Anda di halaman 1dari 17

MEMAHAMI ISYARAT AYAT-AYAT

TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Pada Mata Kuliah Tafsir Tarbawi II

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI S.I PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen: Drs. H. Muhammad Zain, M.Pd.I

Di Susun Oleh :

1. Eka Kurnia Sari 15210018


2. Saifuddin

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU


METRO LAMPUNG
1439 H/ 2018 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
Makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada Dosen,
apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan
saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.

Metro, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

A. Ayat-Ayat Tentang Tujuan Pendidikan ......................................... 2

B. Tujuan Pendidikan Islam................................................................ 8

C. Tujuan Pendidikan Islam menurut Para Tokoh Pendidikan ........... 9

BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk
mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila
mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia.
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa.
Ibarat seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih
dari pengalaman selama perjalanan.
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas
memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan
arah dan pijakan. Dalam perkembangannya teori-teori tentang tujuan
pendidikan islam menjadi perhatian yang cukup besar dari para pakar
pendidikan.
Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membahas dan
memberi penjelasan tentang tujuan pendidikan Islam. Sepeti contoh beberapa
ayat yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat di ambil beberapa pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana Tafsir QS. Ali Imron: 138-139?
2. Bagaimana Tafsir QS. Al-Fath: 29?
3. Bagaimana Tafsir QS. Al-Hajj: 41?
4. Bagaimana Tafsir QS. Adz-Dzariyat: 56?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat-Ayat Tentang Tujuan Pendidikan


1. Q.S Ali-‘Imran:138-139
  
 
  
  
  
  
Artinya:
“(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.” (Q.S Ali-‘Imran: 138-139)1

a. Tafsir mufradat
 = penambah penerang mata hati dan
petunjuk kepada jalan agama lurus
 = lemah dalam beramal,
berpikir dan dalam menjalankan perkara.
 = perasaan yang menimpa jiwa
bila kehilangan sesuatu yang dicintai.2

b. Munasabah
Munasabah ayat ini terdpat pada Q.S Al-Baqarah: 2
    
    

Artinya:

1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. X;
Bandung: PT. Diponegoro, 2001), h. 53
2
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.
126

2
“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.”
Ketiga ayat ini memberi penjelasan bahwa Al-Qur’an sebagai
petunjuk daan petuah yang khusus bagi orangorang yang bertakwa,
karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan
kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya
sebagai pelajaran dalam menghadapai kenyataan-kenyataan yang
sedang mereka alami. Berkat petunjuk ini, mereka berjalan lurus sesuai
dengan metode yang benar, dan menjauh dari hal-hal yang
mengakibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas akibatnya, yakni
membahayaka diri mereka.3

c. Implementasi terhadap tujuan pendidikan


Dalam ayat ini telah jelas bahwa salah satu tujuan pendidikan
adalah menciptakan seorang Khalifah yang kuat, bertakwa dan
memiliki perasaan yang kuat. Seorang pemipin tidak boleh memiliki
hati yang lemah yang selalu bersedih hati padahal terang dalam Al-
Qur’an dikatakan bahwa orang-orang yang bertakwa akan ditinggikan
derajatnya jika dia memiliki hati dan perasaan yang kuat.

2. Q.S Al-Fath:29
   
 
 
 
  
  
  
   
  
  
   
  
  
 
3
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4., h. 131-132

3
  
 
 
   
 
 
  
 
Artinya:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat
dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (Q.S Al-Fath:29)4

a. Tafsir mufradat
 = jamak dari Syadid (keras)
 = Jamak dari Rahim (penyayang)
 = pahala5

b. Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat dalam Q.S Al-Maidah: 54
 
  
   
  
 
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 441
5
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.
192

4
 
 
 
  
   
    
   
   
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”6
Pada Q.S Al-Maidah dijelaskan akan dating suatu kaum dimana
mereka akan bersikap lemah lembut terhadap kaum mukmin dan
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, sedangkan pada ayat
selanjutnya allah memberi penjelasan ini lah kaum yang telah
dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah. Para sahabat Rasulullah yang
sepeninggalannya menjadi pemimpin terhadap kaum muslim yang
tidak bersikap lemah dan bersikap sedemikian keras terhadap orang-
orang kafir dan bersikap lemah lembut terhadap sesame mukmin.7

c. Implementasi terhadap tujuan pendidikan


Setelah Allah SWT menyebutkan bahwa Dia mengutus rasul-
Nya dengan petunjuk dan agama islam, supaya Dia meluhurkan derajat
agama tersebut atas semua agama-agama yang lain, maka dilanjutkan
dengan menerangkan ihwal rasul dan umat yang kepada mereka ia
diutus. Allah menggambarkan mereka dengan sifat-sifat yang
seluruhnya terpuji dan merupakan peringatan bagi generasi sesudah

