Disusun oleh :
(1107620070)
KELAS A
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah profesi
pendidikan yang berjudul “Permasalahan Pendidikan Calon Guru” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan
besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun
makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta
komprehensif.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover ...............................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................iii
A. Kesimpulan .........................................................................................20
B. Saran ....................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?
2. Apa hubungan antara masalah-masalah pendidikan tersebut ?
3. Apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia pada calon Guru dan
upaya penanggulangannya ?
4. Bagaimana permasalahan pendidikan pada calon Guru?
5. Bagaimana upaya menghadapi permasalahan pendidikan calon Guru?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami 4 macam masalah pokok pendidikan dan
menjelaskannya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara masalah-masalah pokok
pendidikan tersebut.
1
3. Mahasiswa mampu memberikan contoh-contoh permasalahan pendidikan
di Indonesia pada calon guru serta upaya penanggulangannya.
4. Mahasiswa mampu mejelaskan permasalahan pendidikan pada calon Guru.
5. Mahasiswa mampu memahami upaya menghadapi permasalahan
pendidikan calon Guru.
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa sebagai calon pendidik mampu memahami berbagai
permasalahan yang terjadi di Indonesia
2. Mahasiswa mampu menerapkan dan turut andil dalam upaya
penanggulangan berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia
2
BAB II
ISI
3
a. Masalah pemerataan pendidikan
b. Masalah mutu pendidikan
c. Masalah efisiensi pendidikan
d. Masalah relevansi pendidikan
4
seksama, pada jenjeang pendidikan dasar, kebijakan pengertian
memperoleh kes4empatan pendidikan di dasarkan atas pertimbangan
faktor kuantitatif. Karna pada seluruh warga negara perlu di berikan bekal
dasar yang sama sedangkan pendidikan meneganh dan terutama pada
jenjang perguruan tinggi. Kebijakan pemerataan di dasarkan atas
pertimbangan kualitatif dan relevsi, yaitu minat dan kemampuan anak,
keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat,
kebudayaan dan ilmu teknologi.
Khusus melalui jalur pendidikan di luar sekolah usaha
pemerintahan pendidikan mengalami perkembangan pesat ada dua faktor
yang menunjang yaitu perkemabngan IPTEK yang menawarkan berbagai
macam alternatif perkembangan IPTEK, menawarkan beraneka ragam
alternative model pendidikan yang dapat memperluas pelayanan
kesempatan belajar
5
Community and Teacher). Sistem ini dirintis di Solo dan
didiseminasikan ke beberapa provinsi)
b. SD kecil pada daerah terpencil
c. Sistem Guru Kunjung
d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach)
e. Kejar paket A dan B
f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka
6
Pemecahan masalah mutu pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan
manajemen sebagai berikut :
a. Menyeleksi lebih rasional terhadap masukan mentah untuk SLTA
dan PT
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut
c. Penyempurnaan kurikulum
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang
tentram untuk belajar
e. Penyempurnaan sarana belajar
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai
anggaran
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan – kegiatan :
1) Laporan-laporan penyelengaraan pendidikan oleh semua
lembaga pendidikan
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas
3) Sistem pendidikan nasional atau negara seperti EBTANAS,
Sipenmaru atau UMPTN
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan
status suatu lembaga
7
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok
tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat
terbatas. Masalah penempatan studi sering mengalai kepincangan,
tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
e. Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.
Penggunaan persarana dan sarana pendidikan yang tidak
efisiensien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang
matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan
kurikulum.
Gejala lain tentang tidak adanya efisiensi dalam penggunaan sarana
pendidikan yaitu diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran
tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan sikap dan keterampilan
calon pemakai ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.
8
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya, perencanaan
pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemerosesan pendidikan
sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan
dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya hasil pendidikan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab
mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada saat
demikian.
a. Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan
kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan
peghimpunan dan pengarahan dana dan daya.
b. Posisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit
upaya peningkatan mutu karena, jumlah murid dalam kelas terlalu
banyak, pengarahan, tenaga kerja pendidik yang tidak memadai dan
seterusnya.
9
Kedua: kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian
mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas
terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten,
kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai. Meskipun
demikian pemerataan pendidikan tidak dapat diabaikan karena upaya
tersebut, terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai membangun
mempunyai tujuan ganda, yaitu disamping tujuan politis juga tujuan
pembanguan yaitu memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar
dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk
mengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi dalam pembanguanan.
Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah pemerataan
berkaitan erat dengan masalah mutu pendidikan. Bertolak dari gambaran
tersebut terlihat juga kaitannya dengan masalah efisiensi. Karena kondisi
pelaksanaan pendidikan tidak sempurna, maka dengan sendirinya
pelaksanaan pendidikan dan khususnya proses pembelajaran berlangsung
tidak efisien. Hasil pendidikan belum dapat diharapkan relevan dengan
kebutuhan masyarakat pembangunan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
10
psikologis ataukah tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau
masalah operasional.
Berikut masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia :
11
b. Masalah Kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah
pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini ialah bagaimana
sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke
lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberi
bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang
ingin lanjut). Kedua macam bekal tersebut harus sudah ditanam dan
diberikan sejak masa prasekolah dan SD, kemudian dasar-dasarnya
sudah diperkuat pada SD. Sampai dengan akhir pendidikan dasar
kedua macam bekal dasar tersebut (bekal dasar keilmuan dan bekal
kerja) sudah harus dikantongi baik bagi mereka yang akan belajar
lanjut maupun yang langsung akan terjun ke masyarakat.
Saat ini sisitem pendidikan dilaksanakan dengan
menggunakan kurikulum 1984 (SK No. 0209/U/1984) yang didesain
sebagai penyempuraan kurikulum 1975/1976. Pada kurikulum 1984
lebih peduli pada kualitas proses pembelajaran. Untuk itu kurikulum
1984 memberi perhatian yang besar pada CBSA dan keterampilan
proses, juga pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dengan
memperhitungkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai akhir.
Kelebihan konsep kurikulum 1984, antara lain :
Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.
Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan
nasional. Memuat pengetahuan minimal dan program khusus
yang dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan minat
siswa.
Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal).
Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja
kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk beramai-ramai
(karena desakan keadaan) memasuki perguruan tinggi, tanpa melihat
12
secara potensial mampu atau tidak. Selain itu, ada pula masalah pada
program muatan lokal, misalnya :
Pemilihan meteri muatan lokal yang tepat
Penyusunan program
Koordinasi pelaksanaan
Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.
Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan pembina
pendidikan dilapangan yang harus bergerak sebagai tim dengan
ditunjang kemauan yang besar sebagai tekad bersama.
14
hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara
potensial mampu belajar di perguruan tinggi.
d) Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan)
perlu diberi perhatian khusus. Karena tenaga kependidikan
khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya
manusia yang berkualitas untuk pemmbangunan.
e) Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan
dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara
meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor penunjang dan
utamanya faktor penghambatnya.
15
Untuk mewujudkan profesionalisme dalam pribadi seorang guru
tidaklah mudah, karena hal tersebut memerlukan proses yang cukup
panjang dan biaya yang cukup banyak. Disamping itu, diperlukan pula
penyadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai panggilan profesi
yang harus terus dibina agar supaya apa yang menjadi harapan dan citacita
dari masyarakat terhadap hasil pembelajarannya yang dilakukan bersama
muridnya dapat tercapai, sehingga tercipta kualitas dan mutu out put yang
bisa dipertanggung jawabkan secara intelektual, memiliki keterampilan
yang tinggi dan memiliki akhlaqul karimah yang mapan.
Permasalahan profesionalisme calon guru disebabkan oleh
kurangnya kesadaran guru akan jabatan dan tugas yang diembannya serta
tanggung jawab keguruannya secara vertikal maupun horizontal dan
munculnya sikap malas dan tidak disiplin waktu dalam bekerja yang
mengarah pada lemahnya etos kerja. Calon Guru merupakan bagian
terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal
maupun informal. Guru menjadi faktor utama dalam penciptaan suasana
pembelajaran. Kompetensi guru dituntut dalam menjalankan tugasnya
secara profesional hal ini menunjukkan fenomena yang semakin kuat
menempatkan guru sebagai suatu profesi. Kondisi ini memandang bahwa
guru sebagai sebuah profesi, bukan lagi dianggap sebagai suatu pekerjaan
(vokasional) biasa yang memerlukan pendidikan tertentu. Oleh sebab itu,
dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak
dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru
itu sendiri.
16
Untuk mengatasi problematika pendidikan yang berkaitan dengan
profesionalisme calon guru diperlukan kerja sama antara dunia pendidikan
dengan instansi-instansi lain, mengintegrasikan seluruh sumber informasi
yang ada di masyarakat ke dalam kegiatan belajar mengajar, penanaman
tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diembannya dan
pembudayaan akhlaqul karimah dalam setiap perbuatan kesehariannya
serta diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, utamanya pemimpin
lembaga pendidikan dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Guru
dalam proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan berfungsi
sebagai mediator dalam penyampaian materi-materi yang diajarkan kepada
peserta didik, untuk kemudian ditindak lanjuti oleh peserta didik dalam
kehidupan nyatanya, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
proses pembelajaran ini, untuk menjadi guru yang profesional, hendaknya
guru memiliki dua kategori, yaitu capability dan loyality, artinya guru itu
harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya,
memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai
perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas
keguruan, yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-
mata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di kelas.
Pekerjaan guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan
keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang
di luar bidang kependidikan. Menurut Usman (1999: 7), tugas profesi guru
meliputi : mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada anak
didik. Sementara tugas sosial guru tidak hanya terbatas pada masyarakat
saja, akan tetapi lebih jauh guru adalah orang yang diharapkan mampu
mencerdaskan bangsa dan mempersiapkan manusia-manusia yang cerdas,
terampil dan beradab yang akan membangun masa depan bangsa dan
negara. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin
17
terjamin tercipta dan terbinanya sumber daya manusia yang andal dalam
melakukan pembangunan bangsa.
Pertama, calon Guru harus ditanamkan sikap tanggung jawab yang
tinggi terhadap tugas yang diembannya dan calon guru harus memiliki
sikap-sikap sebagai manusia yang berfikir rasional (multi dimentional),
bersikap dinamis, kreatif, inovatif, beroientasi pada produktivitas,
profesional, berwawasan luas, berpikir jauh ke depan, menghargai waktu
dan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam pemanfaatan media pembelajaran yang berbasis teknologi dan
informasi (TI).
Kedua, dalam rangka penyiapan profesionalisme calon guru yang
mampu mengangkat kompetensi guru diperlukan kerja sama dari berbagai
pihak, utamanya pemimpin lembaga pendidikan sebagai pembuat
kebijakan di sekolah. Dalam hal ini, pemimpin lembaga pendidikan
hendaknya memiliki pandangan ke depan (visioner) terhadap lembaga
pendidikan yang dipimpinnya, sehingga ia akan termotivasi untuk selalu
meningkatkan kinerja stafnya (termasuk guru) menuju kepada
profesionalitas yang tinggi dalam rangka menyiapkan mutu lulusannya.
Ketiga, di samping itu untuk meningkatkan profesionalisme calon guru,
pemimpin hendaknya memiliki strategi yang efektif dan efisien dalam
mewujudkan guru yang profesional tersebut, sehingga visi, misi dan target
pendidikan yang berlangsung dalam lembaga yang dipimpinnya dapat
tercapai, apakah dengan memberikan reward berupa peluang guru untuk
studi belajar ke jenjang yang lebih tinggi, supervisi secara berkala,
membuka kesempatan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan
(diklat), penataran-penataran/MGMP, pelatihan tentang jurnalistik untuk
memberi wawasan kepada guru untuk bisa menulis karya ilmiah dan
dalam jangka panjang akan mengadakan studi banding untuk membangun
keterampilan guru dalam KBM.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur
pendidikan formal maupun informal. Guru menjadi faktor utama dalam
penciptaan suasana pembelajaran. Kompetensi guru dituntut dalam
menjalankan tugasnya secara profesional hal ini menunjukkan fenomena yang
semakin kuat menempatkan guru sebagai suatu profesi.
B. Saran
Sebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus menyadari
dan memahami berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi
dilapangan sehingga dapat merumuskannya serta mencari alternatif
pemecahannya. Jadilah, Mahasiswa sekaligus Calon Pendidik yang peka
terhadap berbagai permasalahan pendidikan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21