Anda di halaman 1dari 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIE\W HORAY

BERBANTUAN FLIPCHART TERHADAP HASIL BELAJAR


PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
BUDI PEKERTI KELAS VII
DI SMP NEGERI 35
KOTA PADANG

Proposal Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sebagai Langkah Awal dalam
Penulisan Skripsi pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Bunga Rindiyani Shafitri


1714010052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/2021 M
OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Batasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Definisi Operasional

F. Tujuan Penelitian

G. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran

2. Model Course Review Horay

3. Flipchart

4. Hasil Belajar

5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

B. Kajian Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

2. Sampel

D. Variabel Penelitian

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

2. Instrumen Pengumpulan Data

F. Validitas dan Realibilitas Instrumen

1. Validitas

2. Realibilitas

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

2. Uji Homogenitas

3. Uji Hipotesis

DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jasmani berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

penting dalam kehidupan manusia turut mengalami perkembangan seiring

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan

manusia dapat mengembangkan diri dan memberdayakan potensi alam atau

lingkungan untuk kepentingan hidupnya. Untuk meningkatkan diri melalui

pendidikan mutlak dilakukan agar tidak ketinggalan dalam perkembangan

dunia pengetahuan.1 Pendidikan juga memberikan kesempatan, harapan, dan

pengetahuan pada peserta didik agar hidup menjadi lebih baik. Akan tetapi,

hal tersebut tergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh seseorang.

Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan anak aktif dalam kegiatan

pembelajaran dengan terciptanya nilai yang bermutu untuk menghadapi

tantangan kehidupan.2

Menurut Ramayulis pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan

oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan

bimbingan pengajaran dan latihan yang di selenggarakan di lembaga

pendidikan formal (sekolah) non-formal (masyarakat) dan in-formal (keluarga)

dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta

didik agar berperan dalam berbagai kehidupan.3

1
Jasmani Asf, Supervisi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.15
2
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 1
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.18

1
2

Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu

terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab

berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya

dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu.4

Untuk itu setiap peserta didik diharapkan dapat memperoleh pendidikan

untuk kegiatan belajar mengajar, baik itu di sekolah maupun di luar sekolah

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup peserta didik tersebut. Agama

Islam juga menganjurkan untuk selalu beriman dan belajar, sebagaimana

firman Allah SWT sebagai berikut:

َ‫اج دًا َو قَ ا ِئ ًم ا َي حآ ذَ ُر آاْل ِخ َر ة َ َو َي آر ُج و َر حآ َم ة‬


ِ ‫س‬َ ‫أ َ َّم آن ه َُو قَ ا ِن تٌ آ نَا َء اللَّ آي ِل‬

‫َر ِب ِه ۗ قُ آل ه آَل َي آس تَ ِو ي الَّ ِذ ينَ َي آع لَ ُم ونَ َو الَّ ِذ ينَ ََل َي آع لَ ُم ونَ ۗ ِإ َّن َم ا َي ت َذَ َّك ُر أ ُو لُ و‬

ِ ‫آاْل َ آل َب ا‬
‫ب‬

Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)


ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan
sujud lalu berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang
dapat menerima pelajaran”. (Qs. Az-Zumar ayat 9)

Pada Kitab Tafsir Al-Misbah dijelaskan kata ( ‫ ) يعلمون‬sama halnya

dengan ilmu pengetahuan, maksudnya adalah pengetahuan yang bermanfaat,

yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu menyesuaikan

4
Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.
Ke-2, h. 41
3

diri dan amalnya dengan pengetahuan itu. Kata ( ‫ ) يتذكرون‬berasal dari kata

( ‫ ) ذكر‬dzikr yakni pelajaran/ peringatan.5

Oleh karena itu, orang yang mengetahui dan tidak mengetahui tidaklah

sama kedudukannya di dunia maupun di akhirat, dihadapan manusia maupun

dihadapan Allah. Maka dari itu sebagai muslim yang berilmu hendaknya tahu

dan saling memberitahu antar sesama agar dapat meningkatkan kualitas

ketaqwaan.

Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang

tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang selalu berinteraksi

didalamnya. Pendidik atau guru merupakan salah satu komponen penting

dalam proses pembelajaran. Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005

tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan menengah. Guru

merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada

umumnya, karena guru memegang peran dalam proses pembelajaran dimana

proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan.6

Pentingnya peran seorang guru juga dijelaskan dalam Al-Qur’an,

sebagaimana firman Allah SWT, yaitu:

5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, (Yogyakarta: Lentera Hati, 2006), h. 196-197
6
Nureva dan Siska Wulandari, Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
terhadap Hasil Belajar Siswa, (Jurnal Iqra’: Kajian Ilmu Pendidikan, Volume 4 Issue 1), Juni
2019, h. 15
4

ِ ‫وح ي ِإ لَ آي ِه آم ۚ فَ ا آس أ َلُ وا أَ آه َل‬


‫الذ آك ِر ِإ آن ُك آن ت ُ آم‬ ً ‫س آل نَا ِم آن قَ آب لِكَ ِإ ََّل ِر َج‬
ِ ُ‫اَل ن‬ َ ‫َو َم ا أَ آر‬

َ‫ََل تَ آع لَ ُم ون‬

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad),


melainkan orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada
mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Qs. An-Nahl ayat
43)

Dalam Kitab Tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwasanya, walaupun

penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan serta

siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya bersifat umum,

maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak

diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapapun yang tahu dan tidak

tertuduh objektivitasnya.7

Oleh karena itu, pada masa sekarang ini banyak orang yang dapat kita

jadikan tempat bertanya, seperti halnya pendidik di sekolah yang bertugas

sebagai sumber ilmu dalam proses belajar mengajar. Selain pendidik, juga

banyak orang yang dapat dijadikan tempat bertanya, sesuai dengan keahlian

dan ilmu yang dipertanyakan.

Sanjaya menyebutkan keberhasilan suatu proses pembelajaran diukur

dari sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran yang

disampaikan pendidik dan adanya perubahan yang diperoleh dari proses

belajar yang disebut sebagai hasil belajar yang dapat ditunjukan dalam bentuk

perubahan pengetahuannya dan pemahamannya. Belajar dikatakan berhasil

7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 235
5

apabila hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat berubah menjadi lebih

baik dari hasil belajar sebelumnya.8

Selain pendidik, komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam

proses proses pembelajaran adalah model pembelajaran. Setiap pendidik yang

akan mengajar, harus selalu membuat perencanaan, salah satu yang harus

dilakukan adalah mampu membuat peserta didik senang dengan suasana

belajar, melalui model yang menarik. Penggunaan model pembelajaran

bertujuan membantu pendidik dalam menyampaikan materi agar mudah di

tangkap oleh peserta didiknya.

Guru menjadi kreatif dan inovatif apabila mengaplikasikan berbagai

model pembelajaran ketika mengajar. Kreativitas guru dapat dituangkan

dalam mengajar, contohnya yakni dapat mengembangkan serta memilih

model pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan tema yang diajarkan.

Faktor keterlibatan siswa secara optimal merupakan salah satu alasan

pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan tepat.9

Selama ini guru sering mengajar dengan model pembelajaran

konvensional saja, karena menganggap model tersebut sering digunakan dan

dianggap berhasil dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Namun

kenyataannya, jika dilihat secara nyata di lapangan, banyak siswa yang

8
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), h.
210
9
Almas Sulwana Sajidah. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review
Horay (CRH) Berbantuan Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Tema Cita-Citaku
Subtema Hebatnya Cita-Citaku di SDN Balunglor 03 Jember”, Skripsi Sarjana Pendidikan,
(Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, 2020), h. 1
6

menagalami kebosanan dan kehilangan minat belajar jika belajar dengan

model konvensional tersebut.

Guna menumbuhkan minat belajar para peserta didik maka pendidik

dituntut lebih kreatif dalam mengajar. Sementara untuk memberikan

pengayaan terhadap dirinya, pendidik juga dituntut kreatif mengembangkan

kemampuan mengajar dan mengembangkan pedagogik dalam proses

pembelajaran. Wawasan pendidik juga diharapkan tidak terjebak pada buku

teks semata. Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (Dirjen PMPTK) Depdiknas Baedhowi mengatakan bahwa

untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik, maka seorang pendidik

dituntut mampu menerapkan cara belajar yang menarik.10

Masih banyak model pembelajaran lain yang bisa membuat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam terasa menyenangkan bagi siswa. Untuk itulah

sebagai pendidik perlu berpikir kritis dan kreatif untuk memunculkan ide-ide

baru yang berkaitan dengan materi.

Sebagai tenaga pendidik sebaiknya harus mampu merancang, memilih,

menggunakan dan melakukan program pengalaman belajar dengan tepat

untuk menunjang keberhasilan peserta didik dalam mendapatkan pengalaman

dan kemampuan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan ini,

peranan model pembelajaran menjadi salah satu cara untuk menemukan cara

belajar mengajar yang efektif.

10
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM:
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h. 162
7

Jika materi terlalu banyak, pendidik dapat menggunakan model

pembelajaran baru, sehingga pendidik akan memahami kesulitan-kesulitan

yang dihadapi oleh peserta didik dan pendidik dapat mencari solusinya.

Seperti model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, kreatif dan

memberikan suasana yang menyenangkan yaitu model pembelajaran Course

Review Horay.

Course Review Horay adalah suatu model pembelajaran yang dapat

mendorong peserta didik untuk ikut aktif dalam belajar. Model ini merupakan

cara belajar mengajar yang lebih menekankan pada pemahaman materi yang

di ajarkan guru dengan soal-soal. Dalam aplikasinya model pembelajaran

Course Review Horay tidak hanya menginginkan peserta didik untuk belajar

keterampilan dan isi akademik. Pembelajaran dengan model Course Review

Horay juga melatih peserta didik untuk mencapai tujuan hubungan sosial

yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi akademik peserta didik.11

Course Review Horay adalah salah satu tipe dari model pembelajaran

yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar. Penggunaan

model ini merupakan cara belajar-mengajar inovatif yang lebih menekankan

pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan menyelesaikan soal-soal

diakhir pelajaran untuk mereview atau mengulang kembali materi pelajaran

yang telah disampaikan guru.12

11
Lutfita Maulidya, “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay Berbantu Media
Flashcard terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak Peserta Didik Kelas V di MIN 9 Bandar
Lampung”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Raden Intan, 2018), h. 14-15
12
Nureva dan Siska Wulandari, loc.cit
8

Pembelajaran Course Review Horay dipilih dalam penelitian ini karena

memiliki beberapa keunggulan diantaranya pembelajaran lebih menarik,

medorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran,

pembelajarannya tidak monoton sehingga siswa lebih antusias, termotivasi,

dan semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan, serta dapat

melatih kerjasama dan komunikasi yang baik antar siswa.

Dengan menggunakan model pembelajaran seperti ini diharapkan dapat

meningkatkan keaktifan belajar peserta didik, menumbuhkan rasa kepedulian

terhadap kegiatan pembelajaran, meningkatkan interaksi dan kerjasama di

antara peserta didik untuk bersama-sama meningkatkan hasil belajar,

meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan guru serta meningkatkan

kinerja guru secara profesional.

Model pembelajaran Course Review Horay akan lebih berhasil apabila

dilengkapi dengan media pembelajaran karena materi pembelajaran dapat

lebih mudah dipahami dan siswa lebih tertarik pada pembelajaran. Salah satu

media yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti agar lebih menarik dan materi mudah dipahami siswa adalah

media Flipchart.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review

Horay berbantuan Flipchart terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII di SMP

Negeri 35 Kota Padang”


9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan keterangan latar belakang masalah tersebut di atas, maka

masalah-masalah yang terkait dapat diidentikasikan sebagai berikut:

1. Pendidik belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi ketika

melakukan pengajaran.

2. Kurangnya variasi dalam pemilihan media pembelajaran.

3. Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Peserta didik merasa bosan ketika pendidik menyampaikan materinya.

5. Banyak peserta didik yang megobrol dan kurang memperhatikan

pendidik.

6. Proses pembelajaran yang kurang menarik, maka dari itu dibutuhkan

model pembelajaran yang menyenangkan, kretif dan inovatif sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini dapat terarah

serta tidak terlalu luas jangkauannya, maka penelitian ini difokuskan pada

Pengaruh model pembelajaran Course Review Horay berbantuan flipchart

terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti kelas VII di SMP Negeri 35 Padang.


10

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu: Apakah model

pembelajaran Course Review Horay berbantuan Flipchart berpengaruh

terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti kelas VII di SMP Negeri 35 Padang?

E. Definisi Operasional

Penyusunan definisi operasional harus dilakukan dengan hati-hati, karena

definisi operasional akan menjadi referensi untuk pengembangan alat

pengumpulan data sesuai dengan persyaratan para peneliti. Definisi

operasional dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:13

1. Model Pembelajaran Course Review Horay

Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat

menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena

setiap peserta didik yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak

“horee!!” atau yel-yel lainnya yang disukai.14

Pada penelitian nantinya, setelah kelompok dapat menjawab

pertanyaan dengan benar, maka ketua kelompok nya langsung memimpin

dengan berhitung dari 1 sampai 3, kemudian dilanjutkan dengan yel-yel

13
Masyhud, M. S., Metode Penelitian Pendidikan, (Jember: Lembaga Pengembangan
Manajemen dan Profesi Kependidikan, 2015), h. 53
14
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 229.
11

diiringi dengan bertepuk tangan. Yel-yel terssebut berbunyi: Se…mangat,

se se semangat. Se…mangat, se se semangat. Allahu Akbar.

2. Flipchart

Flipchart adalah lembaran kertas berbentuk album atau kalender

yang disusun dalam urutan, diikat pada bagian atasnya bisa diisi huruf,

gambar, diagram, angka sehingga mampu menyajikan pesan

pembelajaran secara ringkas.15

3. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diperoleh,

baik dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat dari adanya proses

interaksi antara individu dengan lingkungan yang dilakukan secara sadar

atau disengaja.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Course Review Horay

berbantuan Flipchart terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII di SMP Negeri 35

Padang.

15
Nani Mediatati dan Istiana Suryaningsih, Penggunaan Model Pembelajaran Course Review
Horay dengan Media Flipchart Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn. (Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar, Vol.1 (2), 2016), h. 115
12

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian mengenai

Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay berbantuan Flipchart

terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti Kelas VII di SMP Negeri 35 Kota Padang, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui secara nyata tentang pengaruh penerapan model

pembelajaran Course Review Horay berbantuan media Flipchart

terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan ketika meneliti

pengaruh model pembelajaran Course Review Horay berbantuan

Flipchart terhadap hasil belajar peserta didik.

b. Bagi pendidik

1) Memberikan inovasi model pembelajaran menggunakan Course

Review Horay

2) Guru lebih termotivasi untuk mengembangkan kemampuan

dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang lebih

menarik, lebih baik dan tepat.


13

c. Bagi peserta didik

1) Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

2) Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

3) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami

materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

4) Meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar.

d. Bagi peneliti lain

Sebagai pengetahuan dan sumber referensi dalam

mengembangkan model pembelajaran.

e. Bagi sekolah

Sebagai masukan, bahan pertimbangan dan tambahan referensi

sekolah dalam mengonsep model pembelajaran.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model pembelajaran

Menurut Suprijono, model adalah bentuk representasi akurat

sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.16

Menurut Trianto model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.17

Model pembelajaran diperlukan untuk menyusun teori atau

hipotesis pembelajaran. Model berguna sebagai alat komunikasi bagi

para ahli pengembangan model pembelajaran itu sendiri dan model

pembelajaran berguna sebagai petunjuk dalam merencanakan

aktivitas dan pengelolaan pembelajaran, serta model pembelajaran

merupakan alat pengambil keputusan.18 Model pembelajaran dapat

16
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 64
17
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 51
18
Darwyansyah dan Eneng Muslihah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media,
2009), h. 72

14
15

dijadikan pola pilihan, artinya boleh memilih model pembelajaran

yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikannya.19

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah cara yang dipilih oleh guru atau pengajar

untuk menyampaikan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai secara maksimal.

Model pembelajaran sangat efektif dalam upaya peningkatan

kualitas kegiatan belajar mengajar, karena dalam kegiatan

pembelajaran peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam

mengikuti pembelajaran serta diharapkan menggunakan kemampuan

berpikir tingkat tinggi dalam mengikuti pembelajaran, mengasah

kekompakan dan kerja sama dalam sebuah kelompok.20

b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

Menurut Rusman, sebelum menentukan model pembelajaran

yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal

yang harus di perhatikan pendidik dalam memilihnya, yaitu:

1) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.

2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi

pembelajaran.

3) Pertimbangan dari sudut dan peserta didik atau siswa.

4) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.21

19
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press,
2005), h 52
20
Shilphy A Octavia, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Budi Utama, 2020), h. 13
21
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h 134
16

c. Manfaat Model Pembelajaran

Menurut Ariani, dkk model pembelajaran memiliki banyak

manfaat baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik. Manfaat

model pembelajaran bagi pendidik antara lain:

1) Mempermudah pendidik dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran

terdapat langkah-langkah pembelajaran yang jelas yang

disesuaikan dengan watak pelaksanaan, tujuan pembelajaran

yang dicapai, kondisi peserta didik dan kesedian sumber belajar

lainnya.

2) Sebagai sarana untuk mengembangkan aktivitas peserta didik

dalam proses pembelajaran.

3) Memfasilitasi pendidik dengan mudah untuk melaksanakan

proses analisis perilaku peserta didik dalam proses

pembelajaran.

4) Mempermudah guru lainnya dalam melanjutkan proses

pembelajaran.

5) Mempermudah guru dalam perencanaan pembelajaran.22

Selain bagi pendidik, model pembelajaran juga berdampak

terhadap proses pembelajaran peserta didik. Adapun dampak bagi

peserta didik yaitu:

22
Yetti Ariani, et al. Model Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Matematika di Kelas
IV Sekolah Dasar, (Yogyakarta: Budi Utama, 2020), h. 7
17

1) Model pembelajaran mampu mengaktifkan peserta didik dalam

proses pembelajaran.

2) Mempermudah peserta didik dalam mengembangkan dan

memahami materi pembelajaran.

3) Mampu meningkatkan semangat peserta didik dalam proses

pembelajaran.

4) Sebagai sarana dalam mengukur kemampuan pribadi dalam

proses belajar kelompok.23

2. Model Course Review Horay

a. Pengertian Model Course Review Horay

Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang

dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan

karena setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak

“horee!!” atau yel-yel lainnya yang disukai. Model ini berusaha

menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal, dimana jawaban

soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi

nomor. Siswa atau kelompok yang memberi jawaban benar harus

langsung berteriak “horee!!” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.

Model ini juga membantu siswa untuk memahami konsep dengan

baik melalui diskusi kelompok.24

23
Ibid
24
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 229-330
18

Yel-yel kelompok yang akan digunakan nantinya diawali dengan

ketua kelompok yang memimpin dengan berhitung dari 1 sampai 3,

kemudian dilanjutkan dengan yel-yel diiringi dengan bertepuk tangan.

Yel-yel terssebut berbunyi: Se…mangat, se se semangat. Se…mangat, se

se semangat. Allahu Akbar.

