Anda di halaman 1dari 21

Catatan Materi Pertemuan 4

4E PGSD Kelompok 3
Shania Pearliana S
Rina Suprihatin
Hilman Maulana F
Materi: Landasan Teori, Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis

A. Pengertian teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, Maka langkah kedua dalam peroses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat di jadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian
(Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu di tegakan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh, dan sbukan segedar perbuatan coba-coba ( trial and error).
Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data.
Seperti menurut Naumen (2003) Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berpungsi untuk melihat phenomena secara sistematik, melalui sepesifikasi
hubungan antara variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalakan
phenomena.
Willam Wiersma (1986) Teori adalah genarisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat di
gunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
Sitirahayu Haditono (1999) Suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila. Ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.
Mark 1963 dalam ( Sitirahayu Haditono,1999), Membedakan adanya 3 macam teori , ketiga
teori yang di maksun ini berhubungan dengan data empiris, dengan demikian dapat di
bedakan antara lain :
1. Teori yang deduktif : memberi keterangan yang di mulai dari suatu perkiraan atau fikiran
spekulatif tertentu ke arah data akan di terangkan
2. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang fositivistik ini di jumpai pada kaum behaviorist
3. Teori yang fungsional : disini tampak suatu interaksi pengaruh antarha data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori
kembali mempengaruhi data.
Dapat di simpulkan bahwa suatu teori adalah suatu konseptulisasi yang umum.
Konseptualisasi atau sistem pengertian ini di peroleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu
teori harus dapat di uji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
B. Tingkatan dan Fokus teori
Tingkatan Dan Fokus Teori Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory)
menjadi tiga yaitu : micro, meso dan macro.
Level teori micro maksudnya : memerlukan hanya sedikit waktu, tempat, dan sejumlah
orang. Konsep, biasanya tidak terlalu abstrak.
Level teori meso maksudnya : mencoba menarik benang merah antara micro dan macro
contoh : teori organisasi dan gerakan sosial,atau komunitas tertentu.
Level teori macro : berkenaan dengan hal-hal yang operasional seperti lembaga
sosial,sistem budaya secara keseluruhan, dan keseluruhan masyarakat. Level ini banyak
menggunakan konsep dan abstract.
Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle
range theory Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui
pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek
yang akan diteliti.
Teori subtantif adalah pengembangan dari hal-hal yang khusus seperti : aksi pemogokan
kerja, kelompok anak nakal, perceraian, atau pertentangan antar golongan.
Teori formal adalah konsep yang global di dalam ilmu umum seperti penyimpangan-
penyimpangan dalam bidang sosial dan ke kuasaan.
Teori pertengahan ( antara ) adalah sedikit lebuh abstrak bentuknya dapat formal biasanya
di gunakan di dalam ilmu sosialogi.
C. Kegunaan Teori dalam Penelitian
Cooper dan Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah:
1. Theory narrows the range of fact we need to study
2. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning
3. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to classify them in
the most meaningful way
4. Theory summarizes what is known about object of study on states the uniformities thet
lie beyond immediate observation
5. Theory can be used to predict furter fact that should be found.
Terjemahan:
1. Teori mempersempit kisaran fakta yang perlu kita pelajari
2. Teori menyarankan pendekatan penelitian mana yang cenderung menghasilkan makna
terbesar
3. Teori menyarankan suatu sistem bagi penelitian untuk memaksakan data untuk
mengklasifikasikannya dengan cara yang paling bermakna
4. Teori merangkum apa yang diketahui tentang objek studi tentang keadaan keseragaman
yang berada di luar pengamatan langsung
5. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lebih jauh yang harus ditemukan.
Gawin dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyatakan bahwa fungsi teori sebagai
berikut ...the theory help the researcher to analyze data to make shorthand summarization
or synopsis of data and relations, and to suggest new things to try out. Selanjutnya
dinyatakan bahwa, ciri-ciri teori yang baik menurut Mouly adalah:
1. A theoritical system must permit deduction which be tested emperically
2. A theory must be compatible both with observation and with previously validated theory
3. Theoriest must be stated in simple terms, the theory is best wich explains the most in the
simple form
4. Scientific theories must be based on empirical facts and relationship
Terjemahan:
Gawin dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyatakan bahwa fungsi teori sebagai
berikut ... teori tersebut membantu peneliti dalam menganalisis data untuk membuat
ringkasan singkatan atau sinopsis data dan relasi, serta menyarankan hal-hal baru untuk
dicoba. Selanjutnya dinyatakan bahwa, ciri-ciri teori yang baik menurut Mouly adalah:
1. Sistem teori harus mengizinkan deduksi yang diuji secara emperis
2. Sebuah teori harus sesuai baik dengan observasi maupun dengan teori yang telah
divalidasi sebelumnya
3. Teori harus dinyatakan dalam istilah-istilah sederhana, teori paling baik yang menjelaskan
paling banyak dalam bentuk sederhana
4. Teori ilmiah harus didasarkan pada fakta dan hubungan empiris
Redja Mudyaharjo, (2002) mengemukakan bahwa sebuah teori pendidikan adalah sebuah
sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa
pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran
pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi keterangan yang menyatakan
makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:
1. Pendidikan adalah aktual, artinya pendidiman bermula dari kondisi-kondisi aktual dari
individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2. Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik
atau norma-norma yang baik.
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa
serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar,
tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi yang pertama digunakan untuk
memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti.
Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk
merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis
itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Fungsi teori yang ketiga (kontrol)
digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan
untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Dalam proses penelitian, untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti haru
membaca buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir.
Membaca buku adalah prinsip berfikir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsil
berpikir induksi. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka
berpikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
Sumber: Buku Metode Penelitian Pendidikan (Prof. Dr. Sugiyono, 2010)

Kegunaan atau fungsi teori dalam penelitian secara umum mempunyai tiga fungsi yaitu:
Untuk menjelaskan (explanation) yang digunakan memperjelas dan mempertajam
ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti.

Untuk meramalkan (prediction) yang digunakan memprediksi, memandu serta


menemukan fakta untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrument
penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat
prediktif.

Untuk pengendalian (control) yang digunakan mencandra dan membahas hasil


penelitian, sehingga selanjutnya untuk memberikan saran dalam pemecahan
masalah.

Menurut Nanag Martono, teori dalam penelitian mempunyai kegunaan atau fungsi sebagai
berikut:
Memberikan pola dalam proses interpretasi data

Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat digunakan untuk menganalisis


atau memberikan penafsiran atas hasil penelitian yang telah diolah. Argumentasi
akan lebih kuat apabila di dukung dengan teori yang ada.

Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya


Teori membantu peneliti menemukan suatu kerangka konseptual untuk menjelaskan
hubungan antara hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilakukan.

Menyajikan kerangka

Teori memberikan penjelasan mengenai definisi atau makna sebuah konsep atau
variabel. Definisi konsep bermanfaat untuk membatasi studi yang dilakukan serta
memberikan informasi bagi orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian kita,
sehingga ia dapat melakukan studi lanjutan.

Memungkinkan peneliti menginterpretasikan data yang lebih besar dari temuan yang
diperoleh dari suatu penelitian (Nanang Martono, 2011:43).