6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 93
7
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26., h. 194

5
mereka dan dengan sifat-sifat itulah mereka dapat menguasai bangsa-
bangsa lain dan memiliki negeri-negeri mereka, bahkan
menggenggam tampuk kepemimpinan seluruh dunia. Yaitu:
1) Bahwa mereka bersikap keras terhadap siapapun yang menentang
agama-Nya, dan mengajak bermusushan, dan bersifat belas kasih
sesame mereka.
2) Bahwa mereka menjadikan salat dan keikhlasan kepada Allah
sebagai kebiasaan mereka pada kebanyakan waktu.
3) Bahwa mereka dengan amal mereka mengharapkan pahala dari
Tuhan mereka dan kedekatan disisi-Nya serta keridhaan dari-Nya.
4) Bahwa mereka mempunyai tanda yang dengan itu mereka mudah
dikenal. Yakni bahwa mereka bercahaya pada wajah mereka,
khusyu’ dan tunduk yang bias dikenali orang yang cerdas.
5) Bahwa injil mengumpamakan keadaan mereka dengan
mengatakan akan muncul suatu kaum yang akan tumbuh bagian
tumbuhnya tanaman, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari kemungkaran.8

3. Q.S Al-Hajj: 41
   
 
 
 

   
   
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Q.S Al-Hajj: 41)9

8
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26., h. 193
9
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 269

6
a. Tafsir Mufradat
 = memperkuat kedudukan manusia10
b. Munasabah
Munasabah ayat ini teradapat dalam Q.S Al-Kahfi: 110
   
  
  
   
 
  
  
 
 
Artinya
“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".11

c. Implementasi terhadap tujuan pendidikan


Menjadi seorang pemimpin harus bisa memberikan contoh dan
menjadi suri tauladan bagi bahwannya atau rakyat yang dipimpinnya.
Ketika pemimpin melakukan hal-hal yang diperintahkan Allah yaitu
berbuat yang ma’ruf dan menjauhi kemungkaran maka dengan
sendirinya para pengikutnya akan mengikutinya.

4. Q.S Az-Zariyat: 56
  
   

10
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 13, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.
193
11
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 243

7
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat: 56)12

a. Tafsir Mufradat
  = illa liya’ budun : kecuali
supaya aku perintahakan mereka menyembah-Ku
bukan karena aku butuh kepada mereka.13
b. Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat dalam Q.S At-Taubah:31
  
 
     
  
 
Artinya:
“padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.”14

c. Implementasi terhadap tujuan pendidikan


Selain menjadi seorang pemimpin manusia diciptakan dibumi
sebagai abdi Allah yang harus tunduk dan patuh pada perintah-Nya.
Untuk itu dijelaskan dalam ayat ini tidaklah manusia dan jin
diciptakan melainkan untuk menyembahku. Karena sekiranya Aku
tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal keberadaan-
Ku dan keesaan-Ku.

B. Tujuan Pendidikan Islam

12
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 417
13
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.
20
14
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 153

8
Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan islam terlebih
dahulu dijelaskan apa sebenarnya makana dari “tujuan” tersebut. Secara
etimologi, tujuan adalah arah, maksud atau haluan.15 Dalam bahasa Arab
“tujuan” diistilahkan dengan “ghayat, ahdaf atau maqashid”. Sementara
dalam bahasa inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau
aim”. Secara terminology, tujuan berarti “sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”.16 Oleh H.M Arifin menyebutkan,
bahwa tujuan pendidikan islam adalah “identitas (cita-cita) yang mengandung
nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang
berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.”17
Berdasrkan kepada pengertian pendidikan Islam yaitu sebuah proses
yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia seutuhnya; beriman dan
bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al-Qur’an dan
Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan kamil
setelah proses pendidikan berakhir

C. Tujuan Pendidikan Islam menurut Para Tokoh Pendidikan


Secara umum, tujuan pendidikan islam terbagi kepada: tujuan umum,
tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah
tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan
pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan
dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam sebuah kurikulum tujuan akhir adalah tujuan yang
dikehendaki agar eserta didik menjadi manusi-manusi sempurna (insane
kamil) setelah menghabiskan sisa umurnya. Sementara tujuan operasional
adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan
tertentu.18

15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. Ke-4;
Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 1077
16
Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. Ke-2; Jakarta: PT Bumi Aksara
dan Departemen Agama RI, 1992), h. 29
17
H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam¸(Cet. Ke-1; Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991), h. 224
18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Cet. 1; Jakarta:
Ciputat Press, 2002), h. 18-19

9
Namun demikian agar tujuan-tujuan yang dimaksud lebih dipahami,
berikut ini akan diuraikan tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para
ulama muslim.
1. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya
“Educational Theory a Qur’anic Outbook”, bahwa pendidikan islam
bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt. atau
sekurang-kurangnya mempersiapkan kejalan yang mengacu kepada tujuan
akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan
tunduk serta patuh secara total kepada-Nya.
Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga
komponen sifat dasar manusia yaitu: 1). Tubuh; 2). Ruh, dan 3). Akal yang
masing-masing harus dijaga. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan
pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
a. Tujuan pendidikan jasmani
Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan,
maka pendidikan harus mempunyai tujuan ke arah keterampilan-
keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan
tubuh yang sehat. Pendidikan Islam dalam hal ini mengacu pada
pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para
pelajar.
b. Tujuan pendidikan rohani
Orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan
menerima seluruh cita-cita ideal yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata
dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku
Nabi saw. merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan islam harus mampu membawa dan
mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka
pendidikan islam menurut Muhammad Qurb ialah meletakkan dasar-
dasar yang harus member petunjuk agar manusia memlihara kontaknya
yang terus menerus dengan Allah SWT.

10
c. Tujuan pendidikan akal
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegasi yang
mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan
kebenaran yang sebenar-benarnya. Pendidikan yang dapat membantu
tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai
dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Di samping itu
pendidikan islam mengacu kepada tujuan member daya dorong menuju
peningkatan kecerdasan manusia.
d. Tujuan pendidikan social
Seorang khalifah mempunyai kepribadian utama dan seimbang,
sehingga khalifah tidak akan hidup dalam keterasingan dan
ketersendirian. Oleh karena itu, aspek social dari khalifah harus
dipelihara.
Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan social adalah
menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia unik,
agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat
bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan
menjadi karakter utaa yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan
Islam.
Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam versi Abdurrahman
adalah mewujudkan manusia ideal sebagai abid Allah atau ibad Allah,
yang tunduk secara total kepada Allah.19
2. Menurut Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan
kepada:
a. Membentuk Insan Purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
b. Membentuk Insan Purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun di akhirat.

19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 19-21

11
Dari kedua tujuan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
versi Al_Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada
Allah), sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat
duniawi. Karena itu Al-Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam
system pendidikannya bagi perkembangan duniawi.20
3. Menurut M. Djunaidi Dhany
Tujuan pendidikan menurut M. Djunaidi Dhany, sebagaimana yang
dikutip oleh Zainuddin dkk., adalah sebagai berikut:
a. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna.
b. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa
kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan.
c. Mengembangkan intelegnsi anak secara efektif agar mereka siap untuk
mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang.
4. Tujuan pendidikan menurut Hasan Langgulung
Dalam bukunya “Asas-asas Pendidikan Islam”, Hasan Langgulung
menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan
mansia, atau lebih tegasnya, tujuan pendidikan adalah untuk menjawab
persoalan “untuk apa kita hidup?.”
Islam telah member jawaban yang tegas dalam hal ini, seperti firman
Allah swt:
  
   
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat: 56)21
Menyembah atau ibadah dalam pengertian luas berarti
mengembangkan sifat-sifat Tuhan pada diri manusia sesuai dengan
petunjuk Allah swt.22

20
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 21-22
21
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 417
22
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Cet. 5; Jakarta: PT Pustaka Al-Husna
Baru, 2003), h. 297-301

12
BAB III
KESIMPULAN

Tujuan pendidikan Islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah


proses pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikasikan kepada: tujuan umum,
tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Banyak sekali konsep dan
teori tujuan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan; baik
pada zaman klasik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat dipahami,
bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan Islam tersebut merupakan
bukti adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim
umumnya untuk menciptakan suatu system pendidikan yang baik bagi
masyarakatnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1; Jakarta:
Ciputat Press, 2002

Arifin H.M, Ilmu Pendidikan Islam¸Cet. Ke-1; Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991

Daradjat Zakiyah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-2; Jakarta: PT Bumi
Aksara dan Departemen Agama RI, 1992

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Cet. X;


Bandung: PT. Diponegoro, 2001

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.


Ke-4; Jakarta: Balai Pustaka, 1995

Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, Semarang: Toha Putra, 1989

Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26, Semarang: Toha Putra, 1989

Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 13, Semarang: Toha Putra, 1989

Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27, Semarang: Toha Putra, 1989

Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 12, Semarang: Toha Putra, 1989

Langgulung Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Cet. 5; Jakarta: PT Pustaka Al-


Husna Baru, 2003

14

Anda mungkin juga menyukai