Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN
MATERI PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata kuliah Pengantar pendidikan
Dosen mata kuliah : Mujahidah S.Pd.I,M.Pd.I

OLEH : KELOMPOK 8 / KELAS 32A


FIRA RAMADHANI 220407561016
ANDI ABDUL MALIK 220407562044

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang berjudul
“Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya”dapat selesai pada waktunya.
Tidak lupa sholawat serta salam selalu penulis haturkan kepada junjungan terbaik
baginda Rosul Muhammad Shallallahu ‘Alaihu Wasasallam selaku tauladan terbaik hingga
akhir zaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada beliau, serta kepada keluarga,
sahabat, tabi’in dan orang-orang yang selalu mengikuti sunnahnya.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari ibu Mujahidah S.Pd,M.Pd.I dosen
pengampu mata kuliah Pengantar pendidikan. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan Makalah .................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 5
BAB III................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya .................................................. 6
B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan ................................................................................... 6
1. Masalah Pemerataan Pendidikan ....................................................................................... 6
2. Masalah Mutu Pendidikan .................................................................................................. 7
3. Masalah Efisiensi Pendidikan ............................................................................................. 8
4. Masalah Relevansi Pendidikan ........................................................................................... 9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan ....................... 10
l. Perkembangan İptek dan Seni................................................................................................ 10
b. Perkembangan Seni ................................................................................................................ 11
2. Laju Pertumbuhan Penduduk ............................................................................................... 12
3. Aspirasi Masyarakat ............................................................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
1. Kesimpulan ............................................................................................................................... 16
2. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumberdaya manusia yang unggul untuk
pembangunan. Namun dewasa ini di Negara kita khususnya dalam bidang pendidikan masih
belum menampakkan hasil yang maksimal, hal ini dikarenakan pendidikan selalu menghadapi
masalah misalnya selalu terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil yang
dapat dicapai dari proses pendidikan itu sendiri. Masalah yang dimaksud sebagai permasalahan
pendidikan diantaranya yaitu :
a) Masalah pemerataan pendidikan,
b) Masalah mutu pendidikan,
c) Masalah efisiensi pendidikan,
d) Masalah relevensi pendidikan.
Dan keempat masalah tersebut akan dibahas dalam makalah ini beserta upaya yang
diharapkan dapat menanggulanginya. Selain itu kenyataan semakin tertinggalnya pendidikan
bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk
berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan
gambaran praktek pendidikan kita serta teguran bagi Negara kita untuk berbenah diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Permasalahan Pokok Pendidikan dan penanggulannya?
2. Apa saja Jenis-jenis Permasalahan Pokok Pendidikan ?
3. Apakah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Permasalahan Pokok Pendidikan dan penanggulannya.
2. Untuk mengetahui dan memahami Jenis-jenis Permasalahan Pokok Pendidikan.
3. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah
Pendidikan.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Berikut ini mengenai manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini
1. Membangun kualitas pendidikan kearah yang lebih baik.
2. Menelaah masalah-masalah pendidikan yang dihadapi.
3. Memberikan inovasi baru dalam menghadapi masalah pendidikan.
4. Batu loncatan kepada pendidikan yang lebih baik.
5. Membangun cara belajar yang lebih efektif.
Demikianlah manfaat-manfaat yang dapat diambil dari pembutaan makalah ini.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian yang sederhana
dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-
nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi
berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses
pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.

Disamping itu Jhon Dewey (2003:69)menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah proses


pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam
dan sesama manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau (2003: 69) menjelaskan bahwa
“Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak,
akan tetapi kita membutuhkanya pada masa dewasa”.

Dilain pihak Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu proses
dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”. Menurut Feni
(2014: 13) “Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaanya dengan tujuan agar anak
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi
jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai
kedewasaannya serta mencapai tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya secara
mandiri.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya


Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan
masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-
apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang
pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana
sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehinngga
permasalahan intern sistem sisem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu
permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di
luar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak
dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, dari mana
murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar
sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat
kompleks, menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita
dewasa ini, yaitu:
a. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang
mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu,
relevansi,dan juga efisiensi pendidikan.

B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan


Ada empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan,
2. Masalah mutu pendidikan,
3. Masalah efisiensi pendidikan,
4. Masalah relevansi pendidikan.

1. Masalah Pemerataan Pendidikan


Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pemabangunan sumber
daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan dalam
Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Pada Bab XI, Pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi
murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada
sekolah itu dipenuhi.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI, Pasal 10 Ayat 1, menyatakan:
“Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan
belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya.” Ayat 2 menyatakan: “Belajar di sekolah

6
agama yang telah mendapat pengakuan mentri agama dianggap telah memenuhi kewajiaban
belajar.”
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai bangsa
yang pernah di jajah oleh bangsa lain.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung didalam upaya pemerataan pendidikan
tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan, maka
setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya
pemerataan mutu pendidikan.
Khusus untuk pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan tiap-tiap
jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan
pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan
kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksikan secara terus menerus dengan
saksama.

Khusus melalui jalur pendidikan luar sekolah usaha pemerataan pendidikan mengalami
perkembangan pesat. Ada dua faktor yang menunjang yaitu perkembangan iptek yang
menawarkan berbagai macam alternatif dan dianutnya konsep pendidikan sepanjang hidup
yang tidak membatasi pendidikan hanya sampai pada usia tertentu dan tidak terbatas hanya
pada penyediaan sekolah.

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan


Cara konvensional antara lain:
a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpresatau ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/keluarga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain:
a. Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru) atau Inpacts System
(Instructional Management by Parent, Communty and Teacher). Sistem tersebut dirintis di
Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
b. SD kecil pada daerah terpencil.
c. Sistem Guru Kunjung.
d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach).
e. Kejar Paket A dan B.
f. Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.

2. Masalah Mutu Pendidikan


Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang
diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil
sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika
luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai
konsumen tenaga dengan sistem tes unuk kerja(performance test). Lazimnya sesudah itu masih
dilakukan pelatihan/ pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan
kerja di lapangan.
Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu.
Jika terjadi belajar yang tidak optimal menghasilkan skor ujian yang baik maka hampir
7
dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok
permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan.
Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang
terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga
masyarakat sekitar. Seberapa besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan,
sangat terkandung kepada kualitas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen
yang mengarah kepada pencapaian tujuan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. Di dalam Tap MPR
RI 1998 tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan dan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi perlu lebih
disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan dan matematika. (BP-7 Pusat
1989:68) umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di
daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan.
Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar sistem, pendidikan khususnya
sistem persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota dan
desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-
masing.

Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan


Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang
bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manjemen sebagai berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa
pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
c. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan
mengandung muatan lokal, metode yang menantang menggairahkan belajardan melaksanakan
evaluasi yang beracuan PAP.
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.
e. Penyempurnaan saran belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan
laboratorium.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan:
1) Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas.
3) Sistem ujian nasional/negara seperti Ebtanas, Sipenmaru/UMPTN.
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.

3. Masalah Efisiensi Pendidikan


Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang
sebaliknya, efisiensinya berarti rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah:
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.

8
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga kerja.

Masalah Efisiensi dalam Penggunaan Prasarana dan Sarana


Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai
akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum.

4. Masalah Relevansi Pendidikan


Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan
luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang
digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan, yaitu yang beraneka
ragam seperti sektor produksi, sektor jasa, dan lain-lain. Baik dari segi jumlah maupun dari
segi kualitas. Jika sistem pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor
pembangunan baik yang aktual (yang tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi
kriteria yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan
dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada
antara lain sebagai berikut:
- Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.
- Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap
kembang.
- Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.

Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan:
1) Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
2) Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
3) Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai
dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4) Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah
Pendidikan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan permasalahan


pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan pada butir B dan C di atas merupakan
masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem
pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro pembangunan,
yaitu masalah di luar sistem pendİdİkan, sehingga juga harus diperhitungkan di dalam
memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah makro ini berupa antara lain masalah
perkembangan intemasional, masalah demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial
budaya, serta masalah perkembangan regional.

Uraian selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan


faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
l. Perkembangan iptek dan seni.
2. Laju pertumbuhan penduduk.
3. Aspirasi masyarakat.
4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.

l. Perkembangan İptek dan Seni


a. Perkembangan İptek

Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu Pengetahuan dan
teknologi). limu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi
mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu
pengetahuan untuk memenuhİ kebutuhan hidup masyarakat. Sebagai contoh betapa eratnya
hubungan antara pendidikan deng iptek itil, misalnya sering suatu teknologi baru yang
digunakan dala suatu proses prodüksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantara

perubahan persyaratan kerja, dan mungkin juga penguraıan Jumlah tenaga kerja atau jam
kerja, kebutuhan bahan-bahan banı, sistem pelayanan baru sempai kepada berkembangnya
gaya hidup banı, kondisi tersebut minimal •dapat mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan
metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana
penunjangnya sepeıti sarana laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentü

10
membawa masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Hal ini disinggung
dalam butir 3 masalah eflşİensi pendidikan tentang perubahan kurikulum.
Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung iptek terhadap sistem
pendidikan. Di sampİng pengaruh tidak langsung, juga banyak pengaruh yang langsung
terhadap sistem pendidikan dalam bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan dengan
aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi
kekurangan guru dah gedung sekolah seperti sistem Pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru
relatif cepat seperti dengan program diploma, pengadaan guru dan perlindungan terhadap
profesi guru seperti program akta mengajar. Selain itü diadakan juga program menghemat
waktu belajar (RIT: Reduce Instructional Time), memperluas jangkauan peserta didik dengan
biaya relatif murah seperti sistem belajar jarak jauh (BJJ), efektifitas proses belajar dan kualitas
hasil seperti CBSA dengan pemanfaatan tenaga non-guru antara lain konselor, teknisi sumber
belajar, dan lain-lain.
Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena belum ada jamİnan bahwa
inovasi itü pasti membawa hasil. Kita sudah banyak mendapatkan pengalaman dalam hal 'ini.
Kedua, pada dasarnya orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Umumnya lebih
suka mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin dan ragu menerima hal baru
yang belum dikenal.
Masalahnya ialah bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi agar orang menerimanya.
Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan
prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya). Kepada masyarakat
sasaran perlu diperkenalkan aspek konsepsionalnya sehingga memahami tujuan dan
manfaatnya serta motif yang mendasarinya.
Lazimnya suatu inovasi baru disebarluaskan setelah lebih dahulu diujicobakan dalam ruang
lingkup terbatas. Malah pertama muncul pada tahap uji coba, karena biasanya memerlukan
biaya (contoh PPSP: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan pada 8 IKIP sekitar tahun 80-an).

Selanjutnya masalah muncul pada tahap penyebarluasan pelaksanaan hasil uji coba
(diseminasi). Pada tahap ini masalah mencakup banyak hal. Seperti dana, penyediaan prasarana
dan saran, ketenagaan, kurikulum beserta perangkat penunjangnya, dan seterusnya yang
merupakan faktorfaktor yang dapat menimbulkan masalah. Bahkan jika seandainya suatu
inovasi berhasil, mungkin saja menimbulkan masalah baru, misalnya antara lain karena kurang
cermatnya rancangan yang dibuat. Contoh program diploma yang berhasil dan dapat
memproduksi tenaga guru yang diharapkan, tetapi berakibat alumni SI banyak tidak terangkat
karena ketiadaan jatah.
b. Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang
menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui
kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil
(bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan
pengembangan.Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya,
aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan

11
afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di samping domain
kognitif yang
sudah digarap melalui program/bidang studi yang lain.
Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah
mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.
Dengan memperhatikan alasan-alasan di atas mak4 sudah seyogianya jika dunia seni
dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan terprogram. Pengembangan
kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri di samping
program-program Yang lain dalam sistem pendidikan. Di sinilah timbulnya masalah
Pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah-sekolah saat ini
menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain
terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak termasuk Ebtanas,di
samping juga sulit menyediakan tenaga pendidiknya. Lagi pula sarana penunjang umumnya
tidak tersedia secara memadai karena mahal.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
a. Pertambahan penduduk, dan
b. Penyebaran penduduk.
a. Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18)
Gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut:
Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan
jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun
lebih cepat yaitu sebesar 4,5% dari turunnya tingkat kelahiran, yaitu sebesar Hal tersebut juga
mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Tentang pertumbuhan penduduk itu
Bank Dunia memperkirakan gambaran seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
Perkiraan Jumlah Penduduk
Menurut Bank Dunia Tahun 1986
Pertengahan Abab XXI

Tahun 1986 1990


2000 2050
Penduduk 166 178 207 355
(juta)
Disadur dari: Conny R. Semiawan dan Soedijarto, 1991: 18
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan
beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti
beban pembangunan nasional menjadi bertambah.

12
Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan
angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk
usia sekolah dasar menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan
kerja, dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi
dan kesehatan. Dengan demikian terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu
untuk sekolah Ianjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas
sekolah dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk Ianjut ke perguruan tinggi juga
meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan
pendidikan nonformal.

b. Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang padat
penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah
pedalaman khususnya di daerah terpencil yang berlokasi dipegunungan dan di pulau-pulau.
Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana
pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunnya SD kecil untuk melyyani kebutuhan akan
pendidikan di daerah terpencil pada Pelita V, di samping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan
dalam hal penyediaan dan penempataif guru. Di samping sebaran penduduk seperti
digambarkan itu dengan pola yang statis (di kota padat, di desa jarang) juga perlu
diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus
menerus terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola Yang dinamis dan labil yang lebih
menyulitkan perencanaan penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola
pasaran kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan tenaga kerja.
3. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya
aspirasi terhadap pendidikan hidup Yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini
mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa Untuk
dapat hidup yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap Yang menopang, dan
pendidikan memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu.
Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian
ditangga sosial. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang
tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anakanaknya memperoleh pekerjaan
yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Dorongan Yang kuat ini juga terdapat pada
anak-anak sendiri.
Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa susah jika mendapat rintangan dalam bersekolah dan
melanjutkan studi, Mungkin ini dapat dipandang sebagai indikator tentang betapa besarnya
aspirasi orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.
Apa akibat yang timbul dari perubahan sosial tersebut? Gejala yang timbul ialah membanjirnya
pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping
pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan nonformal.
Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seIeksi penerimaan siswa pada berbagai
jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas

13
melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diadakannya kesempatan
belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan jam belajar, kekurangan sarana belajar,
kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak langsung dari kondisi
sebagaimana digambarkan itu ialah terjadinya penurunan kadar efektifitas. Dengan kata lain,
massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan masalah mutu pendidikan. Massalisasi
pendidikan ibarat perusahaan konveksi pakaian yang hanya melayani tiga macam ukuran
(large, medium, dan, small). Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.
Namun demikian tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap pendidikan harus diredam, justru
sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum
maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak ' roda
kemajuan.
4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat
(yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi
masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai
dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah
ketinggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif.
Semestinya masyarakat luar itu bukan harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana
kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika
tidak sesuai lalu dikatakan terbelakang.

Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis, apalagi mandeg, tidak
mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya bagian unsur-unsurnya yang berubah jika tidak
seluruhnya secara utuh. Tıdak ada kebudayaan yang tidak berubah. Berubahnya unsur-unsur
kebudayaan tersebut tidak selalu bersamaan satu dengan yang lain. Ada unsur yang lebih cepat
dan ada yang lambat laun berubah, namun yang jelas terjadİnya perubahan tidak pernah
terhenti sepanjang masa, bahkan meskipun perubahan yang baru itü ke arah negatif. Apalagi
pada abad ke-20 ini, di mana perkembangan iptek demikian pesat dan merambah ke seluruh
bidang kehidupan.
Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru di bidang telekomunikasi/televisi
dan transponasi yang menimbulkan revolusi informasi yang menembus batas-batas antarnegara
dan bangsa dan membuat bumi menjadİ terasa kecil yang dikenal dengan era globalisasi, maka
mudah terjadi pertukaran kebudayaan antarbangsa. Jika terjadi pertautan antara unsur
kebudayaan baru dari luar dengan unsur kebudayaan lama yang lambat berubah maka terjadilah
apa yang disebut kesenjangan kebudayaan (cuIturaF lag).
Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan baru dari luar maupun dari dalam
lingkungan masyarakat -sendiri. Kebudayaan baru itü baik yang bersifat material seperti
peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat
nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung,
penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena:
Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misal terpencil).

14
Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsur budaya baru karena tidak dipahami atau
karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.
Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami
oleh:
Masyarakat daerah terpencil.
Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis. Masyarakat yang kurang terdidik
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terkebelakang kebudayaannya
tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan untuk
maju. Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan
bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat
melibatkan mereka. Bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya
(dalam hal ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sistem pendidikan yang tangguh adalah
yang bertumpu pada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional selalu berkembang dengan
bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika sistem pendidikan dapat
menggapai masyarakat terkebelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk
berperan serta dalam pembangunan.
Ada dua sub pokok bahasan yang diuraikan dalam bagian ini yakni permasalahan aktual
pendidikan dan penanggulangannya.

15
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh
pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam
bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada
jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan
pendidikan.
2. Pendidikan (dengan Bidang terkait) dalam usaha pengendalian laju pertumbuhan
penduduk sangat diperlukan. Pelaksanaan program ini dapat ditingkatkan dengan
mengkampanyekan program KB dengan sebaik-baiknya hingga pelosok negeri ini.
3. Pelaksanaan program belajar dan mengajar dengan inovasi baru perlu diterapkan. Hal ini
dilakukan karena cara dan sistem pengajaran lama tidak dapat diterapkan lagi.
4. Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-
unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan
pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah
korupsi dana di dalam dunia pendidikan.
5. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan
profesionalisme pendidik dapat ditingkatkan.

2. Saran
Sebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus menyadari dan memahami
berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi di lapangan sehingga dapat
merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya. Jadilah Mahasiswa sekaligus Calon
Pendidik yang peka terhadap berbagai permasalahan pendidikan.

16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/8140588/Makalah_Permasalahan_Pendidikan

http://digilib.unila.ac.id/8902/15/BAB%20II.pdf

Tirtaraharja, Umar dan Sulo, La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depdiknas, PT Rineka
Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai