Anda di halaman 1dari 17

PROBLEMATIKA DALAM STUDI ILMU PERBANDINGAN PENDIDIKAN

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan dan Perbandingan

Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Sudirman Tamin, M.A

Disusun Oleh :

Muhamad Rohim 20210520100011

PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini saya susun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi sehingga bermanfaat
Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin. Namun,
saya sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini mhon kritik,
saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang saya harapkan sebagai bahan koreksi saya.

Wassalamualiakum Wr.Wb

Jakarta, 05 Mei 2022 M

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................................................

C. Tujuan Masalah .............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Problematika ...............................................................................................

B. Tinjauan Historis ...........................................................................................................

C. Sifat-sifat Perbandingan Pendidikan .............................................................................

D. Ruang Lingkup Perbandingan Pendidikan .....................................................................

E. Langkah-langkah dan Problematika dalam Perbandingan Pendidikan ..........................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................

B. Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Dalam kehidupan manusia dan alam semesta, satu hal yang menjadi hukum alam yang
selalu menghampiri dan menemani kehidupan, baik dalam keadaan sadar atau tidak, ikhlas atau
tidak, kehidupan akan selalu menerima tamu perubahan. Problemnya adalah apakah perubahan
tersebut membawa pada perbaikan atau menjerumuskan kita pada kemunduran atau berubah
ke arah yang negative. Tentunya sebagai generasi terdidik kita akan selalu merindukan
perubahan tersebut kearah yang positif.

Menurut Kasali (2005), perubahan itu bagaikan badai Tsunami atau angin tornado. Ia
memiliki kekuatan menghancurkan yang sangat luar biasa. Setelah terjadinya perubahan yang
dimunculkan tanpak begitu aneh/asing (Strange). Perubahan dunia selalu mengajarkan kepada
kita bahwa untuk dapat menang di dalam setiap persaingan harus memiliki kemampuan
beradaptasi. Kemampuan beradaptasi menjadi dasar dari segala strategi. Dan menurut penulis
untuk dapat beradaptasi, maka kita harus mampu membandingkan dua keadaan yang berbeda
yaitu keadaan dalam diri kita dan keaadaan di luar diri kita (lingkunagan) tempat kita
beradaptasi.

Dala Al-Qur’an sendiri telah dijelaskan bahwa perubahan itu harus muncul dari dua
arah yaitu dalam diri kita dan luar diri kita. Dalam dunia pendidikan pun akan selalu mengalami
perubahan, sebagai contoh setiap detik teknologi informasi dan komunikasi mengalami
perubahan dan menyentuh dunia pendidikan, di belahan dunia banyak Negara maju dengan
perubahannya, berkembang bahkan mundur kerena tidak mempu menyikapi perubahan.
Indonesia termasuk Negara yang sedang berkembang, salah satu langkah untuk bisa menjadi
Negara yang maju adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya, dan cita-cita tersebut
sulit untuk diraih ketika kita tidak beajar dari Negara-negara yang sudah maju. Oleh karena itu
sangat urgen sekali kita membandingkan antara pendidikan dalam Negara kita dengan
pedidikan internasional (Negara-negara) lain. Sehingga dengan demikian maka kita akan
mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam dunia pendidikan kita, yang akhirnya cita-cita
perbaikan pendidikan kita akan terwujud. Begitupun ketika kita tarik perhatian perbandingan
pendidikan ini ke dalam Islam, maka Islam sangat menjunjung tinggi adanya perbedaan dalam
segala ruang kehidupan, termasuk di dalamnya perbedaan dalam pendidikan. Di isyaratkan
oleh baginda Rasulullah dalam hadisnya “Uthlubul ‘Ilmi Walau Bissin” (tuntutlah ilmu hingga
ke Negeri Cina).

Bila kita cermati makna hadis tersebut secala luwes dan dalam maka kita akan
menemukan isyarat bahwa ada perbedaan pendidikan di negeri Arab (waktu itu) dengan Negeri
Cina yang mungkin secara lembaga dan menajemennyalebih maju. Sehingga diharapkan
dengan pertukaran ilmu tersebut dapat memberikan nilai plus untuk perbaikan pendidikan
secara local. Namun dalam semua itu, setiap ada hal atau obyek, maka pasti ada kekurangan
dan kelebihannya. Kekuarangan inilah yang kemudian menjadi masalah/problem. Dalam
makalah atau karya ini akan dideskripsikan berbagai Problematika dalam ilmu perbandingan
pendidikan. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan penulis sadar diberbagai belahan
tulisan ini terdapat kekuarangan, maka untuk lebih memperkaya khazanah keilmuan kita,
penulis mohon diberi masukan dan kritik yang membangun untuk sempurnannya karya ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Problematika
Kalimat Problematika dalam ilmu perbandingan pendidikan secara difinitif dapat
dijelaskan perkata yaitu Problematika, dalam kamus ilmiah diartikan sebagai masalah atau
perkara sulit dimana akar kata tersebut diambil dari kata Problem atau problema.
Kata perbandingan, dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan istilah Comparative
yang memiliki arti bersamaan atau sama. Dan kata pendidikan dikenal dengan istilah
education. Jadi kata perbandingan pendidikan dapat diartikan dengan Comparative
education yang bila ditarik dari pengertian etimologis di atas, maka dapat kita jelaskan
sebagai usaha melihat kesamaan dalam pendidikan dan problem-problem juga latar
belakangnya. Maka menurut penulis problematika dalam ilmu perbandingan pendidikan
dapat diartikan sebagai problem yang timbul dalam membahas atau melihat kesamaan
kegiatan pendidikan.
Pengertian secara terminology dapat kita lihat dan analisa dari beberapa pendapat pakar
yaitu sebagai berikut :
1. L. Candel dalam bukunnya Comparative Education, mengatakan bahwa pendidikan
perbandingan adalah studi mengenai teori dan praktek pendidikan sekarang,
sebagaimana dipengaruhi oleh bermacam-macam latar belakang dan merupakan
kelanjutan dari sejarah pendidikan. Di sini Candel menunjukkan bahwa ketika kita
membahas perbandingan pendidikan, maka kita harus mempelajari lintas teori dan
praktek pendidikan sekarang dengan megingat berbagai macam latar belakang, yang
diantaranya adalah sejarah karena historis pendidikan masa lampau akan
mempengaruhi praktek pendidikan modern sekarang. Sejarah pendidikan tidak bisa
kita lupakan karena mata rantai pendidikan dari zaman-ke zaman selalu berhubungan
dan sifatnya sistematis.
2. Tokoh lain yang mendefinisikan perbandingan pendidikan adalah Carter V. Good.
Dikemukakannya bahwa pendidikan comparative adalah lapangan studi yang bertugas
mengadakan perbandingan teori dan praktek pendidikan yang dimiliki beberapa
negeri dengan meksuk untuk mengadakan perluasan pemandangan dan pengetahuan
di luar batas negeri sendiri.
Kalau Candel lebih menitik-beratkan pada latar belakang sejara, maka Carter, dapat
kita katakan lebih menitik-beratkan pada kegiatan penelitian perbandingan praktek
pendidikan antar Negara, jadi mengandung jiwa kepraktisan.
Namun terbebas dari perbedaan pendapat dua tokoh tersebut, kita tidak melihat
pertentangan melainkan saling mengisi dan melengkapi antara keduanya. Sebab
antara kedua pendapat tersebut menurut penulis sama-sama membandingkan teori dan
praktek pendidikan baik dari masa ke masa suatu Negara atau internasional maupun
teori dan praktek lintas Negara internasional yang tujuannya adalah sama-sama
meneliti dan mempelajari untuk peningkatan mutu dan kualitas pendidikan dalam
suatu negara.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu perbandingan


pendidikan merupakan disiplin ilmu atau pengetahuan yang menfokuskan diri pada
penelitian perbandingan teori dan praktek pendidikan lintas waktu, lembaga dan
Negara internasional yang dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang, dan yang
menjadi inti pokok Ilmu Perbandingan Pendidikan itu adalah studi tentang sebab-
sebab yang menimbulkan problematika kependidikan dan pengajaran serta sebab-
sebab yang dapat menimbulkan persamaan dan perbedaan antara sistem-sistem yang
ada di negara-negara yang berbeda tersebut.