Dalam metode penelitian kuantitatif, teori berguna sebagai dasar penelitian untuk diuji.
Oleh karena itu, sebelum mulai kegiatan pengumpulan data, peneliti menjelaskan teori
secara komprehensif. Uraian mengenai teori ini dipaparkan dengan jelas dan rinci pada
desain penelitian. Teori menjadi kerangka kerja (framework) untuk keseluruhan proses
penelitian, mulai bentuk dan rumusan pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur
pengumpulan data. Peneliti menguji atau memverifikasi teori dengan cara menjawab
hipotesis atau pertanyaan penelitian yang diperoleh dari teori. Hipotesis atau pertanyaan
penelitian tersebut mengandung variabel untuk ditentukan jawabannya. Karena itu,
metode penelitian kuantitatif berangkat dari teori.
Berdasar proses penelitian, dalam penelitian kuantitatif, teori memiliki kegunaan untuk
memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun instrumen dan pembahasan hasil
analisis data. Penelitian dengan paradigma kuantitatif sebetulnya ialah mencari data untuk
dibandingkan dengan teori.
Sebaliknya, metode penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dengan melihat fenomena
atau gejala yang terjadi untuk selanjutnya menghasilkan atau mengembangkan teori. Jika
dalam metode penelitian kuantitatif teori berwujud dalam bentuk hipotesis atau definisi
sebagaimana dipaparkan sebelumnya, maka dalam metode penelitian kualitatif teori
berbentuk pola (pattern) atau generalisasi naturalistik (naturalistic generalization). Karena
itu, pola dari suatu fenomena bisa dianggap sebagai sebuah teori. Kalau begitu apa
kegunaan teori dalam metode penelitian kualitatif? Teori dipakai sebagai bahan pisau
analisis untuk memahami persoalan yang diteliti.
Dengan teori, peneliti akan memperoleh inspirasi untuk bisa memaknai persoalan. Memang
teori bukan satu-satunya alat atau bahan untuk melihat persoalan yang diteliti. Pengalaman
atau pengetahuan peneliti sebelumnya yang diperoleh lewat pembacaan literatur,
mengikuti diskusi ilmiah, seminar atau konferensi, ceramah dan sebagainya bisa dipakai
sebagai bahan tambahan untuk memahami persoalan secara lebih mendalam. Teori dipakai
sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti secara lebih
utuh. Karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami gejala atau
persoalan tidak dalam konteks mencari penyebab atau akibat dari sebuah persoalan lewat
variabel yang ada melainkan untuk memahami gejala secara komprehensif, maka berbagai
informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh. Informasi dimaksud termasuk
dari hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai persoalan yang sama atau mirip.
Berdasarkan proses penelitian, kegunaan teori dalam penelitian kualitatif ialah untuk
memperkuat peneliti sebagai human instrument, sehingga peneliti memiliki skill untuk
menggali data penelitian secara lengkap, mendalam serta mampu melakukan konstruksi
temuannya ke dalam tema dan hipotesis. Karena itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti
mencari teori untuk menjelaskan data penelitian yang diperoleh.
Sumber: http://ariefbopcess.blogspot.com/2014/12/kegunaan-teori-dalam-
penelitian.html?m=1
Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik-praktik pendidikan,
misalnya pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, dan manajemen sekolah.
Kurikulum dan pembelajaran memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori
pendidikan. Suatu kurikulum dan rencana pembelajaran disusun dengan mengacu pada
teori pendidikan.
Ada empat teori pendidikan, yaitu:
1. Teori pendidikan klasik (classical education).
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme, essensialisme
dan eksistensialisme, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih
menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi di ambil
dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu
yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam praktiknya, pendidikan mempunyai
peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif,
sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi
sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang
bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan
ide-ide dan proses “penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
2. Teori pendidikan personal (personalized education).
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-
potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini,
peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidikan hanya menepati
posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan
peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan
progresif dengan tokoh pendahulunya, Francis Parker dan John Dewey memandang bahwa
peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari
pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia
merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya
itu, ia dapat memahami dan menggunakkannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan
ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari
pemikiran-pemikiran J.J Rouseau tentang tabularasa, yang memandang setiap individu
dalam keadaan fitrah, memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi pengembangan kurikulum humanis, yaitu
suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi
kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum
humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual
(kurikulum subjek akademis).
3. Teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan, yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan
pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun
diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, yang lebih diutamakan
adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis,
bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya alam.
Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang
khusus. Isi pendidikan berupa objek dan keterampilan yang mengarah kepada kemampuan
vokasional. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan
disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika, dan para peserta didik
belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahkan
dan pola-pola kegiatan secara efisien. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan
dalam masyarakat. Pendidik berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih
banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum, yaitu model
kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik.
Pembelajaran dilakukan melalui metode pembelajaran individual, media buku ataupun
media elektronik, sehingga pembelajar dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar
tertentu.
4. Teori pendidikan interaksional.
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran
manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan
manusia lain. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama
dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari pendidik
kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada pendidik. Lebih dari itu, interaksi ini juga
terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara
pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk
dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut,
memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks
kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi
sosial.
Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum
rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para
peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk
memecahkannya.
Sumber:
https://www.google.com/amp/s/elanurainiblog.wordpress.com/2016/04/09/teori-teori-
pendidikan/amp/
Kegunaan Teori dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam
sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas karena fungsi teori dalam sebuah
penelitian menurut (Sugiyono,2012:57) adalah sebagai berikut:
Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti.

Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian

Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak
diteliti.

Secara ringkas, menurut Borg dan Gall (1989: 114-119), dan Latief (2012: 43-50) dalam
Website Prof. Dr. Mudjia Raharjo,M.Si menjelaskan setidaknya ada enam (6) alasan
mengapa kajian pustaka / Teori harus dilakukan, sebagaimana uraian berikut:
Sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang diajukan,
sehingga besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat berubah setelah
peneliti membaca pustaka karena telah memiliki wawasan tentang tema yang diteliti
lebih luas daripada sebelumnya. Dengan demikian, rumusan masalah, terutama
dalam penelitian kualitatif, bersifat tentatif. Tidak sedikit penelitian gagal karena
masalah yang diteliti terlalu luas. Rumusan masalah yang spesifik dan dalam lingkup
yang kecil jauh lebih baik daripada yang luas dan umum. Umumnya, rumusan
masalah yang tidak jelas berakibat pada data yang diperoleh juga tidak jelas,
sehingga antara masalah yang hendak dijawab dan data yang ada tidak sambung.
Ujungnya kesimpulannya tidak berangkat dari data, tetapi pendapat pribadi peneliti.
Tentu ini tidak bisa dibenarkan. Hal demikian bisa dihindari melalui kajian pustaka
dengan serius.
Kajian pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan orang lain,
tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh peneliti sebelumnya.

Untuk melihat bahwa pendekatan penelitian yang kita lakukan steril dari
pendekatan-pendekatan lain. Sebab, pada umumnya kajian pustaka justru
menyebabkan peneliti meniru pendekatan-pendekatan yang sudah lama dipakai
orang lain, sehingga tidak menghasilkan temuan yang berarti. Mencoba pendekatan
baru — walau mungkin salah — lebih baik daripada mengulang hal yang sama
berkali-kali walau benar. Pengulangan justru menunjukkan peneliti tidak cukup
melakukan pembacaan literatur secara memadai. Kesalahan metodologis akan
disusul dan dikoreksi oleh peneliti selanjutnya, sehingga menyebabkan ilmu
pengetahuan berkembang. Karena itu, dalam ilmu pengetahuan kesalahan bukan
sesuatu yang aib. Proses demikian oleh Polanyi disebut sebagai falsifikasi.

Memperoleh pengetahuan (insights) mengenai metode, ukuran, subjek, dan


pendekatan yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki rancangan
penelitian yang kita lakukan. Rancangan penelitian, lebih-lebih untuk penelitian
kualitatif, bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus diperbaiki agar diperoleh
metode yang tepat untuk memperoleh data dan menganalisisnya. Kenyataan di
lapangan ditemukan racangan penelitian kualitatif seragam dari satu proyek
penelitian ke yang lain. Padahal, walaupun berangkat dari paradigma yang sama
rancangan penelitian kualitatif bisa berbeda dari penelitian ke penelitian lainnya,
karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau fenomena tertentu.

Melalui kajian pustaka, bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi atau saran-
saran bagi peneliti selanjutnya. Informasi ini tentu sangat penting karena
rekomendasi atau saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah
melakukan penelitian. Usai penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan
rekomendasi atau saran bagi peneliti selanjutnya, sebagaimana kita telah mengambil
manfaat dari peneliti sebelumnya. Karena itu, rekomendasi atau saran yang baik
bukan sembarang saran, melainkan usulan yang secara spesifik bisa diteliti.

Untuk mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan yang
akan kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan teman
diskusi mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal yang menjadi
kekurangan atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa memperbaiki, karena dia
telah memperoleh pengalaman lebih dahulu.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-
teori-kerangka-pikir-dan-hipotesis-dalam-metode-penelitian/amp/
Sugiyono (2009) menjelaskan berkaitan dengan penelitian maka fungsi teori yaitu:
Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup atau konstruksi variabel yang
akan diteliti

Untuk memprediksi dan memadu untuk menemukan fakta dalam artian yaitu untuk
membantu seorang peneliti khususnya penelitian kuantitatif untuk merumuskan
hipotesis dan menyusun instrumen penelitian karena hipotesis itu kan sebuah
pernyataan yang sifatnya predictive atau sebuah prediksi.

Digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian sehingga selanjutnya


digunakan untuk memberikan saran dalam upaya memecah kan masalah.

Penting untuk kita ketahui bersama secara sederhana ketika kita melakukan
penelitian kita akan membutuhkan teori-teori ini sebagai acuan kita melaksanakan
penelitian.

ILUSTRASI

Contoh Momo adalah seorang guru yang akan melakukan penelitian kuantitatif.
Tujuan dari penelitiannya yaitu untuk menyelesaikan masalah tentang hasil belajar
siswa kelas 5 di SD nya yang masih dibawah KKM. Selanjutnya dia ingin mencari
solusi dari masalahnya tersebut maka Momo membaca teori-teori yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. Misalnya Dari hasil pencariannya dengan
membaca refensi dari buku, jurnal, skripsi maka Momo mendapatkan teori tentang
model pembelajaran think pair share.Dari teori-teori yang dipelajari tentang think
pair share, dia menemukan bahwa think pair share adalah model pembelajaran yang
dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa sehingga ikut meningkatkan hasil
belajar siswa dari teori tersebut. Selanjutnya Momo merumuskan hipotesis yaitu
model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hipotesis tersebut nantinya akan diuji kebenarannya dengan pengumpulan data dan
analisis secara sistematis.

Ilustrasi contoh di atas menggambarkan bahwa teori memiliki peran penting yaitu untuk
membantu peneliti dalam memprediksi atau membuat hipotesis. Tanpa adanya teori maka
penelitian tidak dapat dikatakan sebagai penelitian yang ilmiah atau sistematis maka akan
lebih bersifat coba-coba atau trial and error.
Pendapat dari Sugiyono (2009) menyampaikan bahwa deskripsi teori dalam suatu penelitian
merupakan uraian sistematis tentang teori dan bukan sekedar pendapat para akar atau
penulis buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Artinya
bahwa deskripsi teori ditulis oleh peneliti untuk menjelaskan variabel-variabel dalam
penelitiannya Hal ini penting untuk memperjelas ruang lingkup kedudukan dan prediksi
hubungan antar variabel.
Deskripsi variabel yang dibuat oleh seorang peneliti juga dapat menjadi indikator, seberapa
pahamkah peneliti tersebut terhadap variabel-variabel dalam penelitiannya. Dalam
mendeskripsikan teori peneliti tidak hanya menyalin pendapat para ahli, mengutip pendapat
para ahli tentang definisi ini dan definisi itu. Lebih dari itu peneliti harus dapat menguraikan,
memperjelas, apa yang dimaksud dari variabel-variabel dalam penelitiannya atau teori yang
dideskripsikan.
Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik baik dari segi
pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti memperlihatkan
dengan jelas bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian. Maka penting
untuk selalu memahami terlebih dahulu deskripsi teori dari penelitian yang akan
dilaksanakan.
Sumber: https://karyatulisku.com/pengertian-teori-penelitian-kuantitatif/
D. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan
bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga
variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan
ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel
independen dan satu dependen. Oleh karena itu semakin banyak variabel yang diteliti, maka
akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti,
melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi,
sehingga ruang lingkup, keudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan
sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak.
Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi
pengertian maupun keududukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan
bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian maka peneliti
harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu
setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah
berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan di pupuk
(Sumadi Suryabrata, 1996).
Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber-sumber
bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku teks, kamus, ensiklopedia,
journal ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti tidak memiliki sumber-sumber bacaan
sendiri, maka dapat melihat di perpustakaan, baik dari perpustakaan lembaga formal
maupun perpustakaan pribadi.
Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria yaitu relevansi, kelengkapan dan
kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber
bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan
teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca,
kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, maka
akan semakin mutakhir teori.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti, tetapi masih
dalam lingkup yang sama. Secara teknis hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan
diteliti dapat dilihat dari: permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, analisis dan
kesimpulan. Misalnya peneliti yang terdahulu, melakukan penelitian tentang tingkat
penjualan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur, dan peneliti berikutnya di Jawa Barat.
Jadi hanya berbeda lokasi saja. Peneliti yang kedua ini dapat menggunakan referensi hasil
penelitian yang pertama.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti dan jumlah variabelnya
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian,
Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan
diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian,
permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik
pengumpulan data, analisi, kesimpulan dan saran yang diberikan)
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan
antara satu sumber dengan yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang
akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa,
renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang
dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan
dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai
landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Sumber: Buku Metode Penelitian Pendidikan (Prof. Dr. Sugiyono, 2010)
Deskripsi Teori
Deskripsi teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena
atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap dan
atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu
yang teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau
hubungan fungsional di antara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tertentu.
Dengan menyelam jauh ke dalam deskripsi teori, akan diketahui kekuatan dan kelemahan
suatu teori.
Deskripsi teori sebagai suatu pandangan atas suatu fenomena atau realitas tertentu dapat
berisi suatu rangkaian pemikiran kritis yang mempunyai tujuan tertentu. Pandangan yang
dimaksud bisa terdiri dari dalil-dalil dalam pemikiran ”Mengapa begitu, karena apa begini,
seharusnya begitu, mestinya begini.” Sebagai misal, Jhon Dower berpandangan bahwa yang
menyebabkan combro dianggap makanan murah dan menjadi konsumsi orang-orang
kampung saja adalah nilai kesederhanaan yang melekat pada materi combro. Nilai combro
itu dipandang Jhon sebagai salah satu bentuk pancaran budaya masyarakat kampung.
Namun ketika combro itu direaktualisasikan oleh orang-orang kota yang berpandangan
dinamis dan kreatif, maka terjadilah pertambahan nilai pada combro itu. Nilai tambah itu
antara lain rasa combro yang lebih bervariasi, kemasan combro lebih menarik, combro dijual
di kafe-kafe, dan harga jual combro pun meningkat. Reaktualisasi seperti combro ini tampak
nyata dari gaya penyajian Kentucky Fried Chiken (KFC). Meskipun sama-sama menjual ayam
goreng, namun ayam goreng yang disajikan para pengelola bisnis restoran KFC tentu
berbeda dengan ayam goreng yang disajikan di warung-warung pinggir jalan. Dalam konteks
ini, konsep pandangan Jhon tentu tidak dibatasi hanya pada fakta masalah, tetapi bisa jauh
menerawang ke dalam meta masalah. Dengan penerawangannya itu mungkin Jhon juga
mencoba menemukan filosofi masalah. Inti teori sebagai suatu konsep pandangan adalah
idealisme dan atau profesionalisme tertentu atas suatu fenomena atau realitas tertentu.
Deskripsi teori sebagai suatu sikap atas suatu fenomena atau realitas tertentu dapat berisi
suatu rangkaian kehendak atau kebijakan yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu
terhadap suatu fenomena atau realitas tertentu. Kehendak atau kebijakan yang dimaksud
tercakup dalam suatu penjelasan, alasan atau dalil-dalil yang bersumber dari pemikiran
kritis ”Mengapa begini, mengapa begitu, seharusnya begini, seharusnya begitu; dengan
begini jadi begitu, dengan begitu jadi begini.” Sebagai misal, Jhon Dower berkehendak atau
mempunyai kebijakan yang menolak dan mengangap penyikapan terhadap suatu fenomena
atau realitas tertentu itu tidak benar. Kemudian Jhon mendeskripsikan alasan-alasan atau
dalil-dalil untuk tidak membenarkan suatu penyikapan. Tidak hanya itu, Jhon pun
merumuskan dan seolah-olah menganjurkan suatu kehendak atau kebijakan yang dianggap
lebih benar. Bila sikap Jhon itu terdeskripsi dengan argumentasi yang kuat dan dapat
diterima khlayak, maka sikap Jhon itu berkembang menjadi suatu konsep teori. Inti teori
sebagai suatu sikap adalah penilaian atas suatu fenomena atau realitas tertentu.
Deskripsi teori sebagai suatu cara atas suatu fenomena atau realitas tertentu dapat berisi
serangkaian pemikiran praktis yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Cara-cara yang
dimaksud bisa terdiri pola, prosedur dan teknik hingga membentuk suatu sistem untuk
menjelaskan, menyatakan dan merangkai ”Apa ini, apa itu, bagaimana ini, bagaimana itu,
bagaimana ini.” Sebagai misal, untuk memperlancar dan mempermudah proses suatu
pekerjaan, atau untuk melakukan suatu kegiatan, Jhon Dower merancang suatu alat yang
dapat digunakan untuk memperlancar dan mempermudah proses pekerjaan, atau untuk
melakukan kegiatan tersebut. Karena alat yang dirancang Jhon Dower itu ternyata dapat
berfungsi efektif dan memberi manfaat bagi proses penyelesaian pekerjaan atau kegiatan
khalayak, maka alat dan penjelasan alat itu berkembang menjadi suatu konsep teori. Inti
teori sebagai suatu cara adalah serangkaian pola, prosedur dan teknik atas suatu proses
pekerjaan atau kegiatan tertentu hingga terbentuk suatu sistem.
Dari deskripsi konsep teori yang demikian itu dapat ditemukan konsep pemahaman suatu
disiplin ilmu yang mencakup berbagai unsur, faktor, bentuk, jenis, sifat, fungsi, prinsip,
proses, prosedur, aturan, rumus, atau cara-cara yang terbangun menjadi suatu konstruksi
ilmu pengetahuan atau teknologi. Dari cakupan deskripsi teori itu juga dapat ditemukan
berbagai dimensi kajian dan indikator untuk menyusun suatu konsep penelitian. Dalam
konteks ini, konsep penelitian untuk mengoperasionalisasikan varaibel penelitian terdiri dari
definisi konseptual, dimensi kajian dan indikator penelitian.
Sumber: https://tesisdisertasi.blogspot.com/2009/12/fungsi-teori-sebagai-
landasan.html?m=1

