Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH, SISTEM, KEBIIJAKAN DAN PROBLEMATIKA

PENDIDIKAN DI MESIR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Perbandingan Pendidikan”

Penulis :

Kelompok 12

1. Rita Utami (201200381)


2. Rizalul Habibullah (201200384)
3. Rizky Ilham S (201200388)
4. Sahidin (201200392)

Dosen Pengampu :

Ratna Etika Agus, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melalui sistem pendidikan itu, suatu bangsa dapat memelihara dan
mempertahankan nilai-nilai luhur serta keunggulan-keunggulan mereka dari generasi
ke generasi. Mengkaji tentang Mesir khususnya aspek pendidikan, menjadi sangat
menarik disebabkan kompleksitas yang terjadi di negara ini. Dengan tradisi
keilmuannya yang kuat, Mesir menjadi salah satu poros dan kiblat para pencari ilmu
dari berbagai penjuru dunia Islam, tidak terkecuali Indonesia. Selama beberapa dekade
sejak pertumbuhannya, sistem pendidikan Islam di Indonesia –terutama pendidikan
tinggi- nyaris merupakan copy paste dari Universitas Al-Azhar Cairo, icon utama
pendidikan Islam yang terdepan dan tertua di Timur Tengah.
Selain sebagai negara yang pernah dijajah Inggris dan Perancis selama beberapa
dekade di satu sisi dan sebagai negara Arab Afrika di sisi lain, fakta historis Mesir lama
atau kuno, juga tampaknya menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam
membaca Mesir hari ini. Dalam sejarah dunia, Mesir diabadikan sebagai bangsa yang
pernah berjaya di masanya. Peradaban Mesir kuno telah menoreh sejumlah prestasi
yang hingga kini nyaris tak tertandingi. Piramida, Spink dan Mummi di antaranya,
sampai saat ini masih menjadi objek rerearch para ilmuwan di berbagai disiplin ilmu.
Republik Arab Mesir atau lebih dikenal sebagai Mesir, adalah sebuah negara yang
sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut.Mesir diakui secara luas
sebagai pusat budaya dan politik utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.
Modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir.Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan
Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir diantaranya
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhammad Ali Pasha untuk
melakukan modernisasi pendidikan di Mesir karena pendidikan merupakan sesuatu hal
yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dimana pendidikan harus bertumpu pada pemberdayaan semua komponen
masyarakat.1

1
Komaruddin Hidayat dan Hendro Prasetyo, Prospek dan Problem IAIN, (Jakarta: Depag RI, tt), h. 7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan di mesir?
2. Bagaimana sistem pendidikan di mesir?
3. Bagaimana kebijakan pendidikan di mesir?
4. Bagaimana problematika pendidikan di mesir?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk megetahui sejarah pendidikan di mesir.
2. Untuk megetahui sistem pendidikan di mesir.
3. Untuk megetahui kebijakan pendidikan di mesir.
4. Untuk megetahui problematika pendidikan di mesir
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Di Mesir


Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan
Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte
yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu
Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan.
Diantaranya tokoh-tokoh tersebut Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasha. Pada
tahun 1805 M atau 1220 H Muhammad Ali Pasya membangun kembali al-Azhar. Para
ulamanya dikinm untuk belajar ke Prancis guna mempelajari ilmu kedokteran, teknik,
militer, dan lain-lain.
Kendatipun Muhammad Ali Pasya (1765-1849) seorang illiterate atau buta
huruf, ia mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan
suatu negara. Dalam pembangunan pendidikan ini ia mendirikan Kementerian
Pendidikan dan Sekolah Militer pada tahun 1815, lalu sekolah Teknik dan kedokteran
pada tahun 1827. Para guru dan tenaga ahlinya didatangkan dari Barat dan Eropa. Di
samping itu, ia mengirim pelajar untuk studi di Barat guna mendalami berbagai macam
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di sana, dan sekembalinya ke tanah
air mereka ditugaskan untuk mengembangkan iptek tersebut. Ia juga mendirikan
Sekolah Farmasi, Sekolah Pertambangan. Sekolah Pertanian, Sekolah Kedokteran,
Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Penerjemahan, dan ain-lain. Selain itu, untuk
memperkuat pertahanan negaranya, Muhammad Ali Pasya mengembangkan
pendidikan militer dan bentuk-bentuk latihan lainnya. Bisa dikatakan bahwa
modernisasi dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya ini merupakan upaya pembaharuan
pendidikan di dunia Islam pertama karena bentuk sekolah yang didirikannya berbeda
dengan madrasah atau sekolah tradisional yang sebelumnya, yang hanya menekankan
pelajaran agama semata.
Bila Muhammad Ali Pasya tampil dalam pembaharuan system pendidikan
secara nasional di Mesir melalui jalur politiknya sebagai pejabat pemerintahan:
Muhammad Abduh tercatat sebagai pembaharu pendidikan Mesir, terutama untuk skop
lembaga pendidikan tradisional dan keagamaan, yakni al-Azhar.2 Bagi Abduh, ilmu
pengetahuan modern yang berkembang di Barat bersumber dari sunnatullah atau
hukum alam. Jadi, tidak bertentangan dengan ajaran isalm. Menurutnya, iptek telah
menjadi sebab kemajuan umat Islam di masa lampau dan merupakan faktor kemajuan
di Dunia Barat saat ini. Untuk memodernisasi kembali umat islam, iptek harus kembali
dipelajari. Umat Islam hendaknya memerhatikan pendidikan dan iptek Sekolah-sekolah
modern perlu dibuka dan di situ diberikan pengetahuan modern di samping materi
agama. Menurut Abduh, pembaharuan pendidikan di al-Azhar akan memengaruhi
Dunia Islam, mengingat al-Azhar merupakan Universitas Islam internasional yang
bukan saja dikunjungi para pelajar muslim dari seluruh penjuru dunia, yang sekombali
mereka ke Negara asal akan membawa ide pembaharuan, melainkan juga al- Azhar
telah mendapat tempat terhormat di kalangan umat Islam. Berpijak dari pola pikir
demikian, Abduh menghendaki dimasukkannya beberapa disiplin ilmu modern (al-
ulum al- aqliyah) dalam kurikulumal-Azhar, seperti fisika, ilmu pasti, filsafat,
sosiologi, dan sejarah.3
Begitu pula sebaliknya, ia menghendaki dimasukkannya pendidikan agama
yang lebih intensif, termasuk sejarah kebudayaan Islam, ke dalam kurikulum sekolah-
sekolah bentukan pemerintah. Agaknya, Abduh berupaya mengintegrasikan ilmu
modern dengan agama. Dengan masuknya ilmu modern di al-Azhar, lalu memperkuat
pendidikan agama di seolah- sekolah pemerintah, menurut Abduh, dikotomi ilmu dan
jurang pemisah antara ulam dan ilmuwan modern dapat diperkecil.
B. Sistem Pendidikan Di Mesir
1. Jenjang Pendidikan Di Mesir
Sistem pendidikan Mesir sangat sentralistik, dan dibagi menjadi tiga tahap:
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan di Mesir wajib dilakukan selama 9 tahun akademik antara
usia 6 dan 14. Selain itu, semua tingkat pendidikan bebas dalam menjalankan
pemerintahan sekolah. Menurut Bank Dunia, terdapat perbedaan besar dalam
pencapaian pendidikan yang kaya dan yang miskin, yang biasa dikenal sebagai
"kesenjangan kekayaan." Meskipun rata-rata tahun sekolah diisi oleh orang

2
http://www.earabiclearning.com/blog/2011/11/the-most-famous-institutes-to-teach-arabic-in-
egypt/
3
http://www.earabiclearning.com/blog/2011/11/the-most-famous-institutes-to-teach-arabic-in-
egypt/
kaya dan miskin hanya satu atau dua tahun, tetapi kesenjangan kekayaan
mencapai setinggi sembilan atau sepuluh tahun.
Pada tahun 1999-2000 angka partisipasi total pra-siswa SD adalah 16
persen dan meningkat menjadi 24 persen pada tahun 2009. Terlepas dari swasta
atau negara dijalankan, semua lembaga prasekolah berada di bawah
Departemen Pendidikan. Adapun tugas Departemen yaitu untuk memilih dan
mendistribusikan buku pelajaran. Menurut Departemen pendidikan, pedoman
ukuran maksimum prasekolah tidak boleh melebihi dari 45 siswa. Departemen
Pendidikan juga mendapat dukungan dari lembaga internasional seperti Bank
Dunia untuk meningkatkan sistem pendidikan anak usia dini dengan
meningkatkan akses ke sekolah-sekolah, peningkatan kualitas pendidikan dan
membangun kapasitas para guru. Lapis kedua wajib pendidikan dasar adalah
tahap persiapan menengah pertama atau tiga tahun yang lama. Pentingnya
menyelesaikan tingkat pendidikan ini adalah untuk menjaga siswa terhadap buta
huruf sebagai awal drop out pada tahap ini mudah surut ke buta huruf dan
akhirnya kemiskinan.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri dari tiga lintasan: umum, kejuruan / teknis
dan dual system. Pendidikan kejuruan yang mewakili sekolah Kohl i Mubarak.
Tahap sekunder umum mencakup 3 tahun pendidikan, sedangkan menengah
kejuruan lagu bisa selama 3-5 tahun dan 3 tahun untuk sistem ganda masukkan
pendidikan ke kejuruan tingkat menengah, para siswa harus lulus ujian nasional
yang diberikan pada akhir tahap sekunder. Pada tahun 2004, 77,3 persen siswa
yang menyelesaikan tahap persiapan diperkirakan akan didaftarkan dalam
tingkat sekunder pendidikan ini, mahasiswa memiliki penilaian formatif dan
sumatif selama tahun pertama dan rata-rata akhir tahun ujian standar nasional
untuk tahun kedua dan tiga kualifikasi para siswa untuk mengambil Sertifikat
Pendidikan Menengah Umum-Thanawiya Amma, yang merupakan salah satu
persyaratan untuk masuk ke universitas.
c. Pendidikan Tinggi
Sistem Pendidikan Tinggi Mesir memiliki sistem pendidikan tinggi yang
sangat luas. Sekitar 30% dari semua orang Mesir dalam kelompok usia yang
relevan pergi ke universitas Menurut The Economist, standar pendidikan di
universitas publik Mesir "bukan main". Departemen Pendidikan Tinggi
mengawasi tingkat pendidikan tersier. Dalam sistem pendidikan saat ini, ada 17
universitas umum, 51 publik lembaga non-universitas, 16 perguruan tinggi
swasta dan 89 perguruan tinggi swasta. Dari 51 lembaga non-universitas, 47
tahun dua-tengah lembaga teknis (MTIs) dan empat adalah 4-5 tahun lembaga
teknis yang lebih tinggi]. Kohort pendidikan tinggi diperkirakan akan
meningkat mendekati 6 persen (60,000) siswa per tahun khususnya tahun 2009
.
2. Jenis-jenis Pendidikan di Negara Mesir
a. Sistem pendidikan Formal
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel:Struktur
sekuler dan struktur keagamaan Al Azhar. Struktur sekuler diatur oleh
kementerian Pendidikan. Struktur Al Azhar dilaksanakan oleh kementerian
urusan al azhar, ini sering juga disebut Kementerian agama di negara-negara
lain. Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang diikuti oleh
sejumlah kecil anak-anak. Misalnya, anak-anak cacat masuk ke sekolah-sekolah
khusus; bagi yang ingin menjadi militer masuk ke sekolah militer, dan ada pula
generasi muda yang meninggalkan sekolahnya dan mendaftar pada program-
program nonformal yang diselenggarakan oleh berbagai badan atau lembaga.

1. Sistem Sekolah Sekuler

Pendidikan wajib di Mesir berlaku sampai Grade 8 dan ini dikenal


sebagai pendidikan dasar. Ada pendidikan taman kanak-kanak dan play
group yang mendahului pendidikan dasar, tetapi jumlahnya sangat kecil dan
kebanyakan berada di kota-kota. Pendidikan dasar ini dibagi menjadi dua
jenjang. Jenjang pertama yang dikenal dengan Sekolah Dasar mulai dari
Grade 1 sampai Grade 5, dan jenjang kedua, yang dikenal dengan sekolah
persiapan, mulai dari grade 6 sampai Grade 8. Sekolah persiapan ini baru
menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984, sehingga nama “sekolah
persiapan” tidak tepat lagi. Setelah mengikuti pendidikan dasar selama
delapan tahun, murid-murid punya empat pilihan:Tidak bersekolah lagi,
memasuki sekolah menengah umum, memasuki sekolah teknik menengah
tiga tahun, atau memasuki sekolah teknik lima tahun. Pada sekolah
menengah umum, tahun pertama (Grade 9) adalah kelas bersama. Pada
grade 10 murid harus memilih antara bidang sains dan nonsains (IPA vs
Non-IPA) untuk Grade 10 dan 11. Pendidikan tinggi di universitas dan
institusi spesialisasi lainnya mengikuti pendidikan akademik umum.
Pendidikan pada sebagian lembaga perguruan tinggi berlangsung selama
dua, empat atau lima tahun tergantung pada bidang dan program yang
dipilih. Semenjak tahun 199, Sebagian tamatan sekolah teknik dibolehkan
melanjutkan ke pendidikan tinggi. Pertambahan penduduk yang begitu
cepat di Republik Arab Mesir, berdampak meningkatnya tuntutan atas
pendidikan, dan seterusnya, meningkat pula jumlah murid. Peningkatan
jumlah murid ini sebagai pengaruh dari kenyataan bahwa semenjak revolusi
tahun 1952, Mesir selalu berjuang memperluas pendidikan sebagai salah
satu prasyarat untuk pembangunan sosial dan ekonomi.

2. Sistem Sekolah Al-Azhar

Sistem sekolah Al Azhar hampir sama dengan sistem sekolah sekuler


pada tingkat pendidikan dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan
agama islam lebih mendapat tekanan. Tetapi untuk mata pelajaran
kurikulumnya seperti pada sekolah sistem sekuler. Grade 10 dan 11 sama
untuk semua murid. Pada akhir grade 11, murid boleh memilih apakah ingin
masuk ke sekolah umum dua tahun lagi, atau masuk ke sekolah agama
selama dua tahun.

Pada level universitas, fakultas-fakultasnya sama dengan yang ada pada


pendidikan sekuler tetapi kurikulumnya lebih menekankan pada
keagamaan. Selanjutnya, seluruh pendidikan guru untuk pendidikan
keagamaan hanya diselenggarakan dalam lingkungan sistem Al Azhar.
Sekolah-sekolah Al Azhar lebih sedikit muridnya dibandingkan dengan
jumlah murid sekolah sistem sekuler. Namun pada kenyataannya lebih besar
jumlah tamatan dari jalur Al Azhar yang masuk ke pendidikan tinggi
dibandingkan dengan tamatan sekolah sistem sekuler. Perlu dicatat juga
bahwa tidak ada pendidikan teknik pada sistem Al Azhar.

3. Pendidikan Vokasional dan Teknik

Upaya untuk memperluas pendidikan kejuruan (vokasional) dan


pendidikan teknik dimulai tahun 1950-an. Jumlah sekolah vokasional dan
teknik meningkat dari 134 (dengan 31.800 siswa) dalam tahun 1952 menjadi
460 buah (dengan siswa 115.600) dalam tahun 1960.

b. Pendidikan nonformal
Pendidikan non formal didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan
pendidikan terencana di luar sistem pendidikan formal. Pendidikan ini
dmaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi kelompok-
kelompok orang tertentu. Apakah itu anak-anak, generasi muda atau orang
dewasa;apakah mereka laki-laki atau perempuan, petani, pedagang, atau
pengrajin;apakah mereka dari orang kay atau miskin. Di mesir, pendidikan
nonformal terutama dikaitkan dengan penghapusan iliterasi. Dengan
demikian, kebanyakan program lebih dikonsentrasikan pada pendidikan
nonformal dalam aspek itu. Semenjak tahun 1967, Kementerian
pemburuhan menyelenggarakan program penataran untuk mendidik orang-
orang yang telah menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan orang-orang
yang putus sekolah formal yang berusia antara 12 dan 18 tahun. Mereka
dilatih dalam keterampilan vokasional yang cocok untuk lingkungan dan
kemampuannya.

Pendidikan ini biasanya diselenggarakan selama sembilan bulan:tujuh


bulan di pusat-pusat latihan vokasional, dan dua bulan di tempat-tempat
unit produksi. Para peserta latihan kemudian ditempatkan bekerja pada
sektor pemerintah atau sektor swasta. Di bawah pengawasan Kementerian
Perindustrian, ada 33 buah pusat pelatihan di berbagai governorat. Pusat-
pusat pelatihan ini menyelenggarakan program-program kilat bagi pekerja
yang masih ”semiskilled” melalui pemagangan di industri-industri, dan
juga meningkatkan keterampilan para teknisi. Program bagi orang yang
semiskilled ini diikuti peserta yang berusia sekitar 17 tahun dengan lama
program enam bulan. Program pemagangan dapat pula diikuti oleh murid-
murid yang telah tamat pendidikan dasar, atau mereka yang tidak akan
melanjutkan pendidikannya ke sekolah teknik. Program pemagangan ini
berlangsung selama tiga tahun. Untuk meningkatkan keterampilan
karyawan, perusahaan memilih karyawan yang telah punya pengalaman
kerja minimal lima tahun untuk mengikuti pelatihan teknis malam hari
selama tiga bulan.
3. Jenis-jenis Sekolah:
Secara umum, ada dua jenis sekolah pemerintah yaitu Sekolah Arab dan
Eksperimental Language Schools.
a. Sekolah Arab,Pemerintah menyediakan kurikulum nasional dalam Bahasa
Arab. Sebuah kurikulum pemerintah bahasa Inggris diajarkan mulai pada tahun
keempat Primer dan Perancis ditambahkan sebagai bahasa asing kedua di
Pendidikan Menengah.
b. Eksperimental Language Schools, mengajar sebagian besar kurikulum
pemerintah (Sains, Matematika dan Komputer) dalam bahasa Inggris, dan
menambahkan Perancis sebagai bahasa asing kedua di Persiapan Pendidikan.
Advanced kurikulum bahasa Inggris disediakan dalam semua tahap pendidikan.
Pelajaran sosial diajarkan dalam bahasa Arab. Siswa diterima ke dalam kelas
pertama pada umur tujuh; satu tahun lebih tua dari sekolah-sekolah Arab.

Secara umum, terdapat empat jenis sekolah swasta:

1. Sekolah Ordinary, kurikulum mereka sangat mirip dengan sekolah-sekolah


pemerintah, tetapi sekolah-sekolah swasta lebih memperhatikan siswa
kebutuhan pribadi dan fasilitas sekolah.
2. Sekolah Bahasa, sebagian besar mengajarkan kurikulum pemerintah dalam
bahasa Inggris, dan menambahkan Perancis atau Jerman sebagai bahasa
asing kedua Mereka diharapkan menjadi lebih baik daripada sekolah-
sekolah llain, karena fasilitas yang tersedia, namun biaya mereka jauh lebih
tinggi. Beberapa sekolah tersebut menggunakan bahasa Perancis atau
Jerman sebagai bahasa pengantar utama, tetapi mungkin sulit bagi siswa
untuk belajar di universitas pemerintah dalam bahasa Arab atau Inggris
sesudahnya.
3. Sekolah Agama, adalah sekolah yang berorientasi religius sebagai sekolah
Azhar.
4. Sekolah Internasional, adalah sekolah swasta yang mengikuti kurikulum
negara lain, seperti Inggris, Amerika, atau sistem Perancis, dan gelar yang
diterima dari mereka mendapatkan sertifikasi resmi dari Departemen
Pendidikan, untuk dapat memenuhi syarat untuk mendaftar ke universitas-
universitas Mesir, seperti sekolah menawarkan bahkan lebih baik daripada
fasilitas & kegiatan reguler sekolah swasta dengan biaya yang lebih tinggi,
tapi dikritik akan menyediakan tingkat pendidikan jauh lebih mudah
dibandingkan dengan kurikulum umum, dan beberapa universitas Mesir
memerlukan nilai lebih tinggi daripada siswa sekolah reguler sebagai
minimum untuk pendaftaran, atau ekstra ijazah sekolah tinggi seperti SAT.
Banyak sekolah swasta yang dibangun oleh misionaris, saat ini berafiliasi
dengan gereja-gereja dan memberikan pendidikan yang berkualitas. Banyak
sekolah swasta yang menawarkan program pendidikan tambahan, bersama
dengan kurikulum nasional, seperti Amerika High School Diploma, sistem
IGCSE Inggris, Perancis baccalauréat, Abitur Jerman dan International
Baccalaureate. Ini adalah jenis sekolah swasta di Mesir. Ini adalah jenis
sekolah swasta di Mesir.
C. Kebijakan Pendidikan Di Mesir
Kebijakan pendidikan di Mesir dalam menyiapkan lulusan pendidikan memiliki
daya kompetitif yang global, di antaranya adalah:
1. Sebagai negara yang padat penduduk dan memiliki banyak lembaga
pendidikan guru, dan siswa, Mesir telah mengembangkan suatu sistem
pelatihan guru melalui pelatihan jarak jauh (distance learning/training)
dengan menggunakan keunggulan teknologi informasi.
2. Sistem penjenjangan karier guru secara fungsional yang diselenggarakan di
Mesir tampaknya lebih bergradasi dan dapat menciptakan profesionalisme
pendidik. Sistem yang diatur mulai dari status guru sebagai assistant teacher,
teacher, senior teacher, sampai master teacher. Jenjang status guru seperti
itu dapat berpengaruh positif terhadap jenjang karier guru dan pembinaan
profesi guru yang lebih terstruktur.
3. Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim dan tradisi agama
yang kuat, Mesir memiliki sistem pembelajaran agama Islam pendidikan
Islam yang sangat kuat. Standar untuk pendidikan Islam pun dilakukan
dengan standar yang lebih menjamin lulusan pendidikan keagamaan agar
memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang kuat. Karena itu, dalam
pengembangan kurikulum dan evaluasi pendidikan agama, pendidikan
Islam di Mesir sering menjadi rujukan negara-negera Islam lainnya.4

4
Hasan Ali, Studi Tentang Potret Sistem Pendidikan di Mesir, 2011, (Online), (http://
kependidikanislamuinbandung.blogspot.com/2011/04/sistem-pendidikan-di-negara-mesir.html, diakes tanggal
21 Oktober 2014).
Dalam pendidikan agama Islam, Mesir mempunyai kebijakan sebagaimana
berikut:
“Agama Islam adalah agama negara di Mesir, dan bahasa Arab bahasa resmi
Negara. Cita-cita demokrasi terus dikembangkan dengan berbagai cara
untuk menentang feodalisme, monopoli, dan eksploitasi. Pendidikan wajib
selama 5 tahun pada pendidikan dasar, dan dapat ditambah ke tingkat
pendidikan yang tinggi. Pendidikan adalah gratis pada sekolah-sekolah
negeri. Negara mengawasi seluruh kegiatan pendidikan dan menjamin
otonomi universitas dan pusat-pusat penelitian dengan cacatan bahwa
semua kegiatan itu diarahkan pada usaha-usaha keperluan masyarakat dan
pada peningkatan produktivitas. Penghapusan buta huruf (iliterasi)
merupakan tugas nasioanal, dan Islam adalah pelajaran dasar dalam
kurikulum”5
a. Kebijakan pembiayaan Pendidikan Peningkatan jumlah guru dan sekolah,
perbaikan peralatan dan kenaikan harga (termasuk kenaikan gaji) telah
menyebabkan kenaikan belanja pendidikan. 23 juta pound Mesir (E) sama
dengan (US$77 juta) yang dianggarkan pada tahun 1952 naik menjadi E126
juta pound (US$420 juta) tahun 1969. Pada periode yang sama investasi
masyarakat pada pendidikan meningkat dari E2,5 juta pound (US$8,4 juta)
menjadi E33,3 juta pound (US$111,2 juta). Sesudah tahun 1970, alokasi
dana untuk pendidikan mulai meningkat dengan jumlah yang lebih besar
dibandingkan alokasisebelumnya.Mesir menerima bantuan dari Bank
Dunia, UNICEF, UNESCO dan negara-negara sahabat seperti Amerika
Serikat, Jerman, Kerajaan Inggris (UK) dan negara-negara Arab. Walaupun
jumlah bantuan itu cukup besar, namun masih banyak lagi yang harus
dicapai dalam bidang pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi
manajemen dan belanja pendidikan.
b. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran di MesirKementerian Pendidikan
Mesir menetapkan kurikulum dan semua sekolah harus mengikuti
kurikulum yang ditetapkan. Materi belajar selama enam tahun pendidikan
dasar meliputi: Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika, Musik, Studi
Agama dan Ilmu Pengetahuan Alam. Di kelas 4, Pertanian diperkenalkan

5
Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, 227.
dan di kelas 5 Seni, Ekonomi Rumah Tangga dan Ilmu Sosial ditambahkan.
Di sekolah-sekolah Al-Azhar, kurikulum yang ada umumnya menitik
beratkan pada studi Islam. Negara ini juga melaksanakan sekolah
internasional yang mengikuti kurikulum Amerika, Inggris atau
Kanada.Pusat penelitian Pendidikan Nasional bertanggungjawab
mengumpulkan informasi mengenai materi pengajaran berdasarkan
kurikulum dan mengenai implementasinya di lapangan. Hasil penelitian itu
disalurkan ke dewan kesekretariatan, dan apabila diperlukan perubahan,
sebuah panitia dibentuk dan diserahi tugas untuk mempelajarinya dan
merumuskan perubahan-perubahan itu. Ada berbagai pusat latihan, sekolah
percobaan dan sekolah percontohan yang bertujuan untuk pembaharuan
kurikulum serta perbaikan metode mengajar.6
Materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga termasuk
panitia kurikulum dari semua jurusan, para akademisi dan asosiasi guru-
guru mata pelajaran. Pada umumnya, sekolah dan masing-masing guru
mempunyai kebebasan yang agak luas dalam memilih materi pelajaran.
Setelah tahun 1952, pemerintahan Gamal ‘Abd al-Nasser mengintegrasikan
pendidikan nasional, baik yang dikelola oleh Universitas al-Azhar maupun
oleh lembaga lain, dalam satu institusi pendidikan modern yang memenuhi
standar mutu internasional dan tidak dipungut bayaran. Misalnya,
Universitas Cairo yang mempunyai fakultasfakultas umum konvensional,
seperti Kedokteran, Teknik,Farmasi, Pertanian dan lain-lain juga memiliki
fakultas Dar al-‘Ulum yang menyelenggarakan studi Islam. Universitas a-
lAzhar, yang terkesan lembaga pendidikan khusus keagamaan juga
memiliki fakultasfakultas umum di bawah satu manajemen administrasi
yang dipimpin oleh seorang rektor.7
c. Ujian dan Kenaikan Kelas Sistem ujian di Mesir sangat mempengaruhi
pemikiran murid, orang tua serta para pejabat pendidikan karena begitu
pentingnya hasil ujian itu. Murid yang lulus mendapat Sertifikat Pendidikan
Dasar dan dengan itu dapat melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.

6
Agustiar Syah Nur, Op.Cit., h. 235

7
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Belajar Islam di Timur Tengah, h. 45
Jumlah skor menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki dan itu sangat
penting karena umumnya hanya murid-murid yang mendapat skortinggi saja
yang dapat masuk kesekolah-sekolah menengah akademik yang diinginkan
menuju universitas. Kalau tidak, mereka masuk kesekolah-sekolah teknik
atau institute pendidikan lain. Jadi, masa depan anak muda mesir banyak
tergantung pada nilai yang diperoleh pada ujian negara. Hal ini menjadi
sangat penting sehingga menjadi persaingan sesame murid sangat ketat.
Sama hal nya dengan siswa-siswa yang akan menamatkan pendidikan
menengah, karena jumlah skor yang diperoleh menentukan fakultas atau
universitas mana yang mereka masuki. Ujian yang sanga tkompetitif ini
membuat siswa harus belajar keras dan bahkan menimbulkan percontekan
dalam berbagai rupa, dan juga mengakibatkan timbultimbulnya kursus-
kursus privat. Ada usaha-usaha untuk mengubah sistem ujian ini, misalnya
dengan memberikan penilaian yang lebih besar pada pekerjaan anak
sepanjang tahun dan sebagainya. Solusi yang paling baik barangkali dengan
menjadikan ujian itu bagian proses belajar.
Analisis Perbandingan Pendidikan Islam di Mesir dan Indonesia
a. Kebijakan Pendidikan antara Mesir dan Indonesia hampir sama yakni
menjadikan pendidikan wajib belajar bagi warga negaranya. Pemerintahan
Mesir memprogramkan wajib belajar, masyarakatnya harus pandai dalam
hal baca tulis dan terdidik, harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menjadi masyarakat yang produktif. Pendidikan wajib
selama enam tahun dan dapat dilanjutkan ke jenjang berikutnya. Sedangkan
di Indonesia pendidikan wajib belajar berlangsung selama sembilan tahun
dan dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya.
b. Jenjang pendidikan di Mesir dibagi menjadi tiga tahap yaitu pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pasca pendidikan menengah dengan
mengikuti pola 6+3+3, enam tahun sekolah dasar, tiga tahun sekolah
menengah pertama dan tiga tahun sekolah menengah atas, kemudian dapat
melanjutkan ke pendidikan tinggi selama empat atau enam tahun. Hal ini
sama dengan diIndonesia.
c. Sistem pendidikan di Mesir bersifat sentralistik. Pendidikan diatur oleh
pusat. Segala kebijakan yang akan diambil di Mesir meminta pertimbangan
dari ulama Al-Azhar. Sedangkan di Indonesia, walaupun saat ini sudah
diterapkan otonomi daerah, namun pada kenyataannya sistem pendidikan
masih cenderung bersifat sentralistik. Hal ini terlihat pada penetapan
Standar Kelulusan dan penentuan kelulusan siswa ditentukan oleh pusat
melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Otonomi daerah juga
belum memberikan kewenangan penuh kepada daerah terutama yang
berkaitan dengan penyediaan anggaran pendidikan dalam APBD.
d. Jenis pendidikan di negara Mesir terdiri dari pendidikan formal yang
meliputisistem pendidikan sekuler, sistem pendidikan Al-Azhar dan sistem
pendidikan vocasional dan pendidikan non formal. Sistem sekolah Al-Azhar
hampir sama dengan sistem sekolah sekuler pada tingkat pendidikan dasar.
Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama Islam lebih mendapat
tekanan. Tetapi untuk mata pelajaran kurikulumnya seperti pada sekolah
sistem sekuler. Pada level universitas, fakultas- fakultasnya sama dengan
yang ada pada pendidikan sekuler tetapi kurikulumnya lebih menekankan
pada keagamaan. Selanjutnya, seluruh pendidikan guru untuk pendidikan
keagamaan hanya diselenggarakan dalam lingkungan sistem Al-Azhar.
Sekolah-sekolah Al-Azhar lebih sedikit muridnya dibandingkan dengan
jumlah murid sekolah sistem sekuler. Namun pada kenyataannya lebih besar
jumlah tamatan dari jalur Al-Azhar yang masuk ke pendidikan tinggi
dibandingkan dengan tamatan sekolah sistem sekuler.
e. Sistem perkuliahan di al-Azhar ada perbedaan dengan pendidikan tinggi di
Indonesia, di antaranya yaitu kelasnya besar yang terdiri dari ratusan orang,
dosen memberikan perkuliahan melalui metode ceramah yaitu metode
perkuliahan yang lebih dominan mendengar dan menerima apa yang
disampaikan oleh dosen, dosen banyak menggunakan bahasa ammiyah,
perkuliahan di tingkat S1 tidak mementingkan absensi.Selain itu,
perkuliahan lebih menekankan kepada hafalan terutama buku teks yang
ditulis oleh dosen pembimbing (kitab muqarrar) yang wajib dibeli oleh
mahasiswa.
f. Pada setiap fakultas Al-Azhar terdapat dua program, yakni:
1) Program Under Graduate (S1) dengan masa kuliah minimal empat tahun.
Lulusan program ini mendapat gelar Lc (Licence). Masa aktif kuliah
dimulai pada bulan September sampai Desember dengan ujian term I
sekitaar bulan Januari kemudian dilanjutkan pada pertengahan Februari.
Bulan Mei diakhiri dengan ujian term II dilanjutkan ke bulan Juni. Pada
program ini mahasiswa dituntut untuk pertama, lulus pada setiap mata
kuliah, apabila tidak lulus lebih dari dua mata kuliah dianggap tidak naik
tingkat dan harus mengulang mata kuliah yang tertinggal di tahun
berikutnya. Kesempatan mengulang selama dua tahun berturut-turut, kalau
masih gagal juga akan diberhentikan (mafshul/ DO). Kedua, diwajibkan
menghafal al-Qur’an sebanyak 2 juz untuk setiap tingkat bagi mahasiswa
asing (non Arab).
2) Program Post Graduate (Dirasah ‘Ulya), terdiri dari dua program, yakni:
a) Program Magister (Master) dengan masa pendidikan selama dua tahun
setelah Lc, ditambah dua tahun penulisan tesis. Untuk meraih gelar Master
dituntut hafal ak-Qur’an 30 juz bagi orang Arab dan 8 juz bagi non Arab
dan lulus setiap mata kuliah pada ujian lisan dan tulisan yang diadakan
dalam dua gelombang setiap tahunnya. Jika tidak lulus dalam satu mata
kuliah harus mengulang seluruh mata kuliah pada gelombang selanjutnya,
dan diberi kesempatan mengulang maksimal tiga tahun berturut-turut.
Kemudian pada masa penulisan tesis harus mengajukan judul dengan
kerangka pembahasan, setelah diterima baru kemudian ditentukan
pembimbing. b) Program Doktor, program ini berlaku hanya untuk lulusan
Magister dan diberi waktu untuk penulisan disertasi minimal dua tahun.
Seperti halnya Program Magister, setelah judul disertasi mahasiswa
diterima, barulah kemudian ditentukan pembimbingnya.
D. Problematika Pendidikan Di Mesir
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu
negara. Di Mesir, seperti negara-negara lain, pendidikan memainkan peran penting
dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik. Namun, Mesir juga dihadapkan pada
berbagai problematika pendidikan yang menghambat kemajuan sistem pendidikan
negara tersebut.
1. Kurangnya Akses dan Kesetaraan Pendidikan
Salah satu masalah utama dalam sistem pendidikan Mesir adalah
kurangnya akses dan kesetaraan pendidikan. Terdapat disparitas yang
signifikan antara kualitas pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan,
serta antara pendidikan yang tersedia bagi kelompok masyarakat yang lebih
mampu dan yang kurang mampu. Hal ini mengakibatkan kesenjangan
pendidikan yang luas dan berdampak negatif pada mobilitas sosial dan
peluang kerja bagi individu yang kurang beruntung. Solusi yang mungkin
adalah meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan di daerah
pedesaan, menyediakan beasiswa dan bantuan keuangan bagi keluarga yang
kurang mampu, serta meningkatkan akses terhadap pendidikan kualitas
tinggi di seluruh wilayah negara.
2. Kualitas Pengajaran dan Kurikulum
Masalah lain yang dihadapi oleh sistem pendidikan Mesir adalah
kualitas pengajaran dan kurikulum. Meskipun terdapat banyak sekolah dan
universitas di negara ini, standar pengajaran dan kurikulum sering kali tidak
memadai. Kurikulum yang terlalu teoritis dan tidak relevan dengan
kebutuhan pasar kerja membuat lulusan sulit bersaing dalam dunia kerja.
Selain itu, metode pengajaran yang masih bersifat tradisional dan kurang
inovatif tidak memfasilitasi perkembangan keterampilan kritis dan
kreativitas siswa. Solusi untuk masalah ini dapat melibatkan pembaruan
kurikulum untuk memastikan relevansi dengan kebutuhan pasar kerja,
pelatihan guru yang lebih baik dalam penggunaan metode pengajaran yang
inovatif, serta penggunaan teknologi pendidikan yang lebih luas untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Rendahnya Partisipasi Perempuan dalam Pendidikan.8
Meskipun tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan di Mesir
telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, masih terdapat kendala-
kendala yang signifikan. Faktor budaya, seperti stereotip gender dan
ekspektasi peran tradisional, sering kali menghambat partisipasi perempuan
dalam pendidikan. Selain itu, kesenjangan gender dalam akses pendidikan
juga masih menjadi masalah di beberapa wilayah. Solusi untuk masalah ini
melibatkan kampanye kesadaran yang kuat tentang pentingnya pendidikan
bagi perempuan, program beasiswa dan insentif khusus untuk mendorong
partisipasi perempuan dalam pendidikan.
4. Kualitas pendidikan
Sesuai dengan kebijakan negara Mesir di bidang pendidikan yang
telah dijelaskan sebelumnya, tenaga kependidikan di Mesir diatur dengan

8
Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, 229.
sistem status guru sebagai assistant teacher, teacher, senior teacher, sampai
master teacher. Jenjang status guru seperti itu dapat berpengaruh positif
terhadap jenjang karier guru dan pembinaan profesi guru yang lebih
terstruktur.Dalam proses pelaksanaan pengembangan kurikulum untuk
mencapai pendidikan yang direncakanakan, nampaknya tidak semudah
yang telah direncanakan sehingga timbul berbagai kendala Dan
problematika
5. Pertumbuhan penduduk
Masalah pertumbuhan penduduk yang begitu cepat di Republik Arab
Mesir. Hal ini berdampak meningkatnya tuntutan atas pendidikan, dan
seterusnya, meningkat pula jumlah murid. Peningkatan jumlah murid ini
sebagai pengaruh dari kenyataan bahwa semenjak Revolusi tahun 1952,
Mesir selalu berjuang memperluas pendidikan sebagai salah satu prasyarat
untuk pembangunan sosial dan ekonomi.
6. Fasilitas dan sarana prasarana
Sistem birokrasi dan administrasi yang carut marut, infrastruktur
yang belum memadai, yang sehingga tak memungkinkan bagi semua
mahasiswa untuk masuk dalam kelas; dengan jumlah mahasiswa yang
membludak, namun ruang kelas belum bisa menampungnya secara
sempurna. Barangkali ini juga yang menyebabkan absen kuliah tak lagi
penting di univ. al-Azhar. Bisa dikata, dari segi satu ini, mungkin kita bisa
sedikit berbangga. Karena setidaknya sebagian sekolah atau universitas kita
di Indonesia, mempunyai sistem birokrasi dan administrasi yang lebih
tertata, walau masih banyak juga yang keadaannya masih sangat
memprihatinkan.9

9
Siti ‘Abidah Subkiyyah , Al-Azhar; Meneropong Potret Pendidikan di Mesir, 2011, (Online),
(http://www.ispi.or.id/2011/07/30/al-azhar-meneropong-potret-pendidikan-di-mesir)
Kesimpulan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte
yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu
Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan.
Diantaranya tokoh-tokoh tersebut Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasha. Pada
tahun 1805 M atau 1220 H Muhammad Ali Pasya membangun kembali al-Azhar. Para
ulamanya dikinm untuk belajar ke Prancis guna mempelajari ilmu kedokteran, teknik,
militer, dan lain-lain. Jenjang Pendidikan Di Mesir, Sistem pendidikan Mesir sangat
sentralistik, dan dibagi menjadi tiga tahap :
1. Pendidikan Dasar
2. Pendidikan nonformal
3. Pendidikan nonformal

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu


negara. Di Mesir, seperti negara-negara lain, pendidikan memainkan peran penting
dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik. Namun, Mesir juga dihadapkan pada
berbagai problematika pendidikan yang menghambat kemajuan sistem pendidikan
negara tersebut.

1. Kurangnya Akses dan Kesetaraan Pendidikan


2. Kualitas Pengajaran dan Kurikulum
3. Kualitas pendidikan
4. Pertumbuhan penduduk
5. Pertumbuhan penduduk
6. Fasilitas dan sarana prasarana
Daftar Pustaka
Agustiar Syah Nur, Op.Cit., h. 235
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Belajar Islam di Timur
Tengah, h. 45
Hasan Ali, Studi Tentang Potret Sistem Pendidikan di Mesir, 2011, (Online), (http://
kependidikanislamuinbandung.blogspot.com/2011/04/sistem-pendidikan-di-
negara-mesir.html, diakes tanggal 21 Oktober 2014).
http://www.earabiclearning.com/blog/2011/11/the-most-famous-institutes-to-teach-
arabic-in-egypt/
http://www.earabiclearning.com/blog/2011/11/the-most-famous-institutes-to-teach-
arabic-in-egypt/

Komaruddin Hidayat dan Hendro Prasetyo, Prospek dan Problem IAIN, (Jakarta:
Depag RI, tt), h. 7
Siti ‘Abidah Subkiyyah , Al-Azhar; Meneropong Potret Pendidikan di Mesir, 2011,
(Online), (http://www.ispi.or.id/2011/07/30/al-azhar-meneropong-potret-
pendidikan-di-mesir)
Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, 229.

Anda mungkin juga menyukai