Disusun Oleh :
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi.
Makalah Tafsur Tarbawi ini telah kami susun dengan maksimal, untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman khusunya kelompok
kami yang telah membantu membuat makalah Tafsir Tarbawi ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agara
kami dapat memperbaiki makalah Tafsir Tarbawi ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Tafsir Belajar Dan
Mengajar” ini semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpilan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern saat ini tidak asing lagi jika kita membicarakan tentang
belajar mengajar. Dunia pendidikan yang semakin berkembang dari masa kemasa
yang menjadikan manusia menjadi semakin pintar dan berkembang. Dari
kemajuan pendidikan di dunia ini maka dari pelosok pelosok negeri sudah banyak
mengenyam pendidikan, bukan hanya mengeyam pendidikan saja yang maju
namun berbagai sisitem pendidikan berkembnag denganadanya modernisasi dan
pertukaran pelajar.
Namun apakah kalian tau belajar mengajar dalam dunia pendidikan itu
tertulis dalam ayat Al-Quran. Belajar mengajar sudah dilakukan pada zaman
Rasulullah dan terus berkembang sampai zaman sekarang. Kewajiban belajar
mengajar dilakukan dahulu pada zaman Rasullah untuk memerangi zaman
Jahiliyah, dimana dahulu penduduk kota Mekah rakyatnya tidak mempunyai
pengetahuan apa-apa sehingga disebut zaman Jahiliyah atau zaman kebodohan.
Maka dari itu Allah menurunkan wahyu yang terdapat dalam Al-Quran tentang
kewajiban belajar mengajar sehingga manusia jauh dari kebodohan. Mencerdaskan
pemikiranya, memperbaiki akhlaknya serta menjaga rohaninya.
Dari uaraian diatas kita tahu bahwa pendidikan dimulai sejak zaman
Rasulullah tetapi masih banyak manusia yang tidak mengetahui ayat Al-Quran
yang menerangkan tentang kewajiban belajar dan mengajar. Maka dari itu
pemakalah akan memaparkan tentang tafsir kewajiban belajar dan mengajar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1
Dadang Suhardan,”Supervisi Profesisional Belajar”,(Bandung:Alfa Beta, 2010), hlm.67
B. Ciri-Ciri Belajar Mengajar
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu.
2. Adanya prosedur atau jalanya interaksi yang direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu pengerjaan materi.
4. Ditandai dengan aktifitas anak didik sebagai syarat mutlak berlangsungnya
kegiatan belajar dan mengjar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar adanya aturan yang telah disepakati antara
peserta didik dan pengajar.
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang harus dicapai dari pelaksanaan kegiatan2.
2. Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah sebuah materi yang akan disampaikan pada saat
proses belajar mengajar. Bahan pelajaran ada dua yaitu bahan pelajaran pokok
dan pelengkap. Bahan pelajaran pokok merupakan bahan ajar yang digunakan
sebagai pegangan guru dalam mengajar sedangkan bahan pelajaran pelengkap
adalah bahan pelajaran untuk menambah referensi belajar.
2
Ibid,.hlm. 80
3. Metode
Metode adalah sebuah cara atau strategi dalam penyampaian bahan pelajaran
untuk mencapai tujuan belajar dari pendidik ke pada peserta didik.
4. Alat
Adalah adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang sarana belajar
mengajar. Seperti, papan tulis, LCD proyektor, dan lain-lain.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengumpulan data sebanyak- banyaknya sehingga pendidik
akan mengetahui seberapa paham peserta didik akan pelajaran yang
diajarkan.3
3
Ibid,.hlm 81
Ayat 1, wahai Nabi, (Bacalah) apa yang Allah wahyukan kepadamu
(dengan) terlebih dahulu menyebut (nama Tuhanmu yang menciptakan) segala
sesuatu dengan keesaan-Nya.4
Dalam surat al alaq ini memang membaca menjadi hal utama dalam
pembelajaran, membaca dalam artian bukan hanya membaca tetapi juga
meneliti, mengkaji, mempelajari dan sebagainya baik ayat-ayat qouliyah
ataupun yang berupa kauniyah. Dalam ayat-ayat tersebut Allah mengukuhkan
dengan kata “Bacalah” hingga dua kali. Hal ini menunjukkan bahwa membaca
atau belajar tidak hanya cukup satu kali namun harus diulang ulang. Pastinya
dalami pembelajaran hendaknya menyertakan nama Allah dengan diaplikasikan
lewat doa sebelum belajar atau yang lainnya.5 Bahwa membaca tanpa menyebut
nama Allah pun jadi tidak berarti ataupun menyebut nama Allah saja tanpa
membaca, belajar dll pun kurang pas. Jadi, kedua hal tersebut harus berkaitan
karena sama pentingnya.
KEMENAG RI, Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
5
ِ ت َو ْاْل َ ْر
ض َربَّنَا َما ِ س َم َاوا ِ علَ ٰى جنو ِب ِه ْم َويَتَفَ َّكرونَ فِي خ َْل
َّ ق ال َّ َالَّذِينَ يَ ْذكرون
َ َّللاَ قِيَا ًما َوقعودًا َو
)١٩١( ار َ َعذ
ِ َّاب الن ِ ََخلَ ْقتَ ٰ َهذَا ب
َ اط ًل س ْب َحانَكَ فَ ِقنَا
Artinya : 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang berakal . 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “ya tuhan kami. Tiadalah engkau
6
Ibid,.hlm.645
menciptakan semua ini sia sia. Maha suci Engkau, lindungilah Kami dari azab
neraka.7
Dari uraian penjelasan mengenai kedua ayat diatas dapat dipahami bahwa
terdapat tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan langit dan bumi seisinya
bagi orang yang berakal yang mau mengingat dan memikirkannya dalam keadaan
duduk,berdiri,berbaring dan sebagainya. Berikut ini tafsiran para ulama mengenai
ayat tersebut melalui ijtihadnya :8
7
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
8
Syaikh Imam al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurthubi, terj. Al-Jami’ Li Ahkaam Al-Qur’an, Dudi
Rosyadi dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm.768
dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan
Allah.
3) Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy
Sesungguhnya dalam peraturan langit dan bumi serta keindahannya, di
dalam pergantian malam dan siang serta terus menerus beriring-iringan
melalui aturan yang paling baik (harmonis) yang nyata pengaruhnya pada
tubuh dan akal kita, seperti panas dan dingin. Demikian pula pada binatang
dan tumbuh-tumbuhan semua itu merupakan dalil (bukti) yang menunjukkan
keesaan Allah, kesempurnaan ilmu dan kodratNya bagi orang yang berakal
kuat.
4) M. Quraish Shihab
Ayat ini mengundang manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya
dalam penciptaan, yakni benda-benda angkasa seperti matahari dan bulan dan
jutaan gugusan bintang yang terdapat di langit atau dalam pengaturan sistem
kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada
porosnya yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang baik dalam
masa maupun dalam panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda
kemahakuasaan Allah bagiulul-albab, yakni memiliki akal yang murni.9
َ َو َما َكانَ ْالمؤْ ِمنونَ ِل َي ْن ِفروا َكافَّةً فَلَ ْوال نَفَ َر ِم ْن ك ِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْنه ْم
ِ طائِفَةٌ ِليَتَفَقَّهوا فِي الد
ِين َو ِلي ْنذِروا
)١٢٢( َقَ ْو َمه ْم ِإذَا َر َجعوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّه ْم َيحْ ذَرون
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dan tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
9
Ibid.,hlm.769
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-
Nya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”10.
Surah at-taubah ayat 122 merupakan ayat yang menjelaskan tentang
pentingnya menuntut ilmu agama. Nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat
itu adalah kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya,
maksudnya tidaklah patut bagi orang-orang mukmin. Dan juga tidak dituntut
supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar
yang menuju medan perjuangan. Karena menuntut ilmu itu mempunyai derajat
yang sangat tinggi, sehingga disejajarkan dengan orang yang perang dijalan
Allah.
Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang
mukmin berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam
masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun
menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran
agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan
cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat
ditingkatkan. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama
Islam disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang.
Akan tetapi tentu saja tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan
untuk bertekun menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu
agama, karena sebagiannya sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di
pabrik, di toko dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam
yang menggunakan waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami
ilmu-ilmu agama agar kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke
masyarakat, mereka dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah
10
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
Islam dengan cara atau metode yang baik sehingga mencapai hasil yang lebih
baik pula.11
Oleh karena ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah
untuk mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang
Islam yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat dan
kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagi untuk menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri terhadap golongan yang
belum menerima pengetahuan.
Menurut pengertian yang tersurat dari ayat ini kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan yang ditekankan di sisi Allah adalah dalam bidang ilmu agama.
Akan tetapi agama adalah suatu sistem hidup yang mencakup seluruh aspek dan
11
Abbudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 158
12
Ibid., 160
mencerdaskan kehidupan mereka, dan tidak bertentangan dengan norma-norma
segi kehidupan manusia. Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat
mencerdaskan kehidupan mereka dan tidak bertentangan dengan norma-norma
agama, wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan
bumi ini dan menciptakan kehidupan yang baik. Sedang ilmu pengetahuan adalah
sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap sarana yang diperlukan untuk
melaksanakan kewajiban adalah wajib pula hukumnya.
)١٩(ِير
ٌ ٱّللِ يَس َ َٱّلل ْٱلخ َْلقَ ث َّم ي ِعيدهۥٓ ۚ إِ َّن ٰذَلِك
َّ علَى َ أ َ َولَ ْم يَ َر ْواۚ َكي
َّ ْف ي ْبدِئ
13
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah. 2012. Departemen Negara RI. Bandung: Syaamil Qur’an.
Imam al-Qurtubi, Syaikh. 2008. Tafsir Al-Qurthubi, terj. Al-Jami’ Li Ahkaam Al-
Qur’an, Dudi Rosyadi dkk. Jakarta: Pustaka Azzam.
Nata, Abbudin. 2012. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.