Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

“PROBLEM DAN TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI”


(PRO)

OLEH KELOMPOK 3:
ERNITA SUSANTI
15175009

Hari/Tanggal : Senin / 27 Desember 2016


Pukul : 09.40 – 11.30

DOSEN:
Prof. Dr. FESTIYED, MS

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul Problem dan
Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya

Padang, Desember 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 3
A. Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi .................... 3
B. Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan Era
Globalisasi ...................................................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 27
A. Matriks Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi .... 27
B. Matriks Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan di
Era Globalisasi................................................................................ 30
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 34
A. Kesimpulan..................................................................................... 34
B. Saran ............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Landasan ilmu pendidikan merupakan salah satu mata kuliah wajib
pascasarjana UNP pada semester 3. Mata kuliah landasan ilmu pendidikan ini
bertujuan agar mahapeserta didik dapat mengembangkan model pembelajaran
yang tepat dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan
azas pendidikan. Tujuan lain yang akan dicapai dalam mata kuliah ini yakni
dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan azas
pendidikan mahapeserta didik diharapkan memiliki keterampilan cakap, kritis,
kreatif, kompeten, kompetitif dan berkarakter yang kontekstual dengan profesi
guru.
Untuk mencapai tujuan tersebut salah salah satu cakupan materi perkuliahan
landasan ilmu pendidikan yang harus dipahami yaitu mengenai problem dan
tantangan pendidikan di era globalisasi. Pendidikan merupakan sistem dan cara
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Sehingga merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam rangka
mengembangkan potensi agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman. Perkembangan zaman era globalisasi membuka mata kita untuk melihat
ke masa depan yang penuh tantangan dan persaingan. Era kesejagatan yang tidak
dibatasi waktu dan tempat membuat SDM yang ada selalu ingin meningkatkan
kualitas dirinya agar tidak tertinggal dari yang lain. Selain itu proses pendidikan
mempersiapkan manusia untuk dapat hidup layak dan dapat bersaing di era global.
Di dunia pendidikan, globalisasi akan mendatangkan kemajuan yang sangat
cepat, yakni munculnya beragam sumber belajar dan merebaknya media massa,
khususnya internet dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat
pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan. Hasilnya, para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum

1
2

dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini,
wibawa guru khususnya dan orang tua pada umumnya di mata siswa merosot
Menjawab tantangan masa depan di era globalisasi, penting untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dari berbagai segi. Peningkatan kualitas
pendidikan bukan hanya melalui sarana prasarana namun juga melalui
peningkatan kompetensi dan profesionalime guru sebagai pelaku pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan juga membutuhkan penguasaan teknologi baik
pada peserta didik maupun guru sehingga terjadi sinergi dan kolaborasi
pendidikan yang menghasilkan peserta didik yang kreatif, inovatif, dan produktif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini
adalah bagaimana problem dan tantangan pendidikan di era globalisasi menurut
pandangan Indonesia, Barat, dan Agama Islam?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari makalah ini
adalah menjelaskan tentang problem dan tantangan pendidikan di era globalisasi
menurut pandangan Indonesia, Barat, dan Agama Islam.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Membantu mahapeserta didik memahami tentang problem dan tantangan
pendidikan di era globalisasi.
2. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca,
khususnya untuk tenaga pendidik ke depannya.
3. Memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti mata kuliah landasan ilmu
pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi


1. Menurut Pandangan Indonesia
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam
kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti
terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global. Bila
dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya
pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia.
Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi
pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan permasalahan pada
pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa
depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika
globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini.
a. Masalah Kualitas Pendidikan
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual
pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama
menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini
telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari
keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif
(competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan
sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran
paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi
kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan
pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi
justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh
jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan
mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif
under-quality (berkualitas rendah).
3
4

b. Permasalahan Profesionalisme Guru


Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses
pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya
guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk
mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang
pintar dan lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh
kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang
demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme
yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa
dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter
(usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih
terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka
memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi.
Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan
sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan
internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa
kini.
c. Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material
maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu
perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat
terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sinilah terdapat tantangan bagi
pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan
mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh
karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter
5

budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya


barat. (Arifin, 1994:42)
d. Permasalahan Strategi Pembelajara
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang
sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para
peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari
paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto
menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model
tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari
pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya
professionalisme guru.
e. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan).
Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semakin
beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di
depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa
yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya.
Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan
fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan
perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-
elektronis dan informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya
(Arifin,1991:9).
Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan tidak adanya jarak dan
batasan antara satu orang dengan orang lain, kelompok satu dengan kelompok
lain, serta antara negara satu dengan negara lain. Komunikasi antar-negara
6

berlangsung sangat cepat dan mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas
dunia dapat dengan mudah diakses melalui teknologi informasi seperti melalui
internet. Perpindahan uang dan investasi modal oleh pengusaha asing dapat
diakukan dalam hitungan detik.
Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung
dengan amat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk
berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu
membenahi dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya,
kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut.
Di sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu
mendidik dan menghasilkan para peserta didik yang berdaya saing tinggi
(qualified) atau justru mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan
dinamika globalisasi tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah tantangan
besar bagi dunia pendidikan. Dalam konteks ini, Khaerudin Kurniawan (1999),
memerinci berbagai tantangan pendidikan menghadapi era global.
Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana
meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan
berkelanjutan (continuing development ).
Kedua, tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap
terjadinya era reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat
tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi,
serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan kualitas
kehidupan SDM.
Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu
meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang
berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
Keempat, tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di
bidang Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan
ekonomi.
7

Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan


berdaya saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang
berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan
(visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan
yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.
Selain itu ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,
khususnya di Indonesia yaitu :
a. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen
Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada
di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah
dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
b. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat
merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan
yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia
semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu :
a. Kurikulum
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa
ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Yang jelas, menteri pendidikan
berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah
kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak
tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru
honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan
dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya
sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang
menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh
b. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi
kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,
pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih
8

banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan,
tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
c. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu “merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan
melakukan pengabdian masyarakat”
Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun
secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara
umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal,
karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya
meningkatkan profesionalismenya.
d. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang
saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar
lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang
mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan
dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan
kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat
penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan
yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta
penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat
pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
e. Rendahnya Prestasi Peserta didik
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru,
dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi peserta didik pun menjadi tidak
memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika peserta
9

didik Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in


Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), peserta didik Indonesia
hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan
di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi
peserta didik kita jauh di bawah peserta didik Malaysia dan Singapura sebagai
negara tetangga yang terdekat.
f. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal
Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni
(APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta peserta
didik). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni
Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta peserta didik).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan
pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan
dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
g. Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%,
Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang
sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat
pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak
putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan
masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil
pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya
kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik
memasuki dunia kerja.
10

h. Mahalnya Biaya Pendidikan


Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk
mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-
Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan
sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah).
MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang
merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya,
pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite
Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan
Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan,
karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-
orang dekat dengan Kepala Sekolah.
Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala
Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab
negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.Kondisi ini akan lebih buruk
dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya
status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum .
i. Kontoversi diselenggaraknnya UN
Kedua, aspek yuridis. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan
penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.
Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil
belajar peserta didik yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek
sosial dan psikologis.
Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok
standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun
11

2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang
jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN.
2. Menurut Pandangan Sekuler
Pendidikan di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun
diserahkan pada setiap negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian
memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini
berdasarkan pada konstitusi Australia, dimana pendidikan merupakan
tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri
Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan
dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga,
masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri
dalam pelaksanaan pendidikannya.
Globalisasi di negara Austalia ditandai dengan berbenturannya berbagai
aspek untuk mengadakan peningkatan mutu, mulai dari aspek politik, budaya, dan
kehidupan masyarakat pada umumnya atau yang biasa disebut dengan aspek
sosial. Di sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu
melakukan peningkatan mutu tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah
tantangan besar bagi dunia pendidikan. Adapun tantangan pendidikan Australia
menghadapi era global adalah sebagai berikut.
a. Sekolah Public dan Privat. Permasalahan yang terjadi baik untuk public
maupun privat adalah adanya kesenjangan atau gap diantara kedua jenis
sekolah tersebut. Terdapat banyak perbedaan diantara keduanya, antara lain
fasilitas, pendanaan, bangunan, guru yang aktif, dsb. Sekolah public
umumnya lebih lambat belajar, kurang disiplin, serta banyak anak yang tidak
memenuhi target pendidikan.
b. Anak yang secara sosial ekonomi rendah, akan mendapatkan akses
pengetahuan dan teknologi yang lambat. Padahal akses pengetahuan dan
teknologi sangat penting untuk peningkatan prestasi peserta didik, serta
sebagai motivasi untuk pencapaian yang telah dilakukan oleh peserta didik.
c. Staff atau pekerja pendidikan yang harus bekerja keras, namun
mendapatkan insentif/gaji yang kurang setimpal. Sehingga, kesejateraan
12

mereka kurang baik. Guru yang mengajar anak-anak miskin pun


mendapatkan insentif/ gaji yang kurang sesuai.
d. Lima puluh persen dari peserta didik mengabaikan studi mereka untuk
bekerja, terutama peserta didik yang berasal dari tingkatan sosio-ekonomi
rendah. Hal ini akan mengganggu kegiatan belajar mereka.
3. Menurut Pandangan Islam
Fenomena yang terbangun dengan munculnya era globalisasi telah
memberikan berbagai macam problem baik tentang bagaimana informasi yang
terus berkembang tanpa pandang bulu dapat diserap atau juga bagaimana
mensikapi hal baru yang selalu saja datang silih berganti tanpa adanya filter yang
menyaringnya. Era globalisasi dengan teknologi informasinya semakin dapat
dirasakan perkembangannya, dengan medianya yang berupa komputer, televisi,
hand phone, dan peralatan canggih lainnya, telah benarbenar menjadi hal yang
komplek dalam transformasi informasi. Pada masyarakat informasi peranan media
elektronika sangat memegang peran penting, bahkan menentukan corak
kehidupan. Sebab lewat komunikasi satelit, orang tidak hanya memasuki
lingkungan informasi dunia, tetapi juga sanggup mengolahnya dan
mengemukakannya secara lisan, tulisan, bahkan visual (Abudin, 2003).
Disisi lain, Muhammad Tholchah Hasan mengemukakan tantangan
pendidikan Islam yang harus dihadapi di era global ini adalah kebodohan,
kebobrokan moral, dan hilangnya karakter muslim (Bashori, 2009) Secara lebih
terperinci beberapa tantangan yang ditimbulkan oleh globalisasi informasi dan
komunikasi adalah:
a. Keberadaan publikasi informasi merupakan sarana efektif penyebaran isu,
sehingga dapat menimbulkan saling kecurigaan di antara umat.
b. Dalam banyak aspek keperkasaan Barat dalam dominasi dan imperalisasi
informasi, yang dapat menimbulkan sukularisme, kapitalisme, pragmatisme,
dan sebagainya.
c. Dari sisi pelaksanaan komunikasi informasi, ekspos persoalan seksualitas,
peperangan, dan kriminal, berdampak besar pada pembentukan moral dan
perubahan tingkah laku.
13

d. Lemahnya sumber daya Muslim sehingga di banyak hal harus mengimport


produk teknologi Barat (Mohd Rafiq, 2011)
Dan inilah menurut para pakar pendidikan yang menjadi PR besar bagi
setiap institusi pendidikan termasuk pendidikan Islam. Dengan melihat fenomena
tersebut, jelas tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perubahan dalam segala bentuk
dan sistem baik bersifat personal maupun global bisa terjadi dalam hitungan
waktu yang relatif sangat singkat. Maka ini merupakan sebuah tantangan yang
mutlak dijawab oleh pendidikan Islam dengan tujuan dan citacitanya yang luhur.
Walaupun pada dasarnya Islam sebagai sebuah sistem telah memberikan wacana
tentang perubahan yang memang harus terjadi demi mencapai tujuan hidup
manusia yang dijadikan landasan tujuan pendidikan Islam. Seperti telah
difirmankan Allah swt dalam al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 11,

Artinya: “… sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga


mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri …”.
Dengan demikian, Islam menganjurkan adanya perubahan yang positif
dalam keadaan apapun sehingga mengarah pada kemajuan dan perbaikan.
Pemahaman yang demikian perlu ditumbuh kembangkan pada cara berfikir
peserta didik sebagai generasi kedepan. Memperluas wawasan dan membentuk
sikap yang toleran terhadap berbagai perubahan dengan tanpa kehilangan
pegangan dan pendirian, sebab perubahan yang terjadi merupakan sunnatullah.
Maksudnya, agar peserta didik menjadi generasi yang mampu menyesuaikan diri
dan tetap efektif berjuang di tengah perubahan sosial yang mendunia tanpa
kehilangan komitmen serta sikap ketakwaan. Dengan demikian, generasi tersebut
dapat mengambil posisi subyek yang ikut memainkan peranan dan tidak sekedar
menjadi penonton atau tamu di sebuah desa global dengan realitas budaya yang
ada (Ahmad, 2009). Dengan mempertimbangkan beberapa tantangan pendidikan
14

Islam diatas, telah memberikan sebuah inspirasi bahwa menyiapkan sumber daya
manusia yang siap menghadapi tantangan adalah tugas pendidikan Islam. Hal
itupun tidak terlepas dari berbagai peluang yang dapat dijadikan sebagai jalan
untuk membina generasi dan peserta didik untuk lebih dapat bersaing dan
berkiprah di desa global yang tanpa batas.
Selain tiu adapun tantangan pendidikan islam di era globalisasi yaitu:
a. Krisis moral.
Krisis moral ini diakibatkan oleh adanya acara-acara di media elektronika
dan media massa lainnya, menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi
alkohol dan narkotika, perselingkuhan, sex bebas, konsumsi al-kohol, pornografi
dan kekerasan. Hal ini akan berakibat pada perbuatan negatif generasi muda
seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan,
penodongan, pembunuhan, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis
akhlak.
b. Krisis kepribadian.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyuguhkan
kemudahan, kenikmatan dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang.
Nilai kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis. Untuk
itu sangat mutlak dibutuhkan bekal pendidikan agama, agar kelak dewasa tidak
menjadi manusia yang berkepribadian rendah, melakukan korupsi, kolusi dan
nepotisme, melakukan kejahatan intelektual, merusak alam untuk kepentingan
pribadi, menyerang kelompok yang tidak sepaham.
Faktor yang menyebabkan adanya tantangan di atas dikarenakan longgarnya
pegangan terhadap agama dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, kurang
efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan
keteladanan dan pembiasaan, derasnya arus informasi budaya negatif global,
diantaranya hedonisme, sekulerisme, pornografi, dan lain-lain.
B. Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan Era Globalisasi
1. Menurut Pandangan Indonesia
Tantangan yang ada dalam dunia pendidikan kerap kali menjadi kendala
bagi suatu negara untuk maju dan bersaing dengan negara lain, seperti Indonesia
15

sendiri. Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan baik dari masyarakat,


peserta didik, pendidik, hingga pemerintah. Indonesia patut bersyukur dengan
limpahan SDA yang tak terhitung nilainya, namun demikian hal itu jangan sampai
membuat sumber daya manusianya terlena dan melupakan pentingnya dunia
pendidikan demi memperkaya pengetahuan umum, intelektual dan kemajuan
bangsanya sendiri. Untuk mengantisipasi berbagai kelemahan pendidikan tersebut,
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Tidak hanya institusi pendidikan tetapi
pemerintah juga harus serius dalam menangani permasalahan ini agar SDM
Indonesia memperoleh rating kualitas pendidikan yang memadai. Untuk itu
hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif dan psiko
motorik. Artinya, pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan
karakter peserta didik dan pembekalan keterampilan atau skill, agar setelah
lulus mereka tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan daripada
hanya sekadar mengandalkan aspek kognitif (pengetahuan).
b. Dalam proses belajar mengajar guru harus mengembangkan pola student
oriented sehingga terbentuk karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif
dan inovatif pada diri peserta didik.
c. Guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti sebenarnya.
Tidak mereduksi sebatas pengajaran belaka. Artinya, proses pembelajaran
peserta didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan mendewasakan
peserta didik bukan hanya sekedar transferof knowledge tapi pembelajaran
harus meliputi transfer of value and skill, serta pembentukan karakter
(caracter building).
d. Guru harus benar-benar menguasai materi pelajaran dan ilmu mendidik. Hal
ini bisa dilakukan dengan studi lanjut sesuai dengan spesialisasi, pelatihan,
work shop, maupun studi banding ke institusi-institusi yang sudah maju.
e. Perlunya pembinaan dan pelatihan tentang peningkatan motivasi belajar
terhadap peserta didik. belajar kepada peserta didik sehingga anak akan
memiliki minat belajar yang tinggi.
16

f. Harus ditanamkan pola pendidikan yang berorientasi proses (process oriented),


di mana proses lebih penting daripada hasil. Pendidikan harus berjalan di atas
rel ilmu pengetahuan yang substantif. Oleh karena itu, budaya pada dunia
pendidikan yang berorientasi hasil (formalitas), seperti mengejar gelar atau
titel di kalangan praktisi pendidikan dan pendidik hendaknya ditinggalkan.
Yang harus dikedepankan dalam pembelajaran kita sekarang adalah
penguasaan pengetahuan, kadar intelektualitas, dan kompetensi keilmuan dan
keahlian yang dimilikinya.
g. Perlunya dukungan dan partisipasi komprehensif terhadap praktek pendidikan,
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap dunia
pendidikan terutama masyarakat sekitar sekolah, sehingga memudahkan akses
pendidikan secara lebih luas ke kalangan masyarakat.
h. Profesi guru seharusnya bersifat ilmiah dan benar-benar “profesional”, bukan
berdasarkan kemanusiaan. Maksudnya, guru memang pahlawan tanpa tanda
jasa namun guru juga seyogyanya dihargai setimpal dengan perjuangannya,
karena itu gaji dan kesejahteraan guru harus diperhatikan pemerintah.
i. Pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk
mengakomodasi semua kebutuhan pendidikan. Salah satunya adalah
memperhatikan fasilitas pendidikan dengan cara menaikan anggaran untuk
pendidikan minimal 20-25 % dari total APBN. Di sini diperlukan politicalwill
kuat dari pemerintah dalam menangani kebijakan pendidikan.
j. Perlunya dukungan dan paartisipasi komprehensif dari semua pihak yang
memiliki kepentingan dengan pendidikan. Perlu adanya kerjasama antar
pengelola lembaga pendidikan, pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Jika
ditinjau dari skup KSB, maka dibutuhkan kerjasama antara pengelola lembaga
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, mapun perguruan tinggi), pemerintah
(Bupati KSB sebagai pemegang kebijakan tertinggi di KSB), perusahaan (PT.
NNT sebagai salah satu perusahaan raksasa yang hidup dan berperan sebagai
penguras kekayaan alam KSB), dan masyarakat.
Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat
beberapa usaha, antara lain sebagai berikut :
17

a. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan


dan standar kompetensi pendidikan. Misalnya dengan penyempurnaan
kurikulum, pelaksanaan paradigma pendidikan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan.
b. Pendidikan sesuai dengan dasar Negara Indonesia yaitu pancasila yang
didalamnya mengandung unsur – unsur pendidikan yang Berketuhanan,
Berkemanusiaan, dan Berbudi pekerti luhur dengan diterapkannya paradigma
ini maka demokrasi pendidikan akan dapat diwujudkan.
c. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan. Misalnya kebijakan
pemerintah dengan mencananangkan DANA BOS (bantuan operasional
sekolah) ini sangat bermanfaat untuk perbaikan gedung – gedung sekolah ,
menambah media belajar peserta didik , untuk memperbaiki sarana dan
prasarana pendidikan yang kurang memadai, menambah referensi buku –
buku perpustakaan , membuat laboratorium praktek sesuai standar selain
DANA BOS ada juga beapeserta didik bagi anak yang orang tuanya kurang
mampu maupun anak yang berprestasi baik ,ini sangat membantu
kelangsungan pendidikan mereka.
d. Peningkatan relevansi pendidikan mengandung arti karena ada
ketidakserasian antara hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia
kerja . Yang menjadi masalah utama karena ketrampilan yang di miliki tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan .Sehingga sekarang banyak berdiri sekolah-
sekolah kejuruan yang mencetak peserta didik untuk dapat mempunyai
ketrampilan sesuai profesi yang diinginkan .Misal STM , SMK, Sekolah
ketrampilan.
e. Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang mengeluarkan
kebijakan bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan dalam proses
belajar mengajar harus sesuai dengan kode etik guru untuk meminimalisir
hal- hal yang tidak diinginkan,serta guru itu tidak hanya mengajar tetapi harus
memberi contoh yang baik atau teladan bagi peserta didik-peserta didiknya.
f. Untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang pemerintah
menaikkan gaji guru, berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji
18

,tunjangan profesi dan lain-lain, sehingga dengan meningkatkan kesejahteraan


guru diharapkan guru itu dapat mencintai profesinya dengan utuh artinya guru
itu tidak akan mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan
jadi dapat berkonsentrasi dalam proses pendidikan khususnya proses belajar
mengajar.
Berbagai kelemahan pendidikan di Indonesia seperti disebutkan di atas, pada
dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang ada.
Padahal, SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator kemajuan suatu
bangsa, di samping faktor sumber daya alam (SDA) (hayati, non hayati, buatan),
serta sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan negara-negara
Barat adalah didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan hal
itu berhubungan dengan pendidikan sebagai wahana pembentukan SDM (Pratama,
2015).
Selanjutnya Tilaar (2004) mengemukakan untuk menjawab tantangan
sekaligus peluang kehidupan global, diperlukan paradigma baru pendidikan.
Pokok-pokok paradigma baru pendidikan sebagai berikut:
a. Pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang
demokratis;
b. Masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan
individu dan masyarakat yang demokratis;
c. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab
tantangan internal dan global;
d. Pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang
bersatu serta demokratis;
e. Dalam menghadapi kehidupan globalisasi yang kompetitif dan inovatif,
pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam
rangka kerjasama;
f. Pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinnekaan menuju kepada
terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan
kebhinekaan masyarakat;
19

g. Pendidikan harus mampu meng-Indonesiakan masyarakat Indonesia sehingga


setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara Indonesia.
Selain itu untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas
sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan
diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
a. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan
sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan
di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
b. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan
masalah kualitas guru dan prestasi peserta didik. Solusi untuk masalah-
masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan
kualitas sistem pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan
kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi peserta didik, misalnya, diberi
solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran,
meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia
dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-
generasi baru yang ber SDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
2. Menurut Pandangan Sekuler
Pemerintahan di Australia adalah pemerintah yang peduli terhadap dunia
pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah di Australia untuk
memajukan pendidikan di negaranya. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah
dalam mengahdapi tantangan pendidikan di era globalisasi adalah sebagai berikut.
20

a. Syarat Guru di Australia


Syarat guru untuk mengajar di Australia ditentukan oleh setiap Negara
bagian dan teritori Australia. Standar qualifikasi antarnegara bagian dan teritori
tersebut berbeda satu dengan yang lainnya. Meski demikian, kesamaannya adalah
setiap guru harus memiliki sertifikat mengajar.
Untuk mendapatkan sertifikat mengajar, calon guru di Australia harus
menempuh pendidikan tertentu. Bila calon guru belum menyelesaikan jenjang S1,
maka ia harus mendaftar di S1 jurusan pendidikan (Bachelor of Education) yang
berlangsung selama 4 tahun. Namun, bila calon guru sudah menyelesaikan jenjang
S1 di luar jurusan pendidikan, maka calon guru tersebut harus mengikuti beberapa
program, yaitu:
1) Bachelor of Education (graduate entry) - 1.5-2 years
2) Graduate Diploma of Education - 1 year (equivalent to a teacher certificate
program)
3) Masters of Teaching - 1.5 years
Setiap program tersebut tersedia untuk pembelajaran di tingkat primary ataupun
secondary.
b. Peningkatan Profesionalitas Guru
Guru adalah ujung tombak dari pendidikan yang berlangsung di dalam
kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi serta perkembangan pengetahuan,
profesionalitasan guru pun harus ditingkatkan. Berbagai program dilakukan untuk
meningkatkan profesionalitasan guru di Australian. Salah satu program yang
dilakukan oleh ALTC (Australian Learning and Teaching Council)
adalah Teaching Preparations Programs (TPPs) yang ditujukan untuk guru.
Program ini telah mulai dilakukan di 39 universitas.
Meski demikian, setiap Negara bagian ataupun teritori memiliki program
maupun cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan guru mereka.
Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
1) Australian Capital Territory
a) Leadership and Career Development
21

b) Office of Catholic Partnerships (hubungan kerjasama pendidikan dengan


Universitas Catholic)
c) Professional Development Overview (Literacy & Numeracy)
d) Professional Development, Training & Support
e) Professional Learning
f) Professional Learning Calendar meliputi kursus, services, elearning,
programs.
g) Professional Learning Funding
h) Strategic Directions in Professional Learning (menyediakan publikasi)
i) The Centre for Teaching and Learning
j) Teacher Scholarships (beapeserta didik untuk guru).
2) New South Wales
a) Continuing Professional Development, yaitu dukungan dari New South
Wales Institute of Teacher untuk meningkatkan profesionalitasan guru.
Focus pengembangan meliputi penelitian, kursus dan program tertentu.
b) Professional Development for Teachers - The University of Sydney, yaitu
pengembangan profesionalitasan melalui The Faculty of Education and
Social Work.
c) Professional Learning and Leadership Development, yaitu website untuk
kebijakan fremeworkds dan pengetahuan untuk mendukung pembelajaran
guru, pengetahuan, leadersip, dan pengelolaan administrative sekolah.
3) Northern Territory
a) Professional Learning Framework, yaitu website yang menyediakan berbagai
cara untuk mengembagkan profesionalitasan guru.
b) Professional Learning Modules, yaitu menyediakan modul pembelajara yang
dikembangkan untuk menunjang berbagai aspek dalam pembelajaran di
sekolah.
4) Queensland
a) Continuing Professional Learning, yaitu proyek dari the Queensland
College of Teachers.
22

b) Menyediakan beberapa website pengembangan profesioanlitas, meliputi


Professional Development Restart Teachers, Professional Development
School Leaders, Professional Development Teachers, Professional
Development Teacher Aides, dan Smart Classrooms Professional
Development Framework
c) Professional Exchange, yaitu program pertukaran guru.
5) South Australia
a) Professional Development, yaitu pengembangan profesonalitasan untuk
guru yang meliputi leadership program serta administratif.
b) Training and Professional Support Strategy Guidelines
6) Tasmania
a) Leadership Starts from Within Program, Leading Other Program, Online
Learning, Professional Learning, yaitu website yang berisi peningkatan
profesionalitasan guru.
b) Professional Learning Handbook, yaitu program yang berasal dari
Tasmanian Catholic Education Office.
c) Professional Learning [Tas]
7) Victoria
a) FUSE - Professional Learning, yaitu pengembangan keprofesionalan baik
formal maupun informal untuk guru, trainer, administrator, dan staf
pendidikan lainnya.
b) ICT Professional Learning Domain dan Professional Leadership, yaitu
website untuk membantu guru meningkatkan keprofesionalitasannya.
c) Education Excellence Awards, yaitu penghargaan dalam bidang
pendidikan.
d) Salah satu program pengembangan yang dilakukan untuk guru yang baru
pertama kali mengajar adalah program magang (induction). Program yang
ditujukan untuk guru yang baru pertama kali mengajar. Program ini
bertujuan untuk mempersiapan diri pada aktivitas sekolah dan menyadari
prosedur yang diperlukan. Selain itu, program ini juga memungkinkan
23

guru pemula untuk melakukan dialog professional secara berkelanjutan


dan belajar dengan kolega/mentor yang berpengalaman.
8) Western Australia
a) Leadership Programs, diperuntukkan untuk sekolah pemerintah untuk
menaikkan standar sekolah.
b) Online Curriculum Services, diperuntukkan untuk guru agar lebih
intaraktif dalam mengakses kurikulum dan mengembangkan
keprofesionalan dalam mengajar
c) Professional Development-Curriculum Council, diperuntukkan sebagai
wujud dukungan terhadap guru.
3. Menurut Pandangan Islam
Untuk menghadapi problem dan tantang pendidikan di era globalisasi
diperlukan adanya strategi khusus untuk mengupayakan pelaksanaan pendidikan
agama Islam secara efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan rekontruksi dan
reformasi pendidikan agama Islam agar bisa menghadapi tantangan global dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, melakukan telaah kritis dan menyeluruh terhadap agama, baik
yang bentuknya normatif maupun historis. Teks-teks suci yang bersifat normatif
perlu dipahami secara utuh, sehingga nilai-nilai dasar agama dapat ditangkap
secara keseluruhan. Sedangkan dalam sisi historis, pemahaman umat terhadap
agamanya sepanjang sejarah perlu diperiksa kembali.
Kedua, perlu adanya pengintegrasian pendidikan agama dengan ilmu-ilmu
lain. Sehingga tidak menimbulkan pandangan yang dikotomis yang menyebabkan
timbulnya perbedaan anggapan ada perbedaan nilai dan keutamaan antara
pendidikan agama dengan keilmuan lainnya. Sebagaimana di Barat yang sekuler,
moralitas dan etika diajarkan dalam setiap mata pelajaran, bukan hanya pada mata
pelajaran agama saja. Bahkan ajaran-ajaran agama hanya memuat masalah-
masalah spiritual individual yang bersifat teknis ritual. Seluruh mata pelajaran dan
aktivitas di sekolah diarahkan sebagai sumber moralitas dan kebaikan bagi peserta
didik (Lutfi, 2003).
24

Ketiga, perlunya melakukan revolusi pembelajaran pendidikan agama


dengan cara mempraktikkan nilai-nilai luhur agama tersebut dalam kehidupan
nyata yang ditopang oleh prinsip-prinsip keadilan atau kerukunan antar umat
beragama (Nuruddin, 2003). Tujuan pembelajaran agama Islam harus dirumuskan
dengan bentuk behavior dan measruable. Strategi pembelajaran yang dimaksud di
sini adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja yang meliputi
metode, materi, sarana dan prasarana, media dan lain sebagainya agar peserta
didik dipermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Oemar,
2006).
Pendidikan agama Islam sebenarnya tidak hanya cukup dilakukan dengan
pendekatan teknologi karena aspek yang dicapai tidak cukup kognitif tetapi justru
lebih dominan yang afektif dan psikomotorik, maka perlu pendekatan yang
bersifat nonteknologik. Pembelajaran tentang akidah dan akhlak lebih
menonjolkan aspek nilai, baik ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak
ditanamkan dan dikembangkan pada diri peserta didik sehingga dapat melekat
menjadi kepribadian yang mulia.
Sehingga diperlukan beberapa strategi dalam pembelajaran nilai yaitu
tradisional maksudnya dengan memberikan nasihat dan indoktrinasi, bebas
maksudnya peserta didik diberi kebebasan nilai yang disampaikan, reflektif
maksudnya dengan pendekatan teoritik dan empirik, transinternal maksudnya guru
dan peserta didik sama-sama terlibat dalam proses komunikasi aktif tidak hanya
verbal dan fisik tetapi juga melibatkan komunikasi batin (Ahmad, 1997).
Keempat, diperlukan adanya reformulasi materi pembelajaran pendidikan
agama Islam. Disamping perlu adanya reformasi materi-materi Pendidikan Agama
Islam yang selama ini menjebak pada ranah kognitif dengan mengabaikan ranah
psikomotorik dan afektif, materi pendidikan agama Islam dipandang masih jauh
dari pendekatan pendidikan multikultural, akibatnya masih banyak kerusuhan di
berbagai tempat (Depag RI, 2001).
Untuk itu materi pendidikan agama hendaknya merupakan sarana yang
efektif untuk menginternalisasi nilai-nilai atau akidah inklusif pada peserta didik.
25

Selain itu, pada masalah-masalah syari‘ah pendidikan agama Islam selama ini
mencetak umat Islam yang selalu berbeda dan berselisih dalam masalah mazhab.
Maka dalam hal ini pendidikana agama Islam perlu diberikakan tawaran
pelajaran “fiqh Muqaran” untuk memberikan penjelasan adanya perbedaan
pendapat dalam Islam dan semua pendapat itu sama-sama memiliki argumen, dan
wajib bagi kita untuk menghormati. Sekolah tidak menentukan salah satu mazhab
yang harus diikuti oleh peserta didik, peserta didik diberi kebebasan untuk
memilih.
Kelima, diperlukan adanya transformasi dan internalisasi nilai-nilai agama
ke dalam pribadi peserta didik dengan cara; pergaulan, memberikan suri taula
dan dan mengajak serta mengamalkannya (Ihsan, 1995). Pada hakikatnya
pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan
terhadap nilai, proses rekontruksi nilai, serta proses penyesuaian terhadap nilai.
Fungsi pendidikan agama Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai
agama Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di
semua tingkat dan pembangunan bagi terwujudnya keadilan, kesejahteraan, dan
ketahanan. Proses transformasi dan internalisasi nilai pendidikan agama Islam
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara evolusi dan revolusi. Cara evolusi
menuntut adanya keuletan dan kesabaran, dengan rentang waktu yang panjang
dan disampaikan secara berangsur-angsur. Sebaliknya, cara revolusi menuntut
adanya perombakan tata nilai yang sudah usang dan dimodifikasi atau bahkan
diganti dengan nilai-nilai baru. Cara ini tidak menutup adanya kemungkinan
perpecahan, perselisihan, atau bahkan peperangan (Abdul, 1997).
Keenam, diperlukan sumberdaya guru agama Islam yang berkualitas. Pada
saat ini ada kecenderungan untuk menunjuk guru sebagai salah satu faktor
penyebab minimnya kualitas lulusan. Kritikan mulai dari ketidakefektifan guru
dalam menjalankan tugas, kurangnya motivasi dan etos kerja, sampai kepada
ketidakmampuan guru dalam mendidik dan mengajar.
Untuk meningkatkan motivasi dan etos kerja guru maka faktor pemenuhan
kebutuhan sangat berpengaruh. Untuk itu bagaimana mengarahkan kekuatan
yang ada dalam diri guru untuk mau melakukan upaya ke arah tujuan yang telah
26

ditetapkan. Dengan motivasi dan etos kerja yang tinggi guru agama akhirnya
menjadi penggerak penjiwaan dan pengalaman agama yang mencerminkan
pribadi yang takwa, berakhlak mulia, luhur dan menempati peran yang penting
dalam pembelajaran agama. Untuk itu dibutuhkan guru yang mencintai
jabatannya, bersikap adil, sabar, tenang, menguasai metode dan kepemimpinan,
berwibawa, gembira, manusiawi dan dapat bekerjasama dengan masyarakat
(Zakiyah, 1990).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi


Pandangan Indonesia Pandangan Sekuler Pandangan Islam
Masalah-masalah pendidikan di Tantangan pendidikan Australia Tantangan pendidikan islam di era
Indonesia diantaranya: menghadapi era global adalah sebagai globalisasi yaitu:
1. Pergeseran paradigma tentang berikut. 1. Krisis moral.
keunggulan suatu Negara, dari 1. Sekolah Publik dan Privat. Krisis moral ini diakibatkan oleh
keunggulan komparatif Permasalahan yang terjadi baik untuk adanya acara-acara di media
(Comperative adventage) kepada public maupun privat adalah adanya elektronika dan media massa lainnya,
keunggulan kompetitif (competitive kesenjangan atau gap diantara kedua menyuguhkan pergaulan bebas, sex
advantage). Keunggulam jenis sekolah tersebut. Terdapat banyak bebas, konsumsi alkohol dan narkotika,
komparatif bertumpu pada perbedaan diantara keduanya, antara perselingkuhan, sex bebas, konsumsi
kekayaan sumber daya alam, lain fasilitas, pendanaan, bangunan, al-kohol, pornografi dan kekerasan. Hal
sementara keunggulan kompetitif guru yang aktif, dsb. Sekolah publik ini akan berakibat pada perbuatan
bertumpu pada pemilikan sumber umumnya lebih lambat belajar, kurang negatif generasi muda seperti tawuran,
daya manusia (SDM) yang disiplin, serta banyak anak yang tidak pemerkosaan, hamil di luar nikah,
berkualitas. memenuhi target pendidikan. penjambretan, pencopetan,
2. Permasalahan Profesionalisme 2. Anak yang secara sosial ekonomi penodongan, pembunuhan, malas
Guru rendah, akan mendapatkan akses belajar dan tidak punya integritas dan
Betapapun kemajuan taknologi pengetahuan dan teknologi yang krisis akhlak.
telah menyediakan berbagai ragam lambat. Padahal akses pengetahuan dan 2. Krisis kepribadian.
alat bantu untuk meningkatkan teknologi sangat penting untuk Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
efektifitas proses pembelajaran, peningkatan prestasi peserta didik, serta dan teknologi menyuguhkan
namun posisi guru tidak sebagai motivasi untuk pencapaian kemudahan, kenikmatan dan

27
28

Pandangan Indonesia Pandangan Sekuler Pandangan Islam


sepenuhnya dapat tergantikan. yang telah dilakukan oleh peserta didik.kemewahan akan menggoda
3. Masalah kebudayaan (alkulturasi) 3. Staff atau pekerja pendidikan yang kepribadian seseorang. Nilai kejujuran,
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi harus bekerja keras, namun kesederhanaan, kesopanan, kepedulian
daya manusia baik bersifat material mendapatkan insentif/gaji yang kurang sosial akan terkikis. Untuk itu sangat
maupun mental spiritual dari setimpal. Sehingga, kesejateraan mutlak dibutuhkan bekal pendidikan
bangsa itu sendiri ataupun dari mereka kurang baik. Guru yang agama, agar kelak dewasa tidak
bangsa lain. Suatu perkembangan mengajar anak-anak miskin pun menjadi manusia yang berkepribadian
kebudayaan dalam abad moderen mendapatkan insentif/ gaji yang kurang rendah, melakukan korupsi, kolusi dan
saat ini adalah tidak dapat terhindar sesuai. nepotisme, melakukan kejahatan
dari pengaruh kebudayan bangsa 4. Lima puluh persen dari peserta didik intelektual, merusak alam untuk
lain. (Arifin, 199:42). mengabaikan studi mereka untuk kepentingan pribadi, menyerang
4. Permasalahan Strategi bekerja, terutama peserta didik yang kelompok yang tidak sepaham.
Pembelajaran berasal dari tingkatan sosio-ekonomi Faktor yang menyebabkan adanya
Tuntutan global telah mengubah rendah. Hal ini akan mengganggu tantangan di atas dikarenakan
paradigma pembelajaran dari kegiatan belajar mereka. longgarnya pegangan terhadap agama
paradigma pembelajaran tradisional dengan mengedepankan ilmu
ke paradigma pembelajaran baru. pengetahuan, kurang efektifnya
5. Masalah Kemajuan Ilmu pembinaan moral yang dilakukan oleh
Pengetahuan dan Teknologi keluarga yaitu dengan keteladanan
dan pembiasaan, derasnya arus
informasi budaya negatif global,
diantaranya hedonisme, sekulerisme,
pornografi, dan lain-lain.
Kesimpulan: Problem pendidikan saat ini tidak lepas dari masalah kualitas pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai
problematika seperti, profesionalitas guru, masalah budaya, dan teknologi. Selain itu, masalah strata sosial juga
menjadi masalah pendidikan yang harus diselesaikan, sehingga tidak ada perbedaan dimata pendidikan. Masalah
karakter, moral dan kepribadian juga harus menjadi tantangan bersama pendidikan Indonesia.
29

Pandangan Indonesia Pandangan Sekuler Pandangan Islam


Penulis pro dengan pandangan Penulis pro dengan pandangan Penulis juga pro dengan pandangan
Indonesia yang menyatakan bahwa Australia yang menyatakan problem islam yang menyatakan bahwa problem
problem pendidikan Indonesia yang pendidikan di Negara meraka adalah pendidikan islam di era globalisasi adalah
paling utama terletak pada kualitas mengenai sekolah privat dan sekolah masalah moral dan kepribadian. Masalah
pendidikan Indonesia yang masih publik, serta perbedaan cara bealjar, akhlak menjadi masalah besar yang harus
rendah. Kualitas pendidikan saat ini fasilitas, kompetensi dan kesejahteraan diselesaikan. Karena pendidikan yang
menjadi tolok ukur kemajuan suatu guru membuat ketimpangan sosial yang sesungguhnya adalah maslaah moral dan
Negara. Suatu Negara akan maju sangat signifikan. Kurangnya perhatian karakter.
dengan hanya memperbaiki sistim terhadap guru dan tenaga kependidikan Dalam sebuah hadist disebutkan
pendidikan. Hal ini yang telah membuat kesejahteraan guru yang kurang
dilakukan Negara-negara maju seperti mangakibatkan mereka harus mencari
Australia. Selanjutnya, masalah tambahan dan menggangu kegiatan belajar.
profesionalitas guru saat ini memang Kemudian peserta didik yang juga harus
menjadi polemik dan PR besar bagi bekerja membantu keluarga sehingga Masalah akhlak, moral dan
bangsa ini. Walaupun pemerintah telah mengabaikan pendidikannya. kepribadianmemang menjadi masalah yang
melakukan berbagai upaya untuk telah dihadapi sejak lama, bahkan sejak
meningatkan kompetensi dan zaman sebelum rasulullah. Saat ini
profesionalitas guru, tetapi masih kebobrokan akhlak banyak dipengaruhi
banyak yang harus dibenahi. Guru oleh pengaruh lingkungan dan media yang
merupakan aspek penting dalam tidak dalam pengawasan orangtua. Anak
kemajuan pendidikan. Peserta didik bebas memperoleh informasi dari berbagai
yang berkualitas akan lahir dengan sumber tanpa filter dan tanpa tahu
peran guru yang mengayomi, dan guru kebenaran informasi tersbut. Anak dengan
yang menjadi fasilitator, inovator dan kebiasaan menirunya akan melakukan hal
kreator dalam perjalanan peserta yang sama seperti yang dilihat di media
didiknya.Selanjutnya, masalah budaya, sosial. Hal ini memeprarah kondisi moral
pembelajaran dan teknologi adalah anak jika tidak ada perhatian dari orang tua
30

Pandangan Indonesia Pandangan Sekuler Pandangan Islam


tantangan bersama pendidikan yang dan guru.
berefek pada kualitas pendidikan.
Sebagaimana kita ketahui, teknologi
merupakan aspek penting yang
mempunyai dampak positif dan negaitf,
sehingga diperlukan sikap yang bijak
untu menyikapinya.

B. Matriks Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi


Pandangan Indonesia Pandangan Sekuler Pandangan Islam
Dalam menyelesaikan permasalah Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Rekontruksi dan reformasi pendidikan
pendidikan di Indonesia terdapat di Australia untuk memajukan pendidikan agama Islam dalam menghadapi tantangan
beberapa usaha, antara lain sebagai di negaranya. Adapun upaya yang global dengan langkah-langkah sebagai
berikut : dilakukan pemerintah dalam mengahdapi berikut:
a. Upaya peningkatan mutu tantangan pendidikan di era globalisasi Pertama, melakukan telaah kritis dan
pendidikan dilakukan dengan adalah sebagai berikut. menyeluruh terhadap agama, baik yang
menetapkan tujuan dan standar a. Syarat Guru di Australia bentuknya normatif maupun historis. Teks-
kompetensi pendidikan. Misalnya Syarat guru untuk mengajar di teks suci yang bersifat normatif perlu
dengan penyempurnaan Australia ditentukan oleh setiap Negara dipahami secara utuh, sehingga nilai-nilai
kurikulum, pelaksanaan paradigma bagian dan teritori Australia. Standar dasar agama dapat ditangkap secara
pendidikan yang berkaitan dengan qualifikasi antarnegara bagian dan teritori keseluruhan. Sedangkan dalam sisi historis,
penyelenggaraan. tersebut berbeda satu dengan yang lainnya. pemahaman umat terhadap agamanya
b. Pendidikan sesuai dengan dasar Meski demikian, kesamaannya adalah sepanjang sejarah perlu diperiksa kembali.
Negara Indonesia yaitu pancasila. setiap guru harus memiliki sertifikat
c. Peningkatan efisiensi pengelolaan mengajar. Kedua, perlu adanya pengintegrasian
pendidikan. Misalnya kebijakan Untuk mendapatkan sertifikat pendidikan agama dengan ilmu-ilmu lain.
pemerintah dengan mengajar, calon guru di Australia harus Sehingga tidak menimbulkan pandangan
31

mencananangkan DANA BOS menempuh pendidikan tertentu. Bila calon yang dikotomis yang menyebabkan
beapeserta didik bagi anak yang guru belum menyelesaikan jenjang S1, timbulnya perbedaan anggapan ada
orang tuanya kurang mampu maka ia harus mendaftar di S1 jurusan perbedaan nilai dan keutamaan antara
maupun anak yang berprestasi pendidikan (Bachelor of Education) yang pendidikan agama dengan keilmuan
baik, ini sangat membantu berlangsung selama 4 tahun. Namun, bila lainnya. (Lutfi, 2003).
kelangsungan pendidikan mereka. calon guru sudah menyelesaikan jenjang S1 Ketiga, perlunya melakukan revolusi
d. Peningkatan relevansi pendidikan di luar jurusan pendidikan, maka calon pembelajaran pendidikan agama dengan
mengandung arti karena ada guru tersebut harus mengikuti beberapa cara mempraktikkan nilai-nilai luhur
ketidakserasian antara hasil program, yaitu: agama tersebut dalam kehidupan nyata
pendidikan [output] dengan 1) Bachelor of Education (graduate yang ditopang oleh prinsip-prinsip keadilan
kebutuhan dunia kerja . Sehingga entry) - 1.5-2 years atau kerukunan antar umat beragama
sekarang banyak berdiri sekolah- 2) Graduate Diploma of Education - 1 (Nuruddin, 2003).
sekolah kejuruan yang mencetak year (equivalent to a teacher Keempat, diperlukan adanya
peserta didik untuk dapat certificate program) reformulasi materi pembelajaran
mempunyai ketrampilan sesuai 3) Masters of Teaching - 1.5 years pendidikan agama Islam. Disamping perlu
profesi yang diinginkan. b. Peningkatan Profesionalitas Guru adanya reformasi materi-materi Pendidikan
e. Untuk mengatasi rendahnya Seiring dengan kemajuan teknologi Agama Islam yang selama ini menjebak
kualitas guru pemerintah sekarang serta perkembangan pengetahuan, pada ranah kognitif dengan mengabaikan
mengeluarkan kebijakan bahwa profesionalitasan guru pun harus ranah psikomotorik dan afektif, materi
guru SD minimal harus S1 [strata ditingkatkan. Berbagai program dilakukan pendidikan agama Islam dipandang masih
1] dan dalam proses belajar untuk meningkatkan profesionalitasan guru jauh dari pendekatan pendidikan
mengajar harus sesuai dengan di Australian. Salah satu program yang multikultural, akibatnya masih banyak
kode etik guru untuk dilakukan oleh ALTC (Australian Learning kerusuhan di berbagai tempat (Depag RI,
meminimalisir hal- hal yang tidak and Teaching Council) adalah Teaching 2001).
diinginkan,serta guru itu tidak Preparations Programs (TPPs) yang
hanya mengajar tetapi harus ditujukan untuk guru. Program ini telah Kelima, diperlukan adanya
memberi contoh yang baik atau mulai dilakukan di 39 universitas. transformasi dan internalisasi nilai-nilai
teladan bagi peserta didik-peserta Meski demikian, setiap Negara agama ke dalam pribadi peserta didik
32

didiknya. bagian ataupun teritori memiliki program dengan cara; pergaulan, memberikan suri
f. Untuk mengatasi rendahnya maupun cara tersendiri untuk tauladan dan mengajak serta
kesejahteraan guru sekarang meningkatkan profesionalitasan guru mengamalkannya (Ihsan, 1995).
pemerintah menaikkan gaji guru, mereka. Keenam, diperlukan sumberdaya
berupa gaji pokok, tunjangan yang guru agama Islam yang berkualitas. Pada
melekat pada gaji ,tunjangan saat ini ada kecenderungan untuk
profesi dan lain-lain, menunjuk guru sebagai salah satu faktor
Selain itu untuk mengatasi penyebab minimnya kualitas lulusan.
masalah-masalah, seperti rendahnya
kualitas sarana fisik, rendahnya
kualitas guru, dan lain-lain seperti yang
telah dijelaskan diatas, secara garis
besar ada dua solusi yaitu:
a. Solusi sistemik, yakni solusi
dengan mengubah sistem-sistem
sosial yang berkaitan dengan sistem
pendidikan. Seperti diketahui
sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang
diterapkan. Sistem pendidikan di
Indonesia sekarang ini, diterapkan
dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip
antara lain meminimalkan peran
dan tanggung jawab negara dalam
urusan publik, termasuk pendanaan
pendidikan.
33

b. Solusi teknis, yakni solusi yang


menyangkut hal-hal teknis yang
berkait langsung dengan
pendidikan. Solusi ini misalnya
untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi peserta
didik.
Kesimpulan:
Solusi pendidikan yang ditawarkan sesuai dengan problem dan tantangan pendidikan baik di Indonesia, Australia dan islam.
Peningkatan kualitas pendidikan Indonesia, peningkatan profesionalisme guru di autralia dan pendidikan moral islami.
Pandangan Indonesia Pandangan Sekuler Pandangan Islam
Penulis pro dengan solusi yang Penulis pro dengan solusi pendidikn yang Penulis pro dengan solusi yang
diberikan oleh masalah pendidikan diberikan oleh pemerintah Negara Australia diberikan untuk problem pendidikan islam
Indonesia adalah masalah kualitas juga membrikan solusi yang tepat untuk yaitu Ketiga, perlunya melakukan revolusi
pendidikan yang rendah, dan solusi permasalahan yang dialaminya. Misalnya pembelajaran pendidikan agama dengan
yang ditawarkan adalah memperbaiki masalah kualiatas guru telah ditetapkan dan cara mempraktikkan nilai-nilai luhur
kualitas pendidikan di berbagai bidang. diberikan pendidikan khusus untuk agama tersebut dalam kehidupan nyata
Kemudian maslah profesionalitas guru meningkatkan profesionalitas guru. yang ditopang oleh prinsip-prinsip
juga diatasi dengan menetapkan standar Sehingga dapat menjawab tantangan dan keadilan atau kerukunan antar umat
khusus penerimaan tenaga pendidik. masalah pendidikan. beragama. Tujuan pembelajaran agama
Islam harus dirumuskan dengan bentuk
behavior dan measruable. Sehingga
pembelajaran agama dengan membentuk
moral dan kepribadian dapat terbentk jika
peserta didik mempraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Problem pendidikan saat ini tidak lepas dari masalah kualitas pendidikan
yang di dalamnya terdapat berbagai problematika seperti, profesionalitas guru,
masalah budaya, dan teknologi. Selain itu, masalah strata sosial juga menjadi
masalah pendidikan yang harus diselesaikan, sehingga tidak ada perbedaan dimata
pendidikan. Masalah karakter, moral dan kepribadian juga harus menjadi
tantangan bersama pendidikan Indonesia. Dalam pandangan islam tantangan
pendidikan di era globalisasi adalah masalah moral dan kepribadian. Masalah
akhlak menjadi masalah besar yang harus diselesaikan. Karena pendidikan yang
sesungguhnya adalah maslaah moral dan karakter. Secara umum tantangan
pendidikan yang muncul di era globalisasi ini adalah pendidikan yang kompetitif
dan inovatif serta identitas.
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi, yang
harus dilakukan adalah penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan
mental sekaligus kesiapan skill atau manusia professional. Di indonesia upaya
yang dilakukan dalam menghadapi problem dan tantangan pendidikan di era
globalidsasi yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan Indonesia dan
peningkatan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru. Di Autralia upaya yang
dilakukan dalam menghadapi problem dan tantangan pendidikan di era
globalidsasi yaitu melalui peningkatan kualifikasi guru dan peningkatan
profesionalisme guru. Selanutnya dalam pendidikan islam upaya yang dilakukan
dalam menghadapi problem dan tantangan pendidikan di era globalidsasi yaitu
melalui telaah kritis dan menyeluruh terhadap agama, pengintegrasian pendidikan
agama dengan ilmu-ilmu lain, melakukan revolusi pembelajaran pendidikan
agama dengan cara mempraktikkan nilai-nilai luhur agama tersebut dalam
kehidupan nyata dan perlunya peningkatan profesionalisme guru.

34
35

B. Saran
Globalisasi yang terjadi telah merubah berbagai aspek kehidupan.
Pendidikan tidak terlepas dari dari kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan
kebudayaan suatu bangsa karena pada hakikatnya krisis yang dihadapi berkenaan
dengan hasil dan proses pendidikan. Perlu adanya kesadaran yang mendalam dari
masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk berupaya menghadapi tantangan
di era globalisasi dengan meningkatkan sumber daya manusia,salah satunya
dengan menempuh pendidikan. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran di sekolah, diantaranya yaitu pembelajaran Fisika. Oleh sebab itu,
pembelajaran Fisika seyogyanya mampu membentuk manusia-manusia Indonesia
seutuhnya dalam upaya pembangunan nasional Indonesia dimana membangun
manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia secara
keseluruhan berdasarkan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul , Khobir. 1997. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis),
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Abudin Nata. 2003. Manajemen Pendidikan,Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Bogor : Kencana.

Achmad, Nur Fathoni. 1997. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di


Sekolah, Jurnal Ilmiah Tarbiyah Vol. 17 1997.
Ahmad Janan Asifudin. 2009. Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam (Tinjauan
Filosofis). Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.
Bashori Muchsin dan Abdul Wahid. 2009. Pendidikan Islam Kontemporer.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Departemen Agama RI. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Depag RI.
Ihsan, Fuad. 1996. Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Luthfi, As-Syaukani. 2003. Pendidikan Agama Melalui Pelajaran Umum ,
Kompas. Diakses 16 Desember 2016.
Mohd. Rafiq. 2011. Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam Pada Era
Globalisasi Informasi”, idb2.wikispaces.com/file/view/ok2015.pdf,

Nuruddin. 2002. Saatnya Merevolusi Pendidikan Agama, Kompas. Diakses 16


Desember 2016.
Oemar, Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: UPI
Kerjasama dengan Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R, 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta. Penerbit
Rineka Cipta

Zakiyah , Daradjat. 1990. Kesehatan Mental, Jakarta: PT H. Masagung.

36

Anda mungkin juga menyukai