Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA MESIR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan dan Perbandingan


Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Sudirman Tamin, M.A

Disusun Oleh:
NURUL QODRIAH ROYANI 20200520100032

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022 M/1443 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia seiring perjalanan waktu terus mengalami perubahan
dan pembaharuan. Hal ini bertujuan untuk memajukan pendidikan ke arah yang lebih
baik. Kaitanya dengan hal ini perlu diketahui bagaimana sistem pendidikan di negara-
negara lain. Dalam makalah ini akan Mesir menjadi negara yang akan kita bahasdan
kita lihat pendidikan dan sistem pendidikannya. Mesir memang telah menjadi kiblat
keilmuan keislaman dunia, banyak pelajar dari penjuru dunia yang menimba ilmu
disana.
Dewasa ini Mesir telah mengalami transformasi cepat dalam hal
perkembangan potensi pendidikannya. Berdasarkan data Dirjen Dikti 1997,
disebutkan bahwa dalam satu juta penduduk di Mesir terdapat 400 doktor suatu angka
yang signifikan bila dibandingkan dengan potensi human resourcesdi negara-negara
Islam anggota OKI lainnya. Sekedar perbandingan, dalam skala yang sama,Indonesia
hanya mencapai angka 65 Doktor dalam satu juta penduduk. Para ulama dan
cendekiawan Mesir tergolong produktif dalam hal karya ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditentukan beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejaran pendidikan di Mesir?
2. Bagaimana sistem pendidikan di Mesir?
3. Bagaimana kebijakan pendidikan di Mesir?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendidikan di Mesir
Dinasti Fathimiyah adalah Dinasti Syi’ah yang berkuasa dari 909 M (296 H)
sampai dengan 1171 M (569 H) atas dasar legitimasi klaim keturunan Nabi lewat
Fatimah dan Hazrat Ali dari Ismail anak Ja’far Sidiq, keturunan keenam dari Ali.
Dinasti ini didirikan sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang
terpusat di Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah. Ubaidillah Al Mahdi mendirikan Dinasti
Fatimiyah yang lepas dari kekuasaan Abbasiyah (Samsul Munir, 2009 : 254).
Masa kegemilangan Dinasti Fatimiyah ditandai dengan berpindahnya pusat
pemerintahan ke Kairo. Setelah Kairo berdiri dan dilengkapi dengan berbagai sarana
termasuk masjid Al Azhar yang kemudian dijadikan pusat Perguruan Tinggi Islam
oleh Khalifah Fatimiyah Al Aziz (975 – 996 M). Jauhar juga mendirikan Dar al-
Hikmah di tahun 1005 M. Kemudian Dinasti Fatimiyah yang ditopang dengan
wilayah pengaruhnya yang luas mampu membangkitkan berbagai kegiatan ilmiah,
perdagangan, dan keagamaan.
Sejak masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah ini, Mesir menjadi pusat
intelektual Muslim dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan pendidikan biasanya
dilakukan di masjid-masjid maupun di tempat keramaian. Tumbuhnya Mesir sebagai
pusat ilmu keislaman didukung oleh para penguasanya yang sepanjang sejarah
menaruh minat besar pada bidang pengetahuan. Kecenderungan para khalifah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan terlihat dari zaman Al Muiz. Usaha yang mereka
lakukan adalah menyebarkan para da’i untuk melakukan dakwah yang disampaikan
dengan tujuan untuk menyampaikan doktrin agama dan menghimbau rakyat untuk
berpendidikan tinggi.
Adapun metode yang digunakan adalah halaqoh di halaman masjid. Pada
masa Khalifah Al Aziz, semangat intelektual dan pengembangan kualitas pemikiran
orang Mesir mampu mengungguli Negara lain. Al Aziz mencoba merubah fungsi
masjid Al Azhar yang dibangun oleh Jauhar menjadi sebuah Universitas pertama di
Mesir yaitu Universitas Al Azhar dan Mesir menjadi pusat peradaban dan
pengembangan ilmu-ilmu keislaman (Binti Maunah, 2011 : 87).
Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan
Mesir (wikipedia.org). Perjalanan Napoleon ke Mesir pada 2 Juli 1798 M membawa
sebuah harapan dan perubahan yang bagus bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir,
terutama yang menyangkut pembaharuan dan modernisasi pendidikan di sana.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak memberikan inspirasi
bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan baik secara sistem dan
kurikulum pendidikan yang sebelunya dilakukan secara konvesional.
Kedatangan Napolen ke Negara Mesir tidak hanya dengan pasukan perang,
tetapi juga dengan membawa seratus enam puluh orang diantaranaya pakar ilmu
pengetahuan, dua set percetakan dengan huruf latin, Arab, Yunani, peralatan
eksperimen, diantaranya membawa teleskop, mikroskop, kamera, dan lain sebagainya,
serta seribu orang sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan lembaga riset bernama
Institut d’Egypte, yang terdiri dari empat departemen, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti,
ekonomi dan polititik, serta ilmu sastera dan kesenian. Lembaga ini bertugas
memberikan masukan bagi Napoleon dalam memerintah Mesir. Lembaga ini terbuka
untuk umum terutama ilmuwan (ulama) Islam. Ini adalah moment kali pertama
ilmuwan Islam kontak langsung dengan peradaban Eropa, termasuk Abd al-Rahman
al-Jabarti. Baginya perpustakaan yang dibangun oleh Napoleon sangat menakjubkan
karena Islam diungkapkan dalam berbagai bahasa dunia. 
Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya
stagnan. Diantaranya tokoh-tokoh tersebut Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali
Pasha. Pada tahun 1805 M atau 1220 H Muhammad Ali Pasya membangun kembali
al-Azhar. Para ulamanya dikirim untuk belajar ke Prancis guna mempelajari ilmu
kedokteran, teknik, militer, dan lain-lain.
Kendatipun Muhammad Ali Pasya (1765-1849) seorang illiterate atau buta
huruf, ia mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan
suatu negara. Dalam pembangunan pendidikan ini ia mendirikan Kementerian
Pendidikan dan Sekolah Militer pada tahun 1815, lalu sekolah Teknik dan kedokteran
pada tahun 1827. Para guru dan tenaga ahlinya didatangkan dari Barat dan Eropa. Di
samping itu, ia mengirim pelajar untuk studi di Barat guna mendalami berbagai
macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di sana, dan sekembalinya
ke tanah air mereka ditugaskan untuk mengembangkan iptek tersebut. Ia juga
mendirikan Sekolah Farmasi, Sekolah Pertambangan, Sekolah Pertanian, Sekolah
Kedokteran, Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Penerjemahan, dan ain-lain. Selain itu,
untuk memperkuat pertahanan negaranya, Muhammad Ali Pasya mengembangkan
pendidikan militer dan bentuk-bentuk latihan lainnya. Bisa dikatakan bahwa
modernisasi dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya ini merupakan upaya pembaharuan
pendidikan di dunia Islam pertama karena bentuk sekolah yang didirikannya berbeda
dengan madrasah atau sekolah tradisional yang sebelumnya, yang hanya menekankan
pelajaran agama semata.
Bila Muhammad Ali Pasya tampil dalam pembaharuan system pendidikan
secara nasional di Mesir melalui jalur politiknya sebagai pejabat pemerintahan;
Muhammad Abduh tercatat sebagai pembaharu pendidikan Mesir, terutama untuk
skop lembaga pendidikan tradisional dan keagamaan, yakni al-Azhar. Bagi Abduh,
ilmu pengetahuan modern yang berkembang di Barat bersumber dari sunnatullah atau
hukum alam. Jadi, tidak bertentangan dengan ajaran isalm. Menurutnya, iptek telah
menjadi sebab kemajuan umat Islam di masa lampau dan merupakan faktor kemajuan
di Dunia Barat saat ini. Untuk memodernisasi kembali umat islam, iptek harus
kembali dipelajari. Umat Islam hendaknya memerhatikan pendidikan dan iptek.
Sekolah-sekolah modern perlu dibuka dan di situ diberikan pengetahuan modern di
samping materi agama. Menurut Abduh, pembaharuan pendidikan di al-Azhar akan
memengaruhi Dunia Islam, mengingat al-Azhar merupakan Universitas Islam
internasional yang bukan saja dikunjungi para pelajar muslim dari seluruh penjuru
dunia, yang sekembali mereka ke Negara asal akan membawa ide pembaharuan,
melainkan juga al-Azhar telah mendapat tempat terhormat di kalangan umat Islam.
Berpijak dari pola pikir demikian, Abduh menghendaki dimasukkannya beberapa
disiplin ilmu modern (al-ulum al-aqliyah) dalam kurikulumal-Azhar, seperti fisika,
ilmu pasti, filsafat, sosiologi, dan sejarah.
Begitu pula sebaliknya, ia menghendaki dimasukkannya pendidikan agama
yang lebih intensif, termasuk sejarah kebudayaan Islam, ke dalam kurikulum sekolah-
sekolah bentukan pemerintah. Agaknya, Abduh berupaya mengintegrasikan ilmu
modern dengan agama. Dengan masuknya ilmu modern di al-Azhar, lalu memperkuat
pendidikan agama di seolah-sekolah pemerintah, menurut Abduh, dikotomi ilmu dan
jurang pemisah antara ulam dan ilmuwan modern dapat diperkecil.

B. Sistem Pendidikan di Mesir


Dalam perkembangan sistem pendidikan di Mesir sampai dengan masa
kemerdekaan, tahun 1956: terdapat 5 sistem persekolahan, yaitu:
1. Al-Azhar dengan sekolah-sekolah/ madrasah yang bernaung di bawahnya juga
disebut “Kuttab”,
2. Sistem sekolah/ pengajaran bahasa asing,
3. Sistem sekolah berbahasa Arab
4. Sekolah-sekolah pemerintah, dan
5. Sekolah asing dengan kurikulumnya sendiri.

Tugas pertama pemerintah adalah untuk menciptakan satu sistem pendidikan


nasional, untuk menyatukan berbagai sistem pendidikan/ atau persekolahan tersebut.
Maka sejak tahun 1953 sampai tahun 1960, telah dikeluarkan berbagai perundangan
pendidikan, yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengkonsulidasikan,
mengkonsolidasikan berbagai jenis dan sistem sekolah yang pada mulanya otonom
menjadi satu sistem pendidikan nasional. Menurut perundang-undangan yang ada,
maka sistem persekolahan bermula dari pra-sekolah atau taman kanak-kanak, sekolah
dasar 6 tahun, sekolah persiapan 3 tahun, sekolah menengah 3 tahun dan universitas 4
tahun. Dengan demikian, menganut struktur persekolahan 6-3-3-4.

Anak-anak masuk sekolah rendah/ dasar pada umur 6 tahun sampai dengan 12
tahun, dan pendidikan dasar 6 tahun ini merupakan kewajiban belajar dan bebas
bayar. Semua sekolah swasta yang memungut bayaran, setelah diintegrasikan ini
menjadi bebas bayar bagi tingkatan sekolah dasarnya. Untuk mengakhiri sekolah
dasar ini, tidak diadakan ujian: kecuali ujian masuk kesekolah lanjutan (bagi mereka
yang akan melanjutkan), pelajaran bahasa asing ditiadakan dan sekolah dasar ini harus
di selenggarakan secara ko-edukatif. Sekolah persiapan untuk sekolah menengah
(preparatory stage),berlangsung selama 3 tahun. Sifat pendidikannya adalah umum,
tidak ada pembagian jurusan. Sedangkan sekolah menengah (General secondary
stage), juga berlangsung selama tiga tahun, pada umumnya juga merupakan sekolah
umum, sebagai persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi. Namun di daerah-daerah
pedesaan, diadakan sekolah-sekolah kejuruan dan teknik. Dalam tahap ini, sekolah-
sekolah diselengggarakan secara terpisah antara anak-anak laki-laki dan anak-anak
perempuan. Pada saat ini sistem pendidikan di Mesir dibagi ke dalam tiga tahapan,
yaitu:
1. Pendidikan Dasar (Altaklimil Islamiy)
Pendidikan Ddasar terdiri dari Tahap primer dan tahap persiapan. Untuk
pendidikan dasar antara usia 4-14 tahun, TK selama 2 tahun diikuti oleh sekolah
dasar selama 6 tahun dan sekolah persiapan selama 3 tahun.
Pendidikan di Mesir wajid dilakukan selama 9 tahun akademik antara usia
4-14. Selain itu, semua tingkat pendidikan bebas dalam menjalankan
pemerintahan sekolah. Menurut Bank Dunia, terdapat perbedaan besar dalam
pencapaian pendidikan yang kaya dan yang miskin, yang biasa dikenal sebagai
“kesenjangan kekayaan”. Meskipunrata-rata tahun sekolah diisi oelh orang kaya
dan miskin hanya satu atau dua tahun, tetapi kesenjangan kekayaan mencapai 9/10
tahun.
Pada tahun 1999-2000 angka partisipasi total pra-siswa SD adalah 16%
dan meningkat menjadi 24% pada tahun 2009. Terlepas dari swasta atau negeri
dijalankan, semua lembaga prasekolah berada dibawah Departemen Pendidikan.
Adapun tugas Departemen Pendidikan, mendistribusikan buku pelajaran. Menurut
Departemen Pendidikan, pedoman ukran maksimum prasekolah tidak boleh
melebihi dari 45 siswa. Departemen Pendidikan juga mendapat dukungan dari
lembaga Internasional seperti Bank Dunia untuk meningkatkan sistem pendidikan
anak usia dini dengan meningkatkan akses ke sekolah- sekolah, peningkatan
kualitas pendidikan dan membangun kapasitas para guru. Lapis kedua wajid
pendidikan dasar adaalh tahap persiapan menengah pertama atau tiga tahun yang
lama. Pentingnya menyelesaikan tingkat pendidikan ini adalah untuk menjaga
siswa terhadap buta huruf sebagai awal drop out. Pada tahap ini mudah surut ke
buta huruf dan akhirnya kemiskinan.
2. Pendidikan Menengah (Altaklimil altsanamy)
Pendidikan Menengah. Sekolah menengah tahap selama 3 tahun, untuk
usia 15-17 tahun. Pendidikan menengah terdiri dari 3 lintasa, yaitu: umum,
kejuruan/ teknis dan duaksystem. Tahap sekunder umum mencakup 3 tahun
pendidikan, sedangkan menengah kejuruan bisa selama 305 tahun dan 3 tahun
untuk sistem ganda masukkan pendidikan kejurruan tingkat menengah, para siswa
harus lulus ujian nasional yang diberikan pada akhir tahap sekunder. Pada tahun
2004 77,3% siswa yang menyelesaikan tahap persiapan diperkirakan akan
didaftarkan dalam tingkat sekunder pendidikan ini, siswa memiliki penilaian
formatif fan sumatif selama tahun pertama dan rata-rata akhir tahun ujian standar
nasional untuk tahun kedua dan ketiga kualifikasi para siswa untuk mengambil
Sertifikat Pendidikan Menengah Umum-Thanawiya Amma, yang merupakan
salah satu persyaratan untuk masuk ke Universitas.
3. Pasca Pendidikan Sekunder (Altaklimil jaamiiy)
Sistem Pendidikan Tinggi Mesir memiliki sistem pendidikan tinggi yang
sangat luas. Sekitar 30% dari semua orang mesir dalam kelompok usia yang
relevan pergi ke Universitas. Menurut The Economist, standar pendidikan di
Universitas Publik Mesir “bukan main”. Departemen Pendidikan Tinggi
mengawasi tingkat pendidikan tersier. Dalam sistem pendidikan saat ini, ada 17
unversitas umum, 51 publik lembaga non-universitas, 16 perguruan tunggi negeri
dan 89 perguruan tinggi swasta. Dari 51 lembaga non-universitas, 47 adalah
lembaga teknis (MTIs) 2 setengah tahun dan 4 adalah lembaga teknis yang lebih
tinggi (4-5 tahun). Menurut Kohort, pendidikan tinggi diperkirakan akan
meningkat mendekati 6% (60.000) siswa per tahun khususnya tahun 2009.
Sejak perluasan bebas wajib belajar hukum pada tahun 1981 maka diadakan
peraturan baru yang isinya kurang lebih yaitu bebas baiya wajib belajar bagi sekolah
persiapan atau sekolah dasar. Sedangkan untuk perguruan tinggi atau pasca
Pendidikan Sekunder negeri, hanya membayar biaya pendaftaran saja.
Adapun jenis-jenis Sekolah di Mesir adalah sebagai berikut:
1. Sekolah Negeri
Sekolah negeri berada di bawah pemerintah. Masyaraka Mesir dapat
mengenyam pendidikan tinggi tanpa biaya dan hanya membayar uang
pendaftarannya saja. Sedangkan mahasiswa internasional harus membayar penuh
biaya pendidikan yang mencapai hingga $ 1500 per tahun. Secara umum, terdapat
dua jenis sekolah-sekolah negeri: Arab dan sekolah Eksperimental Language
Schools.
2. Sekolah Arab
Pemerintah menyediakan kurikulum nasional dalam Bahasa Arab.
3. Eksperimental Language Schools
Pendidikan yang diajarkan sebagian besar dalam bahasa asing, contohnya
kurikulum dalam bahasa Inggris, Perancis dan menambahkan kedua sebagai
bahasa asing.
Hampir semua sekolah negeri di Mesir memiliki asrama untuk para
mahasiswanya. Terutama untuk mahasiswa internasional. Sedangkan mahasiswa lokal
atau dalam negeri kebanyakan tinggal di rumah orang tuanya. Sedangkan untuk
pendaftaran ke sekolah negeri yaitu melalui sentralisasi kantor (Office of Adminission
Mesir Universitas/ Maktab Tansiyqil jaamiaty al-misriyah). Siswa dengan skor yang
lebih tinggi memiliki peluang yang lebih baik mendapatkan tempat sendiri di sekolah
pilihan mereka.
Mesir merupakan negara yang tidak mengenal adanya dikotomi ilmu, tidak
ada perbedaan atau pemisahan antara ilmu umum maupun ilmu agama, keduanya
sama pentingnya dan sama-sama berperan dalam kehidupan. Tidak hanya Indonesia
yang menerapkan sistem wajib belajar, ternyata di Mesir pun juga menerapakan
sistem tersebut. Masyarakat Mesir harus pandai dalam hal baca tulis dan terdidik,
harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadi masyarakat yang
produktif, pendidikan juga harus fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
1. Sistem Sekolah Sekuler (Umum)
Jenjang pertama yang dikenal dengan “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade 1”
samapai “Grade5”, dan jenjang kedua, yang dikenal dengan “Sekolah Persiapan”,
mulai dari “Grade 6” sampai ”Grade” 8. Sekolah persiapan ini baru menjadi
pendidikan wajib dalam tahun 1984. Pada sekolah umum tahun pertama (Grade 9)
adalah kelas pertama pada Grade 10 murid harus memilih  antara bidang sains dan non
sains (IPA vs Non IPA) untuk Grade 10 dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas institusi spesialisasi lainya mengikuti
pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian lembagaa pendidikan tinggi
berlangsung selama dua, empat atau lima tahun tergantung pada program dan bidang
yang dipilih.
2. Sistem Sekolah Al-Azhar
Sistem sekolah ini hampir sama dengan sistem sekolah sekuler ada tingkatan
sekolah dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama Islam lebih mendapat
tekanan. Dalam kurikulumya terdapat perbedaan, murid boleh memilih apakah ingin
masuk ke sekolah umum dua tahun lagi atau masuk ke sekolah agama selama dua
tahun.
Pada tingkatan universitas, misalnya terdapat fakultas-fakultas umum
konvensional seperti kodokteran, Teknik, Farmasi, Pertanian dan lain-lain, juga
memiliki fakultas Darul ‘Ulum yang menyelenggarakan studi Islam.
3. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pendidikan
terencana diluar sistem pendidikan ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan
pendidikan bagi kelompok-kelompok orang tertentu apakah itu anak-anak, generasi
muda, atau orang dewasa, apakah mereka laki-laki atau perempuan, petani, pedagang,
atau pengrajin, apakah mereka dari keluarga orang kaya atau keluarga miskin. Di
Mesir, pendidikan nonformal terutama dikaitkan dengan penghapusan ilistrasi. Dengan
demikian, kebanyakan program lebih dikonsentarikan pada pendidikan nonformal ada
dalam aspek itu.
`Sistem pendidikan Mesir, baik sekolah negeri maupun Al-Azhar, dan
pendidikan swasta lainnya, memang mewajibkan pelajar Muslim untuk menghafal Al-
Quran. Selain itu, pengajian di mesjid-mesjid bagi jamaah, khususnya anak-anak
sekolah juga berperan penting untuk mendorong warga menghafal Al-Quran, kata
Menteri Zakzouk, yang juga mantan dekan fakultas teologi Universitas Al-Azhar
tersebut.
Sistem pendidikan di Mesir, sejak taman kanak-kanak sudah diwajibkan
menghafal Al-Quran. Di Universitas Al-Azhar, misalnya, bagi mahasiswa Mesir
program S-1 diwajibkan menghafal 15 juz (setengah) Al-Quran, program S-2
diwajibkan menghafal seluruh Al-Quran. Adapun program S-3, tinggal diuji hafalan
sebelumnya.
Kewajiban hafal Al-Quran ini tidak berlaku bagi mahasiswa asing non-Arab,
di mana program S-1 diringankan, yaitu hanya diwajibkan hafal delapan juz Al-
Quran, dan program S-2 sebanyak 15 juz Al-Quran, sementara program S-3 baru
diwajibkan hafal seluruh Al-Quran.
Sementara itu, Pemerintah Mesir dilaporkan setiap tahun mengalokasikan
dana khusus sebesar 25 juta dolar AS (1,2 miliar pound Mesir) untuk penghargaan
bagi penghafal Al-Quran. Penghargaan itu diberikan setiap peringatan hari-hari Besar
Islam bagi pemenang hifzul (penghafal) Al-Quran, berupa uang tunai maupun dalam
bentuk beasiswa dan tunjangan hidup. Sudah menjadi tradisi di negeri Seribu Menara
itu, perlombaan hafal Al-Quran di setiap hari-hari besar Islam dilakukan secara
serentak dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah.

