Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI MESIR

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Syeh Hawib Hamzah, S. Ag, M.PdI

Oleh:

Nuril Hafizh Wardah NIM.1811101078

Nita Fihalifah NIM. 1811101093

Fathurrahman NIM. 1811101311

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Perbandingan Pendidikan dengan materi “Sistem dan Kebijakan di Mesir”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Samarinda, 15 Oktober 2019

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….….i

DAFTAR ISI ……………………………………….……………….…………….…ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………..…….….……..1


B. Rumusan Masalah …………………………………………..……………...1
C. Tujuan Penulisan ……………..…………………………..………………...1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan di Mesir…………………………..…………..………..2


B. Sistem Pendidikan di Mesir ……………..………..…………….….………3
C. Kebijakan Pendidikan di Mesir………………………..………….….……..8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………….…………………..….…....14

DAFTAR PUSTAKA ………..…………………………………………..…....……15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perjalanan waktu pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dan


pembaharuan. Hal ini bertujuan untuk memajukan pendidikan ke arah yang lebih baik.
Hubungannya dengan hal ini perlu diketahui bagaimana sistem pendidikan di negara-negara
lain. Dalam makalah ini Mesir akan menjadi negara yang akan kita bahas dan kita lihat
sistem pendidikan dan kebijakan pendidikannya. Mesir memang telah menjadi kiblat
keilmuan keislaman dunia, banyak pelajar dari penjuru dunia yang menimba ilmu disana.

Dewasa ini Mesir telah mengalami transformasi cepat dalam hal perkembangan
potensi pendidikannya. Berdasarkan data Dirjen Dikti 1997, disebutkan bahwa dalam satu
juta penduduk di Mesir terdapat 400 doktor suatu angka yang signifikan bila dibandingkan
dengan potensi human resourcesdi negara-negara Islam anggota OKI lainnya. Sekedar
perbandingan, dalam skala yang sama,Indonesia hanya mencapai angka 65 Doktor dalam
satu juta penduduk. Para ulama dan cendekiawan Mesir tergolong produktif dalam hal karya
ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan di Mesir?
2. Bagaimana sistem pendidikan di Mesir?
3. Bagaimana kebijakan pendidikan di Mesir?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pendidikan di Mesir.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan di Mesir.
3. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pendidikan di Mesir.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan di Mesir

Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan


ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan
Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan
modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Diantaranya tokoh-tokoh
tersebut Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasha. Pada tahun 1805 M atau 1220 H
Muhammad Ali Pasya membangun kembali al-Azhar. Para ulamanya dikirim untuk belajar
ke Prancis guna mempelajari ilmu kedokteran, teknik, militer, dan lain-lain.

Kendatipun Muhammad Ali Pasya (1765-1849) seorang illiterate atau buta huruf, ia
mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan suatu negara.
Dalam pembangunan pendidikan ini ia mendirikan Kementerian Pendidikan dan Sekolah
Militer pada tahun 1815, lalu sekolah Teknik dan kedokteran pada tahun 1827. Para guru dan
tenaga ahlinya didatangkan dari Barat dan Eropa. Di samping itu, ia mengirim pelajar untuk
studi di Barat guna mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang di sana, dan sekembalinya ke tanah air mereka ditugaskan untuk
mengembangkan iptek tersebut. Ia juga mendirikan Sekolah Farmasi, Sekolah Pertambangan,
Sekolah Pertanian, Sekolah Kedokteran, Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Penerjemahan, dan
ain-lain. Selain itu, untuk memperkuat pertahanan negaranya, Muhammad Ali Pasya
mengembangkan pendidikan militer dan bentuk-bentuk latihan lainnya. Bisa dikatakan
bahwa modernisasi dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya ini merupakan upaya pembaharuan
pendidikan di dunia Islam pertama karena bentuk sekolah yang didirikannya berbeda dengan
madrasah atau sekolah tradisional yang sebelumnya, yang hanya menekankan pelajaran
agama semata.

Bila Muhammad Ali Pasya tampil dalam pembaharuan system pendidikan secara
nasional di Mesir melalui jalur politiknya sebagai pejabat pemerintahan; Muhammad Abduh
tercatat sebagai pembaharu pendidikan Mesir, terutama untuk skop lembaga pendidikan
tradisional dan keagamaan, yakni al-Azhar. Bagi Abduh, ilmu pengetahuan modern yang
berkembang di Barat bersumber dari sunnatullah atau hukum alam. Jadi, tidak bertentangan
dengan ajaran isalm. Menurutnya, iptek telah menjadi sebab kemajuan umat Islam di masa
lampau dan merupakan faktor kemajuan di Dunia Barat saat ini. Untuk memodernisasi
kembali umat islam, iptek harus kembali dipelajari. Umat Islam hendaknya memerhatikan
pendidikan dan iptek. Sekolah-sekolah modern perlu dibuka dan di situ diberikan
pengetahuan modern di samping materi agama. Menurut Abduh, pembaharuan pendidikan di
al-Azhar akan memengaruhi Dunia Islam, mengingat al-Azhar merupakan Universitas Islam
internasional yang bukan saja dikunjungi para pelajar muslim dari seluruh penjuru dunia,
yang sekembali mereka ke Negara asal akan membawa ide pembaharuan, melainkan juga al-
Azhar telah mendapat tempat terhormat di kalangan umat Islam. Berpijak dari pola pikir
demikian, Abduh menghendaki dimasukkannya beberapa disiplin ilmu modern (al-ulum al-
aqliyah) dalam kurikulumal-Azhar, seperti fisika, ilmu pasti, filsafat, sosiologi, dan sejarah.

Begitu pula sebaliknya, ia menghendaki dimasukkannya pendidikan agama yang lebih


intensif, termasuk sejarah kebudayaan Islam, ke dalam kurikulum sekolah-sekolah bentukan
pemerintah. Agaknya, Abduh berupaya mengintegrasikan ilmu modern dengan agama.
Dengan masuknya ilmu modern di al-Azhar, lalu memperkuat pendidikan agama di seolah-
sekolah pemerintah, menurut Abduh, dikotomi ilmu dan jurang pemisah antara ulam dan
ilmuwan modern dapat diperkecil.

B. Sistem Pendidikan di Mesir

Mesir memiliki sistem pendidikan secara keseluruhan terbesar di Timur Tengah


dan telah berkembang dengan pesat sejak awal 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir
Pemerintah Mesir telah diberikan prioritas yang lebih besar dalam memperbaiki sistem
pendidikan. Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Mesir menempati peringkat
116 di IPM. Dengan bantuan Bank Dunia dan organisasi- organisasi multilateral lainnya
Mesir bertujuan untuk meningkatkan akses pada perawatan anak usia dini dan
pendidikan serta masuknya ICT di semua tingkat pendidikan, terutama pada tingkat
tersier. (http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Egypt)
Dalam perkembangan sistem pendidikan di Mesir sampai dengan masa kemerdekaan,
tahun 1956: terdapat 5 sistem persekolahan, yaitu:

1. Al-Azhar dengan sekolah-sekolah/ madrasah yang bernaung di bawahnya juga disebut


“Kuttab”
2. Sistem sekolah/ pengajaran bahasa asing
3. Sistem sekolah berbahasa Arab
4. Sekolah-sekolah pemerintah, dan
5. Sekolah asing dengan kurikulumnya sendiri.

Tugas pertama pemerintah adalah untuk menciptakan satu sistem pendidikan nasional,
untuk menyatukan berbagai sistem pendidikan/ atau persekolahan tersebut.

Maka sejak tahun 1953 sampai tahun 1960, telah dikeluarkan berbagai perundangan
pendidikan, yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengkonsulidasikan,
mengkonsolidasikan berbagai jenis dan sistem sekolah yang pada mulanya otonom menjadi
satu sistem pendidikan nasional. Menurut perundang-undangan yang ada, maka sistem
persekolahan bermula dari pra-sekolah atau taman kanak-kanak, sekolah dasar 6 tahun,
sekolah persiapan 3 tahun, sekolah menengah 3 tahun dan universitas 4 tahun. Dengan
demikian, menganut struktur persekolahan 6-3-3-4.

Anak-anak masuk sekolah rendah/ dasar pada umur 6 tahun sampai dengan 12 tahun,
dan pendidikan dasar 6 tahun ini merupakan kewajiban belajar dan bebas bayar. Semua
sekolah swasta yang memungut bayaran, setelah diintegrasikan ini menjadi bebas bayar bagi
tingkatan sekolah dasarnya. Untuk mengakhiri sekolah dasar ini, tidak diadakan ujian:
kecuali ujian masuk kesekolah lanjutan (bagi mereka yang akan melanjutkan), pelajaran
bahasa asing ditiadakan dan sekolah dasar ini harus di selenggarakan secara ko-edukatif.
Sekolah persiapan untuk sekolah menengah (preparatory stage),berlangsung selama 3 tahun.
Sifat pendidikannya adalah umum, tidak ada pembagian jurusan. Sedangkan sekolah
menengah (General secondary stage), juga berlangsung selama tiga tahun, pada umumnya
juga merupakan sekolah umum, sebagai persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi. Namun
di daerah-daerah pedesaan, diadakan sekolah-sekolah kejuruan dan teknik. Dalam tahap ini,
sekolah-sekolah diselengggarakan secara terpisah antara anak-anak laki-laki dan anak-anak
perempuan.

Pada saat ini sistem pendidikan di Mesir dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu:

1. Pendidikan Dasar (Altaklimil Islamiy)


Pendidikan Dasar terdiri dari Tahap primer dan tahap persiapan. Untuk
pendidikan dasar antara usia 4-14 tahun: TK selama dua tahun diikuti oleh
sekolah dasar selama enam tahun dan sekolah persiapan selama tiga tahun.
Pendidikan di Mesir wajib dilakukan selama 9 tahun akademik antara usia
4 dan 14. Selain itu, semua tingkat pendidikan bebas dalam menjalankan
pemerintahan sekolah. Menurut Bank Dunia, terdapat perbedaan besar
dalam pencapaian pendidikan yang kaya dan yang miskin, yang biasa
dikenal sebagai "kesenjangan kekayaan." Meskipun rata-rata tahun sekolah
diisi oleh orang kaya dan miskin hanya satu atau dua tahun, tetapi
kesenjangan kekayaan mencapai setinggi sembilan atau sepuluh tahun.
Pada tahun 1999-2000 angka partisipasi total pra-siswa SD adalah 16
persen dan meningkat menjadi 24 persen pada tahun 2009. Terlepas dari
swasta atau negara dijalankan, semua lembaga prasekolah berada di bawah
Departemen Pendidikan. Adapun tugas Departemen yaitu untuk memilih dan
mendistribusikan buku pelajaran. Menurut Departemen pendidikan, pedoman
ukuran maksimum prasekolah tidak boleh melebihi dari 45 siswa.
Departemen Pendidikan juga mendapat dukungan dari lembaga internasional
seperti Bank Dunia untuk meningkatkan sistem pendidikan anak usia dini
dengan meningkatkan akses ke sekolah-sekolah, peningkatan kualitas
pendidikan dan membangun kapasitas para guru. Lapis kedua wajib
pendidikan dasar adalah tahap persiapan menengah pertama atau tiga tahun
yang lama. Pentingnya menyelesaikan tingkat pendidikan ini adalah untuk
menjaga siswa terhadap buta huruf sebagai awal drop out pada tahap ini
mudah surut ke buta huruf dan akhirnya kemiskinan.
2. Pendidikan Menengah (Altaklimil altsanamy)
Pendidikan Menengah. Sekolah menengah tahap selama tiga tahun, untuk
usia 15-17. Pendidikan menengah terdiri dari tiga lintasan: umum, kejuruan /
teknis dan dualsystem. Tahap sekunder umum mencakup 3 tahun pendidikan,
sedangkan menengah kejuruan bisa selama 3-5 tahun dan 3 tahun untuk
sistem ganda masukkan pendidikan ke kejuruan tingkat menengah, para siswa
harus lulus ujian nasional yang diberikan pada akhir tahap sekunder. Pada
tahun 2004, 77,3 persen siswa yang menyelesaikan tahap persiapan
diperkirakan akan didaftarkan dalam tingkat sekunder pendidikan ini,
mahasiswa memiliki penilaian formatif dan sumatif selama tahun pertama dan
rata- rata akhir tahun ujian standar nasional untuk tahun kedua dan tiga
kualifikasi para siswa untuk mengambil Sertifikat Pendidikan Menengah
Umum-Thanawiya Amma, yang merupakan salah satu persyaratan untuk
masuk ke universitas.

3. Pasca Pendidikan Sekunder (Altaklimil jaamiiy)


Sistem Pendidikan Tinggi Mesir memiliki sistem pendidikan tinggi
yang sangat luas. Sekitar 30% dari semua orang Mesir dalam kelompok usia
yang relevan pergi ke universitas Menurut The Economist, standar pendidikan
di universitas publik Mesir "bukan main". Departemen Pendidikan Tinggi
mengawasi tingkat pendidikan tersier. Dalam sistem pendidikan saat ini,
ada 17 universitas umum, 51 publik lembaga non-universitas, 16 perguruan
tinggi swasta dan 89 perguruan tinggi swasta. Dari 51 lembaga non-
universitas, 47 tahun dua-tengah lembaga teknis (MTIs) dan empat adalah 4-5
tahun lembaga teknis yang lebih tinggi]. Kohort pendidikan tinggi
diperkirakan akan meningkat mendekati 6 persen (60,000) siswa per tahun
khususnya tahun 2009 .

Sejak perluasan bebas wajib belajar hukum pada tahun 1981 maka diadakan peraturan
baru yang isinya kurang lebih yaitu bebas baiya wajib belajar bagi sekolah persiapan atau
sekolah dasar. Sedangkan untuk perguruan tinggi atau pasca Pendidikan Sekunder negeri,
hanya membayar biaya pendaftaran saja.
Adapun jenis-jenis Sekolah di Mesir adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Negeri

Sekolah negeri berada di bawah pemerintah. Masyaraka Mesir dapat


mengenyam pendidikan tinggi tanpa biaya dan hanya membayar uang
pendaftarannya saja. Sedangkan mahasiswa internasional harus membayar penuh
biaya pendidikan yang mencapai hingga $ 1500 per tahun. Secara umum, terdapat
dua jenis sekolah-sekolah negeri: Arab dan sekolah Eksperimental Language
Schools.

2. Sekolah Arab, pemerintah menyediakan kurikulum nasional dalam Bahasa Arab.

3. Eksperimental Language Schools,

Pendidikan yang diajarkan sebagian besar dalam bahasa asing, contohnya


kurikulum dalam bahasa Inggris, Perancis dan menambahkan kedua sebagai
bahasa asing.

Hampir semua sekolah negeri di Mesir memiliki asrama untuk para mahasiswanya.
Terutama untuk mahasiswa internasional. Sedangkan mahasiswa lokal atau dalam negeri
kebanyakan tinggal di rumah orang tuanya. Sedangkan untuk pendaftaran ke sekolah negeri
yaitu melalui sentralisasi kantor (Office of Adminission Mesir Universitas/ Maktab Tansiyqil
jaamiaty al-misriyah). Siswa dengan skor yang lebih tinggi memiliki peluang yang lebih baik
mendapatkan tempat sendiri di sekolah pilihan mereka.

Mesir merupakan negara yang tidak mengenal adanya dikotomi ilmu, tidak ada
perbedaan atau pemisahan antara ilmu umum maupun ilmu agama, keduanya sama
pentingnya dan sama-sama berperan dalam kehidupan. Tidak hanya Indonesia yang
menerapkan sistem wajib belajar, ternyata di Mesir pun juga menerapakan sistem tersebut.
Masyarakat Mesir harus pandai dalam hal baca tulis dan terdidik, harus memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menjadi masyarakat yang produktif, pendidikan juga harus
fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
C. Kebijakan Pendidikan di Mesir

1. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran

Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan,
supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman.
Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan
ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan daat di koordinasikan.
Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Pra
universtias yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan
peraturan, kurikulum dapat diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi
setempat atau hal-hal khusus.

Pusat Penelitian pendidikan Nasional bertanggung jawab mengumpulkan informasi


mengenai materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan mengenai implementasinya
dilapangan. Hasil penelitian itu disalurkan ke dewan kesekretariatan dan apabila
diperlukan perubahan, sebuah penelitian dibentuk dan dibagi tugas untuk mempelajarinya
dan merumuskan perubahan-perubahan itu. Sejumlah besar supervisor konsultan dari
semua level bertemu secara reguler dengan guru-guru guna memberikan bimbingan dan
untuk mengumpulkan informasi. Ada berbagai pusat latihan, sekolah percobaan, dan
sekolah percontohan, yang bertujuan untuk pembaharuan kurikulum serta perbaikan
metode mengajar. Garis besar kurikulum ditentukan sebuah tim kecil mirip dengan tim
yang diterangkan diatas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku teks menurut kurikulum
tidak persis sama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh
faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas
guru bertentangan dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran
masih berorientasi verbal.

Materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk


panitia kurikulum dari semua jurusan para akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran.
Pada umumnya sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang aga luas
dalam memilih materi pelajaran.
2. Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi

Sistem ujian di Mesir sangat memengaruhi pemikiran murid, orang tua serta para
pejabat pendidikan karena begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik kelas ditetapkan
pada Grade 2, 4, dan 5, dan ujian negara pertama dilaksanakan pada akhir grade 8. Murid
yang lulus mendapat Sertifikasi Pendidikan Dasar, dan dengan itu dapat melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah skor menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki,
dan itu sangat penting karena umumnya hanya murid-murid yang mendapat skor tinggi
saja yang dapat masuk ke sekolah-sekolah menengah akademik yang diinginkan menuju
universitas. Kalau tidak, mereka masuk kesekolah-sekolah teknik atau institut pendidikan
lain. Jadi, masa depan anak muda mesir banyakan tergantung pada nilai yang diperoleh
pada ujian negara. Hal ini menjadi sangat penting sehingga menjadi persaingan sesama
murid sangat ketat. Sama halnya dengan siswa-siswa yang akan menamatkan pendidikan
menengah, karena jumlah skor yang diperoleh menentukan fakultas atau universitas mana
yang mereka masuki.

Sungguh jauh berbeda dengan di Indonesia. Di Mesir untuk masuk fakultas tidak
diadakan ujian lagi, melainkan cukup ujian penghabisan Tsanawiyah (SMA) saja. Mereka
masuk satu fakultas menurut jurusannya, dan menurut tertib tingkat lulusnya dalam ujian
penghabisan Tsanawiyah itu. Pelajar-pelajar yang nilanya istimewa, baik sekali,
didahulukan menerimanya dari pelajar-pelajar yang nilainya baik atau maqbul, atau
dengan perkataan lain : pelajar yang lulus dengan mendapat rata 90% didahulukan
menerimanya dari pelajar yang mendapat 80%. Pelajar yang mendapat 80% didahulukan
menerimanya dari pelajar yang mendapat 70%, dan begitulah seterusnya. Bahkan
ditentukan pula fakultasnya untuk nilai-nilai tersebut itu.

3. Training Guru Inisiatif UNESCO Mesir

Sebagai lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, UNESCO


Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya
sumber daya manusia Mesir yang handal. Training ini diselenggarakan melalui kerjasama
dengan perusahan-perusahaan besar yang berperan dalam melakukan sertifikasi keahlian
guru selepas training.
1. Pengembangan sistem training guru yang terintegrasi dan terpadu yang dilakukan di
Mesir tampaknya dapat menjadi model yang dapat dikembangkan di Indonesia.
Keterpaduan yang menyangkut pemberian layanan training yang dikemas dalam
penyebaran informasi, penggunaan teknologi untuk training jarak jauh,
pengembangan muatan training, dan koordinasi antar instansi terkait telah
menyebabkan training guru yang dilakukan oleh Training Development Center
(TDC) maupun oleh UNESCO memiliki arah pengembangan kompetensi guru lebih
jelas dan biaya yang dibutuhkan lebih efesien.
2. Pengembangan keterampilan dan pengetahuan guru yang dilakukan di Mesir lebih
mengarah pada pemenuhan standar kompetensi yang tidak hanya untuk memenuhi
standar nasional, tetapi juga untuk peningkatan kemampuan standar internasional.
Arah kebijakan ini memiliki nilai strategis dalam penyiapan SDM guru yang mampu
mengawal pendidikan yang berkualitas di masa mendatang. Peningkatan kompetensi
guru seperti ini sesungguhnya sangat relevan dengan kebijakan pendidikan di
Indonesia yang kini tengah dengan giat mewujudkan pendidikan yang bermutu, yang
tidak saja dapat memenuhi standar nasional pendidikan (SNP) tetapi juga untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menguasai standar internasional.
Dengan kata lain, arah kebijakan pendidikan di Mesir memiliki kemiripan dengan
pendidikan di Indonesia, khususnya dalam menyiapkan lulusan pendidikan yang
memiliki daya kompetitif global.
3. Sebagai negara yang padat penduduk dan memiliki banyak lembaga pendidikan guru,
dan siswa, Mesir telah mengembangkan suatu sistem pelatihan guru melalui pelatihan
jarak jauh (distance learning/training) dengan menggunakan keunggulan teknologi
informasi. Model ini juga penting untuk dikembangkan di Indonesia agar pelayanan
pendidikan dan pelatihan kepada guru dapat dilakukan lebih cepat dan efesien.
4. Sistem penjenjangan karier guru secara fungsional yang diselenggarakan di Mesir
tampaknya lebih bergradasi dan dapat menciptakan profesionalisme pendidik. Sistem
yang diatur mulai dari status guru sebagai assistant teacher, teacher, senior teacher,
sampai master teacher. Jenjang status guru seperti itu dapat berpengaruh positif
terhadap jenjang karier guru dan pembinaan profesi guru yang lebih terstruktur.
5. Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim dan tradisi agama yang kuat,
Mesir memiliki sistem pembelajaran agama Islam pendidikan Islam yang sangat kuat.
Standar untuk pendidikan Islam pun dilakukan dengan standar yang lebih menjamin
lulusan pendidikan keagamaan agar memiliki pengetahuan dan pemahaman agama
yang kuat. Karena itu, dalam pengembangan kurikulum dan evaluasi pendidikan
agama, pendidikan Islam di Mesir sering menjadi rujukan negara-negera Islam
lainnya. Sebagai misal, sistem pendidikan al-Azhar Cairo terbuka untuk menerima
calon mahasiswa dari berbagai lulusan sekolah menegah namun mereka harus lulus
seleksi, memiliki ijazah yang diakui setara, dan harus mengikuti matrikulasi bagi
mereka yang dianggap belum cukup dapat melanjutkan kuliah. Sistem ini sebenarnya
belum dimiliki di Indonesia, karena akses pendidikan untuk masuk di PTAI masih
longgar dan standar kelulusan calon mahasiswa variatif.

Untuk melihat perbandingan sistem pendidikan di Mesir dan Indonesia kami


mengambil contoh sistem pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar.

Berikut ini kami sajikan tabel perbandingan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar
(SD) yang ada di Indonesia dan Mesir.

No Aspek yang dibandingkan


Aspek Indonesia Mesir
1 Usia 6-12 tahun 6-12 tahun
2 Masa Belajar 6 tahun (kelas 1-6) 5 tahun (grade 1-5)
3 Tahun Akademik Juli sampai dengan Juni September sampai
Agustus
4 Pembiayaan pendidikan Sekolah Negeri dibiayai oleh Sekolah Azhar dibiayai
pemerintah oleh pemerintah
Sekolah Swasta hanya Sekolah Swasta hanya
mendapat subsidi mendapat subsidi
5 Waktu Belajar Hari Senin – Sabtu (sehari 6 Hari Ahad – Kamis
jam) (sehari 6 jam)
6 Kurikulum Mata • Pendidikan Agama (Dari grade 1- grade 3)
Pelajaran • Pendidikan • Bahasa arab
Kewarganegaraan • Matematika
• Bahasa Indonesia • Seni
• Matematika • Olah raga
• Ilmu Pengetahuan Alam • Al-Quran
• Ilmu Pengetahuan Sosial • Agama
• Seni Budaya dan • Khot
Keterampilan • Imla’
• Pendidikan Jasmani, • Insya
Olahraga dan Kesehatan (Mulai dari grade 4 -5
• Muatan Lokal mata pelajarannya
ditambah)
• Biologi
• Sejarah
• Bahasa Inggris
7 Evaluasi • Ujian Nasional • Ujian per Grade
• Ujian naik kelas • Ujian kenaikan dari
berdasarkan nilai harian, grade 1 samapai grade 3
sikap, ujian semester ditentukan oleh sekolah
• Soal UN pilihan ganda Mulai dari grade 4, soal
ujian dari pusat
• Soal UN Essay

8 Konsekuensi UN • Jika siswa tidak lulus ujian • Jika siswa tidak lulus
nasional tahap 1, siswa harus pada Ujian mereka harus
mengikuti UN tahap 2. Jika mengulang pelajaran
siswa tidak lulus pada tahap pada grade yang mereka
2, mereka harus mengikuti belum lulus.
program kejar paket A.
9 Tujuan Pendidikan • Tertuang dalam bentuk TIU • Menyiapkan dan
yang terdapat dalam silabus mengembangkan warga
dari BSNP dan untuk TIK Mesir dengan cara yang
dapat dikembangkan oleh akan membantu mereka
Guru. untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan
masyarakat yang
berubah modern untuk
menghadapi tantangan
terbarukan, selain
memungkinkan mereka
untuk memahami
dimensi religius,
nasional, dan budaya
dari identitas mereka. •
Memberikan masyarakat
dengan warga negara
yang telah menguasai
keterampilan ilmiah
dasar, dengan
penekanan khusus pada
keterampilan membaca,
menulis, berhitung, dan
disiplin ilmu-ilmu masa
depan (sains,
matematika, dan
bahasa).
• Menyediakan warga
dengan pengetahuan
dasar penting tentang
kesehatan, gizi,
lingkungan, dan isu-isu
pembangunan yang
terkait.
• Menyiapkan dan
membantu warga untuk
mengembangkan
keterampilan
dipindahtangankan,
termasuk kemampuan
analisis, berpikir kritis,
keterampilan ilmiah, dan
keterampilan pemecahan
masalah yang dapat
memungkinkan mereka
untuk merespon tuntutan
terus-menerus dan
menyesuaikan diri
dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan
teknologi.

10 Program pemerintah • Bebas buta aksara • Buta aksara pada


perempuan cukup
banyak
11 Ekstra kurikuler • Pramuka • Tidak ada
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah pendidikan di mesir ditandai dengan kedatangan Napoleon Bonaparte


menguasai Mesir sejak tahun 1798 M. Kehadiran Napoleon Bonaparte di samping membawa
pasukan yang kuat, juga membawa para ilmuwan dengan seperangkat peralatan ilmiah untuk
mengadakan penelitian. Tokoh pembaharuan pendidikan di Mesir diantaranya adalah
Muhammad Ali Pasya danMuhammad Abduh.

Adapun sistem jenjang pendidikan di Mesir ada 3 tahap; Pendidikan Dasar


(Altaklimil Islamiy), Pendidikan Menengah (Altaklimil altsanamy), Pasca Pendidikan
Sekunder (Altaklimil jaamiiy).

Sedangkan kurikulum di Mesir, adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari
konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang
berpengalaman. Sistem ujian di Mesir sangat memengaruhi pemikiran murid, orang tua serta
para pejabat pendidikan karena begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik kelas ditetapkan
pada Grade 2, 4, dan5, dan ujian negara pertama dilaksanakan pada akhir grade 8. Murid
yang lulus mendapat Sertifikasi Pendidikan Dasar, dan dengan itu dapat melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Sistem dan Kebijakan Pendidikan di Mesir. (15 Oktober 2019). Diakses dari
https://www.cronyos.com/makalah-sistem-dan-kebijakan-pendidikan-mesir/

Sistem Pendidikan Negara Mesir. (15 Oktober 2019). Diakses dari


https://tulisanterkini.com/artikel/pendidikan/3470-perbandingan-sistem-pendidikan-indonesia-
dan-mesir.html

Sistem Pendidikan di Mesir. (15 Oktober 2019). Diakses dari


https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/qble1333075913.pdf

Anda mungkin juga menyukai