Anda di halaman 1dari 7

Sketsa dan Sistem Pendidikan di Negara Mesir

Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: , Masr) adalah
sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan
luas wilayah sekitar 997.739 km Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai
bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara.
Posisi Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel
di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut
Merah di timur. Mesir ditaklukan oleh amr ibn Ash pada tahun 639 H dibawah komando
khalifah kedua, umar ibn al-khattab. Sejak itulah islam masuk dan bergembang di mesir.
Setelah Baghdad sebagai pusat dunia islam diserang oleh khulaqu pada tahun 1258 M,
ibu kota dunia islam pindah ke Kairo, Mesir. Begitu juga lembaga pendidikannya yang
semulanya Bait-Alhikmah merupakan lembaga pendidikan internasional di Baghdad, maka
telah mengalami kemunduran, Al-Azhar di mesir didirikan sebagai lembaga pendidikan
alternatif, sekaligus pusat ilmu pengetahuan yang di kunjungi oleh para ulama dan pelajar
dari seluruh pelosok dunia hingga kini.
Al-Azhar didirikan oleh jauhar Al-shiqili seorang panglima khalifah fathimyah al-
muiz lidinillah, selesai dibangun selama 2 tahun dan berakhir sabtu 7 ramadhan 361 H atau
22 juni 972. Pada awal mullah berdirinya Al-Azhr mengajarkan fiqhi menurut Mazhab Syiah
dan itu berjalan sampai jatuhnya khalifah fathimyah pada tahun 567 H. Ketika mesir
diperintah oleh shalahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1171 M atau 567 H pelajaran fiqhi syiah
diganti menurut Mazhab sunni. Selanjutnya didirikan madrasah-madrasah dengan guru resmi
yang diangkat untuk mengajar kesana. Terjadilah peralihan dari Al-Azhar kepaada madrasah-
madrasah ayyubiah, yang mengakibatkan kemajuan bergeser pada madrasah tersebut. Saat
mesir jatuh dibawah kekuasaan sultan usmanyah turki pada tahun 1517 M atau 923 H,
kemegaan mesir pun pindah keistambul turki.
Beberapa abad kemudian modernisasi mesir dilakukan kembali. Muh. Ali pasya pada
1805 M atau 1220 H membangun kembali al-azhar. Para ulamanya dikirim untuk belajr ke
prancis guna mempelajari ilmu kedokteran, tehnik, meliter dan lain-lain.
Kendatipun Muh. Ali pasya (1765-1849) seorang illiterate atau bota huruf ia mengerti
akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam
pembangunan pendidikan ini ia mendirikan kementerian pendidikan dan sekolah militer pada
tahun 1815, lalu sekolah tehnik dan kedokteran pada tahun 1827. Para guru dan tenaga
ahlinya didatangkan dari barat dan eropa dan megirim para pelajar untuk studi di barat guna
memahami berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang disana. Ia
juga mendirikan sekolah farmasi, sekolah pertambangan, pertania, kedokteran, sekoalah
tinggi tehnik, sekolah penerjamahan dan lain-lain. Selain itu, Muh. Ali Pasya
memgembangkan pendidikan militer, dan ia merupakan salah seorang pembaharuan
pendidikan di dunia islam yang pertama karena bentuk sekolah yang didrikannya berbeda
dengan madrasah atau sekolah tradisional yang ada sebelumnya, yang hanya menekankan
pelajaran agama semata.
Muh. Abduh juga tercatat sebagai pembaharuan pendidikan mesir, terutama untuk
skop lembaga pendidikan tradisional, dan keagamaan yakni al-azhar. Bagi abduh ilmu
pengetahuan modern yang berkembang di barat bersumber dari Sunnahtullah atau hokum
alam. Jadi, tidak bertentangan dengan ajaran agama islam. Menurutnya, itu telah menjadi
sebabb kemajuan umat islam dimasa lampau dan merupakan faktor kemajuan dunia barat saat
ini. Untuk memodernisasi kembali umat islam, IPTEK harus kembali dipelajari. Menurut
Abduh pembaharuan pendidikan di al-azhar akan mempengaruhi dunia islam mengingat al-
azhar merupakan universitas islam internasional yang bukan saja dikunjungi para pelajar
muslim dari penjuru seluru dunia yang sekembali mereka ke Negara asal akan membawa ide
pembaharuan, melaikan juga al-azhar telah mendapat tempat terhormat dikalangan umat
islam. Berpijak dari pola pikir demikian, abduh menghendaki dimasukkannya beberapa
disiplin ilmu modern (al-ulum al-aqliyah) dalam kurikulum al-azhar seperti : fisika, ilmu
pasti, filsafat, sosiologi dan sejarah.
Begitu pula sebaliknya ia menghendaki di masukannya pendidikan agama yang lebih
intensif, termasuk sejarah kebudayaan islam, kedalam kurikulum sekolah, sekolah bentukan
pemerintah.
Sekarang al-azhar bukan lagi universitas keagamaan yang hanya memiliki beberapa
fakultas ushuluddin, fakultas syariah, fakultas dakwa, fakultas tarbiyah, dan fakultas adab,
melaikan juga terdiri atas berbagai fakultas umum seperti fakultas pertanian, fakultas
ekonomi fakultas sastra, fakultas kedokteran, fakultas kedokteran gigi, fakultas farmasi,
fakultas ilmu pasti alam, fakultas teknik dan industry, serta fakulta perdagangan dan
manejemen.
Selain al-azhar, dimesir terdapat beberapa universitas lain, yaitu University of Cairo
(1948), Alexandria University (1924), Ein al-syams University (1950), Assuit University
(1958).
Sampai pada tahun 1956, mesir menerapkan system persekolahan sebagai berikut :
1) Sistem pendidikan keagamaan, misalnya madrasah, kutab, dan al-azhar;
2) Sistem sekolah yang menggunakan bahasa pengantar bahasa asing;
3) Sistem sekolah yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab;
4) Sistem sekolah yang didrikan oleh pemerintah
5) Sistem sekolah asing dan kurikulumnya sendiri, seperti bahasa inggris.

Dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi system pengajaran al-azhar dikelolah oleh
majelis tinggi al-azhar yang dipegang oleh syekh al-azhar. Sampai pada tahun 1998 sistem
penjenjangan pendidikan lembaga ini adalah
1) Tingkat rendah atau (ibtidai) selama 6 tahun
2) Tingkat menengah (idadi) selama 3 tahun
3) Tingkat menenga atas atau (tsanawi) selama 4 tahun
4) Tingkat universitas selama 4-6 tahun.

Sejak tahun akademik 1992/1993, univesitas al-azhar telah membuka filiamnya di


luar kairo yaitu iskandaria, Damanhur, dimyan, mansyurah, saqahik, tanta, dan shibil al-kom.
Pihak al-azhar ikut mengadakan fakultas yang tersendiri, yang memisahkan mahasiswa laki-
laki dan perempuan.
Modernisasi pendidikan terus dilakukan oleh Mesir. Berbagai peraturan dan
perundang-undangan dibuat untuk mengintegrasikan jenis dan system persekolahan yang
semula otonom menjadi system pendidikan nasional. Menurut perundang-undangan mesir
saat itu, system persekolahan mengikuti pola 6-3-3-4 tahun, yakni :
a. Di sekolah dasar 6 tahun.
b. Di sekolah persiapan 3 tahun
c. Di sekolah menengah 3 tahun
d. Di universitas 4 tahun.

Usia wajib belajar berlaku pada pendidikan dasar 6 tahun, dari usia 6 sampai 12
tahun. Disini mereka bebas bayar, baik disekolah negeri maupun swasta. Untuk mengakhiri
sekolah dasar ini tidak melalui ujian, kecuali dalam rangka masuk kejenjang selanjutnya.
Sekolah persiapan atau Preparatory Stage yang berlangsung selama 3 tahun dan merupakan
sekolah umum, dilaksanakan tanpa adanya penjurusan. Sementara itu, sekolah menengah atau
General Secondary Stage merupakan sekolah umum untuk persiapan keperguruan tinggi.

Kesempatan berpendidikan ditingkatkan. Pada tahun 1950-an, pemerintah menklaim


bahwa dalam tiga hari selalu dibuka dua sekolah baru. Konsekuensinya, tidak dapat dihindari,
mutu pengajaran acap kali rendah. Hal ini lalu menyulut kritik bahwa ekspansi pendidikan
dipandang terlalu tergesah-gesah. Angka buta huruf ternyata belum mampu turun secepat
yang diharapkan, terutama karena anak-anak usia sekolah di kalangan penduduk desa sering
diperbantukan oleh orang tuanya dalam membantu pekerjaan diladang. Meskipun demikian,
sekitar tahun 1970-an, Mesir telah dapat menghasilakan pulahan ribu guru, insinyur, dokter,
para ahli farmasi, dan pegawai. Banyak diantara mereka yang bekerja diluara negeri, baik di
lingkungan Negara-negara arab lainnya maupun di Negara barat sehingga meraka dapat
meraup penghasilan yang lebih baik.

Dewasa ini mesir telah mengalami transformasi cepat dalam hal perkembangan
potensi pendidikan.berdasarkan data dirjen dikti 1997,disebutkan bahwa dalam satu juta
pendudukan di mesir terdapasebutkan bahwa dalam satu juta pendudukan di mesir terdapat
400 doktor;suatu angka yang signifikan bila dibandingkan dengan potensi human resoucer di
Negara-negara islam
Anggota OKI lainnya.sekedar perbandingan,dalam skala yang sama, Indonesia hanya
mencapai angka 65 doktor dalam satu juta penduduk.para ulama dan cendekiawan nesir
tergolong produktif dalam hal karya ilmiah. Buku-buku tentang Islamic studies banyak yang
beredar di Indonesia, Malaysia, singapura, dan negara lainnya,bahkan menjadi literature bagi
kurikulum IAIN sejak kemunculannya. Karya tulis omar Al-Toumy al-syaebani, Muhammad
athiyah al-abrasyi, yusuf Qardlawi, an-nahlawi, dan lain-lain telah popular dalam refrensi
tarbiyah.gerakan tajdid dalam pemikiran keislaman juga mulai berkembang di mesirr,
terutama bersumber dari para sarjana alumni barat. Gerakan kaum perempuan dalam
mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender serta perlindungan terhadap pelanggaran HAM
yang brkaitan dengan kasus pelecehan seksual, belakangan ini mulai meningkat seiring
dengan kian terbukanya pendidikan bagi warga mesir dan pergeseran budaya yang begitu
cepat melanda negeri ini. Kebijakan tentang tema pendidikan mulai di perdebatkan di
kalangan akademisi. Agaknya transformasi cultural mesir saat ini dan masa depan bisa juga
terjadi di Negara-negara islam lainnya di gerakan atau berawal dari modernisasi pendidikan.
Tujuan Pendidikan di Mesir

Menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir dengan cara yang akan membantu mereka
untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang berubah modern untuk
menghadapi tantangan terbarukan, selain memungkinkan mereka untuk memahami dimensi
religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka.
Memberikan masyarakat dengan warga negara yang telah menguasai keterampilan ilmiah
dasar, dengan penekanan khusus pada keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan
disiplin ilmu-ilmu masa depan (sains, matematika, dan bahasa).
Menyediakan warga dengan pengetahuan dasar penting tentang kesehatan, gizi, lingkungan,
dan isu-isu pembangunan yang terkait.
Menyiapkan dan membantu warga untuk mengembangkan keterampilan dipindahtangankan,
termasuk kemampuan analisis, berpikir kritis, keterampilan ilmiah, dan keterampilan
pemecahan masalah yang dapat memungkinkan mereka untuk merespon tuntutan terus-
menerus dan menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sistem pendidikan di Mesir adalah tanggung jawab Kementrian Pendidikan negara.


Kementrian pendidikan bertanggung jawab mulai dari pendidikan prasekolah sampai ke
pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas, koordinasi dan
pengembangannya. Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat governorat bertanggung jawab atas
pengimplementasianya. Mereka yang memilih lokasi, membangun dan melengkapi serta
mengawasinya agar berjalan dengan baik. Mereka juga berusaha mendorong sumbangan dan
partisipasi masyarakat. Ringkasnya, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu untuk
menjamin terselenggaranya opersional sekolah dengan efisien.

Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia, UNICEF, UNESCO, dan negara-negara
sahabat seperti Amerika Serikat, German, Kerajaan Inggris, dan negara-negara Arab.
Walaupun jumlah bantuan itu cukup besar, namun masih banyak lagi yang harus dicapai
dalam bidang pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi manajemen dan belanja
pendidikan. Sekolah Azhar dibiayai oleh pemerintah sedangkan Sekolah Swasta hanya
mendapat subsidi.

B. Sketsa dan Sistem Pendidikan di Negara Saudi Arabia

Kerajaan Arab Saudi berdiri pada tahun 1932, yang memproklamasikan berdirinya
kerajaan arab Saudi adalah raja abdul aziz ibn abdul rahman al-saud. Jadi pendiri kerajaan
ini adalah abdul aziz (almarhum) yang wafatnya pada tahun 1373 H atau 1953 M. Sistem
pemerintahan arab Saudi adalah monarki dan menempati 80 persen luas semenanjung Arab.
Secara geografis negara ini berbatasan dengan Jordania, Kuwait, dan Irak di sebelah utara,
Laut Merah di sebelah barat, Qatar dan Uni Emirat Arab di sebelah timur, serta Yaman dan
Oman di sebelah selatan. Saudi Arabia adalah negara yang menganut hukum berbasis Islam
di mana hukum syariah sebagai dasar konstitusi dan sistem hukum.
Sistem pendidikan di Saudi Arabia sejak tahun 1950-an telah melancarkan usaha
pendidikan. Pendidikan dilaksanakan secara Cuma-Cuma bagi semua penduduk, seluruh
biaya ditanggung oleh pemerintah. Bahkan, sekolah atau lembaga tertentu yang didirikan
diluar negeri untuk mempopulerkan bahasa arab atau kajian islam bukan hanya tanpa biaya,
melaikan pendaftaran yang diterima mendapatkan tunjangan dana akomodasi buku-buku
serta lainya. Belakangan ini arab Saudi telah menggandakan al-quran dan terjemahannya
yang telah dirafikasi oleh departemen agama di Indonesia untuk dicetak dan dibagikan
keberbagai mesjid serta institusi pendidikan islam lainnya.

1. Pendidikan Tingkat Dasar

Sistem penjenjangan pendidikannya ditingkat dasar dibentuk dua macam madrasah


yaitu :
1) Madarash Al-quran (sejenis taman pendidikan Al-quran di Indonesia)
2) Madarasah ibtidaiyah (sekolah dasar), menggantikan sekolah desa yang dihapuskan pada
tahun 1954.

2. Pendidikan tingkat Menengah

Untuk tingkat menengah, semula terdapat dua jenjang sekolah umum (non kejuruan)
yaitu kafaa dan tauhijiyah yang masing-masing selama 3 tahun, tetapi kemudian di ubah
menjadi idadiyah yang lamanya belajarnya juga 3 tahun. Perubahan kebijakan pendidikan di
Saudi arabiah ini tidak mengalami kesulitan, diantaranya karena mengingat komposisi
masyarakatnya yang homogen, dengan islam sebagai satu-satunya pandangan hidup.

3. Pendidikan Tingkat Menengah Atas

Di tingakat sekolah menengah atas yang disebut madrasah tsanawiayah terdapat dua jurusan :
1) Ilmi ( jurusan ilmu pengetahuan)
2) Adabi (jurusan sastra)

Jadi sekolah ini bersifat umum atau (non kejuruan) dengan focus memersiapkan para
siswa untuk melanjutkan studi ketingkat pergurun tinggi meskipun demikian bagi mereka
yang bermaksud untuk terjun kemasyarakat disediakan keterampilan tertentu oleh lembaga
pendidikan dengan berbagai alternatif jurusan, misalnya keguruan, perusahaan, perdagangan,
kajian al-quran dan teologi islam. Sebagai bentuk pembinaan pemuda, Saudi Arabia
berupaya meningkatkan prestasi dibidang olahraga dan kebudayaan yang ditangani oleh
badan Negara urussan kesejahteraan pemuda.

Masalah Pendidikan di Saudi Arabia ditangani oleh dua departemen yaitu:


1) Departemen Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan yang menangani Pendidikan Dasar,
Menengah, baik umum maupun khusus.
2) Departemen Pengajar Tinggi yang menangani lembaga pendidikan tinggi, baik itu
dilingkungan Perguruan tinggi Umum (PTU) maupun Perguruan Tinggi Agama (PTA).

Saudi Arabia memiliki 7 universitas dalam semua jurusan. Riyadh memilki


universitas yang relatif lengkap yakni universitas suudiyah (ibn saud university) yang terdiri
atas fakultas sastra syriah, hukum, dan kajian peradilan. Adapun university of riyadl
memiliki berbagai fakultas yaitu fakultas seni, sains, ekonomi, dan niaga, pertanian, tehnik,
perminyakan, kedokteran, farmasi, dan kedokteran hewan. Kuliah di universitas ditempuh
dalam waktu 4 tahun. di Riyadh ini terdiri dari dua sekolah tinggi independent yakni institu
kajian islam dan bahasa arab dan sekolah tinggi hukum syariah. Disana juga terdapat tiga
akademik yang semula terpisah yakni fakultas mualimin (keguruan) dan fakultas syariah
(hukum islam), pada tahun 1961 dileburkan menjadi satu fakultas yakni fakultas syriah dan
tarbiayah.
Kedua fakultas terakhir itu lalu berkembang menjadi universitas tersendiri yakni universitas
medina yang memiliki 3 fakultas sebagai berikut :
a. Fakultas syariah
b. Fakultas Dakwa
c. Fakultas Ushuluddin

Karena pesatnya pertumbuhan ekonomi Saudi Arabia, semua mahasiswa yang belajar
di universitas Islam Madinah ini diberi beasiswa, termasuk tiket perjalanan bagi mahasiswa
luar negeri. Tujuan universitas ini adalah agar mahasiswa ahli dalam bidang agama, ilmu
syariat dan bahasa arab.
Makkah, di sampai sebagai pusat penyelenggaraan ibada haji, juga sebagai pusat
pendidikan. Di situ terdapat universitas Ummul Quro yang meliputi fakultas pendidikan,
syariah, dan kajian islam. Selain itu, terdapat universitas Raja Abdul Aziz, yang terletak di
Jeddah, provinsi bagian timur dari kerajaan Saudi Arabia ini. Lokasinya berdekatan dengan
lading minyak di dahran. Meskipun memiliki fakultas non agama, seperti fakultas
Humaniora, ekonomi, kedokteran, teknik, Institut kajian Laut Merah, minyak dan mineral,
universitas ini termasuk dalam Pendidikan Tinggi Islam. Selain itu, terdapat universitas Raja
faisal, yang memiliki empat fakultas, di Dhammam. Madrasah Darul Ulum al-Diniyah juga
berlokasi di Makkah. Didirikan pada tahun 1933 oleh orang-orang Indonesia, Malaysia, dan
siam yang bermukim di kota tersebut. Lembaga ini berstatus swasta dan mendapat donator
tetap, terutama dari sumbangan jamaah haji, dua departemen yang menengani pendidikan
sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dan bantuan lain.
Jenjang pendidkan di madarasah ini adalah :
1) Ibtidaiyah 6 tahun
2) Tsanawiayah 4 tahun,
3) Aliyah 2 tahun.

Upaya menempuh pendidikan tinggi ini terutama bagi para pangeran, pengusaha, atau
kalangan berada lainya tidak hanya diperoleh di lingkungan nasional, tetapi banyak pula yang
menempuhnya di luar negeri, di negara-negara barat. Interaksi demikian menyebabkan Saudi
Arabia berada dalam perjalanan percepatan modernisasi pendidikannya.
Kontak Indonesia dengan Saudi Arabia ini telah terjalin sejak lama, terutama melalui
jamaah haji. Gelombang pendidikan pertama yang di tempuh oleh bangsa Indonesia untuk
studi keislaman adalah Makkah, melalui perjalanan haji yang dilanjutkan dengan muqim
beberapa tahun di Makkah dalam rangka belajar agama islam. Diantara mereka kemudian ada
yang menjadi ulama terkemuka, bahkan menetap di Makkah. Misalnya, Ahmad Khatib dari
Minangkabau dan Syekh Nawawi dari Banten. Mereka menetap, belajar, lalu menjadi ulama
terkemuka di Makkah, yang kemudian memengaruhi munculnya gerakan islam, baik secara
individu maupun organisasi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai