalam Perspektif Hadits. Makalah Ulumul Hadits, 64-70.
Umar, B. (n.d.). Pendidik dalam Hadits. Bukhoti Umar Blog.
13