Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Tokoh – Tokoh Pendidikan “


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Dasar – Dasar Pendidikan
Dosen Pengampu : Bapak Marjuki, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Ai Alifah (2214.19.0001)
2. Putri Bunga Cinta (2214.19.0012)
3. Sabila Putri (2214.19.0020)

Program Studi Kependidikan Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Publisistik Thawalib Jakarta
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’Ala yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga kami dapat merasakan menuntut ilmu di STAI Publisistik Thawalib Jakarta dan
kami dapat membuat makalah untuk mata kuliah Dasar – Dasar Pendidikan. Sholawat serta salam
kami ucapkan kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang selalu membawa kabar
gembira untuk kita semua dan semoga kita mendapatkan syafa'atnya di hari akhir nanti. Dan kami
juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu pembuatan makalah ini khususnya Bapak
Marjuki, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Dasar – Dasar Pendidikan.

Dengan seluruh kerendahan hati kami meminta kritik dan saran yang membangun kepada
para pembaca makalah kami yang masih banyak memiliki kekurangan, semoga dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamin .
Cukup sekian pengantar dari kami, mohon maaf jika ada salah penulisan karena kesempurnaan hanya
milik Allah Subhanahu Wata’Ala semata.

Bogor, 05 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................ i

Kata Pengantar ......................................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................................. iii

BAB I

A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II

A. Tokoh – Tokoh Pendidikan Generasi Modern ......................................................... 3


1. KH. Ahmad Dahlan ........................................................................................ 3
2. KH. Hasyim Asy’ari ....................................................................................... 4
3. KH. Abdul Halim ........................................................................................... 4

B. Tokoh – Tokoh Pendidikan Generasi Klasik............................................................. 7


1. Imam Ghazali ................................................................................................. 7
2. Ibn Sina........................................................................................................... 7
3. Ibn Khaldun..................................................................................................... 8
4. Ikhwan As-Shafa.............................................................................................. 8

BAB III

A. Penutup................................................................................................................... 9

Daftar Pustaka

iii
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari usaha-usaha
para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan yang sangat berat
dan tidak mengenal lelah. Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh indonesia yang
memiliki pemikiran maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh
pendidikan seperti KH Ahmad Dahlan, KH Abdul Halim, KH Hasyim Asy’ari merupakan
sejumlah tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna pendidikan sampai saat ini.
Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus
pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi
Indonesia.

Pada dasarnya cukup banyak tokoh sejarah yang sangat berjasa dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Namun, dalam kesempatan ini hanya sebagian yang bisa
dikemukakan, dengan tidak mengurangi dan mengecilkan arti perjuangan dan jasa-jasa
tokoh lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Riwayat Hidup dan Peran K.H. Ahmad Dahlan


2. Bagaimana Riwayat Hidup dan Peran K.H. Hasyim Asy’ari
3. Bagaimana Riwayat Hidup dan Peran K.H. Abdul Halim
4. Bagaimana Riwayat Hidup dan Peran Imam Ghazali
5. Bagaimana Riwayat Hidup dan Peran Ibn Sina
6. Bagaimana Riwayat Hidup dan Peran Ibn Khaldun
7. Bagaimana Riwayat Hidup dan Peran Ikhwan As-Shafa

1
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup dan Peran K.H Ahmad Dahlan


2. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup dan Peran K.H Hasyim Asy’ari
3. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup dan Peran K.H Abdul Halim
4. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup dan Peran Imam Ghazali
5. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup dan Peran Ibn Sina
6. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup dan Peran Ibn Khaldun
7. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup dan Peran Ikhwan As-Shafa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tokoh – Tokoh Pendidikan Generasi Modern

1. Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869 – 1923)


K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M
dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH. Abubakar Bin
Kyai Sulaiman, Khatib di masjid besar (jami’) Kesulitan Yogyakarta,
Ibunya adalah puteri Haji Ibrahim seorang penghulu.1
Gebrakan K.H. Ahmad Dahlan dalam sistem pendidikan Indonesia
yang pada masa itu masih dikotomik menjadi icon tersendiri bagi
Muhammadiyah sebagai perintis sistem pendidikan integralistik. Gagasan
K.H. Ahmad Dahlan tersebut menjadi jawaban permasalahan pendidikan
atas dua sistem pendidikan pada waktu itu yang sama-sama ekstrim.
Sistem yang satu hanya menekankan pada sisi religiusitas
sedangkan sistem yang lainnya hanya menekankan pada sisi
duniawi. 2Kedua sistem ini hanya mampu melahirkan manusia “cacat”
yang sempit dalam religiusitasnya atau manusia-manusia sekuler yang tak
mengenal agama. K.H. Ahmad Dahlan menawarkan konsep baru yang
bertolak pada pemahaman hakikat manusia secara utuh. Pendidikan
seyogyanya melahirkan manusia-manusia tangguh yang siap menghadapi
problema masa depan.
Untuk itulah, K.H. Ahmad Dahlan membuat alternatif baru yaitu
dengan memadukan sistem pendidikan pribumi atau pesantren dengan
sistem pendidikan kolonial yang sesuai dengan ajaran. 3 Hasilnya,
terbentuk sistem pembelajaran yang tidak hanya mencekoki peserta didik
dengan satu cabang ilmu melainkan mengombinasikan ilmu umum dan
ilmu agama.

1
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. ( Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2005), hal. 25.
2
Khozin, Menggugat Pendidikan Muhammadiyah, (Malang: UMM Press, 2005), hal. 4.
3
Ibid.

3
4

2. Kyai Haji Hasyim Asy’ari (1871-1947)

K.H. Hasyim asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang
Jawa Timur, mula-mula ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyai Asy’ari
Kemudian ia belajar ke pondok pesantren Purbalinggo. Kemudian pindah lagi ke Plangitan,
Semarang, Madura, dan lain-lain. Maka di bawah pimpinan KH. Ilyas dimasukkan
pengetahuan umum ke dalam Madrasah Salafiyah, yaitu:

a. Membaca dan menulis huruf latin


b. Mempelajari bahasa Indonesia
c. Mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia
d. Mempelajari ilmu berhitung

Semuanya itu diajarkan dengan memakai buku-buku huruf latin.

Kiprah dan perjuangannya yang begitu sentral, utamanya di dalam bidang


pendidikan telah menentukan arah pendidikan di tanah air, sebuah pendidikan yang
berbasis keislamaan namun tetap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman (al-
muhafazhah alal qadim as-Shalih wal akhdu al-jadid al-aslah)1 Demikian juga, apabila kita
telaah lebih mendalam, sosok yang sangat kharismatik dan dikenal tak pernah menyerah
ini juga memiliki peran yang amat penting dalam pergolakan-perjuangan dan penjemputan
kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.

3. KH Abdul Halim (1887 – 1962)

KH. Abdul Halim lahir di Ciberelang, Majalengka pada tahun 1887 M. Dia adalah
pelopor gerakan pembaharuan di daerah Majalenga, Jawa Barat, yang kemudian
berkembnag menjadi persyerikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911, yang kemudian
berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M/9 Rajab 1371
H.

1
Suaidi Asyari, Nalar Politik NU dan Muhammadiyah, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hal. 45.
5

Salah satu pemikiran penting K.H. Abdul Halim,dalam kapasitasnya sebagai


ulama, adalah bagaimana membina keselamatan dan kesejahteraan umat melalui perbaikan
delapan bidang yang disebut dengan Islah as-Samaniyah, yaitu islah al-aqidah (perbaikan
bidang aqidah), islah al-ibadah (perbaikan bidang ibadah), islah at-tarbiyah (perbaikan
bidang pendidikan), islah al-ailah (perbaikan bidang keluarga), islah al-adah (perbaikan
bidang kebiasaan), islah al-mujtama (perbaikan masyarakat), islah al-iqtisad (perbaikan
bidang perekonomian), dan islah al-ummah (perbaikan bidang hubungan umat dan tolong-
menolong Secara bertahap, organisasi yang dipimpinnya dapat memperbaiki keadaan
masyarakat, khususnya masyarakat kecil. Melihat kemajuan dan hasil yang telah
dicapainya, pemerintah kolonial Belanda mulai menaruh curiga.

Secara diam-diam pemerintah kolonial mengutus polisi rahasia (yang disebut


Politiek Inlichtingn Dienst/PID) untuk mengawasi pergerakan Abdul Halim dan setiap
orang yang dicurigai. Pada tahun 1915 organisasi yang dipimpinnya ini dibubarkan sebab
dinilai oleh pemerintah sebagai penyebab terjadinya beberapa kerusuhan (terutama antara
pribumi dan Cina). Sejak itu Hayatul Qulub secara resmi dibubarkan namun kegiatannya
terus berjalan.

Pada tanggal 16 Mei 1916 Abdul Halim mendirikan Jam’iyah I’anah al-
Muta’alimin sebagai upaya untuk terus mengembangkan bidang pendidikan. Sistem
pendidikan berkelas dengan lama belajar lima tahun2. Sekolah ini mula-mula mendapat
kritikan dari ulama setempat namun kemudian mendapat sambutan baik. Murid-murid
datang bukan hanya dari Majalengka tetapi juga dari Indramayu, Kuningan, Cirebon, dan
Tegal. Lulusannya kemudian mendirikan madrasah di tempat asalnya. Untuk menjaga
mutu pendidikan, K.H. Abdul Halim mengadakan hubungan dengan Jamiat Khair dan Al-
Irsyad di Jakarta3. Untuk ini ia menjalin hubungan dengan Jam’iyat Khair dan al-Irsyad di
Jakarta. Melihat sambutan yang cukup tinggi, yang dinilai oleh pihak kolonial dapat
merongrong pemerintahan, maka pada tahun 1917 organisasi ini pun dibubarkan. Dengan
dorongan dari sahabatnya, HOS. Tjokroaminoto (Presiden Sarekat Islam pada waktu itu),
pada tahun itu juga ia mendirikan Persyarikatan Ulama. Organisasi ini diakui oleh

2
A. Mujib, Dkk. Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: PT. Diva Pustaka, 2004), hal. 47
3
Ibid.,
6

pemerintahan kolonial Belanda pada tanggal 21 Desember 1917. Pada tahun 1924 daerah
operasi organisasi ini sampai ke seluruh Jawa dan Madura, dan pada tahun 1937 terus
disebarkan ke seluruh Indonesia.

Untuk mendukung organisasi ini, terutama pada sektor keuangan/dana, Abdul


Halim mengembangkan usaha bidang pertanian dengan membeli tanah seluas 2,5 ha pada
tahun 1927, kemudian mendirikan percetakan pada tahun 1930. Pada tahun 1939 ia
mendirikan perusahaan tenun dan beberapa perusahaan lainnya, yang langsung di bawah
pengawasannya. Untuk mendukung lajunya perusahaan di atas, kepada para guru
diwajibkan menanam saham sesuai dengan kemampuan masing-masing. Abdul Halim juga
mendirikan sebuah yayasan yatim piatu yang dikelola oleh persyarikatan wanitanya,
Fatimiyah.

Inilah pucak pemikiran K.H. Abdul Halim di bidang pendidikan. Pesantren Santi
Asromo dibangun di tempat yang jauh dari keramaian Kota Majalengka. Para santri selain
diberi pelajaran agama juga diberi pelajaran umum dan dibekali pendidikan keterampilan
seperti bercocok tanam, bertukang kayu, kerajinan tangan, dan lain-lain. Siswa juga wajib
tinggal di asrama selama 5 sampai 10 tahun.4 Pendidikan yang menekankan tiga unsur yaitu
akhlak, sosial, dan ekonomi ini ternyata banyak menarik minat masyarakat. Para dermawan
pun mengalir memberi dukungan. Santri yang dihasilkan adalah santri lengkap yang
memiliki bekal agama, ilmu pengetahuan, dan keterampilan. Sebelumnya juga telah
didirikanlah Kweekschool PO untuk mencetak tenaga guru. Pada 1932, nama sekolah
diubah menjadi Madrasah Darul Ulum.

4
Ibid., hal. 50.
7

B. Tokoh – Tokoh Pendidikan Generasi Klasik

1. Imam Ghazali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia dilahirkan di


Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M.[1] Imam Ghazali sejak
kecil dikenal sebagai pecinta ilmu pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang
hakiki, sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara.

Al-Ghazali pada masa kanak-kanak belajar fiqh kepada Ahmad ibn Muhammad ar-
Radzakani, kemudian beliau pergi ke Jurjan berguru kepada Imam Abu Nashr al-Ismaili.
Setelah itu ia menetap lagi di Thus untuk mengulang-ulang pelajaran yang diperolehnya
dari Jurjan.

2. Ibn Sina

Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibn Abdullah. Di barat populer
dengan sebutan Avicenna.[ Beliau lahir pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah
yang terletak di dekat Bukhara, di kawasan Asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari
Balkan, Suatu kota termasyhur dikalangan orang-orang Yunani. Diwafatkan di Hamdzan-
sekarang Iran, persia. Pada tahun 428 H (1037 M) alam usia yang ke 58 tahun, dia wafat
karena terserang penyakit usus besar.

Tampilnya Ibn sina selain sebagai ilmuwan yang terkenal di dukung oleh tempat
kelahirannya sebagai ib kota kebudayaan, dan orang tuanya yang dikenal sebagi pejabat
tinggi, juga karena kecerdasan yang luas biasa. Sejarah mencatat, bahwa Ibn Sina
memuylai pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhoro.
Pengetahuan yang pertama kali ia pelajar adalah membaca Al-qur’an. Setelah itu ia
melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti Tafsir, Fiqh, Ushuluddin
dan lain-lain. Berkat ketekunan dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal Al-qur’an dan
menguasai berbagai cabang ilmu keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun.
8

3. Ibn khaldun

Ibn khaldunDi tengah konflik yang terjadi diantara Kerajaan-kerajaan kecil,


Kerajaan bani Abdul Wad Az-zanatiyah terkena musibah dan bencana yang berasal dari
Kerajaan tetangganya, yakni Kerajaan Bani Hafzh yang berada di Tunisia.Dalam suasana
seperti itu ibn Khaldun lahir di Tunisia, awal Ramadhan tahu 732 H, dari kjeluarga besar
berbangga dengan nasab Arabnya yang berasal dari Hadromaut, Yaman.

Ibnu Khaldun tumbuh dan berkembang sebagai orang yang mencintai ilmu.
Pertama-tama ia menghafal Al-Qur’an lewat bimbingan ayahnya sendiri. Lalu ia
mempelajari ilmu Hadits, ilmu Fiqh, Ushul Fiqh, Bahasa, Sastra, Sejarah, selain
mempelajari Filsafat dan Ilmu Mantiq (logika).

4. Ikhwan As-Shafa

Ikhwan As-ShafaIkhwan al-Shafa (Persaudaraan) adalah organisasi dari para filsuf


Arab Muslim, yang berpusat di Basrah, Irak yang saat itu merupakan ibukota Kekhalifahan
Abassiyah sekitar abad ke-10 Masehi. Kelompok yang lahir di Bashrah kira-kira tahun
373H/983M ini, terkenal dengan Risalahnya, yang memuat doktrin-doktrin spiritual dan
sistem filsafat mereka. Nama lengkap kelompok ini adalah Ikhwan al-Shafa wa Khullan
al-Wafa wa Ahl al-Hamd wa Abna’ al-Majd. Sebuah buku yang sangat mereka hormati
“Kalilah wa Dimnah”.

Kemunculan Ikhwan Al Safa dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap


pelaksanaan ajaran Islam yang telah tercemar oleh ajaran-ajaran luar Islam, serta untuk
membangkitkan kembali rasa cinta pada ilmu pengetahuan. Organisasi ini sangat
merahasiakan anggotanya. Mereka bekerja dan bergerak secara rahasia, disebabkan
kekhawatiran akan tindak penguasa waktu itu yang cenderung menindas gerakan-gerakan
yang timbul.,Di samping itu juga, kelompok Ikhwan Al Safa mengklaim dirinya sebagai
kelompok non partisan, objektif, ahli pencita kebenaran,elit intelektual dan solid
kooperatif. Mereka mengajak masyarakat untuk menjadi kelompok orang-orang mu'min
yang militant untuk beramar ma'ruf nahi mungkar.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan adalah suatu bentuk pengaruh yang terdiri dari ragam pengaruh yang terpilih
berdasarkan tujuan yang dapat membantu anak-anak agar berkembang secara jasmani, akal dan
pikiran.dalam prosesnya ada upaya yang harus dicapai agar diperoleh hasil yang maksimal dan
sempurna, tercapai kehidupan harmoni secara personal dan sosial.segala bentuk kegiatan yang
dilakukan menjadi lebih sempurna, kokoh, dan lebih bagus bagi masyarakat.
Maka dari itu Tokoh-tokoh pendidikan seperti yang ada diatas sangatlah berpengaruh
besar demi kemajuan dunia pendidikan. Mulai dari gebrakan K. H Ahmad Dahlan dalam sistem
pendidikan hingga kemunculan Ikhwan As-ShafaIkhwan al-Shafa.

Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah yang dapat dipaparkan ini. Besar harapan kami
makalah ini dapat manfaat untuk banyak kalangan. Karena keterbatasan penulis ini oleh karena itu
penulis memohon kritik dan saran yang membangun agar masalah ini dapat tersusun lebih baik
dimasa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ar Rahmah Lumajang - Robbani | Mandiri | Berprestasi Selamat Datang Di SMAIT


......(smaitarrahmahlumajang.sch.id)

Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Modern di Indonesia (juraganberdesa.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai