Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PERMASALAHAN PENDIDIKAN CALON GURU”

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah : Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dosen pengampu : Drs. Julius Sagita, M.Pd.

Disusun oleh :

Raka Syafena Shadam

(1107620070)

KELAS A

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah profesi
pendidikan yang berjudul “Permasalahan Pendidikan Calon Guru” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan
besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun
makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta
komprehensif.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini


bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran, khususnya dalam
segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akan datang.

Jakarta, 24 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ...............................................................................................................i

Kata pengantar ..............................................................................................ii

Daftar isi..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................1
D. Manfaat Penulisan ...............................................................................3

BAB II ISI .......................................................................................................3

A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya..................3


B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan ................................................3
C. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya.................10
D. Permasalahan Pendidikan Calon Guru ................................................15
E. Upaya-Upaya Sebagai Solusi dalam Menghadapi
Permasalahan Calon Guru....................................................................17

BAB II PENUTUP .........................................................................................20

A. Kesimpulan .........................................................................................20
B. Saran ....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia


untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama
dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-
tantangan baru, yang sebagiannya sering tidak dapat diramalkan sebelumnya.
Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-
masalah baru. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas,
pertama karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri,
kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak
segenap seginya terjangkau oleh daya ramal manusia. Oleh karena itu, perlu
adanya rumusan-rumusan masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan
pendidik dalam mengemban tugasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?
2. Apa hubungan antara masalah-masalah pendidikan tersebut ?
3. Apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia pada calon Guru dan
upaya penanggulangannya ?
4. Bagaimana permasalahan pendidikan pada calon Guru?
5. Bagaimana upaya menghadapi permasalahan pendidikan calon Guru?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami 4 macam masalah pokok pendidikan dan
menjelaskannya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara masalah-masalah pokok
pendidikan tersebut.

1
3. Mahasiswa mampu memberikan contoh-contoh permasalahan pendidikan
di Indonesia pada calon guru serta upaya penanggulangannya.
4. Mahasiswa mampu mejelaskan permasalahan pendidikan pada calon Guru.
5. Mahasiswa mampu memahami upaya menghadapi permasalahan
pendidikan calon Guru.

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa sebagai calon pendidik mampu memahami berbagai
permasalahan yang terjadi di Indonesia
2. Mahasiswa mampu menerapkan dan turut andil dalam upaya
penanggulangan berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia

2
BAB II
ISI

A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya


Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dan kehidupan
sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem
pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan
pembangunan nasional. Kaitan erat yang erat antara bidang pendidikan
sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut
dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu
ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu sendiri.
Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, darimana murid-
murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya
di luar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah
pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen dan
melibatkan banyak pihak. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang
dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini, yaitu :
a. Bagaimana semua warga negara dan menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah
kehidupan bermasyarakat.

B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan


Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pada bagian ini
akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi
kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah
yang dimaksud yaitu :

3
a. Masalah pemerataan pendidikan
b. Masalah mutu pendidikan
c. Masalah efisiensi pendidikan
d. Masalah relevansi pendidikan

Keempat permasalahan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :


1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana
sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan. Sehingga
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia
untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul
apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang
tidak dapat ditampung di dalam sistem aatau lembaga pendidikan karena
kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting
sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada
SD. Maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca
menulis, dan berhitung. Sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan
kemajuan melalui berbagai media masa dan sumber belajar yang tesedia,
baik, mereka nantinya berperan sebagai produser dan konsumen. Dengan
demikian merka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap
pembangunan. Tujuan yang terkandung dalam upaya pemerataan
pendidikan tersebut yaitu, menyiapkan masyarakat untuk dapat
berfartisipasi dalam pembangunan. Khususnya pendidikan formal atau
pendidikan persekolahan yang berjenjang, dan tiap jenjang memiliki
fungsinya masing-masing maupun kebijaksanaan memperoleh
kesempatan pendidikan pada tiap jenjang di atur dengan
memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi
yang selalu di tentukan froyeksinya secara terus menerus dengan

4
seksama, pada jenjeang pendidikan dasar, kebijakan pengertian
memperoleh kes4empatan pendidikan di dasarkan atas pertimbangan
faktor kuantitatif. Karna pada seluruh warga negara perlu di berikan bekal
dasar yang sama sedangkan pendidikan meneganh dan terutama pada
jenjang perguruan tinggi. Kebijakan pemerataan di dasarkan atas
pertimbangan kualitatif dan relevsi, yaitu minat dan kemampuan anak,
keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat,
kebudayaan dan ilmu teknologi.
Khusus melalui jalur pendidikan di luar sekolah usaha
pemerintahan pendidikan mengalami perkembangan pesat ada dua faktor
yang menunjang yaitu perkemabngan IPTEK yang menawarkan berbagai
macam alternatif perkembangan IPTEK, menawarkan beraneka ragam
alternative model pendidikan yang dapat memperluas pelayanan
kesempatan belajar

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan


Banyak macam pemecahan yang telah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang ditempuh melalui
cara-cara konvensional dan cara inovatif :
Cara konvensional antara lain :
a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan
belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem
bergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk
pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat /
keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain :
a. Sistem Pamong (Pendidikan Oleh Masyarakat, Orang Tua dan
Guru) atau Inpact Sistem (Instructional Management by Parent,

5
Community and Teacher). Sistem ini dirintis di Solo dan
didiseminasikan ke beberapa provinsi)
b. SD kecil pada daerah terpencil
c. Sistem Guru Kunjung
d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach)
e. Kejar paket A dan B
f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka

2. Masalah Mutu Pendidikan


Jika hasil pendidikan belum tercapai, taraf seperti yang di harapkan
penetapan mutu hasil pendidikan pertama di lakukan oleh lembaga
penghasil pertama di lakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen
tenaga kerja terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi, selanjutnya
jika luaran tersebut terjun ke lapangan karja penilaian di lakukan oleh
lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan system tes untuk kerja
(performance test) hasil belajar yang bermutu jika proses belajar tidak
optimal sangat sulit di harakan terjadinya hasil belajar yang bermutu . jika
terjadi belajar yang tidak optimal menghasilkan skor hasil ujian yang baik,
maka hampir dapat di pastikan bahwa hasil belajar tersebut adlah semu.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu.
Kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukan bahwa
di daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah dari pada di
daerah perkotaan, acuan usaha pemerataan mutu pendidikan barmaksud
agar system pendidikan khususnya system persekolahan dengan segala
jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota atau desa )
mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan
kondisinya masing-masing.

6
Pemecahan masalah mutu pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan
manajemen sebagai berikut :
a. Menyeleksi lebih rasional terhadap masukan mentah untuk SLTA
dan PT
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut
c. Penyempurnaan kurikulum
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang
tentram untuk belajar
e. Penyempurnaan sarana belajar
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai
anggaran
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan – kegiatan :
1) Laporan-laporan penyelengaraan pendidikan oleh semua
lembaga pendidikan
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas
3) Sistem pendidikan nasional atau negara seperti EBTANAS,
Sipenmaru atau UMPTN
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan
status suatu lembaga

3. Masalah Efisiensi Pendidikan


Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu
sistem pendidikan menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran
dikatakan efisisennya tinggi. Jika terjadi sebaliknya efisiensinya berarti
rendah. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah :
a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan

7
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok
tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat
terbatas. Masalah penempatan studi sering mengalai kepincangan,
tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
e. Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.
Penggunaan persarana dan sarana pendidikan yang tidak
efisiensien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang
matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan
kurikulum.
Gejala lain tentang tidak adanya efisiensi dalam penggunaan sarana
pendidikan yaitu diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran
tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan sikap dan keterampilan
calon pemakai ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.

4. Masalah Relevansi Pendidikan


Tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia. Untuk
pembangunan relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem
pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai, dengan kebutuhan
pembangunan. Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor
pembangunan yang beraneka ragam seperti sektor produksi sektor jasa,
dan lain-lain. Relevansi merupakan masalah berat untuk dipecahkan,
utamanya masalah-masalah relevansi kualitas.

Dari keempat macam pendidikan tersebut dikatakan teratasi jika


pendidikan :
a. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua
warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam satuan
pendidikan.

8
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya, perencanaan
pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemerosesan pendidikan
sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan
dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya hasil pendidikan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab
mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada saat
demikian.
a. Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan
kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan
peghimpunan dan pengarahan dana dan daya.
b. Posisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit
upaya peningkatan mutu karena, jumlah murid dalam kelas terlalu
banyak, pengarahan, tenaga kerja pendidik yang tidak memadai dan
seterusnya.

5. Keterkaitan Permasalahan Pendidikan


Pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan dilapangan, ada
keterkaitan diantara masalah-masalah pokok pendidikan. Bahkan mungkin
muncul kepermukaan dengan bobot yang tidak sama. Pada dasarnya
pembangunan dibidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya
pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu sekaligus. Ada dua
faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan
yang bermutu belum dapat diusahakan pada saat demikian, yaitu:
Pertama: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani
pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan
penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.

9
Kedua: kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian
mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas
terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten,
kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai. Meskipun
demikian pemerataan pendidikan tidak dapat diabaikan karena upaya
tersebut, terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai membangun
mempunyai tujuan ganda, yaitu disamping tujuan politis juga tujuan
pembanguan yaitu memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar
dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk
mengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi dalam pembanguanan.
Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah pemerataan
berkaitan erat dengan masalah mutu pendidikan. Bertolak dari gambaran
tersebut terlihat juga kaitannya dengan masalah efisiensi. Karena kondisi
pelaksanaan pendidikan tidak sempurna, maka dengan sendirinya
pelaksanaan pendidikan dan khususnya proses pembelajaran berlangsung
tidak efisien. Hasil pendidikan belum dapat diharapkan relevan dengan
kebutuhan masyarakat pembangunan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.

C. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya

1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia


Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan antara apa
yang diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan
yang pada saat ini kita hadapi perlu ditanggulangi secepatnya.
Permasalahan aktual pendidikan meliputi masalah-masalah keutuhan
pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun,
dan pendayagunaan teknologi pendidikan. Masalah aktual dibagi menjadi
dua, yaitu mengenai konsep dan mengenai pelaksanaannya. Misalnya,
munculnya kurikulum baru merupakan masalah konsep. Maksudnya,
apakah kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis dan secara

10
psikologis ataukah tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau
masalah operasional.
Berikut masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia :

a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran


Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Kemudian dipertegas secara rinci di dalam GBHN butir
2a dan b, tentang arah dan tujuan pendidikan bahwa yang dimaksud
dengan manusia utuh itu adalah manusia yang sehat jasmani dan
rohani, manusia yang memiliki hubungan secara vertikal (dengan
Tuhan Yang Maha Esa), horizontal (dengan lingkungan masyarakat),
dan konsentris (dengan diri sendiri) yang berimbang antara duniawi
dan ukhrawi. Jadi konsepnya sudah cukup baik. Tetapi didalam
pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani semestinya.
Kecenderungan mengarah kepada pengutamaan pengembangan
aspek kognitif.
Hambatan yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional,
yaitu diantaranya :
 Beban kurikulum sudah terlalu sarat
 Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit, karena
dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi yang
keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan
pengalaman guru.
 Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga
memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
 Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.

11
b. Masalah Kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah
pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini ialah bagaimana
sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke
lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberi
bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang
ingin lanjut). Kedua macam bekal tersebut harus sudah ditanam dan
diberikan sejak masa prasekolah dan SD, kemudian dasar-dasarnya
sudah diperkuat pada SD. Sampai dengan akhir pendidikan dasar
kedua macam bekal dasar tersebut (bekal dasar keilmuan dan bekal
kerja) sudah harus dikantongi baik bagi mereka yang akan belajar
lanjut maupun yang langsung akan terjun ke masyarakat.
Saat ini sisitem pendidikan dilaksanakan dengan
menggunakan kurikulum 1984 (SK No. 0209/U/1984) yang didesain
sebagai penyempuraan kurikulum 1975/1976. Pada kurikulum 1984
lebih peduli pada kualitas proses pembelajaran. Untuk itu kurikulum
1984 memberi perhatian yang besar pada CBSA dan keterampilan
proses, juga pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dengan
memperhitungkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai akhir.
Kelebihan konsep kurikulum 1984, antara lain :
 Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.
 Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan
nasional. Memuat pengetahuan minimal dan program khusus
yang dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan minat
siswa.
 Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal).
Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja
kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk beramai-ramai
(karena desakan keadaan) memasuki perguruan tinggi, tanpa melihat

12
secara potensial mampu atau tidak. Selain itu, ada pula masalah pada
program muatan lokal, misalnya :
 Pemilihan meteri muatan lokal yang tepat
 Penyusunan program
 Koordinasi pelaksanaan
 Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.
Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan pembina
pendidikan dilapangan yang harus bergerak sebagai tim dengan
ditunjang kemauan yang besar sebagai tekad bersama.

c. Masalah Peranan Guru


Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang pesat dan
realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan,
maka guru sebagai suatu komponen sistem pendidikan juga harus
berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang diri
melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia dibantu
oleh sejumlah petugas lainnya seperti konselor (guru BP),
pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Seorang guru
diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai
manajer), menunjukkan tujuan pembelajaran (direktor),
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran (koordinator),
mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar
( komunikator), menyediakan dan memberikan kemudahan-
kemudahan belajar (fasilitator), dan memberikan dorongan belajar
(stimulator).

d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun


UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak
warga negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat
pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar.
Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,
13
Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan
9 tahun, terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program
pendidikan 3 tahun di SLTP, Pasal 3 memuat tujuan pendidikan
dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar pada peserta didik
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN
1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 antara lain
mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan
pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar. Dilihat
dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dassar yaitu 9
tahun, kita sudah mengalami langkah maju dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib belajar hanya 6
tahun. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh ketetapan-
ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan
pembangunan.

2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan di


Indonesia
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi
masalah-masalah aktual pendidikan, antara lain :
a) Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
berlangsung hanya secara insidental.
b) Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh
kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai
akhir ataupun kelulusan. Untuk itu perlu dikaitkan dengan
pemberian insentif pada guru.
c) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke
perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan

14
hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara
potensial mampu belajar di perguruan tinggi.
d) Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan)
perlu diberi perhatian khusus. Karena tenaga kependidikan
khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya
manusia yang berkualitas untuk pemmbangunan.
e) Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan
dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara
meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor penunjang dan
utamanya faktor penghambatnya.

D. Permasalahan Pendidikan Calon Guru

Krisis profesionalisme pada guru dalam dunia pendidikan


merupakan problematika tersendiri bagi dunia pendidikan dalam
menciptakan mutu yang baik yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran
guru akan jabatan dan tugas yang diembannya serta tanggung jawab
keguruannya. Guru hanya menganggap “mengajar” sebagai kegiatan untuk
mencari nafkah semata agaknya akan berbeda dengan cara seseorang yang
memandang tugas atau pekerjaannya sebagai calling profesio dan amanah
yang hendak dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan (Muhaimin,
2002: 17). Tugas utama seorang guru cukup kompleks dan berat, karena
itu untuk menjamin tingkat keberhasilan dalam menjalankan tugas
utamanya guru harus berkualitas dan mempunyai kompetensi yang
memadai. Tugas yang diemban guru adalah mencapai efektivitas
pembelajaran yang memuaskan, yang meliputi beberapa dimensi
manajemen pengajaran, antara lain: tugas-tugas ajar, manajemen perilaku,
manajemen waktu dan perlengkapan. Secara keseluruhan, keberhasilan
tugas mengajar perlu didukung oleh seperangkat kompetensi dasar yang
selanjutnya digunakan untuk merancang strategi pengembangan
pendidikan.

15
Untuk mewujudkan profesionalisme dalam pribadi seorang guru
tidaklah mudah, karena hal tersebut memerlukan proses yang cukup
panjang dan biaya yang cukup banyak. Disamping itu, diperlukan pula
penyadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai panggilan profesi
yang harus terus dibina agar supaya apa yang menjadi harapan dan citacita
dari masyarakat terhadap hasil pembelajarannya yang dilakukan bersama
muridnya dapat tercapai, sehingga tercipta kualitas dan mutu out put yang
bisa dipertanggung jawabkan secara intelektual, memiliki keterampilan
yang tinggi dan memiliki akhlaqul karimah yang mapan.
Permasalahan profesionalisme calon guru disebabkan oleh
kurangnya kesadaran guru akan jabatan dan tugas yang diembannya serta
tanggung jawab keguruannya secara vertikal maupun horizontal dan
munculnya sikap malas dan tidak disiplin waktu dalam bekerja yang
mengarah pada lemahnya etos kerja. Calon Guru merupakan bagian
terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal
maupun informal. Guru menjadi faktor utama dalam penciptaan suasana
pembelajaran. Kompetensi guru dituntut dalam menjalankan tugasnya
secara profesional hal ini menunjukkan fenomena yang semakin kuat
menempatkan guru sebagai suatu profesi. Kondisi ini memandang bahwa
guru sebagai sebuah profesi, bukan lagi dianggap sebagai suatu pekerjaan
(vokasional) biasa yang memerlukan pendidikan tertentu. Oleh sebab itu,
dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak
dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru
itu sendiri.

E. Upaya-Upaya Sebagai Solusi Dalam Mengahadapi Permasalahan


Calon Guru

16
Untuk mengatasi problematika pendidikan yang berkaitan dengan
profesionalisme calon guru diperlukan kerja sama antara dunia pendidikan
dengan instansi-instansi lain, mengintegrasikan seluruh sumber informasi
yang ada di masyarakat ke dalam kegiatan belajar mengajar, penanaman
tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diembannya dan
pembudayaan akhlaqul karimah dalam setiap perbuatan kesehariannya
serta diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, utamanya pemimpin
lembaga pendidikan dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Guru
dalam proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan berfungsi
sebagai mediator dalam penyampaian materi-materi yang diajarkan kepada
peserta didik, untuk kemudian ditindak lanjuti oleh peserta didik dalam
kehidupan nyatanya, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
proses pembelajaran ini, untuk menjadi guru yang profesional, hendaknya
guru memiliki dua kategori, yaitu capability dan loyality, artinya guru itu
harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya,
memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai
perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas
keguruan, yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-
mata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di kelas.
Pekerjaan guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan
keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang
di luar bidang kependidikan. Menurut Usman (1999: 7), tugas profesi guru
meliputi : mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada anak
didik. Sementara tugas sosial guru tidak hanya terbatas pada masyarakat
saja, akan tetapi lebih jauh guru adalah orang yang diharapkan mampu
mencerdaskan bangsa dan mempersiapkan manusia-manusia yang cerdas,
terampil dan beradab yang akan membangun masa depan bangsa dan
negara. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin

17
terjamin tercipta dan terbinanya sumber daya manusia yang andal dalam
melakukan pembangunan bangsa.
Pertama, calon Guru harus ditanamkan sikap tanggung jawab yang
tinggi terhadap tugas yang diembannya dan calon guru harus memiliki
sikap-sikap sebagai manusia yang berfikir rasional (multi dimentional),
bersikap dinamis, kreatif, inovatif, beroientasi pada produktivitas,
profesional, berwawasan luas, berpikir jauh ke depan, menghargai waktu
dan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam pemanfaatan media pembelajaran yang berbasis teknologi dan
informasi (TI).
Kedua, dalam rangka penyiapan profesionalisme calon guru yang
mampu mengangkat kompetensi guru diperlukan kerja sama dari berbagai
pihak, utamanya pemimpin lembaga pendidikan sebagai pembuat
kebijakan di sekolah. Dalam hal ini, pemimpin lembaga pendidikan
hendaknya memiliki pandangan ke depan (visioner) terhadap lembaga
pendidikan yang dipimpinnya, sehingga ia akan termotivasi untuk selalu
meningkatkan kinerja stafnya (termasuk guru) menuju kepada
profesionalitas yang tinggi dalam rangka menyiapkan mutu lulusannya.
Ketiga, di samping itu untuk meningkatkan profesionalisme calon guru,
pemimpin hendaknya memiliki strategi yang efektif dan efisien dalam
mewujudkan guru yang profesional tersebut, sehingga visi, misi dan target
pendidikan yang berlangsung dalam lembaga yang dipimpinnya dapat
tercapai, apakah dengan memberikan reward berupa peluang guru untuk
studi belajar ke jenjang yang lebih tinggi, supervisi secara berkala,
membuka kesempatan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan
(diklat), penataran-penataran/MGMP, pelatihan tentang jurnalistik untuk
memberi wawasan kepada guru untuk bisa menulis karya ilmiah dan
dalam jangka panjang akan mengadakan studi banding untuk membangun
keterampilan guru dalam KBM.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Misi Pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia untuk


pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Itulah
sebabnya, karena pembangunan sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang
selalu berubah. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan
kompleks. Pertama, karena sifat sasarannya yaitu manusia, merupakan
makhluk misteri yang banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus
mengantisipasi hari depan yang juga mengundang banyak pertanyaan. Padahal
pemahaman terhadap hari depan itu penting karena menjadi acuan dari
segenap perubahan yang terjadi saat ini. Oleh karena itu agar masalah-masalah
pendidikan dapat dipecahkan, maka diperlukan rumusan tentang masalah-
masalah pendidikan yang bersifat pokok yang dapat dijadikan acuan bagi
pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dilapangan. Dengan
dikemukakan masalah-masalah pokok pendidikan, kaitan masalah-masalah
pokok tersebut satu sama lain, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya, dll. Diharapkan para pendidik memahami lebih baik
masalah pendidikan yang dihadapi dilapangan, merumuskannya serta mencari
alternatif pemecahannya.
Krisis profesionalisme pada guru dalam dunia pendidikan merupakan
problematika tersendiri bagi dunia pendidikan dalam menciptakan mutu yang
baik yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran guru akan jabatan dan tugas
yang diembannya serta tanggung jawab keguruannya. Permasalahan
profesionalisme calon guru disebabkan oleh kurangnya kesadaran guru akan
jabatan dan tugas yang diembannya serta tanggung jawab keguruannya secara
vertikal maupun horizontal dan munculnya sikap malas dan tidak disiplin
waktu dalam bekerja yang mengarah pada lemahnya etos kerja. Calon Guru

19
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur
pendidikan formal maupun informal. Guru menjadi faktor utama dalam
penciptaan suasana pembelajaran. Kompetensi guru dituntut dalam
menjalankan tugasnya secara profesional hal ini menunjukkan fenomena yang
semakin kuat menempatkan guru sebagai suatu profesi.

B. Saran
Sebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus menyadari
dan memahami berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi
dilapangan sehingga dapat merumuskannya serta mencari alternatif
pemecahannya. Jadilah, Mahasiswa sekaligus Calon Pendidik yang peka
terhadap berbagai permasalahan pendidikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, 2002. Paradigma pendidikan Islam : upaya mengefektifkan pendidikan


agama islam di sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah, (2000). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Edisi
revisi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mukhtar dan Yamin, Martinis, 2005. Sepuluh kiat sukses mengajar di kelas,
Jakarta : Nimas Multina.
https://www.republika.co.id/berita/pq53k5368/rendahnya-kompetensi-guru-jadi-
masalah-pendidikan-indonesia
https://www.akseleran.co.id/blog/permasalahan-pendidikan-di-indonesia/

21

Anda mungkin juga menyukai