Dalam aplikasinya, model pembelajaran Course Review Horay

(CRH) tidak hanya menginginkan peserta didik untuk belajar

keterampilan dan isi akademik. Pembelajaran dengan model Course

Review Horay (CRH) juga melatih peserta didik untuk mencapai

tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhi

prestasi akademik peserta didik.25

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay

Menurut Suprijono, langkah-langkah dalam pembelajaran

Course Review Horay adalah sebagai berikut:

1) Pendidik menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Pendidik mendemonstrasikan atau menyajikan materi.

3) Pendidik memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab.

4) Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat

kotak 9, 16 atau 25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi

angka sesuai dengan selera masing-masing peserta didik.

5) Pendidik membaca soal secara acak dan peserta didik menulis

jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan pendidik dan

25
Agus Suprijono. Metode dan Model-model Mengajar, (Bandung : Alfabeta, 2012), h.129
19

langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda ceklis (v) dan

salah diisi tanda silang (x).

6) Peserta didik yang sudah mendapat tanda (v) vertikal atau

horizontal atau diagonal harus berteriak ‘horee’ atau yel-yel

lainnya.

1) Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horee

yang diperoleh.

2) Penutup.26

c. Karakteristik Pembelajaran Course Review Horay

Menurut Suprijono, pembelajaran Course Review Horay ini

ditandai dengan beberapa hal, yaitu:

1) Adanya tanya jawab untuk pemantapan materi yang telah

diajarkan.

2) Adanya peserta didik atau kelompok yang menuliskan nomor

sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak.

3) Adanya pembacaan soal yang nomornya dipilih acak dan

dijawab oleh kelompok yang bersangkutan.

4) Pemberian skor diikuti dengan yel-yel “horee” atau lainnya

bentuk pemberian reward.27

d. Kelebihan Model Pembelajaran Course Review Horay

Menurut Huda, model Course Review Horay memiliki beberapa

kelebihan, antara lain:

26
Agus Suprijono, op.cit., h. 129
27
Istarani dan Muhammad Ridwan, 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif, (Medan: Media
Persada, 2014), h.117
20

1) Strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk

dapat terjun kedalamnya.

2) Model yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan,

sehingga suasana tidak menegangkan.

3) Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran

berlangsung menyenangkan.

4) Skill kerja sama antar peserta didik yang semakin terlatih.28

e. Kekurangan Model Pembelajaran Course Review Horay

Menurut Huda, model Course Review Horay ini juga memiliki

kekurangan tertentu, misalnya:

1) Penyamarataan nilai antara peserta didik pasif dan aktif.

2) Adanya peluang untuk curang.

3) Berisiko mengganggu suasana belajar kelas lain.29

3. Flipchart

Menurut Sadiman, media flipchart merupakan media dalam bentuk

visual/grafis yang termasuk dalam jenis bagan atau chart. Sadiman juga

menjelaskan bahwasanya sebagai media yang baik, bagan haruslah:

a. Dapat dimengerti anak

b. Sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit

c. Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap merasa (up to

date) juga tak kehilangan daya tarik.30

28
Miftahul Huda, Op.Cit., h. 231
29
Ibid.
30
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan,
(Jakarta: Pustekom Dikbud, 2006), h. 35
21

Media grafis saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol

komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya,

agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi

umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik

perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta

yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak

digrafiskan.31

Indriana menyatakan bahwa media flipchart adalah lembaran kertas

berbentuk album atau kalender yang disusun dalam urutan, diikat pada

bagian atasnya bisa diisi huruf, gambar, diagram, angka sehingga mampu

menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas. Penggunaan media

flipchart dapat membuat materi pelajaran disampaikan dengan berbagai

bentuk seperti penambahan gambar, huruf, diagram, bagan sehingga

siswa tertarik dan tidak mudah bosan pada materi pelajaran yang

disajikan, selain itu materi pelajaran disajikan secara ringkas sehingga

akan mempermudah pemahaman siswa.32

Flipchart atau bagan balikan menyajikan setiap informasi. Apabila

urutan informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan dalam

selembar chart, bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari pesan

tersebut ditulis/dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian

31
Ibid., h. 28
32
Nani Mediatati dan Istiana Suryaningsih, Penggunaan Model Pembelajaran Course Review
Horay dengan Media Flipchart Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn. (Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar, Vol.1 (2), 2016, h. 115
22

lembaran-lembaran tersebut dibundel jadi satu. Penggunaannya tinggal

membalik satu persatu sesuai dengan bagan pesan yang akan disajikan.33

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu hasil dan

belajar. Setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan

(dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha.34 Dengan kata lain,

hasil adalah sesuatu yang diperoleh dari adanya usaha. Sedangkan

belajar diartikan sebagai usaha memperoleh kepandaian atau ilmu.35

Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu

perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai

pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan

dalam diri pribadi individu yang belajar. Jadi hasil belajar adalah

hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti suatu materi

tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun

kuantitatif.36

Menurut Tohirin, hasil belajar adalah apa yang dicapai oleh


37
siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Bloom

33
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Depok: Pustaka Insan Madani, 2012), Cet.
1, h. 92
34
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h. 391
35
Ibid., h. 17
36
Nasution M.A, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h. 32
37
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran: Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Sesuatu Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 119
23

sebagaimana dikutip Rusmono, hasil belajar adalah perubahan

perilaku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.38

Dari uraian di atas, maka hasil belajar dapat didefinisikan

sebagai sesuatu yang diperoleh, baik dalam bentuk simbol, angka,

huruf atau kalimat dari adanya proses interaksi antara individu

dengan lingkungan yang dilakukan secara sadar atau disengaja.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Munandi sebagaimana dikutip Rusman, faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1) Faktor Internal

a) Faktor Fisiologi

Secara umum, kondisi fisiologi seperti kondisi

kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek,

tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal

tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi

pelajaran.

b) Faktor Psikologi

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya

memiliki kondisi psikologi yang berbeda-beda, tentunya hal

ini turut 16 mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor

38
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: Untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 6
24

psikologi meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,

motif, kognitif, dan daya nalar siswa.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan

lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, dan

kelembapan.

b) Faktor Instrumen

Faktor-faktor instrumen adalah faktor yang keberadaan

dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar

yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat

berfungsi sebagai sarana untuk mencapainya tujuan-tujuan

belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumen ini

berupa kurikulum, sarana, dan guru.39

c. Fungsi Hasil Belajar

Menurut Arifin, hasil belajar atau prestasi belajar mempunyai

beberapa fungsi utama, yaitu:

1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai peserta didik.

2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

39
Rusman, Belajar&Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2017), h. 130
25

3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Dalam hal

ini, hasil belajar dapat dijadikan motivasi peserta didik dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan

balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari situasi intuisi

pendidikan. Indikator intern yakni hasil belajar dapat dijadikan

indikator tingkat produktivitas suatu intuisi pendidikan.

Sementara indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya

hasil belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta

didik di masyarakat.

5) Hasil belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik.40

d. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif),

keterampilan proses (aspek psikomotorik), dan sikap peserta didik

(aspek afektif). Berikut keterangan lebih jelasnya:

1) Aspek Kognitif

Hasil belajar kognitif mengacu pada hasil belajar yang

berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan

penalaran siswa. Aspek ini berkaitan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

40
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 12-13
26

2) Aspek Afektif

Hasil belajar afektif mengacu pada sikap dan nilai yang

diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tipe

hasil belajar afektif tampak pada tingkah laku siswa berupa

perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan

menghargai guru.

3) Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak.41

5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Islam merupakan kata majemuk yang terdiri dari

kata "Pendidikan", "Agama", dan "Islam". Dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan "pen"

dan akhiran "an", yang berarti proses pengubah sikap dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.42

Pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu

"Kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan


43
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Sedangkan dari keterangan dan pendapat M.A. Tihami dan Harun

Nasution yang menerangkan pengertian "Agama" adalah peraturan yang

bersumber dari Allah SWT yang berfungsi untuk mengatur kehidupan

41
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h. 22
42
Yudianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2s, 1996), Cet. 1, h. 88
43
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. 2,
h. 9
27

manusia, baik hubungan manusia dengan Sang Pencipta maupun

hubungan antar sesamanya yang dilandasi dengan mengharap ridha Allah

swt. untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.44

Sedangkan pengertian Islam itu sendiri adalah agama yang diajarkan

oleh Nabi Muhammad SAW berpedomaan pada kitab suci Al-Qur'an,

yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.45

Adapun pengertian pendidikan agama Islam menurut Ramayulis

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia,

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci

Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan

serta penggunaan pengalaman.46

Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang

wajib diberikan peserta didik pada setiap jenis, jalur dan jenjang

pendidikan, dan merupakan salah satu hak peserta didik dan mendapat

pendidikan agama. Sesuai dengan pasal 12 bab V UU No. 20 Tahun 2003,

yaitu: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya

dan diajarkan sesuai oleh pendidik yang beragama.”47

44
Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja
(Juvenile Delinquency), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 15
45
Anton M. Moeliono, Op.Cit., h. 340
46Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21
47
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2012). h. 37
28

Dalam kurikulum pendidikan nasional, Pendidikan Agama Islam

(PAI) merupakan salah satu dari tiga pelajaran yang harus dimasukkan

dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini

karena kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan

yang sangat penting pada setiap individu dan warga negara. Melalui

pendidikan agama diharapkan mampu terwujud individu-individu yang

berkepribadian utuh sejalan dengan pandangan hidup bangsa. Maka

pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat berat, bukan hanya

mencetak peserta didik pada satu bentuk, tetapi berupaya untuk

menumbuhkembangkan potensi yang ada pada diri mereka seoptimal

mungkin serta mengarahkan agar pengembangan potensi tersebut sesuai

dengan ajaran agama Islam.48

Pendidikan agama Islam, merupakan pendidikan yang mengajarkan

peserta didiknya agar mampu memahami dan mengamalkan ajaran yang

diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sebagaimana penjelasan Abdul

Majid dalam bukunya, bahwa pendidikan Agama Islam adalah usaha

sadar seorang pendidik dalam menyiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.49

48
Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama), h. 6
49
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 13
29

Sebagai suatu mata pelajaran, Pendidikan Agama Islam sangat

berperan penting dalam mencapai tujuan Nasional yaitu mempercepat

proses pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Yang mana Pendidikan

Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab.50

Menurut Muhaimin, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:

1) Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana

dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

2) Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam

arti ada yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam peningkatan

keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap

ajaran agama Islam.

3) Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang

melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan secara sadar

terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama

Islam.

4) Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

50
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 41
30

ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk

membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk

membentuk kesalehan sosial. Pendidikan agama Islam diharapkan

mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, yaitu

ukhuwah fi al-‘ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah fi

al-wathoniyah wa alnasab, dan ukhuwah fi din al-Islam.51

Dalam kurikulum terbaru Indonesia K13, Pendidikan Agama Islam

mengalami perubahan istilah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti. Di dalam materi pendidikan agama, ada materi yang terkait

dengan budi pekerti yakni akhlak. Dengan demikian secara eksplisit,

pendidikan budi pekerti sesungguhnya telah dilaksanakan pada saat

seorang guru agama mengajar pendidikan agama lewat pokok bahasa

materi akhlak, dan secara tidak langsung pendidikan akhlak diberikan

pada muatan pokok bahasan lainnya seperti: keimanan, ibadah, tarikh dan

lain-lain.52

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan survei yang dilakukan, ada beberapa penelitian yang relevan

dengan penelitian ini. Diantaranya adalah:

1. Putri Wahyuningsih, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung,

dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Course

Review Horay Terhadap Hasil Belajar Fiqih Kelas V Di MIS

51
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosydakarya, 2008), h. 76
52
Haidar Putra Daulay, Op.Cit., h. 220
31

Al-Muhajirin Panajng Bandar Lampung”. Metode penelitian ini

menggunakan metode penelitian eksprimen, dengan desain penelitian

quasi eksperimental design.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Course

Review Horay terhadap hasil belajar Fiqih peserta didik kelas V MIS

Al-Muhajirin Bandar Lampung. Hasil belajar fiqih peserta didik kelas

eksperimen pada materi khitan menunjukkan nilai rata-rata hasil posttest

yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil posttest

kelas kontrol yaitu 76,25 sedangkan kelas kontrol hanya mendapat

rata-rata sebesar 70,50. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelas

eksperimen lebih baik nilainya dibandingkan dengan kelas kontrol.

Adapun keberhasilan ini karena adanya pengaruh model pembelajaraan

course review horay yang diterapkan pada kelas eksperimen.

Berdasarkan analisis data nilai posttest dengan menggunakan uji-t

didapat thitung>ttabel(0,05) yaitu dengan nilai 2,51>2,02 maka H1

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara

peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model

pembelajaran course review horay dan peningkatan hasil belajar peserta

didik yang tidak menggunakan model pembelajaran course review

horay.53

53
Putri Wahyuningsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay Terhadap
Hasil Belajar Fiqih Kelas V Di MIS Al-Muhajirin Panjang Bandar Lampung”, Skripsi Sarjana
Pendidikan (Lampung Selatan: Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), h. 79
32

2. Cici Reska Amelia Universitas Islam Negeri Raden Intan, dalam

penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Course Review

Horay Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pelajaran

Fiqih Kelas VIII DI MTS Nurul Islam Wayhudi Kabupaten Lampung

Selawang. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan hasil

belajar peserta didik 90% dari pada pembelajaran sebelum menggunakan

penerapan model kooperatif tipe Course Review Horay. Hasil belajar

peserta didik meningkat dari setiap siklusbya, pada siklus I hasil belajar

peserta didik meningkat sebanyak 25% yaitu dari data awal 35% menjadi

60%. Dan pada siklus II pemahaman belajar peserta didik meningkat

sebanyak 30% dari 60% menjadi 90% dari 20 peserta didik.54

3. Jurnal “Penggunaan Model Pembelajaran Course Review Horay dengan

Media Flipchart sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn”, oleh

Nani Mediatati dan Istiana Suryaningsih. Penelitian yang dilaksanakan

adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain penelitian

Kemmis Mc Taggart.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa penggunaan model pembelajaran course review horay dengan

media flipchart dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V

semester II tahun pelajaran 2015/2016 SD Negeri Bugel 01 Salatiga.

Pada kondisi awal hanya ada 6 siswa (37,5%) yang tuntas dan 10 siswa

54
Amelia Cici Reska, “Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pelajaran Fiqih Kelas VIII Di MTS Nurul Islam
Wayhuwi”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Lampung Selatan: Universitas Islam Negeri Raden Intan,
2018), h 100
33

(62,5%) belum tuntas mencapai KKM ≥70 dengan nilai ratarata 68,25.

Setelah dilakukan tindakan pada silkus I hasil belajar siswa meningkat

ada 12 siswa (75%) tuntas dan 4 siswa (25%) tidak tuntas dengan nilai

rata-rata 75,31 dan pada siklus II hasil belajar siswa semakin meningkat

yaitu 16 siswa (100%) tuntas dengan nilai rata-rata 81,56.55

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan, bahwa

model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa. Semakin tepat memilih model pembelajaran, semakin

efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi

pendidik untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan

memperhatikan tujuan pembelajaran, karakteristik perkembangan siswa,

kebutuhan siswa, materi pelajaran, serta sumber belajar yang tersedia.

Saat ini, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP

Negeri 35 Kota Padang masih menggunakan model pembelajaran

konvensional ditandai dengan kegiatan ceramah pendidik sehingga proses

pembelajaran masih berpusat satu arah (pendidik). Kemudian menggunakan

model diskusi dan tanya jawab yang kurang menarik minat peserta didik

untuk ikut aktif dalam pembelajaran, sehingga menyebabkan timbulnya

kebosanan peserta didik.

55
Nani Mediatati dan Istiana Suryaningsih, Op.Cit., h. 116
34

Sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

tersebut ialah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat

menimbulkan keaktifan peserta didik, serta pembelajaran yang disertai

dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu,

digunakanlah model pembelajaran course review horay.

Selain model pembelajaran, media yang digunakan dalam pembelajaran

pun ikut berperan penting, karena media dapat mempengaruhi pemahaman

peserta didik terhadap pembelajaran. Jika pendidik menggunakan media yang

menarik, maka dapat menimbulkan minat dan semangat peserta didik dalam

belajar, yang mana hal tersebut nantinya juga dapat mempengaruhi hasil

belajar peserta didik.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kerangka berfikir adalah

pengaruh penggunaan model pembelajaran course review horay berbantuan

flipchart pada mata pelajaran PAI dan Budi pekerti Kelas VII di SMP Negeri

35 Kota Padang diduga memiliki hubungan dengan hasil belajar peserta didik.

Adapun kerangka berpikir tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah

ini.

Peserta didik

Model Pembelajaran Course


Pengaruh Review Horay berbantuan
Flipchart

Hasil Belajar Peserta


didik
35

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian. Dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkanpada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data.56

Berdasarkan penjelasan maka perumusan hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan

model pembelajaran Course Review Horay berbantuan Flipchart

terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII SMP Negeri 35 Kota Padang.

2. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan model

pembelajaran Course Review Horay berbantuan Flipchart terhadap hasil

belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti kelas VII SMP Negeri 35 Kota Padang.

56
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), h. 21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif.Penggunakan

penelitian eksperimen ini dikarenakan peneliti akan menguji pengaruh

dari suatu perlakuan (treatment) tertentu terhadap hasil penelitian.

Penelitian kuantitatif adalah tipe penelitian yang datanya yang

dikumpulkan berupa data kuantitatif atau jenis data lain yang dapat

dikuantitaskan, dan diolah dengan menggunakan teknik statistik. 57

Sementara itu, penelitian eksperimen (eksperiment reseacrh) merupakan

suatu penyelidikan yang dirancang sedemikian rupa sehingga fenomena

atau kejadian itu dapat diisolasi dari pengaruh-pengaruh lain. Dalam

penelitian ini, dapat memanipulasi variabel bebas dan mengatur situasi

penelitian dengan benar sehingga dapat mengungkapkan faktor-faktor

sebab akibat. Dalam penelitian ini ada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.58

Jenis penelitian eksperimen yang digunakan ialah quasi eksperimen

design (Eksperimen semu) yang merupakan pengembangan dari true

experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

57
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Padang: UIN Imam Bonjol, 2020), h. 7
58
Ibid, h. 12

36
37

tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel

luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.59

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control

Group Design. Desain ini hampir sama dengan Pretest-Posttest Control

Group Design, hanya pada desain ini kelas eksperimen maupun kelas

kontrol tidak dipilih secara random. 60 Dalam desain ini, baik kelas

eksperimental maupun kelas kontrol dibandingkan. Dua kelas yang ada

diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan

posttest.

Jika digambarkan, pelaksanaan pola eksperimen tersebut adalah

sebagai berikut:

Group Pre Test Treatment Post Test

Eksperimen 01 X1 03

Kontrol 02 - 04

Keterangan:

01 = Hasil pre test (sebelum diberi perlakuan) kelompok eksperimen

02 = Hasil pre test kelompok kontrol

X1 = Perlakuan (treatment) kelompok eksperimen

03 = Hasil pos test (setelah diberi perlakuan) kelompok eksperimen

59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), h.
77
60
Ibid., h. 79.
38

04 = Hasil post test kelompok kontrol.61

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 35 Kota Padang. SMP Negeri

35 Kota Padang berada di Kelurahan Seberang Palinggam, Kecamatan

Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Penelitian ini akan diadakan

pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penelitian

dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.62 Dalam bentuk

bahasa sederhananya, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.63

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa populasi

merupakan keseluruhan objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi

dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII yang beragama Islam

di SMP Negeri 35 Kota Padang dengan jumlah 137 orang, dari jumlah

keseluruhan 152 peserta didik. Distribusi kelasnya sebagai berikut:

No. Kelas Jumlah Peserta Didik Peserta Didik Muslim

1. VII 1 30 25

61
Ibid., h. 116
62
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori–Aplikasi), (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), Cet. 1, h. 116
63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), h. 130
39

2. VII 2 29 24

3. VII 3 32 28

4. VII 4 29 24

5. VII 5 32 26

Jumlah 151 127

2. Sampel

Sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih atau diambil dari suatu
64
populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang/kesernpatan sarna bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.65 Sedangkan cara

yang dipakai adalah purposif sampling yang artinya subjek penelitian

diambil dengan pertimbangan tertentu. 66 Pengambilan sampel pada

penelitian dilihat dari karakteristik siswa yang hampir sama. Sampel

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII 5 sebagai kelas eksperimen

dan siswa kelas VII 4 sebagai kelas kontrol.

No. Group Kelas Jumlah

1. Kontrol VII 1 25

2. Eksperimen VII 5 26

64
Muhammad Arif Tiro, Dasar-Dasar Statistika (Makassar: State University of Makassar
Press, 2008), Cet. VII, h. 3
65
Sugiyono, op.cit., h. 84
66
Ibid., h.85
40

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian diartikan sebagai kesatuan konsep yang dapat

diidentifikasi serta diukur pengaruhnya dan dibedakan dengan konsep

lainnya.67

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas merupakan faktor yang dapat memberikan suatu

pengaruh. Variabel bebas dari penelitian adalah model pembelajaran

course review horay berbantuan flipchart.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan

oleh variabel independen (bebas). Variabel terikat dari penelitian ini

adalah hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 35 Kota Padang

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)

yang dilakukan dengan mengadakaan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

dijadikan sasaran pengamatan.68 Dalam penelitian ini, yang diamati

67
Masyhud, M. S, Metode Penelitian Pendidikan, (Jember: Lembaga Pengembangan
Manajemen dan Profesi Kependidikan, 2015), h. 48
68
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2013), h.
76
41

yaitu aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran Course Review Horay.

b. Tes

Dalam hal ini instrumen pengumpulan data berupa serangkaian

pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu/kelompok.69 Tes adalah cara yang digunakan

atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan

penilaian dibidang pendidikan, yang memberikan tugas dan

serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat

dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi

peserta didik.70

Dalam penelitian ini, tes berfungsi untuk menguji hasil belajar

Pendidikan Agama Islam pada peserta didik kelas eksperimen

setelah di beri perlakuan dan kelas kontrol tanpa diberi perlakuan.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest

untuk mengetahui kemampuan ranah kognitif peserta didik kelas VII

SMP Negeri 35 Padang, berupa tes objektif yang berbentuk pilihan

ganda multiple choice.

69
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 76
70
Fatimah Depi Susanty, “Analisis Validasi Soal Tes Hasil Belajar pada Pelaksanaan
Pembelajaran Bahasa Arab di Pusat Pengembangan Bahasa (P3B) UIN Suska Riau”, (Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2016), h. 119
42

c. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan dokumentasi adalah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data

yang didapatkan dari teknik dokumentasi cenderung merupakan data

sekunder. 71 Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tulisan, seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku

yang relevan, foto-foto, dan data-data yang berhubungan dengan

masalah penelitian.72 Dalam hal ini dokumentasi yang digunakan

adalah data profil sekolah serta peserta didik kelas VII Tahun Ajaran

2021/2022 SMP Negeri 35 Padang, terutama data peserta didik kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian yang diamati. 73 Instrumen penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti

lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes

dalam bentuk pilihan ganda. Tes dilakukan sebelum pembelajaran

(pretest) dan sesudah pembelajaran (post test). Skor yang digunakan

dalam pilhan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar,

71
Husnaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), h. 69
72
Riduwan, op.cit., h. 77
73
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis Metode Dan Prosedur, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2013), h. 246
43

dan bernilai nol (0) untuk jawaban yang salah. Tes yang diberikan untuk

mengukur kemampuan belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti.

F. Validitas dan Realibitas Instrumen

1. Validitas

Menurut Arikunto, sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan. Untuk mengukur validitas tes obyektif

pilihan ganda menggunakan rumus point biserial correlation sebagai

berikut:

Mp − Mt p
rpbi = √
St q

Keterangan:

rpbi : koefisien korelasi point biserial

Mp : Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya dengan tes

Mt : Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

St : Standar deviasi skor total

p : proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q : 1-p74

74
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 326
44

2. Reliabilitas

Menurut Arikunto bahwa reliabilitas menunjukkan pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik.75 Suatu tes dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang

tetap apabila diteskan berkali-kali, atau dengan kata lain tes dikatakan

reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dalam

penelitian ini rumus yang digunakan adalah rumus K-R 20 sebagai

berikut:76

n S 2 − Σpq
r11 = ( )( )
n−1 S2

Keterangan:

r11 : Reliabilitas soal secara keseluruhan (reabilitas instrumen)

𝑛 : Banyaknya butiran pertanyaan

S2 : Standar deviasi dari tes

p : Proporsi subjek yg menjawab benar pada tiap butir soal

(proporsi subjek yang mendapat skors 1)

Banyaknya subjek yang mendapat skornya 1


p : N

q : Proporsi peserta didik yang menjawab salah pada tiap butiran

soal

Banyaknya subjek yang mendapat skornya 0


q : (q=1−p)

75
Ibid., h. 154
76
Ibid., h. 232
45

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

diambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan

yang digunakan dalam penelitian adalah uji chi Squer dengan rumus:

(𝑓0 − 𝑓ℎ )2
X2 = Σ 𝑓ℎ

Keterangan:

X 2 : Chi squer

𝑓0 : Frekuensi observasi

𝑓ℎ : Frekuensi harapan

Adapun langkah-langkah uji sebagai berikut:

∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖
a. Mencari mean dengan rumus 𝑥 = ∑ 𝑓𝑖

√ΝΣ𝑋2− (Σ𝑋)2
b. Menetukan standar deviasi 𝑆 2 = 𝑛 (𝑛−1)

c. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi eksperimen

1) Urutkan data dari yang terkecil hingga yang terbesar

2) Tentukan nilai range = nilai mak – nilai min

3) Tentukan jumlah kelas, k = 1 = 3,3 log n


R
4) Tentukan kelas interval, I= K

xi−x
5) Tentukan batas kelas, Z = SD

6) Setelah mendapatkan nilai Z, selanjutmya cari Fh, Fh = luas kelas

interval x jumlah sampel, dan fo = fi


46

7) Setelah mendapatkan nilai fh dan fo, kemudian masukan ke

rumus chi squer77

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel

tersebut homogen atau tidak. Dalam pengujian homogenitas variansi

digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑆1 2
𝐹= atau 𝐹=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑆2 2

Dengan menentukan nilai F sesuai dengan kriteria berikut:

a. Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka kadua data varians homogen

b. Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka kadua data varians tidak homogen

c. 𝐻0 ditolak jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dalam hal lain 𝐻𝛼 diterima

d. 𝐻0 ditolak jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan tingkat kesalahan, 𝛼 = 0,0

(5%)78

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan

keputusan, yaitu menerima atau menolak hipotesis tersebut. Hipotesis

merupakan bagian penting dalam suatu penelitian dapat dijadikan sebagai

petunjuk kearah penyelidikan lebih lanjut. Oleh karena itu, hipotesis

harus diuji kebenarannya melalui uji statistik.79

Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik analisis uji t dengan taraf signifikan adalah 0,05. Uji t merupakan
77
Novalia dan M. Syazali, Olah Data Penelitian Pendidikan, (Bandar Lampung: Aura, 2014),
h. 53-54
78
Ibid., h.54-55
79
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 266
47

salah satu uji statistika parametrik sehingga mempunyai asumsi yang

harus dipenuhi yaitu normalitas dan homogenitas.Jika kedua asumsi tidak

terpenuhi maka uji yang digunakan adalah uji t non parametrik. Rumus

uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝑥̅ −𝜇0
thitung = 𝑠
√𝑛

Keterangan:

t = Koefisien

𝒙̅ = Mean Sampel

𝝁𝟎 = Mean Populasi

s = Standard deviasi sampel

n = Banyak sampel

Dengan ketentuan jika thitung > ttabel maka hipotesis Ha diterima

dan Ho ditolak, jika thitumg < ttabel maka hipotesis Ha ditolak dan Ho

diterima.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ariani, Yetti, et al. Model Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Matematika


di Kelas IV Sekolah Dasar. Yogyakarta: Budi Utama, 2020.

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2016.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta, 2013.

Asf, Jasmani. Supervisi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Darwyansyah dan Eneng Muslihah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit


Media, 2009.

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di


Indonesia. Jakarta: Kencana, 2012.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka, 2005.

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. Belajar dan Pembelajaran:


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuatu Standar Nasional. Yogyakarta:
Teras, 2012.

Nanang Gojali. Manusia Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik. Jakarta:


Rineka Cipta, 2004.

Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis


dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Istarani dan Muhammad Ridwan. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. Medan:


Media Persada, 2014.

Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung :


Remaja Rosdakarya, 2012.

Masyhud, M. S. Metode Penelitian Pendidikan. Jember: Lembaga Pengembangan


Manajemen dan Profesi Kependidikan, 2015.

Maulidya, Lutfita. Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay


Berbantu Media Flashcard terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak Peserta
Didik Kelas V di MIN 9 Bandar Lampung. Lampung: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Raden Intan, 2018.
Mediatati, Nani dan Istiana Suryaningsih. “Penggunaan Model Pembelajaran
Course Review Horay dengan Media Flipchart Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil
Belajar PKn”. (Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, Vol.1 (2). 2016.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan


Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosydakarya, 2008.

Moeliono, Anton M. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Cet.
2. 1989.

Nasih, Ahmad Munjih dan Lilik Nur Kholidah. Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama.

Nasution M.A. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:


Bumi Aksara, 2005.

Nureva dan Siska Wulandari. “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review


Horay (CRH) terhadap Hasil Belajar Siswa”. (Jurnal Iqra: Kajian Ilmu
Pendidikan. Volume 4 Issue 1). Juni 2019.

Novalia dan M. Syazali, Olah Data Penelitian Pendidikan. Bandar Lampung:


Aura, 2014.

Octavia, Shilphy A. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Budi Utama, 2020.

Priyatno, Duwi. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:


Mediakom, 2010.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2008.

_________. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005

Reska, Amelia Cici. Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay


Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pelajaran Fiqih
Kelas VIII Di MTS Nurul Islam Wayhuwi. Lampung Selatan: Universitas
Islam Negeri Raden Intan, 2018.

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta, 2008.

Rusman. Belajar&Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kharisma Putra Utama, 2017.

______. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016.


Rusmono. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu:
Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.

Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Ciputat
Press, 2005.

Sadiman, Arief S, dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatan. Jakarta: Pustekom Dikbud, 2006.

Sajidah, Almas Sulwana. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course


Review Horay (CRH) Berbantuan Audio Visual Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas IV Tema Cita-Citaku Subtema Hebatnya Cita-Citaku di SDN
Balunglor 03 Jember. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember, 2020.

Sani, Ridwan Abdullah. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum


2013. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media,


2010.

___________. Penelitian Pendidikan Jenis Metode Dan Prosedur. Jakarta:


Prenada Media Group, 2013.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah. Yogyakarta: Lentera Hati, 2006.

_______________. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.


2013.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2016.

_______. Statistika Untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2014.

Sukiman. Pengembangan Media Pembelajaran. Depok: Pustaka Insan Madani,


Cet. 1. 2012.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2009.

_____________. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung : Alfabeta, 2012.


Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo, 2011.

Susanty, Fatimah Depi. “Analisis Validasi Soal Tes Hasil Belajar pada
Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Arab di Pusat Pengembangan Bahasa
(P3B) UIN Suska Riau”, (Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 19, No.
2). Juli-Desember. 2016.

Syafaat, Aat, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah


Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Padang: UIN Imam Bonjol, 2020.

Tiro, Muhammad Arif. Dasar-Dasar Statistika. Makassar: State University of


Makassar Press, Cet. VII. 2008.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,


Cet. II. 2010.

Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM:


Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik.
Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Usman, Husnaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial,


Jakarta: PT Bumi Aksara. 2009.

Wahyuningsih, Putri. Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay


Terhadap Hasil Belajar Fiqih Kelas V Di MIS Al-Muhajirin Panajng
Bandar Lampung. (Lampung Selatan: Institut Agama Islam Negeri Raden
Intan Lampung, 2017.

Yudianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2s, Cet. 1. 1966.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori – Aplikasi).


Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1. 2006.

Anda mungkin juga menyukai