E. Kerangka Berpikir

            Uma  Sekaran, dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa,


kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah dididentifikasi sebagai masalah yang penting.Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan
dependen.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila dalam penelitian


tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
dua variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap
variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).

Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya


membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut:

1.      Memantapkan variabel yang diteliti

Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun
kerangka berfikir untuk pengajuan hupotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap
variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.

2.      Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)

Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan
hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks,
ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian,
Journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3.      Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)

Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dikemukakan teori-teori yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing
variabel yang diteliti, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks
penelitian tertentu.

4.      Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil
penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini, peneliti akan mengkaji apakah teori-
teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek
penelitian atau tidak.

5.      Analisis Komparatif terhadap teori dan hasil penelitian

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan
yang lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga peneliti dapat memadukan
antara teori satu dengan yang lain, atau mereduksi jika dipandang terlalu luas.

6.      Sintesa / Kesimpulan

Selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan


sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir.

7.      Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang


asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif misalnya
“Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”.

8.      Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka


berfikir berbunyi “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi” maka hipotesisnya
berbunyi “ ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil
belajar.

Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik,
memuat hal-hal sebagai berikut:

1.      Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.

2.      Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menjelaskan dan menunjukan


pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3.      Diskusi juga harus menunjukan  dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu
positif atau negatif, berbentuk simetris,kausal atau interaktif (Timbal balik)

4.      Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (Paradigma
penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam
penelitian.

F. Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah


peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa
tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan
deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitan,


dimana rumusan masalah peneliitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.

Dalam hal ini, perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak
menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dalam suatu penelitian dapat
terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Ingat bahwa, hipotesis itu
berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji
dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil), hipotesis kerja
disusun berdasarkan teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan
karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Hipotesis kerja dinyatakan
dalam kalimat positif dan hipotsis nol dinyaakan dalam kalimat negatif.

Contoh hipotesis penelitiannya

Kemampuan bahasa asing murid SLTA itu rendah (hipotesis deskriptif untuk popilasi,
hipotesis ini sering tidak dirumuskan dalam penelitian sosial)

Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik :

Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar dalam sampel dengan


populasi. Prestasi belajar anak paling tinggi dengan nilai 6,5 (hipotesis deskriptif, sering tidak
dirumuskan dalam penelitian).
            Dalam Hipotesis statistik, yag diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan
tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena
peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel populasi dan atau statistik dan
parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi,
dan statistik disini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.

1.      Bentuk Bentuk Hipotesis

Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian.


Bentuk hipotesis ada tiga yaitu sebagai berikut:

a.      Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif,


yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.

Contoh :

1)      Rumusan Masalah Deskriptif

a)      Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK?

b)      Seberapa semangat belajara mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri?

2)      Hipotesis Deskriptif

Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam perhari (Ho). Ini
merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada
sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada
populasi. (angka 6 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara). Hipotesis
alternatifnya adalah : Daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 600 jam. “Tidak sama
dengan”. Ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam

3)      Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

Ho : µ = 6 jam/hari

Ha : µ ≠ 6 jam/hari

µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.

b.      Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah


komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:

1)      Rumusan Masalah Komparatif

Bagaimana prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan


Perguruan Tinggi Y?

2)      Hipotesis Komparatif

Berdasarkan rumusan masal komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis


nol dan alternatif, sebagai berikut:

Hipotesis Nol:

1)      Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perbedaan prestasi belajar
mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y; atau terdapat persamaan
prestasi belajar mahasiswa perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X
dengan Perguruan Tinggi Y, atau

2)      Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥)
Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).

3)      Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤)
Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan)” = paling besar).

Hipotesis Alternatif:

1)      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar (atau lebih kecil) dari
perguruan tinggi Y.

2)      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil dari pada (<) perguruan
tinggi Y.

3)      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar dari pada (>)  perguruan
tinggi Y.

3)      Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :


µ1           = rata-rata
(populasi) produktivitas
karyawan PT X
µ2           = rata-rata
(populasi) produktivitas
karyawan PT Y
 

1). Ho : µ1 = µ2
            Ha : µ1 ≠ µ2

2.) Ho : µ1 ≥ µ2

Ha : µ1 < µ2

3.) Ho : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 > µ2

                                                                                                    

c.        Hipotesis Asosiatif

Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif,


yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

1)      Rumusan Masalah Asosiatif

Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
iklim kerja sekolah.

2)      Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
iklim kerja sekolah.

3)      Hipotesis Statistik

Ho : ρ = 0 ------ 0 berarti tidak ada hubungan.

ρ  ≠ 0 ------“Tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan,

ρ = Nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

2.      Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis

Dengan paradigma penelitian, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan untuk


merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
panduan dalan pengumpulan data dan analisis. Pada setiap paradigma penelitian minimal
terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut ini contoh judul
penelitian, paradigma, rumusan masalah, dan hipotesis penelitian.

a.      Judul Penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid. (Gaya
kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan Prestasi belajar adalah variabel
dependen (Y)).

b.      Paradigma Penelitian

c.       Rumusan Masalah

1)      Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang ditampilkan? (Bagaimana X?)

2)      Seberapa baik prestasi belajar siswa? (Bagaimana Y?)

3)      Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
dengan prestasi belajar siswa? (Adakah hubungan antara X dan Y?) Butiran ini merupakan
rumusan masalah asosiatif.

4)      Bila sampel penelitiannya golongan guru golongan III dan IV, maka rumusan masalah
komparatifnya adalah:

a)      Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan III, dan IV tentang gaya kepemimpinan
kepala sekolah?

b)      Adakah perbedaan persepsi antara guru Gol III, dan IV tentang prestasi belajar murid.

d.        Rumusan Hipotesis Penelitian

1)      gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X) ditampilkan kurang baik, dan
nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan.

2)      Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65.

3)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah
dengan prestasi belajar murid, Artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah maka akan
semakin baik prestasi belajar murid.

4)      Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara Gol I, II, III.
5)      Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi kerja antara guru Gol  III dan IV.

Untuk bisa diuji dengan statistik, maka data ang didaptkan harus diangkakan. Untuk bisa
diangkakan, perlu instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul diatas ada dua
instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan prestasi belajar murid.

3.      Karakteristik Hipotesis yang Baik

a.       Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel


pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.

b.      Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.

c.       Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai