Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun untuk memenuhi tugas pengembangan kurikulum PAI


Dosen Pengampu Iffah Mardi Yati, S. PD.I, M. Si

Disusun oleh:
1. Ahmad sukur NIM : 1118135
2. Sri Wahyuni NIM : 1118158

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI (STAIP)


JURUSAN TARBIYAH/PRODI PAI
KELAS C101.18.03
KELOMPOK 2
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr. wb
segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI yang membahas
tentang “KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM”.
Kami menyadari bahwa penyusunan dalam tugas ini banyak kekurangan
baik dari segi isi, penulisan, dan kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala
kritikan dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki makalah ini.
Akhirnya, meskipun dalam penulisan makalah ini kami telah
mencurahkan semua kemampuan, namun kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan data dan referensi
maupun kemampuan kami.

Pati, 23 Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki
bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik.
Bagian-bagian ini disebut komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan, berinteraksi dalam
rangka dukungannya untuk mencapai tujuan itu.

Pengembangan kurikulum harus dimulai dengan menentukan landasan atau azas-azas


pengembangannya sebagai pondasi, selanjutnya mengembangkan komponen-komponen
kurikulum. Pengembangan komponen-komponen inilah yang kemudian membentuk
sistem kurikulum.

Apabila komponen yang membantu sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan
dengan yang lainnya maka sistem kurikulum akan terganggu pula.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas kami ingin memperjelas dengan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja komponen Pengembanga n kurikulum ?
2. Bagaimana Keterkaitan antara Komponen Kurikulum?
3. Bagaimana Pengembangan Kurikulum?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa saja komponen pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui bagaimana keterkaitan antara komponen kurikulum.
3. Mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

1. KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANG KURIKULUM


Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki
bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik.
Bagian-bagian ini disebut komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan memiliki komponen pokok dan komponen penunujang yang saling berkaitan,
berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan itu. Kurikulum adalah
sebuah sistem, Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan,
informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai
satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu tujuan. Jika pemahaman sistem diatas
dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yasng terkait dan
berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem
terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-
komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.1

Menurut Tabrani Rusyan komponen kurikulum terdiri dari 3 komponen yaitu : (1)
Komponen Tujuan, (2) Komponen Struktur Program, (3) Komponen Strategi
Pelasanaan.2

Sedangan Menurut S. Nasution komponen Kurikulum yaitu (1) Tujuan pelajaran, umum
dan spesifik, (2) Bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3) Strategi belajar-mengajar
serta kegiatan-kegiatannya, (4) Sistem Evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan
tercapai.3

Lain halnya dengan Ralph W.Tylersebagaimana dikutip S.Nasution, mengajukan 4


pertanyaan pokok, yakni : (1) Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?, (2) Bagaimanakah
memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuan itu ?, (3) Bagaimanakah bahan disajikan
agar efektif diajarkan?, (4) Bagaimanakah efektivitas belajar dapat dinilai ? 4

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen
pengembangan kurikulum terdiri dari 4 komponen, yaitu :
a) Komponen Tujuan
b) Komponen Struktur Program dan Materi
c) Komponen Strategi
d) Dan komponen Evaluasi.

1
Hamid Syarif, Pengembangan kurikulum, (Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1993), hal 96
2
Tabrani Rusyan, Strategi Penerapan Kurikul um Di Sekolah,(Jakarta:Bina Mulia), hal 4-7
3
S.Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran,(Jakarta:Bima Aksara,1989),hal 5
4
S.Nasution.Asas-Asas Kurikulum,(Jakarta:Bumi Aksara,1994), hal 17
1. KOMPONEN TUJUAN
Tujuan pendidikan memegang peranan peting dalam pendidikan, sebab tujuan akan
memberikan arah bagi segala kegiatan pendidikan. Dalam penyusunan kurikulum ,
perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen lainnya.
Tujuan pendidikan suatu negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari
tujuan negara atau filsafat negara. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan alat
untuk mencapai tujuan negara, yakni membentuk manusia seutuhnya berdasarkan UUD
1945 yang bersumber dari Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia .5
a) Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional ini bersumber dari Pancasila dan UUD 45 dirumuskan
oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang
lebih khusus.

Dalam Tap. MPR No.II/MPR/1988 tentang GBHN tercantum : Pendidikan


nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indones
ia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Dalam Undang-Undang No.2 Tahun
1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 4,) tertera: Pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan yang berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani dan
jasmani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.6

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara, dasar pendidikan Nasional


adalah Falsafah Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 3 mengatakan:

- Tujuan Pendiidkan Nasional adalah membentuk manusia pembangunan yang ber-


Pancasila dan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab,
dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan
sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.

- Seluruh Program pendidikan terutama Pendidikan Umum dan bidang studi Ilmu
Pengetahuan Sosial, harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang
cukup untuk meneruskan jiwa nilai-nilai 1945 kepada generasi muda.
b) Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang

5
Tabrani Rusyan,Op.Cit., hal 5
6
S.Nasution.Asas-Asas Kurikulum, Op.Cit.,hal 37
dirumuskan, berupa kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi.
c) Tujuan Kurikuler

Tujuan Kurikuler ialah tujuan yang diemban dan harus dicapai oleh setiap bidang
studi pada lembaga pendidikan tertentu. Artinya kualifikasi atau kemampuan yang harus
dicapai oleh setiap siswa setelah ia menyelesaikan program bidang studi yang
bersangkutan.7
d) Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang paling rendah tingkatannya sebab yang
langsung berhubungan dengan anak didik. Tujuan instruksional berkenaan dengan tujuan
setiap pertemuan. Artinya, kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa
setelah ia menyelesaikan pengalaman belajar suatu pertemuan. Tujuan instruksional di
bedakan ke dalam dua jenis yakni tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan
instruksional khusus (TIK). Perbedaan TIU dan TIK terdapat dalam hal perumusannya,
TIU dirumuskan dengan kata-kata tingkah laku yang bersifat umum, sedangkan TIK
menggunakan kata-kata yang tingkah laku yang bersifat khusus, artinya dapat diukur
setelah pelajaran itu selesai.
Tujuan Instruksional
I. Tujuan Istruksional Umum
Agar siswa menegetahui serta memahami Produksi Nasional dan Pendapatan Nasional.

II. Tujuan Instruksional Khusus


a. Agar Siswa dapat menjelaskan perbedaan dan persamaan antara produksi Nasional
dan Pendapatan Nasional.
b. Agar siswa dapat menyebutkan unsur dari produksi Nasional dan Pendapatan
Nasional.
c. Agar siswa dapat menghitung Pendapatan Nasional.
d. Agar siswa dapat menyebutkan kegunaan pengetahuan besarnya pendapatan
Nasional.
e. Agar siswa dapat mengukur tingkat kemakmuran suatu negara.
f. Agar siswa dapat menyebutkan akibat dari pendapatan Nasional yang konstan dari
tahun ke tahun.
(Dari: Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) 1975. Pedoman pelaksanaan
Kurikulum, Buku: III.A.2, Model Satuan Pelajaran, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, PN Balai Pustaka, Jakarta,1976, h.156) yang dikutip oleh S.Nasution. 8

2. KOMPONEN STRUKTUR PROGRAM DAN MATERI

7
Tabrani Rusyan,Op.Cit., hal 5
8
Tabrani Rusyan,Op.Cit., hal 42
Komponen berikutnya telah menetapkan struktur dan materi program pendidikan.
Struktur pendidikan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan lembaga pendidikan
mencakup alokasi waktu yang diberikan untuk setiap studi dalam setiap minggunya.
Ada beberapa jenis struktur program pendidikan dalam kurikulum, yaitu :
a. Pendidikan Umum.

Pendidikan umum ialah program pendidikan yang bertujuan membina siswa agar
menjadi warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini adalah wajib diikuti oleh
setiap siswa pada semua lembaga pendidikan dan tingkatannya. Bidang studi-bidang studi
yang termasuk dalam kelompok pendidikan umum misalnya pendidikan Agama. PMP,
Olah raga kesehatan, Kesenian dan Bahasa Indonesia.
b. Pendidikan Akademik

Pendidikan akademik adalah program pendidikan yang bertujuan untuk mencapai


pembinaan intelektual sehingga diharapkan memperoleh kualifikasi pengetahuan yang
fungsional menuntut disiplin ilmu masing-masing. Tujuannya ialah untuk memberi bekal
kepada lulusan agar dapat melanjutkan studi ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Sifat pendidikan akademik ini permanen dan menggambarkan pola berfikir menurut
disiplin ilmu masing-masing. Bidang studi yang termasuk kelompok pendidikan
akademik antara lain IPA, IPS, Matematika dan Bahasa Inggris.
c. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan bertujuan mempersiapkan siswa untuk menyandang keahlian


pekerjaan tertentu, sesuai dengan jenis pendidikan yang ditempuhnya. Pendidikan
kejuruan ini lazimnya terdapat pada sekolah-sekolah kejuruan, bukan pada sekolah umum
(SMP dan SMA). Misalnya untuk SMEA kelompok bidang studi ekonomi, untuk STM
sekelompok bidang-bidang studi teknik, dan lain
sebagainya. Kadar
bobot setiap struktur program di atas untuk setiap lembaga pendidikan tentu tidak sama,
baik dalam hal jumlah jam maupun jumlah bidang studinya. 9

3. KOMPONEN STRATEGI
Komponen ketiga dari kurikulum ialah penetapan strategi pelaksanaan kurikulum.
Komponen ini tidak lain ialah pengaturan pelaksanaan kurikulum yang terdiri atas :

a. Sistem penyampaian/proses belajar mengajar.


b. Penilaian hasil belajar.
c. Bimbingan dan layanan.
d. Administrasi dan Supervisi pendidikan. Penyampaian keempat komponen diatas
diarahkan agar kurikulum dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Tanpa adanya strategi yang tepat, tak mungkin kurikulum terlaksana dengan baik, sebab :

9
Tabrani Rusyan,Op.Cit., hal 7
a) Sistem penyampaian/proses belajar mengajar ialah penetapan sistem belajar yang
efektif dan berdayaguna. Dalam kurikulum yang berlaku ditetapkan bahwa sistem
penyampaian pelajaran harus menggunakan prosedur pengembangan sistem
instruksional (PPSI) dan satuan pelajaran (Stapel).
b) Penilaian sebagai strategi pelaksanaan kurikulum artinya penetapan pola-pola dan
cara-cara yang betul-betul memadai sebagai alat ukur keberhasilan pengajaran.
Melalui penilaian formatif dan sumatif, diharapkan hasil-hasil yang diperoleh dapat
diakui secara obyektif dan komprehensif. Penilaian adalah tolak ukur proses belajar
mengajar.
c) Bimbingan dan pelayanan merupakan kegiatan sebagai upaya bantuan kepada peserta
didik yang mengalami kesulitan atau masalah dalam belajar, agar ia dapat membantu
pengembangan dirinya sendiri. Dengan bimbingan dan pelayanan ini, diharapkan
hasil yang akan tercapai peserta didik dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu, program
bimbingan dan penyuluhan antara lain merupakan bagian strategi pelaksanaan
kurikulum. Kegiatan-kegiatan antara lain terutama mengatur kegiatan program,
menetapkan sarana dan mekanisme pelaksanaan, mengembangkan instrumen yang
diperlukan guna pelaksanaan bimbingan penyuluhan di sekolah.
d) Administrasi dan supervisi pendidikan sebagai bagian strategi pelaksanaan kurikulum
di sekolah. Tugas utamanya menunjang kelancaran pelaksanaan proses belajar
mengajar, dan merupakan bagian kurikulum. Ruang lingkup administrasi kesiswaan,
administrasi keuangan, dan administrasi material (perlengkapan pengajaran).

Supervisi ditekankan pada usaha bimbingan dan bantuan kepada guru dalam rangka
perbaikan proses belajar-mengajar melalui teknik-teknik supervisi seperti rapat-rapat,
homevisite, diskusi, wawancara, observasi kelas, dan lain-lain.
Kesemuanya itu adalah upaya untuk mendukung pelaksanaan kurikulum sekolah. 10

Menurut Subandijah sebagaimana dikutip Abdulloh, guru perlu memusatkan pada


kepribadiannya dalam mengajar, menerapkan metode yang tepat, dan memusatkan pada
proses dengan produknya, dan memusatkan pada kompetensi yang relevan. Pada intinya
guru harus mengoptimalkan perannya sebagai educator, motivator,
manager, dan fasilitator.

Dengan menggunakan strategi yang tepat dan akurat proses belajar mengajar dapat
memuaskan pendidik dan peserta didik khususnya pada proses transfer ilmu yang dapat
ditangkap para peserta didik. 11

4. KOMPONEN EVALUASI
Untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum, maka
diperlukan evaluasi. Mengingat komponen evaluasi ini sangat berhubungan erat dengan
semua komponen lainnya, maka denagan cara evaluasi atau penilaian ini akan
mengetahui tingkat keberhasilan dari semua komponen.

10
Tabrani Rusyan,Op.Cit., hal 7-8
11
Abdulloh, Pengembangan KurikulumTeori dan Praktek, (Yogyakarta: Ar -ruzz Media, 2010), hal
56
Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan
formal. Mengapa demikian? Bagi guru evaluasi dapat menentukan efektivitas kinerjanya
selama ini; sedangkan bagi pengembang kurikulum evaluasi dapat memberikan informasi
untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan. 12

Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya. Yang paling penting di


antaranya adalah:

1) Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan ke arah tujuan yang telah
ditentukan.
2) Menilai efektivitas kurikulum.
3) Menentukan faktor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum. 13
Makna Evaluasi Kurikulum

Konsep nilai dan arti, dalam konteks penilaian terhadap suatu kurikulum memiliki makna
yang berbeda. Pertimbangan nilai adalah pertimbangan yang ada dalam kurikulum itu
sendiri. Contohnya berdasarkan proses pertimbangan tertentu, evaluator memberikan nilai
: apakah kurikulum yang dinilai itu dapat dimengerti oleh guru sebagai pelaksana
kurikulum; apakah setiap komponen yang terdapat dalam kurikulum itu memiliki
hubungan yang serasi; apakah kurikulum yang dinilai itu dianggap sederhana dan mudah
dilaksanakan oleh guru; dan lain sebagainya. Berbeda dengan nilai, arti berhubungan
dengan kebermaknaan suatu kurikulum. Misalkan, apakah kurikulum yang dinilai
memberikan arti untuk meningatkan kemampuan berpikir siswa; apakah kurikulum itu
dapat mengubah cara belajar siswa kepada yang lebih baik; apakah kurikulum itu dapat
lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap lingkungan sekitar; dan lain
sebagainya.14

Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pengembangan kurikulum
itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti suatu kurikulum, sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau
tidak dan bagian-bagian mana yang harus disempurnakan.
Evaluasi dikelompokkan kedalam dua jenis :

 Tes adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.
 Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek
tingkah laku termasuk sikap, minat dan motifasi. 15

12
Wina Sanjaya,Kurikulum Pembelajaran,(Jakarta:Kencana,2008), hal 338
13
S.Nasution.Kurikulum Dan Pengajaran, Op.Cit, hal 88
14
S.Nasution.Kurikulum Dan Pengajaran, Op.Cit, hal 341
15
http://anisroiyatunisa.blogspot.com/2013/02/komponen-komponen-pengembangan-
kurikulum.html.Diakses pada tanggal 28 Maret 2021 jam 23.00 wib
1. KETERKAITAN ANTARA KOMPONEN KURIKULUM
Keempat komponen itu saling berhubungan. Setiap komponen berkaitan erat
dengan komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang akan dipelajari,
bagaimana proses belajarnya dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat
mempengaruhi komponen lainnya. Pada saat dipentingkannya evaluasi dalam bentuk
ujian, misalnya UN, SBMPTN, maka timbul kecenderungan untuk menjadikan bahan
ujian sebagai tujuan kurikulum, proses belajar mengajar cenderung mengutamakan
latihan dan hafalan.16

Bila salah satu komponen berubah, misalnya ditonjolkanya tujuan yang baru, atau cara
penilaian, maka semua komponen lainnya turut mengalami perubahan. Kalau tujuannya
jelas, maka bahan pelajaran, PBM, maupun evaluasi pun lebih jelas.

Masing-masing komponen tersebut berkaitan erat, saling menunjang, dan merupakan


kesatuan yang tak dapat lepas satu dengan lainnya. Apabila satu komponen saja memiliki
kelemahan, maka akan berpengaruh dan menjadi lemah pula komponen-komponen
lainnya, yang pada akhirnya akan menyebabkan lemahnya kurikulum itu. Komponen
tujuan misalnya, yang diantaranya memuat berbagai “kemampuan” yang diharapkan
dapat dimiliki lulusannya, harus ditunjang oleh “kesesuaian” materi (bahan) pelajaran,
proses Belajar Mengajar (PBM), dan evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan tujuan
tersebut.17
2. PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum secara menyeluruh tak mungkin dipisahkan dari
perkembangan sistem pendidikan nasional dalam urutan waktu. Dari studi
pengembangan kurikulum, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum juga tak
mungkin dipisahkan dari perkembangan komponen yang mendasari perencanaan dan
pengembangan kurikulum. 18
1. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum.
a. Prinsip Relevansi.

Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi
internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-
komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi atau
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta
alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukan
keutuhan suatu kurikulum. 19

16
S.Nasution.Asas-Asas Kurikulum. Op.Cit.,hal 18
17
Tabrani Rusyan, Op.Cit.,hal 4
18
Oemar,Malik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bndung:PT.Remaja Rosdakarya,2010),
hal 117
19
Wina Sanjaya,Op.Cit.,hal 39
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar
siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ada
tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:
pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya, bahwa proses
pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitar siswa.

Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan
datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang
berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk
kehidupan siswa pada waktu yang akan datang.

Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan
disekolah harus mampu memenuhi dunia dunia kerja.
b. Prinsip Fleksibilitas.

Prinsip Fleksibilitas memiliki dua sisi: (1) Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum
harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya
sesuai dengan kondisi yang ada. (2) fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus
menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minta
siswa.
c. Prinsip Kontiunitas

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan
untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi telah diberikan
dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang sebelumnya. Prinsip ini
sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan
materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan
tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang
pendidikan tertentu.Untuk menjaga agar prinsip kontiunitas itu berjalan, maka perlu ada
kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para
pengembang kurikulum pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, SLTA dan bahkan
dengan para pengembang di perguruan tinggi.
d. Efektifitas.

Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan
dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektivitas dalam
suatu pengembangan kurikulum. (1) efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam
melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. (2) Efektivitas
kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru
berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun.
e. Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara,
dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan tingkat
efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas.
Dapat memperoleh hasil yang maksimak. Betapapun bagus dan idealnya suatu
kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang sangat khusus, serta
mahal pula harganya, maka kurikulum itu btidak praktis dan sukar untuk
dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala
keterbatasan. 20
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
a. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum.

Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab pertanyaan-


pertanyaan pokok seperti : hendak dibawa kemana siswa yang di didik nitu? Masyarakat
yang bagaimana yang harus diciptakan melalui ikhtiar pendidikan? Apa hakikat
pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistem nilai yang
bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus?
Bagaimana proses pendididkan itu berlangsung?

Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam


proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan
kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan ke arah dan tujuan pendidikan. Dengan
filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa
ke mana siswa yang kita didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi
pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat
dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai nsistem nilai
dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran.Keempat, melalui
filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses
pendidikan.
b. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum.

Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai
dengan harapan dan tujuan pendidikan. Secara psikologis, anak didik memiliki keunikan
dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya
sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus
memperhatikan kondisi psikologis perkembangan dan psikologi belajar anak. Pemahaman
tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Kesalahan persepsi
atau kedangkalan pemahaman tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan arah dan
kesalahan praktik pendidikan.21

20
Wina Sanjaya,Op.Cit.,hal 40-43

21
Wina Sanjaya,Op.Cit.,hal 48
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

A. komponen pengembangan kurikulum terdiri dari 4 komponen, yaitu :


a) Komponen Tujuan
b) Komponen Struktur Program dan Materi
c) Komponen Strategi
d) Dan komponen Evaluasi.

B. Masing-masing komponen tersebut berkaitan erat, saling menunjang, dan merupakan


kesatuan yang tak dapat lepas satu dengan lainnya. Apabila satu komponen
saja memiliki kelemahan, maka akan berpengaruh dan menjadi lemah pula
komponen-komponen lainnya, yang pada akhirnya akan menyebabkan lemahnya
kurikulum itu. Komponen tujuan misalnya, yang diantaranya memuat berbagai
“kemampuan” yang diharapkan dapat dimiliki lulusannya, harus ditunjang oleh
“kesesuaian” materi (bahan) pelajaran, proses Belajar Mengajar (PBM), dan evaluasi
yang dapat mengukur keberhasilan tujuan tersebut.

C. Para pengembang kurikulum dalam melaksanakan tugasnya harus melakukan hal-hal


sebagai berikut :
1) Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang dirumuskan
dalam undang-undang, keputusan pemerintah, peraturan-pearaturan daerah dan
lain sebagainya.
2) Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada
3) Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah
4) Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja
5) Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, Pengembangan Kurikulum Teori danPraktek, Yogyakarta: Ar-ruzz Media,


2010.
Nasution S,Kurikulum Dan Pengajaran,Jakarta:Bima Aksara,1989.
Nasution S.Asas-Asas Kurikulum,Jakarta:Bumi Aksara,1994.

Malik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum,Bandung:PT.Remaja


Rosdakarya,2010.
Syarif, Hamid. Pengembangan kurikulum. Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1993.
Rusyan, Tabrani. Strategi Penerapan Kurikulum Di Sekolah, Jakarta:Bina Mulia.1989.
Sanjaya Wina, Kurikulum Pembelajaran,Jakarta:Kencana,2008.

http://anisroiyatunisa.blogspot.com/2013/02/komponen-komponen pengembangan-
kurikulum .html.Diakses pada tanggal 28 Maret 2021 jam 23.00 wib

Anda mungkin juga menyukai