C. Kebijakan Pendidikan di Mesir


1. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari
konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang
berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau
kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala
keputusan daat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia
diserahkan kepada Dewan Pendidikan Pra universtias yang secara resmi
mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat
diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal
khusus.
Pusat Penelitian pendidikan Nasional bertanggung jawab mengumpulkan
informasi mengenai materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan mengenai
implementasinya dilapangan. Hasil penelitian itu disalurkan ke dewan
kesekretariatan dan apabila diperlukan perubahan, sebuah penelitian dibentuk dan
dibagi tugas untuk mempelajarinya dan merumuskan perubahan-perubahan itu.
Sejumlah besar supervisor konsultan dari semua level bertemu secara reguler
dengan guru-guru guna memberikan bimbingan dan untuk mengumpulkan
informasi. Ada berbagai pusat latihan, sekolah percobaan, dan sekolah
percontohan, yang bertujuan untuk pembaharuan kurikulum serta perbaikan
metode mengajar. Garis besar kurikulum ditentukan sebuah tim kecil mirip
dengan tim yang diterangkan diatas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku teks
menurut kurikulum tidak persis sama dengan kurikulum yang dilaksanakan.
Perbedaannya disebabkan oleh faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga
dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru bertentangan dengan apa yang
digariskan dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran masih berorientasi verbal.
Materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga
termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan para akademisi dan asosiasi guru
mata pelajaran. Pada umumnya sekolah dan masing-masing guru mempunyai
kebebasan yang aga luas dalam memilih materi pelajaran.
2. Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Sistem ujian di Mesir sangat memengaruhi pemikiran murid, orang tua
serta para pejabat pendidikan karena begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik
kelas ditetapkan pada Grade 2, 4, dan 5, dan ujian negara pertama dilaksanakan
pada akhir grade 8. Murid yang lulus mendapat Sertifikasi Pendidikan Dasar, dan
dengan itu dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah skor
menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki, dan itu sangat penting karena
umumnya hanya murid-murid yang mendapat skor tinggi saja yang dapat masuk
ke sekolah-sekolah menengah akademik yang diinginkan menuju universitas.
Kalau tidak, mereka masuk kesekolah-sekolah teknik atau institut pendidikan lain.
Jadi, masa depan anak muda mesir banyakan tergantung pada nilai yang diperoleh
pada ujian negara. Hal ini menjadi sangat penting sehingga menjadi persaingan
sesama murid sangat ketat.
Sama halnya dengan siswa-siswa yang akan menamatkan pendidikan
menengah, karena jumlah skor yang diperoleh menentukan fakultas atau
universitas mana yang mereka masuki.
Sungguh jauh berbeda dengan di Indonesia. Di Mesir untuk masuk
fakultas tidak diadakan ujian lagi, melainkan cukup ujian penghabisan
Tsanawiyah (SMA) saja. Mereka masuk satu fakultas menurut jurusannya, dan
menurut tertib tingkat lulusnya dalam ujian penghabisan Tsanawiyah itu. Pelajar-
pelajar yang nilanya istimewa, baik sekali, didahulukan menerimanya dari pelajar-
pelajar yang nilainya baik atau maqbul, atau dengan perkataan lain : pelajar yang
lulus dengan mendapat rata 90% didahulukan menerimanya dari pelajar yang
mendapat 80%. Pelajar yang mendapat 80% didahulukan menerimanya dari
pelajar yang mendapat 70%, dan begitulah seterusnya. Bahkan ditentukan pula
fakultasnya untuk nilai-nilai tersebut itu.
Untuk melihat perbandingan sistem pendidikan di Mesir dan Indonesia
kami mengambil contoh sistem pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar.
Berikut ini kami sajikan tabel perbandingan pendidikan pada jenjang
Sekolah Dasar (SD) yang ada di Indonesia dan Mesir.

Aspek yang
No Indonesia Mesir
dibandingkan

1 Usia - 6-12 tahun - 6-11 tahun

2 Masa Belajar - 6 tahun (kelas 1-6) - 5 tahun (grade 1-5)

- Juli sampai dengan


3 Tahun Akademik - September sampai Agustus
Juni

- Sekolah Negeri
dibiayai oleh - Sekolah Azhar dibiayai oleh
Pembiayaan pemerintah pemerintah
4
pendidikan - Sekolah Swasta - Sekolah Swasta hanya mendapat
hanya mendapat subsidi
subsidi

- Pada Umumnya - Pada Umumnya


- Hari Senin – Sabtu - Hari Ahad – Kamis
5 Waktu Belajar - Pada umumnya jam - Hari jumat, sabtu libur
belajar per hari - Pada umumnya jam belajar per hari
sebanyak 6 jam sebanyak 6 jam

6 Kurikullum Mata - Pendidikan Agama Dari grade 1- grade 3


- Pendidikan
- Bahasa arab
Kewarganegaraan
- Matematika
- Bahasa Indonesia
- Seni
- Matematika
- Olah raga
- Ilmu Pengetahuan
- Al-Quran
Alam
- Agama
- Ilmu Pengetahuan
- Khot
Sosial
Pelajaran - Imla’
- Seni Budaya dan
- Insya
Keterampilan
- Pendidikan Mulai dari grade 4 -5 mata pelajarannya
Jasmani, ditambah
- Olahraga dan
- Biologi
Kesehatan
- Sejarah
- Muatan Lokal
- Bahasa Inggris

- Ujian Sekolah
- Ujian per Grade
- Ujian naik kelas
- Ujian kenaikan dari grade 1 sampai
berdasarkan nilai
grade 3 ditentukan oleh sekolah
7 Evaluasi harian, sikap, ujian
- Mulai dari grade 4, soal ujian dari
semester
pusat
- Soal ujian sekolah
- Soal ujian sekolah Essay
pilihan ganda

- Jika siswa tidak


lulus ujian sekolah - Jika siswa tidak lulus pada Ujian
Konsekuensi Ujian
8 tahap 1, siswa mereka harus mengulang pelajaran
Sekolah
harus mengikuti pada grade yang mereka belum lulus.
Remedial

9 Tujuan Pendidikan - Tertuang dalam - Menyiapkan dan mengembangkan


bentuk TIU yang warga Mesir dengan cara yang akan
terdapat dalam membantu mereka untuk
silabus dari BSNP menyesuaikan diri dengan tuntutan
dan untuk TIK masyarakat yang berubah modern
dapat untuk menghadapi tantangan
dikembangkan oleh terbarukan, selain memungkinkan
Guru. mereka untuk memahami dimensi
religius, nasional, dan budaya dari
identitas mereka.
- Memberikan masyarakat dengan
warga negara yang telah menguasai
keterampilan ilmiah dasar, dengan
penekanan khusus pada keterampilan
membaca, menulis, berhitung, dan
disiplin ilmu-ilmu masa depan (sains,
matematika, dan bahasa).
- Menyediakan warga dengan
pengetahuan dasar penting tentang
kesehatan, gizi, lingkungan, dan isu-
isu pembangunan yang terkait.
- Menyiapkan dan membantu warga
untuk mengembangkan keterampilan
dipindahtangankan, termasuk
kemampuan analisis, berpikir kritis,
keterampilan ilmiah, dan
keterampilan pemecahan masalah
yang dapat memungkinkan mereka
untuk merespon tuntutan terus-
menerus dan menyesuaikan diri
dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

- Buta aksara pada perempuan cukup


10 Program pemerintah - Bebas buta aksara
banyak

11 Ekstra kurikuler - Pramuka - Tidak ada

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian ppembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sejarah
pendidikan di mesir ditandai dengan kedatangan Napoleon Bonaparte menguasai
Mesir sejak tahun 1798 M. Kehadiran Napoleon Bonaparte di samping membawa
pasukan yang kuat, juga membawa para ilmuwan dengan seperangkat peralatan
ilmiah untuk mengadakan penelitian. Tokoh pembaharuan pendidikan di Mesir
diantaranya adalah Muhammad Ali Pasya danMuhammad Abduh.
Adapun sistem persekolahan di Mesir ada 5, yaitu Al-Azhar dengan sekolah-
sekolah/ madrasah yang bernaung di bawahnya juga disebut “Kuttab”, Sistem
sekolah/ pengajaran bahasa asing, Sistem sekolah berbahasa Arab, Sekolah-sekolah
pemerintah, dan Sekolah asing dengan kurikulumnya sendiri.
Sedangkan kurikulum di Mesir, adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum
terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru
yang berpengalaman. Sistem ujian di Mesir sangat memengaruhi pemikiran murid,
orang tua serta para pejabat pendidikan karena begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian
naik kelas ditetapkan pada Grade 2, 4, dan5, dan ujian negara pertama dilaksanakan
pada akhir grade 8. Murid yang lulus mendapat Sertifikasi Pendidikan Dasar, dan
dengan itu dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami selesaikan. kami menyadari sebagai
manusia biasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah salanjutnya

Anda mungkin juga menyukai