OLEH KELOMPOK 3:
ERNITA SUSANTI
15175009
DOSEN:
Prof. Dr. FESTIYED, MS
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan ilmu pendidikan merupakan salah satu mata kuliah wajib
pascasarjana UNP pada semester 3. Mata kuliah landasan ilmu pendidikan ini
bertujuan agar mahapeserta didik dapat mengembangkan model pembelajaran
yang tepat dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan
azas pendidikan. Tujuan lain yang akan dicapai dalam mata kuliah ini yakni
dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan azas
pendidikan mahapeserta didik diharapkan memiliki keterampilan cakap, kritis,
kreatif, kompeten, kompetitif dan berkarakter yang kontekstual dengan profesi
guru.
Untuk mencapai tujuan tersebut salah salah satu cakupan materi perkuliahan
landasan ilmu pendidikan yang harus dipahami yaitu mengenai problem dan
tantangan pendidikan di era globalisasi. Pendidikan merupakan sistem dan cara
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Sehingga merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam rangka
mengembangkan potensi agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman. Perkembangan zaman era globalisasi membuka mata kita untuk melihat
ke masa depan yang penuh tantangan dan persaingan. Era kesejagatan yang tidak
dibatasi waktu dan tempat membuat SDM yang ada selalu ingin meningkatkan
kualitas dirinya agar tidak tertinggal dari yang lain. Selain itu proses pendidikan
mempersiapkan manusia untuk dapat hidup layak dan dapat bersaing di era global.
Di dunia pendidikan, globalisasi akan mendatangkan kemajuan yang sangat
cepat, yakni munculnya beragam sumber belajar dan merebaknya media massa,
khususnya internet dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat
pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan. Hasilnya, para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum
1
2
dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini,
wibawa guru khususnya dan orang tua pada umumnya di mata siswa merosot
Menjawab tantangan masa depan di era globalisasi, penting untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dari berbagai segi. Peningkatan kualitas
pendidikan bukan hanya melalui sarana prasarana namun juga melalui
peningkatan kompetensi dan profesionalime guru sebagai pelaku pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan juga membutuhkan penguasaan teknologi baik
pada peserta didik maupun guru sehingga terjadi sinergi dan kolaborasi
pendidikan yang menghasilkan peserta didik yang kreatif, inovatif, dan produktif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini
adalah bagaimana problem dan tantangan pendidikan di era globalisasi menurut
pandangan Indonesia, Barat, dan Agama Islam?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari makalah ini
adalah menjelaskan tentang problem dan tantangan pendidikan di era globalisasi
menurut pandangan Indonesia, Barat, dan Agama Islam.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Membantu mahapeserta didik memahami tentang problem dan tantangan
pendidikan di era globalisasi.
2. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca,
khususnya untuk tenaga pendidik ke depannya.
3. Memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti mata kuliah landasan ilmu
pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
berlangsung sangat cepat dan mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas
dunia dapat dengan mudah diakses melalui teknologi informasi seperti melalui
internet. Perpindahan uang dan investasi modal oleh pengusaha asing dapat
diakukan dalam hitungan detik.
Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung
dengan amat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk
berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu
membenahi dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya,
kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut.
Di sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu
mendidik dan menghasilkan para peserta didik yang berdaya saing tinggi
(qualified) atau justru mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan
dinamika globalisasi tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah tantangan
besar bagi dunia pendidikan. Dalam konteks ini, Khaerudin Kurniawan (1999),
memerinci berbagai tantangan pendidikan menghadapi era global.
Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana
meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan
berkelanjutan (continuing development ).
Kedua, tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap
terjadinya era reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat
tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi,
serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan kualitas
kehidupan SDM.
Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu
meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang
berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
Keempat, tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di
bidang Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan
ekonomi.
7
banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan,
tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
c. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu “merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan
melakukan pengabdian masyarakat”
Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun
secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara
umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal,
karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya
meningkatkan profesionalismenya.
d. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang
saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar
lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang
mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan
dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan
kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat
penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan
yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta
penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat
pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
e. Rendahnya Prestasi Peserta didik
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru,
dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi peserta didik pun menjadi tidak
memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika peserta
9
2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang
jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN.
2. Menurut Pandangan Sekuler
Pendidikan di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun
diserahkan pada setiap negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian
memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini
berdasarkan pada konstitusi Australia, dimana pendidikan merupakan
tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri
Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan
dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga,
masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri
dalam pelaksanaan pendidikannya.
Globalisasi di negara Austalia ditandai dengan berbenturannya berbagai
aspek untuk mengadakan peningkatan mutu, mulai dari aspek politik, budaya, dan
kehidupan masyarakat pada umumnya atau yang biasa disebut dengan aspek
sosial. Di sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu
melakukan peningkatan mutu tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah
tantangan besar bagi dunia pendidikan. Adapun tantangan pendidikan Australia
menghadapi era global adalah sebagai berikut.
a. Sekolah Public dan Privat. Permasalahan yang terjadi baik untuk public
maupun privat adalah adanya kesenjangan atau gap diantara kedua jenis
sekolah tersebut. Terdapat banyak perbedaan diantara keduanya, antara lain
fasilitas, pendanaan, bangunan, guru yang aktif, dsb. Sekolah public
umumnya lebih lambat belajar, kurang disiplin, serta banyak anak yang tidak
memenuhi target pendidikan.
b. Anak yang secara sosial ekonomi rendah, akan mendapatkan akses
pengetahuan dan teknologi yang lambat. Padahal akses pengetahuan dan
teknologi sangat penting untuk peningkatan prestasi peserta didik, serta
sebagai motivasi untuk pencapaian yang telah dilakukan oleh peserta didik.
c. Staff atau pekerja pendidikan yang harus bekerja keras, namun
mendapatkan insentif/gaji yang kurang setimpal. Sehingga, kesejateraan
12
Islam diatas, telah memberikan sebuah inspirasi bahwa menyiapkan sumber daya
manusia yang siap menghadapi tantangan adalah tugas pendidikan Islam. Hal
itupun tidak terlepas dari berbagai peluang yang dapat dijadikan sebagai jalan
untuk membina generasi dan peserta didik untuk lebih dapat bersaing dan
berkiprah di desa global yang tanpa batas.
Selain tiu adapun tantangan pendidikan islam di era globalisasi yaitu:
a. Krisis moral.
Krisis moral ini diakibatkan oleh adanya acara-acara di media elektronika
dan media massa lainnya, menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi
alkohol dan narkotika, perselingkuhan, sex bebas, konsumsi al-kohol, pornografi
dan kekerasan. Hal ini akan berakibat pada perbuatan negatif generasi muda
seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan,
penodongan, pembunuhan, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis
akhlak.
b. Krisis kepribadian.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyuguhkan
kemudahan, kenikmatan dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang.
Nilai kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis. Untuk
itu sangat mutlak dibutuhkan bekal pendidikan agama, agar kelak dewasa tidak
menjadi manusia yang berkepribadian rendah, melakukan korupsi, kolusi dan
nepotisme, melakukan kejahatan intelektual, merusak alam untuk kepentingan
pribadi, menyerang kelompok yang tidak sepaham.
Faktor yang menyebabkan adanya tantangan di atas dikarenakan longgarnya
pegangan terhadap agama dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, kurang
efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan
keteladanan dan pembiasaan, derasnya arus informasi budaya negatif global,
diantaranya hedonisme, sekulerisme, pornografi, dan lain-lain.
B. Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan Era Globalisasi
1. Menurut Pandangan Indonesia
Tantangan yang ada dalam dunia pendidikan kerap kali menjadi kendala
bagi suatu negara untuk maju dan bersaing dengan negara lain, seperti Indonesia
15
Selain itu, pada masalah-masalah syari‘ah pendidikan agama Islam selama ini
mencetak umat Islam yang selalu berbeda dan berselisih dalam masalah mazhab.
Maka dalam hal ini pendidikana agama Islam perlu diberikakan tawaran
pelajaran “fiqh Muqaran” untuk memberikan penjelasan adanya perbedaan
pendapat dalam Islam dan semua pendapat itu sama-sama memiliki argumen, dan
wajib bagi kita untuk menghormati. Sekolah tidak menentukan salah satu mazhab
yang harus diikuti oleh peserta didik, peserta didik diberi kebebasan untuk
memilih.
Kelima, diperlukan adanya transformasi dan internalisasi nilai-nilai agama
ke dalam pribadi peserta didik dengan cara; pergaulan, memberikan suri taula
dan dan mengajak serta mengamalkannya (Ihsan, 1995). Pada hakikatnya
pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan
terhadap nilai, proses rekontruksi nilai, serta proses penyesuaian terhadap nilai.
Fungsi pendidikan agama Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai
agama Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di
semua tingkat dan pembangunan bagi terwujudnya keadilan, kesejahteraan, dan
ketahanan. Proses transformasi dan internalisasi nilai pendidikan agama Islam
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara evolusi dan revolusi. Cara evolusi
menuntut adanya keuletan dan kesabaran, dengan rentang waktu yang panjang
dan disampaikan secara berangsur-angsur. Sebaliknya, cara revolusi menuntut
adanya perombakan tata nilai yang sudah usang dan dimodifikasi atau bahkan
diganti dengan nilai-nilai baru. Cara ini tidak menutup adanya kemungkinan
perpecahan, perselisihan, atau bahkan peperangan (Abdul, 1997).
Keenam, diperlukan sumberdaya guru agama Islam yang berkualitas. Pada
saat ini ada kecenderungan untuk menunjuk guru sebagai salah satu faktor
penyebab minimnya kualitas lulusan. Kritikan mulai dari ketidakefektifan guru
dalam menjalankan tugas, kurangnya motivasi dan etos kerja, sampai kepada
ketidakmampuan guru dalam mendidik dan mengajar.
Untuk meningkatkan motivasi dan etos kerja guru maka faktor pemenuhan
kebutuhan sangat berpengaruh. Untuk itu bagaimana mengarahkan kekuatan
yang ada dalam diri guru untuk mau melakukan upaya ke arah tujuan yang telah
26
ditetapkan. Dengan motivasi dan etos kerja yang tinggi guru agama akhirnya
menjadi penggerak penjiwaan dan pengalaman agama yang mencerminkan
pribadi yang takwa, berakhlak mulia, luhur dan menempati peran yang penting
dalam pembelajaran agama. Untuk itu dibutuhkan guru yang mencintai
jabatannya, bersikap adil, sabar, tenang, menguasai metode dan kepemimpinan,
berwibawa, gembira, manusiawi dan dapat bekerjasama dengan masyarakat
(Zakiyah, 1990).
BAB III
PEMBAHASAN
27
28
mencananangkan DANA BOS menempuh pendidikan tertentu. Bila calon yang dikotomis yang menyebabkan
beapeserta didik bagi anak yang guru belum menyelesaikan jenjang S1, timbulnya perbedaan anggapan ada
orang tuanya kurang mampu maka ia harus mendaftar di S1 jurusan perbedaan nilai dan keutamaan antara
maupun anak yang berprestasi pendidikan (Bachelor of Education) yang pendidikan agama dengan keilmuan
baik, ini sangat membantu berlangsung selama 4 tahun. Namun, bila lainnya. (Lutfi, 2003).
kelangsungan pendidikan mereka. calon guru sudah menyelesaikan jenjang S1 Ketiga, perlunya melakukan revolusi
d. Peningkatan relevansi pendidikan di luar jurusan pendidikan, maka calon pembelajaran pendidikan agama dengan
mengandung arti karena ada guru tersebut harus mengikuti beberapa cara mempraktikkan nilai-nilai luhur
ketidakserasian antara hasil program, yaitu: agama tersebut dalam kehidupan nyata
pendidikan [output] dengan 1) Bachelor of Education (graduate yang ditopang oleh prinsip-prinsip keadilan
kebutuhan dunia kerja . Sehingga entry) - 1.5-2 years atau kerukunan antar umat beragama
sekarang banyak berdiri sekolah- 2) Graduate Diploma of Education - 1 (Nuruddin, 2003).
sekolah kejuruan yang mencetak year (equivalent to a teacher Keempat, diperlukan adanya
peserta didik untuk dapat certificate program) reformulasi materi pembelajaran
mempunyai ketrampilan sesuai 3) Masters of Teaching - 1.5 years pendidikan agama Islam. Disamping perlu
profesi yang diinginkan. b. Peningkatan Profesionalitas Guru adanya reformasi materi-materi Pendidikan
e. Untuk mengatasi rendahnya Seiring dengan kemajuan teknologi Agama Islam yang selama ini menjebak
kualitas guru pemerintah sekarang serta perkembangan pengetahuan, pada ranah kognitif dengan mengabaikan
mengeluarkan kebijakan bahwa profesionalitasan guru pun harus ranah psikomotorik dan afektif, materi
guru SD minimal harus S1 [strata ditingkatkan. Berbagai program dilakukan pendidikan agama Islam dipandang masih
1] dan dalam proses belajar untuk meningkatkan profesionalitasan guru jauh dari pendekatan pendidikan
mengajar harus sesuai dengan di Australian. Salah satu program yang multikultural, akibatnya masih banyak
kode etik guru untuk dilakukan oleh ALTC (Australian Learning kerusuhan di berbagai tempat (Depag RI,
meminimalisir hal- hal yang tidak and Teaching Council) adalah Teaching 2001).
diinginkan,serta guru itu tidak Preparations Programs (TPPs) yang
hanya mengajar tetapi harus ditujukan untuk guru. Program ini telah Kelima, diperlukan adanya
memberi contoh yang baik atau mulai dilakukan di 39 universitas. transformasi dan internalisasi nilai-nilai
teladan bagi peserta didik-peserta Meski demikian, setiap Negara agama ke dalam pribadi peserta didik
32
didiknya. bagian ataupun teritori memiliki program dengan cara; pergaulan, memberikan suri
f. Untuk mengatasi rendahnya maupun cara tersendiri untuk tauladan dan mengajak serta
kesejahteraan guru sekarang meningkatkan profesionalitasan guru mengamalkannya (Ihsan, 1995).
pemerintah menaikkan gaji guru, mereka. Keenam, diperlukan sumberdaya
berupa gaji pokok, tunjangan yang guru agama Islam yang berkualitas. Pada
melekat pada gaji ,tunjangan saat ini ada kecenderungan untuk
profesi dan lain-lain, menunjuk guru sebagai salah satu faktor
Selain itu untuk mengatasi penyebab minimnya kualitas lulusan.
masalah-masalah, seperti rendahnya
kualitas sarana fisik, rendahnya
kualitas guru, dan lain-lain seperti yang
telah dijelaskan diatas, secara garis
besar ada dua solusi yaitu:
a. Solusi sistemik, yakni solusi
dengan mengubah sistem-sistem
sosial yang berkaitan dengan sistem
pendidikan. Seperti diketahui
sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang
diterapkan. Sistem pendidikan di
Indonesia sekarang ini, diterapkan
dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip
antara lain meminimalkan peran
dan tanggung jawab negara dalam
urusan publik, termasuk pendanaan
pendidikan.
33
A. Kesimpulan
Problem pendidikan saat ini tidak lepas dari masalah kualitas pendidikan
yang di dalamnya terdapat berbagai problematika seperti, profesionalitas guru,
masalah budaya, dan teknologi. Selain itu, masalah strata sosial juga menjadi
masalah pendidikan yang harus diselesaikan, sehingga tidak ada perbedaan dimata
pendidikan. Masalah karakter, moral dan kepribadian juga harus menjadi
tantangan bersama pendidikan Indonesia. Dalam pandangan islam tantangan
pendidikan di era globalisasi adalah masalah moral dan kepribadian. Masalah
akhlak menjadi masalah besar yang harus diselesaikan. Karena pendidikan yang
sesungguhnya adalah maslaah moral dan karakter. Secara umum tantangan
pendidikan yang muncul di era globalisasi ini adalah pendidikan yang kompetitif
dan inovatif serta identitas.
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi, yang
harus dilakukan adalah penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan
mental sekaligus kesiapan skill atau manusia professional. Di indonesia upaya
yang dilakukan dalam menghadapi problem dan tantangan pendidikan di era
globalidsasi yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan Indonesia dan
peningkatan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru. Di Autralia upaya yang
dilakukan dalam menghadapi problem dan tantangan pendidikan di era
globalidsasi yaitu melalui peningkatan kualifikasi guru dan peningkatan
profesionalisme guru. Selanutnya dalam pendidikan islam upaya yang dilakukan
dalam menghadapi problem dan tantangan pendidikan di era globalidsasi yaitu
melalui telaah kritis dan menyeluruh terhadap agama, pengintegrasian pendidikan
agama dengan ilmu-ilmu lain, melakukan revolusi pembelajaran pendidikan
agama dengan cara mempraktikkan nilai-nilai luhur agama tersebut dalam
kehidupan nyata dan perlunya peningkatan profesionalisme guru.
34
35
B. Saran
Globalisasi yang terjadi telah merubah berbagai aspek kehidupan.
Pendidikan tidak terlepas dari dari kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan
kebudayaan suatu bangsa karena pada hakikatnya krisis yang dihadapi berkenaan
dengan hasil dan proses pendidikan. Perlu adanya kesadaran yang mendalam dari
masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk berupaya menghadapi tantangan
di era globalisasi dengan meningkatkan sumber daya manusia,salah satunya
dengan menempuh pendidikan. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran di sekolah, diantaranya yaitu pembelajaran Fisika. Oleh sebab itu,
pembelajaran Fisika seyogyanya mampu membentuk manusia-manusia Indonesia
seutuhnya dalam upaya pembangunan nasional Indonesia dimana membangun
manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia secara
keseluruhan berdasarkan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul , Khobir. 1997. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis),
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Abudin Nata. 2003. Manajemen Pendidikan,Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Bogor : Kencana.
36