Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERMASALAHAN PENDIDIKAN

OLEH KELOMPOK 9 :

1. MELI AGREINI
2. PUTRA YADI
3. ANDI RISMA RUSLI
4. CHARRY

SENDRATASIK C

FAKULTAS SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis hanturkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan Pendidikan di
Indonesia”. Makalah ini berisikan tentang hal-hal yang mempengaruhi adanya masalah
pendidikan, jenis permasalahan pendidikan dan cara meanggulanginya. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua yang selalu
mendoakan, guru, teman-tema dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan, untuk itu Penulis berharap
kepada Pembaca agar bisa memberikan saran dan perbaikannya supaya makalah ini bisa lebih
baik lagi kedepannya.

Makassar, 13 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….…… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….…….. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..………. 1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………...….. 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………………………..……………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………..…


3

1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penangggulangannya …………………….………. 3


2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan ………………………………………………..…. 3
2.1 Masalah Pemerataan Pendidikan …………………………………………………..… 3
2.2 Masalah Mutu Pendidikan ………………………………………………………..….. 6
2.3 Masalah Efektivitas dan Efisiensi ……………………………………………...……. 8
2.4 Permasalahan Relevansi ……………………………………………………..………. 9
2.5 Keterkaitan Permasalahan Pendidikan ………………………………………...…… 10

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan ……...…… 11

3.1 Perkembangan IPTEK dan Seni …………………………………….……………… 11


3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk …………………………………………...………….. 13
3.3 Aspirasi Masyarakat …………………………………………………...…………… 14
3.4 Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan ……………………………….…. 15

3.5 Meningkatnya animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik …17
3.6 Menurunnya kualitas Pendidikan ………………………………………………..… 17
3.7 Kurang Adanya Relevansi antara Pendidikan dan Kebutuhan Masyarakat yang
Sedang Membangun ………………………………………………………………... 17
BAB III PENUTUP ………………………………………………………..……………….. 18

iii
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………. 18
B. Saran ……………………………………………………………………………….……. 18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….………………


19

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan
manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu
maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Hal
ini berarti pendidikan nasional mempunyai tugas untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang baik, yang dapat berguna dalam pembangunan di masa depan. Derap
langkah pembangunan sendiri selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.
Tetapi, perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru yang
sebagiannya tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis,
pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah-masalah tersebut
kemudian berdampak kepada kualitas sumber daya manusia dan pendidikan di
Indonesia.
Kualitas pendidikan di Indonesia sendiri saat ini pantas dikatakan
memprihatinkan. Hal ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO tahun 2000
tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia ( Human Development Index),
yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan
per-kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia
semakin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 102
(1996), ke 105 (1998), dan ke 109 (1999).
Selain itu, terdapat pula Survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC), mengenai kualitas pendidikan di Indonesia yang berada pada urutan ke-12
dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang
dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya
saing yang rendah yaitu hanya menduduki urutan ke-30 dari 57 negara yang disurvei
di dunia pada tahun 1996, ke -15 (1997), ke-31 (1998), ke-37 (1999), dank e-44
(2000). Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama yang mengatakan bahwa
Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari
53 negara di dunia. Makalah ini menitikberatkan pada pendidikan pokok-pokok
permasalahan pendidikan yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di
Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan di Indonesia dan penanggulangannya?


2. Apa saja jenis permasalahan pokok pendidikan?
3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memberikan contoh-contoh permasalahan pendidikan di


Indonesia serta upaya penanggulangannya.
2. Mahasiswa mampu memahami 5 macam masalah pokok pendidikan dan
menjelaskannya.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi
berkembangnya masalah pendidikan.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa sebagai calon pemdidik mampu memahami berbagai permasalahan


yang terjadi di Indonesia.
2. Mahasiswa mampu menerapkan dan turut andil dalam upaya penanggulangan
berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya


Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial
budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak
mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan
yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya
sebagai supsrasistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya,
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern dalam sistem
pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu
sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, darimana murid-murid
tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem
persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut. Berdasar pada
kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks,
menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di
Indonesia, yaitu:
a. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah
kehidupan masyarakat.
2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnhya, pada bagian ini
akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan
nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Keempat masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
2.1 Masalah Pemerataan Pendidikan
a. Pengertian Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan
berasal dari kata dasar rata yang berarti : 1) Meliputi seluruh bagian, 2) Tersebar
kesegala pejuru, dan 3) Sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan
kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbuatan melakukan pemerataa. Jadi
3
dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan
perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga
seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaaan program
pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh
warga Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan
pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan belajar merupakan salah satu
sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar
setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis
kelamin status sosial, agama, maupun letak lokasi geografis.
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN
1999-2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama
menyebutkan :”Mengupayakan perluasan dan pemerataan memperoleh pendidikan
yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia
Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara
berarti. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah
untuk pemerataan kesempatan mengikuti pendidkan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa pemerataan pendidikan merupakan
tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi,
maka pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang
menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling
rumit untuk ditanggulangi.
Permasalahan pemerataan dapat terjadi karena kurang terorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan
hinggadaerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi
antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan
juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk
melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika control pendidikan yang
dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daerah-daerah terpencil.
Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia
sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang
diharapkan.

4
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan
menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang
wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasarana pendidikan yang
dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak
ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.
b. Tujuan Pemerataan Pendidikan
Tujuan pemerataan pendidikan adalah menyiapkan masyarakat untuk
dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan bangsa, oleh karena
itu setelah pelaksanaan pemerataan pendidikan terpenuhi maka yang harus
dilakukan selanjutnya adalah meningkatkan mutu pendidikan. Sebagaimana
dijelaskan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
(sisdiknas) bab 3 mengenai penyelenggaraan pendidikan pasal 4 yang berbunyi
sebagai berikut:
a) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b) Pendidikan diselenggarakan sebagai stu kesatuan yang sistematik dengan
sistem terbuka multibermakna.
c) Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung seumur hidup.
d) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, serta mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
e) Proses pendidikan dikembangkan dengan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi setiap masyarakat.
f) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan di
Indonesia dilaksanakan berdasarkan kebutuhan warga masyarakat dalam
pemberdayaan terhadap warga negara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
demokratis dan keadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
5
Pendidikan di dasarkan atas pertimbangan faktor kuantitatif. Karena pada
seluruh warga negara perlu diberikan bekal dasar yang sama sedangkan
pendidikan menengah dan terutama pada jenjang perguruan tinggi. Kebijakan
pemerataangn di dasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevsi, yaitu minat
dan kemampuan anak, keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan
masyarakat, kebudayaan dan ilmu teknologi. Khusus melalui jalur pendidikan di
luar sekolah usaha pemerintahan pendidikan mengalami perkembangan yang
pesat. Ada dua faktor yang menunjang yaitu perkembangan IPTEK yang
menawarkan berbagai macam alternative perkemembangan IPTEK, menawarkan
beraneka ragam alternative model pendidikan yang dapat memperluas pelayanan
kesempatan belajar.
Banyak macam pemecahan yang telah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang ditempuh melalui cara-
cara konvensional dan cara inovatif:
Cara konvensional antara lain:
a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan tau ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantia pagi dan
sore).
Sehubungan dengan hal itu, yang perlu digalakkan utamanhya untuk
pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/
keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain :
a. Sistem Pamong ( Pendidikan Oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru) atau
Inpact Sistem ( Instructional Management by Parent, Community and
Teacher). Sistem ini dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa
Provinsi).
b. SD kecil pada daerah terpencil.
c. Sistem Guru Kunjung
d. SMP Terbuka (ISOSA-In School Out Off Scholl Approach).
e. Kejar paket A dan B.
f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka.
2.2 Masalah Mutu Pendidikan
a. Pengetian Mutu Pendidikan
6
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan
yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga
professional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan
relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung.
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap
jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. peningkatan mutu ini
diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana
dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan.
Kurangnya dana, jumlah guru, dan fasilitas pendidikan dapat mempengaruhi
merosotnya mutu pendidikan. Oleh sebab itu dalam mengatasi masalah ini
pemerintah telah berusaha dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan
kemampuan guru melalui training-training dengan menambah fasilitas, dengan
menambah dana pendidikan, mencari sistem pengajaran yang tepat, serta sistem
evaluasi yang sebaik mungkin dengan tujuan dapat meningkatkan mutu
pendidikan secara bertahap.
b. Tujuan Mutu Pendidikan
Untuk memberikan jaminan kualitas pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Oleh karena itu mutlak dilakukan atau dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan. Mutu pendidikan erat kaitannya dengan lembaga pendidikan,
yaitu sekolah yang merupakan lembaga pendidikan secara khusus yang
mengembangkan SDM.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-
hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai
berikut:
a. Menyeleksi lebih rasional terhadap masukan mentah untuk SLTA dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
c. Penyempurnaan kurikulum.
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk
belajar.
e. Penyempurnaan sarana belajar.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan seperti berikut:

7
1) Laporan-laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga
pendidikan.
2) Supervise dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas.
3) Sistem pendidikan nasional atau negara seperti EBTANAS, Sipenmaru
atau UMPTN.
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status
suatu lembaga.
2.3 Masalah Efektivitas dan Efisiensi
a. Pengetian Efektivitas dan Efisiensi
Sesuatu dengan pokok permasalahan pendidikan yang selain sasaran
pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah
lain yang dianggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu efektivitas dan
efisiensi pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi
internal pendidikan. Maksud dari efeisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang
pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan
akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumber
daya yang ada seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Pelaksanaan proses
pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti
waktu, tenaga, dan biaya tepat sasaran dengan lulusan dan produktifitas
pendidikan yang optimal. Pada saat sekarang ini, pelaksanaan pendidikan di
Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumber daya yang ada
tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di
Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh.
Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin untuk mendapat pekerjaan
sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil
yang dicapai sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak
terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM,
sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari
tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan
peserta didik yang memiliki kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan
pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang
8
berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan.
Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.

b. Tujuan efektivitas dan efisiensi


Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan di Indonesia erat kaitannya
dengan professional dalam management nasional pendidikan yang diterapkan
anatara lain, disiplin keahlian,etos kerja, dan cost effectiveness. Berdasarkan
uraian di atas dapat dipahami bahwa efisinesi pendidikan merupakan salah satu
faktor pendukung dalam membentuk lembaga pendidikan yang efektif serta sesuai
dengan yang diharapkan. Oleh karena itu proses pendidikan harus diusahakan agar
memperoleh hasil yang maksimal dengan waktu yang terbatas.
Pemecahan Masalah Efektivitas dan Efesiensi Pendidikan
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan
pendidikan kualitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan
tidak mungkin akan menghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap
untuk menghadapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana
pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien.
Kelebihan dana dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak criminal korupsi
dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir
dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha
penghematan waktu dan tenaga. Pendidikan diusahakan agar dapat memperoleh
hasil yang baik dengan adanya biaya dan waktu yang sedikit. Ini artinya harus
dicari sistem mendidik dan mengajar yang efisien dan efektif, yang sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar pendidikan.
2.4 Permasalahan Relevansi
a. Pengertian Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan merupakan kesesuaian antara pendidikan dengan
perkembangan di masyarakat. Seperti lembaga pendidikan tidak dapat mencetak
lulusan yang siap pakai, tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan)
pendidikan dengan tuntutan perkembangan ekonomi. Masalah relevansi ini pada
prinsipnya cukup mendasar. Dalam kondisi sekarang ini sangat dibutuhkan output
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat terutama dalam hubungannya
dengan persiapan kerja. Hal tersebut lebih jelas dengan digulirkannya konsep Link
9
and Match yang salah satu tujuannya adalah juntuk mengatasi persoalan relevansi
tersebut.

b. Tujuan Relevansi
Upaya peningkatan relevansi dalam sistem pendidikan bertujuan agar
hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dalam artian proses
pendidikan dapat memberikan dampak pemenuhan kebutuhan peserta didik, baik
kebutuhan kerja, kehidupan di masyarakat, dan melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Pemecahan Masalah Relevansi Pendidikan
Cara meningkatkan relevansi (keserasian) pendidikan dengan pembangunan yaitu
dapat ditempuh dengan:
1) Menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang fungsional untuk
kehidupan masyarakat kelak.
2) Menentukan kemampuan untuk memahami dan memecahkan permasalahan
yang actual dalam masyarakat.
3) Menunjukkan jalan untuk mengembangkan keterampilan hidup di masyarakat.
2.5 Keterkaitan Permasalahan Pendidikan
Pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan di lapangan ada keterkaitan
diantara masalah-masalah pokok pendidikan. Bahkan mungkin muncul
kepermukaan dengan bobot yang tidak sama. Pada dasarnya pembangunan di
bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan
pendidikan yang bermutu sekaligus. Ada dua faktor yang dapat dikemukakan
sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan pada
saat demikian, yaitu :
Pertama, gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan
kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan
pengarahan dana dan daya.
Kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian
mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu
banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang
belum mantap, dan sarana yang tidak memadai.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat diabaikan karena
upaya tersebut, terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai membangun
10
mempunyai tujuan ganda yaitu, disamping tujuan politis juga tujuan pembangunan
yaitu memberikan bekal dasar kepada warga negara agar dapat menerima informasi
dan memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri sehingga dapat
berpartisipasi dalam pembangunan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan sebelumnya
merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung
di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan
masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan, sehingga
juga harus diperhatikan di dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah
makro ini berupa antara lain masalah perkembangan internasional, masalah
demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah
perkembangan sosial. Uraian selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah
makro yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan, yaitu:
3.1 Perkembangan IPTEK dan seni
a. Perkembangan IPTEK
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi
secara sistem dan terorganisir mengenai alam semesta, dan teknologi adalah
penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk menambah
kebutuhan hidup masyarakat. Sebagai contoh, betapa eratnya hubungan antara
pendidikan dengan IPTEK itu adalah suatu teknologi baru yang digunakan
dalam suatu proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantara
perubahan persyaratan kerja dan mungkin juga penguraian jumlah tenaga kerja
atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan baru, sistem pelayanan baru, sampai
berkembangnya gaya hidup baru. Kondisi tersebut minimal dapat
mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya bahkan mungkin
rumusan baru tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana penunjangan seperti
sarana laboratorium dan ketenangan. Semua hal tersebut tentu membawa
masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya.
Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung
IPTEK terhadap sistem pendidikan. Di samping pengaruh tidak langsung, juga
banyak pengaruh yang langsung terhadap sistem pendidikan dalam bentuk
11
berbagai macam inovasi atau pembaruan dengan aksentuasi tujuan yang
bermacam-macam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan guru
dan gedung sekolah seperti sistem pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru
relative cepat seperti dengan program diploma, pengadaan guru dan
perlindungan terhadap profesi guru seperti program akta mengajar. Selain itu
diadakan juga program menghemat waktu belajar (RIT: Reduce Instructional
Time), memperluas jangkauan peserta didik dengan biaya relative murah seperti
sistem belajar jarak jauh (BIJ), efektifitas proses belajar dan kualitas hasil
seperti CBSA dengan pemanfaatan tenaga non-guru antara lain konselor, teknis
sumber belajar, dan lain-lain. Hampir setiap inovasi mengundang masalah.
Pertama, karena belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil.
Kita sudah banyak mendapatkan pengalaman dalam hal ini. Kedua, orang
merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Umumnya lebih suka
mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin dan ragu menerima hal
abru yang belum dikenal. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara
memperkenalkan suatu inovasi agar orang menerimanya. Setiap inovasi
mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan
prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya). Kepada
masyarakat sasaran perlu diperkenalkan aspek konsepsionalnya sehingga
memahami tujuan dan manfaatnya serta motif yang mendasarinya.
Lazimnya suatu inovasi baru disebarluaskan setelah lebih dahulu diuji
cobakan dalam ruang lingkup terbatas. Masalah pertama muncul pada tahap uji
coba, kaena biasanya memerlukan biaya (contoh PPSP:Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan pada 8 IKIP sekitar tahun 80-an). Selanjutnya masalah muncul
pada tahap penyebarluasan pelaksanaan hasil uji coba (diseminasi). Pada tahap
ini masalah mencakup banyak hal. Seperti dana, penyediaan prasarana dan
sarana, ketenagaan, kurikulum beserta perangkat penunjangnya, dan seterusnya
yang merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah. Bahkan jika
seandainya suatu inovasi berhasil, mungkin saja menimbulkan masalah baru
misalnya kurang cermatnya rancangan yang dibuat. Contoh program diploma
yang berhasil dan dapat memproduksi tenaga baru yang diharapkan, tetapi
berakibat alumni SI tidak terangkat karena ketiadaan jatah.
b. Perkembangan Seni

12
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual
ataupun kelompok kesenian yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian
menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian manusia dapat
menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan)
dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Dilihat dari segi tujuan
pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunya
andil yang besar karena dapat mengisi penegmbangan dominan afektif
khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di samping
kognitif yang sudah digarap melalui program/bidang studi yang lain. Dilihat dari
segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah
mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan
masyarakat.
Dengan memperhatikan alasan-alasan di atas maka, sudah jelas bahwa
dunia seni dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan
terprogram. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut
tersedianya sarana pendidikan. Disinilah timbulnya masalah pendidikan
kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah-sekolah saat
ini menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program
studi yang lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnhya mengapa kesenian
tidak termasuk ebtanas, di samping juga sulit menyediakan tenaga pendidiknya.
Lagi pula sarana penunjang umumnya tidak tersedia secara memadai karena
mahal.
3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
a. Pertambahan penduduk
Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) gambaran
pertambahan penduduk adalah sebagai berikut :
Dari sekarang hingga abad XXI, terus-menerus bahan pendudukan akan terjadi
pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil. Sebabnya karena
tingkat kematian menurun lebih cepat yaitu 4,5% dari turunnya tingkat kelahiran,
yaitu sebesar 3,5%. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur
penduduk. Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia
rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur
kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar menurun, sedangkan
proporsi penduduk sekolah usia lanjutan, angkatan kerja, dan penduduk usia tua
13
meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi
pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan
cenderung lebih meningkat disbanding dengan permintaan akan fasilitas sekolah
dasar. Sebagai akibat lanjuta, permintaan untuk lanjut ke perguruan tinggi juga
meningkat, khusu untuk penduduk usia tua hyang jumlahnya meningkat perlu
disediakan pendidikan nonformal.
b. Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pokok tanah air tidak merata. Ada
daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang
penduduknya jarang yaitu di daerah pedalaman khususnya di daerah terpencil
yang berlokasi di pegunungan dan di pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti
digambarkan itu menimbulkan kesultan dalam penyediaan sarana pendidikan.
Sebagai contoh adalah dibangunnya SD kecil untuk melayani kebutuhan akan
pendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di samping SD regular. Belum lagi
kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru. Di samping sebaran
penduduk seperti digambarkan itu dengan pola yang statis (di kota padat, di desa
jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa
ke kota (urbanisasi) yang terus meneus terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola
yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan perencanaan penyediaan sarana
pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran kerja yang seharusnya
menjadi acuan dalam pengadaan tenaga kerja.
3.3 Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal
meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi
terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap
pendidikan. Orang mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan
sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi jaminan
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap
memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial.
Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua
mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh
pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Dorongan yangt kuat ini
juga terdapat pada anak-anak sendiri. Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa
susah jika mendapat rintangan dalam bersekolah dan melanjutkan studi. Mungkin ini
14
dapat dipandang sebagai indicator tentang betapa besarnya aspirasi orang tua dan
anak terhadap pendidikan itu. Apa akibat yang timbul dari perubahan sosial tersebut?
Gejala yang timbul ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar
menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping pendidikan formal mulai bermunculan
beraneka ragam pendidikan nonformal. Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara
lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan
menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang semestinya,
jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diadakannya kesempatan belajar bergilir
pagi dan sore dengan pengurangan jam belajar, kekurangan sarana belajar,
kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak langsung dari kondisi
sebagaimana digambarkan itu ialah terjadinya penurunan kadar efektifitas. Dengan
kata lain, massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan masalah mutu
pendidikan. Massalisasi pendidikn ibarat perusahaan konveksi pakaian yang hanya
melayani tiga macam ukuran (Large, medium, small). Kebutuhan individual yang
khusus tidak terlayani. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap
pendidikan harus diredam, justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan
ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat di daerah
terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak pada kemajuan.
3.4 Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh
sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat
lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaan pasti
dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah
kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu
penilaian dari masyarakat luar ini dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar itu
bukan harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan
tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu
dikatakan terbelakang. Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis,
apalagi mandeg, tidak mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya bagian unsur-
unsurnya berubah. Berubahnya unsur-unsur kebudayaan tersebut tidak selalu
bersamaan satu dengan yang lain. Ada unsur yang lebih cepat dan ada yang lambat
laun berubah, namun yang jelas terjadinya perubahan tidak pernah terhenti sepanjang
masa, bahkan meskipun perubahan yang baru itu ke arah negative apalagi pada abad
ke-20 ini, dimana perkembangan IPTEK demikian pesat dan merambah ke seluruh
15
bidang kehidupan. Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru di
bidang telekomunikasi/televisi dan transportasi yang menimbulkan revolusi informasi
yang menembus batas-batas antarnegara dan membuat bumi menjadi terasa kecil yang
dikenal dengan era globalisasi, maka mudah terjadi pertukaran kebudayaan
antarbangsa. Jika terjadi pertautan antara unsur kebudayaan baru dari luar dengan
unsur kebudayaan lama yang hambat berubah maka terjadilah apa yang disebut
kesenjangan kebudayaan (cultural lag). Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya
penemuan baru dari luar maupun dari dalam lingkungan masyarakat sendiri.
Kebudayaan baru itu baik bersifat material seperti peralatan-peralatan pertanian,
rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat non material seperti
paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung, penghargaam
terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena:
- Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (terpencil).
- Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsur budaya baru karena tidak
dipahami atau karena dikhawatikan akan merusak sendi masyarakat.
- Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan
tersebut.
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya
umumnya dialami oleh :
- Masyarakat daerah terpencil.
- Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.
- Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah adalah bahwa kelompok masyarakat yang
terbelakang kebudayaannya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab
mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi inti permasalahannya ialah
menyadarkan mereka akan ketinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana
kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka. Bukankah
pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hal Ini adalah
kebudayaan nasional). Sebab sistem pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu
pada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional selalu berkembang dengan
bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika sistem
pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti
melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan,

16
3.5 Meningkatnya Animo Masyarakat Untuk Memperoleh Pendidikan yang Lebih
Baik
Munculnya gerakan inovasi pendidikan yang erat kaitannya dengan adanya
berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa
ini, yang salah satu penyebabnya adalah kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK yang
terjadi senantiasa mempengaruhi aspirasi masyarakat. Pada umumnya mereka
mendambakan pendidikan yang lebih baik, padalah bisatu sis kesempatan untuk itu
sangat terbatas sehingga terjadilah kompetisi atau persaingan yang sangat ketat.
Berkenaan dengan ini pula, sekarang beermunculan sekolah-sekolah favorit, plus,
bahkan unggulan.
3.6 Menurunnya Kualitas pendidikan
Kualitas pendidikan yang dirasakan dewasa ini semakin menurun,
ditambah belum mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, menuntut adanya
sejumlah perubahan. Bila tidak demikian, jelas akan berakibat fatal dan terus
ketinggalan.
3.7 Kurang Adanya Relevansi antara Pendidikan dan Kebutuhan Masyarakat yang
Sedang Membangun
Dalam era modern sekarang masyarakat menuntut adanya lembaga
pendidikan yang benar-benar mampu untuk diharapkan, terutama yang siap pakai
dengan dibekali skill yang diperlukan dalam pembangunan. Umumnya, kurang
sesuainya materi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat telah diatasdi dengan
menyusun kurikulum baru. Oleh karena itu perkembangannya di Indonesia kita
ketahui telah mengalami beberapa kali penggantian kurikulum. Hal ini dilaksanakan
dalam upaya mengatasi asalah relevansi. Dengan kurikulum baru inilah peserta didik
dibina kepribadiannya melalui pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai
dengan tuntutan masa kinu dan masa yang akan datang. Aspek keterampilan
merupakan unsur kurikulum baru yang selalu mendapatkan perhatian khusus dan
prioritas utama.’

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Misi pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan,
karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Itulah sebabnya, karena pembangunan
sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah yang dihadapi
dunia pendidikan sangat luas dan kompleks. Pertama, karena sifat sasarannya yaitu
manusia, merupakan makhluk misteri yang banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan
harus mengantisipasi hari depan itu penting karena menjadi acuan dari segenap perubahan
yang terjadi saat ini. Oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan,
maka diperlukan rumusan tentang masalah-masalah pendidikan yang besifat pokok yang
dapat dijadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah pokok pendidikan, kaitan
masalah-masalah pokok tersebut satu sama lain, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya dan lain-lain. Diharapkan para pendidik memahami lebih baik masalah
pendidikan yang dihadapi di lapangan, merumuskannya, serta mencari alternative
pemecahannya.
B. Saran
Sebagai mahasiawa khusunya calon pendidik, kita harus menyadari dan
memahami berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi di lapangan sehingga
dapat merumuskannya serta mencari alternative pemecahannya. Jadilah mahasiswa
sekaligus calon pendidik yang peka terhadap berbagai permasalahan pendidikan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nurhuda Hengki, (2020). Masalah-Masalah Pendidikan Nasional;Faktor-Faktor dan Solusi


Yang Ditawarkan. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar. 4 (2), 2-139.

Mardijah. Makalah Permasalahan Pnedidikan. Academia.edu. 10 Mei 2013. Diakses 13


November 2022. https://www.academia.edu/8140588/Makalah_pendidikan.

19

Anda mungkin juga menyukai