Anda di halaman 1dari 11

TARI KIPAS PAKARENA ( SULAWESI SELATAN)

OLEH KELOMPOK 3:

1. Meli Agreini (220802501042)


2. Andi Risma Rusli (220802501043)
3. Yhesa (220802501041)
4. Muh. Nur Ighram (220802501045)
5. Syahrul (220802501044)
6. Rud Siante (220802501046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK

JURUSAN SENI PERTUNJUKAN

FAKULTAS SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan nikmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Makalah pada Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila yang diampu oleh ……..

Makalah yang berjudul “Pancasila Dalam LintasanSejarah” dibuat berdasarkan


hasil penyusunan data-data yang diperoleh melalui berbagai referensi seperti
buku, jurnal, website, serta literature lainnya yang berkaitan dengan Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila. Selaku penulis makalah, saya mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan bekerja sama dalam
penyelesaian makalah ini, sehingga pembaca dapat membaca makalah ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat


memberikan manfaat kepada penulis dan seluruh pembaca. Penulis minta maaf
apabila ada kesalahan dalam makalah ini dan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki makalah menjadi lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan sekaligus menjadi ciri
dari kepribadian Indonesia itu sendiri. Kelima sila dalam Pancasila memiliki nilai
dan makna yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kelima sila tersebut mengandung nilai esensial, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan yang dalam realitasnya secara objektif telah
dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala. Proses pembentukan
Pancasila sendiri sudah melalui proses yang sangat panjang dimana sejak zaman
kerajaan nilai-nilai Pancasila sudah mulai diterapkan oleh masyarakat namun
belum memahami nilai-nilai itu sendiri. Dengan proses yang panjang akhirnya
Pancasila dibentuk dalam proses perumusannya banyak dipengaruhi oleh interaksi
dengan sistem berpikir dan nilai-nilai budaya lainnya. Proses yang sangat panjang
dalam terbentuknya Pancasila ini harus dipahami oleh masyarakat sekarang agar
dapat mengetahui esensi dari Pancasila itu sendiri. Dengan begitu, masyarakat
dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, penulis akan menjelaskan proses lahirnya Pancasila sampai yang
terjadi saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui definisi dari Pancasila.
2. Mengetahui fungsi dan nilai Pancasila dalam lintasan waktu.
3. Mengetahui rumusan Pancasila pada awal perumusan, dalamPiagam Jakarta,
dan dalam pembukaan UUD 1945.
4. Mengetahui proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
pembaca bagaimana Pancasila terbentuk dan dimana posisi Pancasila dalam
lintasa waktu bangsa ini. Dalam hal ini, kita akan mengetahui posisi dan
sejarahnya mulai dari awal munculnya Pancasila hingga saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar
Identitas suatu masyarakat dan bangsa dapat terbentuk melalui proses panjang dan
rumit yang diturunkan oleh generasi yang telah tinggal di wilayah tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa dasar negara yang kita miliki saat ini tidak terlepas dari
pengaruh budaya dalam kehidupan masyarakat dimana kebudayaan tersebut
bersumber dari akal pikiran manusia sendiri. Pada zaman prasejarah penduduk
wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Hal ini
dapat terlihat dengan peninggalan-peninggalan yang tersisa dari zaman prasasti
seperti candi, upacara adat dan keagamaan, dan lain-lain. Selain itu, kebudayaan
masyarakat zaman prasejarah yang tinggi juga melahirkan sifat-sifat gotong-
royong, bermusyawarah, dan kekeluargaan dimana sifat-sifat tersebut tercantum
dalam Pancasila. Sifat-sifat inilah yang mempersatukan bangsa Indonesia yang
meskipun tersebar luas pada ribuan pulau namun tetap bersatu di bawah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa nilai-nilai
Pancasila sudah dimiliki oleh masyarakat Indonesia zaman dahulu. Nilai-nilai
pada masyarakat itulah yang diangkat oleh para pendiri negara untuk dijadikan
sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Pancasila sendiri disahkan melalui proses
yang panjang dan rumit hingga akhirnya sudah melekat pada kehidupan
masyarakat saat ini. Pada masa kini, masyarakat diharapkan dapat mengetahui
nilai-nilai dari Pancasila tersebut serta dapat mengamalkannya karena dengan
begitu bangsa Indonesia tidak akan kehilangan jati dirinya.
2.2 Pengertian Pancasila
1. Menurut Etimologi Kata
Secara etimologi kata “Pancasila” berasal dari Bahsa Sansekerta dari India yaitu
pancal berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”. Jadi, secara harfiah Pancasila
diartikan sebagai “lima dasar”.
2. Menurut Sejarah
Pancasila sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dimana
sila-sila yang terdapat dalam Pamcasila tersebut sudah dipraktikkan oleh
masyarakat maupun kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum dirumuskan secara
konkrit. Menurut kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti
“berbatu sendi yang lima” atau “pelaksanaan kesusilaan yang lima”.
3. Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli
Beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa Indonesia
adalah sebagai berikut:
A. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti “lima” dan Sila yang berarti
“sendi, atas dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik”.
Dengan demikian Pancasika merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
B. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia
sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai
pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
C. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh Kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi yakni falsasah
bangsa Indonesia.
2.3 Zaman Kerajaan
Dalam masa ini, masyarakat sudah menerapkan nilai-nilai yang sangat mirip
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai tersebut antara
lain:
1. Nilai Religius
Adanya sistem penguburan mayat diketahui dari ditemukannya kuburan serta
kerangka di dalamnya. Selain itu juga ditemukan alat-alat yang digunakan untuk
aktivitas religius seperti upacara mendatangkan hujan, dan lain sebagainya.
Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan menhir
(kubur batu) di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh
leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan sebagai batas antara dunia manusia
dan roh leluhur.
2. Nilai Perikemanusiaan
Tampak dalam perilaku kehidupan saat itu misalnya penghargaan terhadap
hakikat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap
manusia meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat
baik terhadap sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud
kesadaran akan nilai kemanusiaan. Mereka juga sudah mengenal sistem barter
antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran kapak. Selain itu
mereka juga menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Hal ini
menandakan bahwa mereka sudah bisa menjalin hubungan sosial.
3. Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia,
sehingga muncul kesamaan dalam kosakata dan kebudayaan. Hal ini sesuai
dengan teori perbandingan bahasa menurut H. Kem dan benda-benda
kebudayaan Pra Sejarah Von Heine Gildem. Kecakapan berlayar karena
menguasai pengetahuan tentang laut, musim, perahu, dan astronomi
menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan Indonesia. Oleh
karena itu tidak mengheranan jika lautan juga merupakan tempat tinggal selain
daratan. Itulah sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah Air.
4. Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah
memiliki aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan
tumbuh kembangnya adat sosial. Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-
desa, klan, marga atau suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang
dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus Interpares (yang pertama
diantara yang sama).
5. Nilai Keadilan Sosial
Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti
masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering
menuju pola hidup foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
upaya ke arah perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.
A. Zaman Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia dan se-Asia Tenggara
dimana kerajaan ini bercorak Hindu. Pendiri kerajaan ini serta yang menjadi
raja pertama kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Kemudian jabatan ini
dipegang oleh anaknya Asmawarman, lalu dipegang oleh anak dari
Asmawarman yaitu Mulawarman. Kerajaan ini mengalami puncak kejayaannya
di bawah pemerintahan Mulawarman. Mulawarman kemudian memberikan
20.000 lembu kepada para Brahmana sebagai ucapan syukur dan para
Brahmana membuatkan tujuh buah Yupa sebagai tanda terima kasih. Hal
tersebut menunjukksn nilai sosial politik dan Ketuhanan telah ada pada
kerajaan Kutai. Dimana bentuk kerajaan dengan agama dijadikan sebagai
pengikat kewibawaan raja.
Nilai Pancasila :
1) Nilai Ketuhanan : memeluk agama Hindu.
2) Nilai Kerakyatan : rakyat Kuitai hidup sejahtera dan makmur.
3) Nilai Persatuan : wilayah kekuasaannya meliputi seluruh kawasan
Kalimantan Timur.
B. Zaman Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia
dimana kerajaan ini memiliki armada laut yang sangat kuat serta letak yang
strategis pada jalur perdagangan. Kerajaan ini memiliki cita-cita yang sama
dengan cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara dimana hal tersebut
tercermin dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Sidhhayatra Subhika”
(suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). Kerajaan Sriwijaya memiliki
nilai-nilai yang sama dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila antara lain adalah:
1) Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang
hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya tedapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2) Nilai silai kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India
(Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India
menunjukkan telat tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif.
3) Nilai sila ketiga, sebagai negate Maritim. Kerajaan Sriwijaya telah
menerapkan konsep Negara Kepulauan sesuai dengan konsep wawasan
nusantara.
4) Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas
meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.
5) Nilai sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
C. Zaman Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang sangat terkenal di penjuru
nusantara pada saat itu, dimana wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh
nusantara bahkan menambah hingga ke daerah luar nusantara dimana sebagai
refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangun Candi Borobudur dan Candi
Prambanan. Agama yang dianut pada zaman kerajaan Majapahit adalah agama
Hindu dan Budha yang saling berdampingan secara damai. Pada masa ini mulai
dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai Pancasila pada kerajaan Majaphit yaitu
sebagai berikut:
1) Nilai sila pertama, tebukti pada waktu agama Hindu dan Bunda hidup
berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku Negara
Kertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku
Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional yang berbunyi “Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang artinya walaupun berbeda-
beda namun tetap satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan
berbeda.
2) Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Di samping itu juga
menjalin persahabatan dengan negara-negara tetangga.
3) Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan, khususnya dalam
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam siding
Ratu dan menteri-menteri pada tahun 1331.
4) Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukkan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
Prasasti Kerajaan Brambang (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan seperti Rakryan I Hino, I
Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja.
Kerukunan dan gotong-royong dalam kehidupan masyarakat telah
menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan
masalah bersama.
5) Nilai sila kelima, terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad
yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
2.3 Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan,

Anda mungkin juga menyukai