Dalam Islam jauh sebelum teori perbandingan pendidikan dirumuskan, telah


diisyaratkan oleh Rasulullah baik lewat Firman Allah SWT (Al-Qur’an). maupun
lewat hadis beliau bahwa perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang tujuan
semua itu adalah rahmah dan perbaikan. Begitupun dalam pendidikan dan teori
perbandingannya, Dalam hadis beliau mengisyaratkan “Uthlubul ‘Ilmi Walau Bissin”
(Tuntutlah ‘Ilmu Hingga Ke Negeri Cina).

Bila kita mencermati hadis tersebut dengan baik dan dalam, maka kita akan
menemukan isyarat bahwa kita harus sadar akan perbedaan tingkat pendidikan dari
tiap Negara dan tidak menutup diri dari perbedaan tersebut. Dari hadis di atas
sesungguhnya memberikan isyarat bahwa kita seyogyanya tidak egois dan menutup
diri, kita harus berani mempelajari teori dan terapan orang lain hingga memperkaya
khazanah dalam diri dan tentunya juga dapat menyumbang untuk orang lain.

Di sisi lain Abdul Rahman As-Segaf mengemukakan salah satu pandangan


Carter V. Good. Yang menyertakan factor-faktor eksternal yang mempengaruhi
pendidikan, bahwa perbandingan pendidikan adalah studi tentang kekuatan-kekuatan
pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi dalam hubungan internasional dengan
tekanan pada dan bentuk pendidikan.

Dengan tujuan meningkatkan saling pengertian dengan jalan saling tukar-


menukar sarana pendidikan, teknik dan metode pendidikan dan pengajaran, siswa,
mahasiswa, guru, dosen, teksini dan lain-lain.

Sedangkan pandangan Robert R. Arnove, sebagaimana dikemukakan Abdul


Rahman As-Segaf, menyatakan tentang tujuan kajian pendidikan sebagai berikut:
“Perbandingan pendidikan mengkaji bagaimana negara-negara berencana memperluas,
meningkatkan, dan melakukan upaya demokratisasi terhadap sistem pendidikan
mereka”.

Kesimpulan terhadap pengertian perbandingan pendidikan ini menurut Arifin ,

antaralain:

1. Ilmu perbandingan pendidikan adalah studi tentang sistem pendidikan dan


pengajaran beserta problematika-problematikanya dalam negara-negara yang
berbeda. Masing-masing sistem dan problematika tersebut diusut sampai
kepada sebab-sebab sebenarnya yang berada dibalik sistem dan
problematikanya tersebut.
2. Ilmu perbandingan pendidikan dapat juga diartikan sebagai studi tentang
pendidikan dan pengajaran di negara yang berbeda-beda, serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
3. Ilmu perbandingan pendidikan juga diartikan sebagai studi tentang teori-teori
kependidikan dan pengajaran serta bagaimana pengamalan atau
pengetrapannya di negara-negara yang berbeda itu dengan memperbandingkan
antara teori-teori tersebut sehingga diketahui persamaan dan perbedaannya
serta mengembalikan kepada latar belakang sumber yang mempengaruhinya.

Sedangkan kesimpulan perbandingan pendidikan menurut Abdul Rachman


Assegaf , antara lain:

1. Perbandingan pendidikan adalah perbandingan teori dan praktik pendidikan


antarnegara dengan tinjauan terhadap faktor yang berpengaruh ataupun sejarah
perkembangannya dalam rangka pengembangan sistem pendidikan mereka.
2. Perbandingan pendidikan berkaitan dengan sistem dan kebijakan pendidikan
yang berlaku di suatu Negara.
3. Perbandingan pendidikan juga berhubungan dengan perbandingan antar tokoh,
konsep, ataupun institusi pendidikan antar negara.
Seperti yang penulis katakana di bab pendahuluan bahwa seyogyanya
perbandingan adalah terdapat dua hal atau dua aspirasi yang dibandingkan dan
akan dikembangkan artinya persamaan dan perbedaan sistem kependidikan dan
pengajaran yang terdapat di negara-negara manapun di dunia ini, baik di Barat
maupun di Timur, pada hakekatnya ditentukan oleh aspirasi bangsa bangsa yang
berjuang untuk mencapai cita cita masing masing, begitupun Indonesia
memiliki landasan aspirasi nasional sendiri.
Inspirasi nasionalisme, dalam pengertian secara luas yaitu kualitas
kejiwaan yang berlandaskan hidup bersama/gotong royong, kesadaran bersama
dan harga diriyang timbul dari masyarakat kebudayaan. Dan masih banyak
inspirasi yang lain yang menjadi konsep perbandingan itu sendiri seperti
rumusan GBHN dalam bentuk susunan pembangunan nasional. Dalam politik,
Indonesia terus memberikan sumbangannya untuk turut serta menciptakan
perdamaian yang abadi. Dan lain-lain.
Salah satu contoh perbandingan pendidikan ini, dapat diambil
perbandingan kebijakan pendidikan antara pendidikan AS dengan Indonesia.
Amerika Serikat adalah salah satu negara pelopor demokrasi. Sudah sejak lama
kebijakan pendidikan di Amerika Serikat menjadi tanggung jawab Pemerintah
Negara Bagian (State) dan Pemerintah Daerah (Distrik). Sebelumnya,
Pemerintah Pusat memang mengintervensi kebijakan pendidikan, sebagaimana
yang terjadi sejak tahun 1872, dimana Pemerintah Pusat AS mengintervensi
kebijakan pendidikan dengan cara memberikan tanah negara kepada Negara
Bagian untuk pembangunan fakultas-fakultas pertanian dan teknik; membantu
sekolah-sekolah dengan program makan siang, menyediakan pendidikan bagi
orang-orang Indian; menyediakan dana pendidikan bagi para veteran yang
kembali ke kampus untuk menempuh pendidikan lanjutan; menyediakan
pinjaman bagi mahasiswa; menyediakan anggaran untuk keperluan penelitian,
pertukaran mahasiswa asing dan bantuan berbagai kebutuhan mahasiswa
lainnya; serta memberikan bantuan tidak langsung (karena menurut ketentuan
Undang-Undang Amerika Serikat pemerintah dilarang memberikan bantuan
langsung) kepada sekolah-sekolah agama dalam bentuk buku-buku teks dan
laboratorium.
Namun semenjak masa Pemerintahan Presiden Ronald
Reagen,intervensi Pemerintah Pusat AS terhadap pendidikan mulai dikurangi.
Selanjutnya tanggung jawab dan inisiatif kebijakan pendidikan diserahkan
kepada Negara Bagian (setingkat Propinsi) dan Pemerintah Daerah/Distrik
(setingkat Kabupaten/Kota). Di Amerika Serikat terdapat 50 Negara Bagian
dan 15.358 Distrik. Jadi sebanyak itu lembaga yang diberi kewenangan dan
otonomi untuk mengelola pendidikan.
Tujuan Pendiidkan AS Sebagaimana dideskripsikan di atas bahwa
karakteristik utama politik system pendidikan Amerika Serikat adalah
menonjolnya DESENTRALISASI. Pemerintah Pusat sangat memberi otonomi
seluas-luasnya kepada Pemerintah di bawahnya, yaitu Negara Bagian dan
Pemerintah Daerah (Distrik). Meskipun Amerika Serikat tidak mempunyai
system pendidikan yang terpusat atau yang bersifat nasional, akan tetapi bukan
berarti tidak ada rumusan tentang tujuan pendidikan yang berlaku secara
nasional. Tujuan system pendidikan Amerika secara umum dirumuskan dalam
4 poin sebagai berikut ;
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman.
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
c. Untuk membantu pengembangan individu;Untuk memperbaiki kondisi
social masyarakat; dan
d. Untuk mempercepat kemajuan nasional

Di luar 4 tujuan tersebut, Amerika Serikat mengembangkan visi dan missi


pendidikan gratis bagi anak usia sekolah untuk masa 12 tahun pendidikan awal,
dan biaya pendidikan relative murah untuk tingkat pendidikan tinggi.
Sumber pendanaan pendidikan di Amerika, khususnya pendidikan dasar dan
menengah, yang lebih dikenal dengan PUBLIC SCHOOLS, berasal dari
Anggaran Pemerintah Pusat (Federal), Anggaran Pemerintah Negara Bagian
dan Anngaran Pemerintah Daerah. Yang lebih tekhnis (yaitu; tentang
kurikulum sekolah, penentuan persyaratan sertifikasi, guru-guru dan
pembiayaan sekolah) dibentuk sebuah bagian yang disebut COMISSIONER,
sering juga disebut sebagai SEPEINTENDENT.
Bagian ini dipimpin oleh seorang yang ditunjuk oleh Board of Education
atau oleh Gubernur Isu-isu Pendidikan AS, menurut hasil studi perbandingan
yang dilakukan oleh Agustiar Syah Nur

Menurut hasil studi perbandingan yang dilakukan oleh Agustiar Syah


Nur (2001), ada beberapa isu dan masalah pendidikan yang dialami pemerintah
dan masyarakat Amerika Serikat, antara lain:

a. Banyaknya anak usia sekolah yang tidak diasuh langsung oleh orang tua
mereka, karena adanya dinamika perubahan social masyarakat AS yang
umumnya baik sang ibu atau sang ayah memiliki kesibukan yang sangat
tinggi di luar rumah. Hal ini akan menjadi permasalahan yang serius bagi
perkembangan social anak dilihat dari aspek psikis dan emosional.
b. Tingginya tingkat perceraian, yang mengakibatkan banyaknya anak-anak
usia sekolah yang hanya diasuh oleh sang ibu sebagai single-parent dalam
rumah tangga. Tidak sedikit janda cerei di AS yang terpaksa harus
berporfesi rendahan dan kasar. Hal ini juga mempengaruhi perkembangan
social anak-anak mereka.
c. Tingginya tingkat imigrasi yang umumnya berasal dari kalangan tidak
mampu dan tidak terdidik, yang karenanya banyak diantara mereka yang
tidak memperoleh pekerjaan yang layak. Hal ini menyebabkan masalah
pendidikan anak-anak dari keluarga imigran tidak dapat teratasi. Ditambah
lagi factor bahasa dari kalangan imigran yang menyulitkan bagi anak-anak
imigran itu sendiri jika mereka mendapat akses pendidikan.
d. Dari berbagai monitoring dan evaluasi pendidikan yang dilakukan oleh
berbagai badan resmi AS sendiri, ternyata kualitas pendidikan dan lulusan
sekolah di AS masih kalah dibandingkan dengan negara-negara lain dalam
standar internasional. Banyak anak-anak yang drop-outs dan tingginya
kekerasan oleh anakanak.

Politik Pendidikan Indonesia

Politik Pendidikan di Indonesia agaknya mengalami pergeseran dari sentralistik


(terpusat) ke desentralisasi. Amal mula intervensi negara terhadap sector pendidikan ini
sangat besar, sangat kental, dan sangat vulgar. Keadaan mencapai puncaknya saat
kementerian pendidikan dipegang oleh Daoed Joesop. Saat itu tidak ada satupun
kebebasan dalam sekolah dan kampus. Bahkan berbeda pendapat pun tidak
dimungkinkan.

Sekolah dan kampus tak ubahnya kelas besar untuk indokrinasi ideology
pemerintah (bukan ideology negara) yang tidak menginginkan adanya kritik terbuka.
Kurikulum didisain sedemikian rupa sehingga mata-mata pelajaran yang sifatnya
politis menjadi sangat dipentingkan. Mata pelajaran Pancasila, Sejarah, Kewiraan, dan
bahkan agama didisain untuk mengentalkan intervensi negara kepada otak, pikiran dan
sikap warga negaranya. Seiring dengan kejatuhan rejim ‘orde baru’ yang interventif
tersebut, yang dijatuhkan oleh adanya gerakan reformasi total masyarakat yang
dimotori oleh mahasiswa dan kalangan terpelajar, datanglah era yang penuh semangat
untuk mengurangi peran dan campur tangan pemerintah pusat dalam menangani
berbagai permasalahan kebijakan, termasuk kebijakan pendidikan.

Inspirasi pertama muncul dari diundangkannya otonomi daerah secara reformis,


yaitu UU No.22 tahun 1999. Dikatakan secara reformis karena sebelum ini memang
sudah pernah ada UU otonomi daerah tetapi tidak memiliki ruh reformasi dan hanya
formalitas, yaitu UU No.5 tahun 1975. UU otonomi daerah yang baru itu mengilhami
dirumuskannya kebijakan desentralisasi pendidikan.Dalam bukunya yang berjudul
‘Membenahi Pendidikan Nasional’, Prof. H.A.R. Tilaar (2002), menyatakan bahwa
kebijakan desentralisasi pendidikan di Indonesia bukan saja sekedar keinginan dan
kemauan, tetapi sudah merupakan suatu keharusan. Pasca gerakan reformasi politik
dicanangkan pada tahun 1998, ke depan ini bangsa Indonesia harus bangkit menjadi
bangsa yang kuat dan bermartabat, yang berarti sektor pendidikan harus ditempatkan
pada posisi pentring dan urgen.

Berkaitan dengan urgensi sektor pendidikan itu maka harus dilakukan reformasi
dalam pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi. Ada 3 hal yang dapat menjelaskan
urgensi desentralisasi pendidikan di Indonesia, yaitu :

a. Untuk pembangunan masyarakat demokrasi


b. Untuk pembangunan sosial capital dan
c. Untuk peningkatan daya saing bangsa
B. Tinjauan Historis
Secara historis perbandingan pendidikan ini, pada awal mula kemunculannya disebut
sebagai pendidikan internasional. Setelah disiplin ilmu ini berkembang kemudian barulah
disebut sebagai comparative education. Kemunculan disiplin ilmu ini dalam bidang
pendidikan memunculkan dua versi penyebutan, ada yang menyebutnya dengan istilah
pendidikan perbandingan dan ada pula yang menyebutkannya dengan istilah perbandingan
pendidikan. Awalnya, pendidikan Internasional dikenal sebagi usaha dalam forum
internasional untuk mewujudkan harmoni dan perdamaian internasional dengan
pendidikan sebagai alatnya. Dan dengan usaha inilah maka timbul berbagai lembaga
pendidikan yang diberi nama lembaga pendidikan internasional.
Banyak tokoh-tokoh pendidikan yang menempatkan dirinya sebagai perintis
pendidikan inhternasional diantaranya adalah Pioro Du Bois (1250 -1321), seorang tokoh
yang menjadi penasehat Raja Philips IV dari Prancis, mengusulkan didirikannya sekolah
internasional, namun tidak tercapai.
Francis Bacon (1561-1626), filsuf dan ahli ilmu pengetahuan Inggris, menuliskan cita-
cita pendidikan internasionalnya sebagai The New Atlantis. Bacon mencita-citakan agar
maksud yang mulia tersebut dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama antara para
sarjana dalam perguruan tinggi yang diberi nama The Solomon’s House. Harapan bacon
juga sebatas anga-angan saja.
Johann Amos Comenius (1592 - 2670), berusaha mendirikan perguruan tinggi yang
bernama Pansophia. Namun cita-cita Johann-pun hanya impian belaka.
Usaha-usaha pendidikan intenasional pada abad ke-20 menunjukkan hasil-hasil yang lebih
nyata dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Perintisnya adalah Dr. Fannie Ferm
Andrews, seorang ahli dalam hubungan internasional, tertarik mengembangkan
pendidikan sebagai usaha perdamaian. Mengusulkan cita-citanya kepada Taft (Presiden
AS) pada waktu itu dan diterima dengan baik.

C. Ciri-ciri Pendidikan Perbandingan

Pendidikan perbandingan mempunyai ciri-ciri yang ilmiah, kulturil, humanistic,


komprehensif dan interdisipliner. Dikatakan ilmiah karena mempunyai kelengkapan
sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, ialah mempunyai objek yang menjadi
sasaran penelitian. Bersifat kulturil, karena termasuk dalam lingkungan ulmu pendidikan
dan cabang disiplin ini termasuk dalam golongan ilmu-ilmu kebudayaan. Dikatakan
humanistic karena focus utama dari padanya berasal dari inter-aksi manusia dengan
lingkungan serta pengalaman-pengalamannya. Selanjutnya disebut komperehensif atau
luas karena sifatnya yang interdisipliner. Berarti luasnya harus mencakup fakta penting
dari ilmu-ilmu modern, yaitu yang dapat memberikan sumber-sumber penerangannya
untuk keperluan studinya.

D. Ruang Lingkup Perbandingan Pendidikan

Menurut W. Brickman, pendidikan perbandingan itu meliputi;

1) Deskriptif mengenai sistem pendidikan (termasuk statistik) negeri lain, dan


penerangan mengenai persoalan-persoalan pendidikan,
2) Analisa mengenai latar belakang, problem-problem pendidikan dan berbagai
pandangan mengenai problem yang kontroversil,
3) Perbandingan mengenai kesamaan dan perbedaan dari (1) dan (2),
4) Perbandingan dan penilaian dari sebab-sebab utama sebelum dan sesuadah
diadakan problem baik yang biasa maupun yang kontroversil

Dari pandangan William di atas dapat kita analisa bahwa ruang lingkup
perbandingan pendidikan harus diawali dengan penjelasan gambaran pendidikan
diantara dua Negara atau lebih, kemudian dibandingkan dan dari perbandingan tersebut
dapat kita lihat kelebihan dan kekuarangan masing-masing yang kemudian promblem-
problem tersebut dapat kita carikan solusi untuk kematangan kebijakan pendidikan
dalam Negara tersebut.

Selain William watak nasional juga diuraikan oleh Nicholas Hans dalam
bukunya Komparative Education, dengan mengatakan, bahwa watak nasional itu
adalah kesudahan atau hasil-hasil yang berasal dari macam-macam ras, berbagai bentuk
adaptasi linguistic, gerakan-gerakan agama, situasi-situasi umum dari sejarah dan
geografis suatu Negara atau bangsa. Salaras dengan Nicholas Hans, Kandel juga
mengemukakan pentingnya latarbelakang pendidikan.

Kandel mengemukakan bahwa tidak cukup dengan anatomi pendidikan saja,


akan tetapi harus didukung oleh;

a. mekanisme dan teknik pendidikan,


b. Administari,
c. Kurikulum,
d. Organisasi Sekolah,
e. Jadwal sekolah, dan
f. metode pengajaran.
Dari tiga pandangan di atas, ada perbedaan yang mendasar antara William dan
Nicholas Hans dengan Kandel. William dapat kita lihat bahwa lingkup pendidikan
komparatif cukup dengan mempelajari, mendeskripsikan berbagai persoalan
pendidikan antar Negara yang kemudian dianalisa dan dinilai yang kemudian dipelajari
dan diterapkan. Berbeda dengan Kandel yang senada dengan Nicholas Hans,
mengatakan bahwa tidak lingkup perbandingan pendidikan itu akan terasa sempurna
dan memadai ketika dipelajari berbagai macam kekuatan dalam negri, baik yang
bersifat humanistic, social, budaya maupun ang bersifat spiritual seperti agama dan
faham-faham tertentu.

E. Langkah-langkah dan Problematika dalam Perbandingan Pendidikan


Ketika kita ingin mengadakan sebuah perbandingan pendidikan, tentunya kita terlebih
dahulu harus memahami langkah-langkah apa saja yang harus kita tempuh dan apa
problem yang akan kita hadapi, sehingga seyogyanya hal-hal yang dipelajari dapat
diperbandingkan yang dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan istilah “Comparable”.
Dibawah ini penulis akan mendeskripsikan langkah-langkah-langkah dalam
perbandingan pendidikan dan problem-problemnya.
Dalam hal ini Nicholas Hans mengemukakan bahwa langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Ialah mempelajari sistem pendidikan Negara-negara yang dipilihnya, terpisah satu
sama lain. Entunya dengan mempelajari dari berbagai sumber, dan ditinjau dari
hubungannya dengan sejarah, watak nasional juga kebudayaannya.
2. Mengumpulkan bahan mengenai sistem pendidikan sendiri . Sedapat mungkin
semua aspek yang penting dipelajari, seperti dasar hokum, tujuan, jenjang
pendidikan, bentuk-bentuk persekolahan, administrasi dan organisasi pendidikan.
Adapun masalah-maslah yang timbul dalam penrbandingan pendidikan, dapat
penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Sebagaimana yang diuraikan oleh para pakar di atas, bahwa dalam perbandingan
pendidikan, kurang lengkap ketika kita tidak mempelajari latar belakang dari
pendidikan suatu Negara, seperti sejarah, politik, budaya, social masyarakat, ras, dan
lain-lain. Keragaman latar belakang tersebut menjadi problem dalam perbandingan
pendidikan, karena tidak mudah untuk mempelajari dan mendeskripsikan latar
belakang tersebut.
Sebagai contoh ketika Prancis masih menguasai Afrika Barat sebagai
jajahannya, menjalankan politik pendidikan yang berdasar atas keunggulan bangsa
dan kebudayaan bangsa kulit putih. Hal ini tidak sesuai dengan situasi dan kondisi
jajahannya. Kurang diperhatikan oleh Prancis bahwa yang dapat terjadi di Eropa,
belum tentu dapat terjadi di Afrika.
2. Bahasa dapat menonjol dalam permasalahan pendidikan. Misalnya mengenai
masalah penguasaan lebih dari satu bahasa (bilingulisme).
Tentu masalah bahasa dapat menjadi problem dalam perbandingan pendidikan,
karena setiap Negara memiliki bahasa nasional, lebih-lebih antar benua. Asia
bilingualism berbeda sifatnya dengan Eropa.
3. Panjang pendeknya kewajiban belajar dan kurikulum yang digunakan.
4. Kekurangan tenaga guru dan peningkatan mutu guru.
5. Dalam melakukan penelitian perbandingan pendidikan juga dibutuhkan kesiapan
yang matang, baik dari peneliti, masyarakat sebagai penerima kebijakan, juga
pemerintah secara umum sebagai pengambil kebijakan.
6. Lapangan-lapangan lain yang bersumber atas situasi dunia yang relevan dengan
pendidikan. Msalnya keadaan di dunia yang sifatnya transisionil, rovolusioner,
rekonstuktif , dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Comparative education merupakan usaha melihat kesamaan, problem-problem dalam
pendidikan lintas lembaga pendidikan dan Negara dengan mempelajari berbagai macam
latar belakangnya yang bertujuan membandingkan yang kemudian dipelajari hasil-
hasilnya untuk memperkaya dan mengembangkan pendidikan dalam negeri. Pendidikan
perbandingan mempunyai ciri-ciri yang ilmiah, kulturil, humanistic, komprehensif dan
interdisipliner.
Perbedaan adalah keniscayaan, Rasulullah SAW. dalam hadisnya “Uthlubul ‘Ilmi
Walau Bissin” (tuntutlah ilmu hingga ke Negeri Cina). Hadis tersebut sesungguhnya
mengisyaratkan adanya perbedaan dalam teori dan terapan pendidikan internasional dan
seyogyanya kita sebagai bangsa yang berkembang dan maju dapat mengaplikasikannya
dengan pempelajari dan saling tukar ilmu yang tujuannyauntuk saling melengkapi untuk
kemajuan bersama.
Dalam studi perbandingan pendidikan ada beberapa problem yang timbul diantaranya;
Keragaman latar belakang pendidikan dalam suatu Negara, keragaman bahasa, Panjang
pendeknya kewajiban belajar dan kurikulum yang digunakan, Kekurangan tenaga guru dan
peningkatan mutu guru. Dan lain-lain.
Secara historis perbandingan pendidikan erat hubungannya dengan pendidikan
internasional. Pendidikan internasional dan perbandingan makin berkembang pada abad
ke 20. Diantara tokoh-tokoh pencetusnya adalah Marc Antoine, Julien De Paris, John
Griscom, Harace Mann, I.L. Kandel.
B. Saran
Sebagai seorang pendidik seyogyanya mengetahui urgensi dari studi perbandingan
pendidikan untuk memperkaya pengalaman, dan life skill.
Makalah ini, merupakan sumber ilmu yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
pelaksana pendidika, dan tentunya masih jauh dari sempurna. Mari kita terus menggali
referensi yang lebih mutaakhir dan penulis berharap pembaca dapat memberikan masukan,
saran-saran juga kritik yang membangun tentunya.

Anda mungkin juga menyukai