Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH 

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH


PERJUANGAN BANGSA
DOSEN PENGAMPU : SULAIMAN KURDI, S.Ag, M.M

DISUSUN OLEH :

1. MOH. DAVA AL ARIEF (50120032)


2. RISKA INTAN WIDIASTUTI (50120046)
3. RULLY JOHAN (50120049)

UNIVERSITAS SELAMAT SRI KENDAL


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila dalam
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia” dengan baik. Makalah ini kami susun guna
melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu makalah ini tidak hanya
sekedar wacana, namun dapat menjadDalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan
yang kami temui.

Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Sulaiman Kurdi, S.Ag, M.M. selaku dosen pembina mata kuliah
ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 7 Oktober 2020

Penulis
Daftar Isi

I Pendahuluan
I.I Latar Belakang
I.II Rumusan Masalah
I.III Tujuan Pembahasan
II. Pembahasan
I. Nilai-nilai Pancasila dalam Masa Kejayaan Nasional
1.1 Kerajaan Kutai
1.2 Kerajaan Sriwijaya
1.3 Kerajaan Majapahit
III.  Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan

2.1 Kebangkitan Nasional


2.2 Periode Pengusulan Pancasila

IV. Pancasila pada Masa Orde Lama Orde Baru dan Reformasi

3.1. Pancasila pada Masa Orde Lama

3.2 Pancasila pada Masa Orde Baru

3.3 Pancasila pada Masa Reformasi

V. Penutup

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

VI. Referensi
BAB I

Pendahuluan

            Perjuangan Negara Indonesia untuk mewujudkan Negara modern diwarnai dengan
penjajahan bangsa asing, serta akar budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Kemudian dalam mendirikan negara, bangsa Indonesia menggali nilai-nilai yang dimilki oleh
bangsa itu sendiri sabagai unsur materi pancasila. Nilai-nilai tersebut dikembangkan menjadi
filsafat negara.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia sebelum disahkannya kemerdekaan,


masih berupa nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai nilai religius. Berdasarkan kenyataan
tersebut maka untuk memahami pancasila secara lengkap diperlukan pemahaman sejarah.
Nilai nilai yang terkandung dalam pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan serta Keadilan.

Dasar-dasar Pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang


kemerdekaan bangsa. Antara lain rintisan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan
bangsa, tercapai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus
1945. Berdasarkan fakta sejarah bangsa Indonesia, maka proses perumusan dasar filsafat
negara secara kreatif diangkat dari kausa materialis yang ada pada bangsa Indonesia sendiri
yang secara eklestis disintesiskan dengan unsur-unsur dari luar yang relevan.

Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain adalah :
1. Apa saja Nilai-nilai Pancasila dalam masa kejayaan nasional?
2. Bagaimana terbentuknya identitas bangsa?
3. Bagaimana sistem politik sebelum pancasila menjadi dasar negara?
4. Bagaimana nilai-nilai Pancasila setelah kemerdekaan?

Tujuan
    Adapun tujuan dari makalah ini antara lain adalah:
1. Mengetahui nilai-nilai Pancasila dalam sejarah Indonesia Kuno.
2. Mengetahui Proses terbentuknya identitas bangsa Indonesia .
3. Mengetahui latar belakang politik diterimanya Pancasila sebagai dasar Negara.
4. Mengetahui Nilai-nilai Pancasila setelah kemerdekaan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Nilai-nilai Pancasila dalam Masa Kejayaan Nasional

1.1 Kerajaan Kutai


            Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 Masehi, dengan ditemukannya
prasasti yang berupa 7 yupa  (tiang batu). Menurut prasasti tersebut Raja Mulawarman
mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para brahmana, dan para brahmana itu
membangun yupa sebagai tanda terima kasih kepada raja yang dermawan. Masyarakat Kutai
yang membuka zaman sejarah Indonesia untuk pertama kalinya menampilkan nilai sosial,
politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri serta sedekah bagi para Brahmana.
            Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan raja ini tampak
dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa dan Sumatra. Pada zaman kuno
(400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang
meliputi separuh wilayah Indonesia, yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit yang
berpusat di Jawa.

1.2 Kerajaan Sriwijaya

            Sebagai kerajaan yang besar Sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan tata
pemerintahan yang mampu menciptakan peratutaran-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang
berada di wilayah kekuasaannya. Menurut prasasti Telaga batu, raja (haji) memegang otoritas
tertingi.
            Dari perkembangan Sriwijaya yang oleh Muhammad Yamin disebut sebagai ‘Negara
Pertama’ dengan dasar kedatuan, dapat ditemukan nilai-nilai Pancasila material yang masih
saling berkaitan satu sama lain. Di antaranya nilai persatuan yang tidak terpisahkan dengan
nilai ketuhanan yang tampak pada raja sebagai pusat kekuasaan dengan kekuatan religius
berusaha mempertahankan wibawanya terhadap para datu. Demikian juga nilai-nilai
kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain dengan nilai tradisionalisme dalam
bentuk hubungan dagang yang terentang dari pedalaman sampai ke negeri-negeri seberang
lautan lewat pelabuhan kerajaan dan selat Malaka yang diamankan oleh para nomad laut yang
menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya.
            Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah
menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan
pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2. Nilai sila kedua, terjalin hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha).
Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas dan aktif.
3. Nilai sila ketiga, sebagai Negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
4. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi
(Indonesia sekarang) Siam dan Semenanjung Melayu.
5. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.

1.3 Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya
pada pemerintahan Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasan Majapahit membentang dari semananjung melayu (Malaysia)
sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara. Empu Prapanca menulis Negarakertagama
(1365), dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma, di dalam buku itu kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu “Bhineka
Tunggal Ika”. Melambangkan bangsa dan aying Indonesia atas berbagai macam suku, adat-
istiadat, golongan, kebudayaan dan agama, wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau
menyatu menjadi bangsa dan aying Indonesia.

            Bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada pada zaman
Kerajaan Majapahit adalah: pemeluk agama Hindu dan Budha yang pada waktu itu hidup
rukun dan damai, dalam tata pemerintahan Kerajaan Majapahit ada semacam penasihat raja
yang bertugas membantu raja untuk memutuskan masalah bersama, dan kesejahteraan rakyat
Majapahit sebagai perwujudan keadilan sosial.
BAB III

Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan

2.1 Kebangkitan Nasional


Di Indonesia bergolak kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebangkitan
nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan
inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
merdeka, yang memiliki kehormatan dan martabat dengan kekuatannya sendiri.
Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 inilah yang merupakan pelopor
pergerakan nasional, sehingga setelah itu munculah organisasi pergerakan lainnya.
Organisasi-organisasi pergerakan itu antara lain : Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909,
kemudian berubah bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti namanya menjadi
Sarekat Islam (SI) tahun 1911 di bawah H.O.S Cokroaminoto. Berikutnya munculah Indische
Partic (1913), yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu : Douwes Dekker,
Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki
Hajar Dewantoro). Sejak semula partai ini menunjukkan keradikalannya, sehingga tidak
dapat berumur panjang karena pemimpinnya dibuang ke luar negeri.
Dalam situasi goncang itu munculah Partai Nasional Indonesia (PNI 1927) yang
dipelopori oleh Soekarno dan tokoh lainnya. Mulailah perjuangan Indonesia dititik beratkan
pada kesatuan nasional dengan tujuan Merdeka. Perjuangan rintisan kesatuan nasional
kemudian diikuti dengan sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang isinya satu Bahasa,
satu Bangsa, dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia raya pada saat ini pertama kali
dikumandangkan sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa dan bernegara.
Kemudian PNI dibubarkan oleh para pengikutnya, dan diganti bentuknya dengan
Partai Indonesia (Partindo 1931). Kemudian golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta dan
St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan
semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

2.2.Periode Pengusulan Pancasila


            Benih Nasionalisme sudah tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia
yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia
menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan. Kemudian
disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen momen perumusan
diri bagi bangsa Indonesia. Kongres pemuda dilangsungkan selama 2 hari pada tangga 27 dan
28 Oktober 1928 di Batavia.
Adapun susunan panitia Kongres Pemuda II, seperti yang dituliskan Ahmad Syafii Maarif
melaluibuku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan (2009) adalah sebagai
berikut: Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI) Wakil Ketua: R.M. Joko Marsaid (Jong Java).
Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond) Bendahara: Amir Sjarifudin
(Jong Bataks Bond) Pembantu I: Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond) Pembantu II:
R. Katjasoengkana (Pemuda Indonesia) Pembantu III: R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon) Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud
(Pemuda Kaum Betawi) Hadir pula Wage Rudolf Supratman yang memainkan lagu Indonesia
Raya di Kongres Pemuda II dengan alunan biolanya. Lagu Indonesia Raya juga dinyanyikan
untuk pertamakalinya dalam kongres ini oleh Dolly Salim yang tidak lain adalah putri dari
Haji Agus Salim.

Isi dan Makna Sumpah Pemuda Setelah melalui prosesi panjang selama 2 hari, maka
pada 28 Oktober 1928, para peserta Kongres Pemuda II bersepakat merumuskan tiga janji
yang kemudian disebut sebagai Sumpah Pemuda. Adapun isi Sumpah Pemuda adalah sebagai
berikut: Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
air Indonesia. Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia. Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.

Perlu Anda ketahui bahwa perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam
sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah
anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh
dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang
Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di
Jakarta, pada 28 Mei 1945.

Siapa sajakah tokoh-tokoh yang berbicara dalam sidang BPUPKI tersebut? Menurut
catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa pembicara, yaitu Mr.
Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo,Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut
menyampaikan usulan tentang dasar sidang menurut pandangannya masing-masing.
Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat
persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang
berkembang di kalangan para pendiri sidang seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan
kepada generasi berikut, termasuk kita.
Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar sidang dalam BPUPKI
adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno
menyampaikan lima butir gagasan tentang gagasan pancasila sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama
Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta tidak menyukai
angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme,
(2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga
menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.
Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh
Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya
Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan
kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi
semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai hari
lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul upaya- upaya
“de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan seolah-olah Soekarno
tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan Pancasila.

Setelah pidato Soekarno, para anggota menerima usulan nama Pancasila bagi dasar
filsafat (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian dibentuk
panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo,
A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta). Kemudian, sidang pertama BPUPKI
(29 Mei — 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 — 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan
nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan
Indonesia. Pada alinea ke- empat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian
hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini.
Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan, secara tiba-tiba
terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab terjadinya perubahan peta politik
dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom
atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945,
Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi:
(1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
(PPKI)
(2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus
1945, dan
(3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.

Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di
Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi
kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan
bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang
dari Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu:
Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo,
Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas,
Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim,
T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16—17).
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan
kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin
melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus
1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas
pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum
tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang
masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula
dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin
nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan politis
penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat
rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh
Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika
mereka dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.
Rancangan pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama
Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik yang
berubah (Lihat Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi, William
Frederick dan Soeri Soeroto, 2002: hal. 308 –- 311).
Sampai detik ini, teks Proklamasi yang dikenal luas adalah sebagai berikut:

Proklamasi
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal- hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dll. Diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 2605 Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta
BAB IV
Pancasila pada Masa Orde Lama Orde Baru dan Reformasi

3.1. Pancasila pada Masa Orde Lama (1945-1966)

Pada masa orde lama, Indonesia menjalani proses peralihan dari masyarakat
terjajah menjadi masyarakat merdeka. Saat itu adalah proses pencarian penerapan bentuk
Pancasila.
Orde lama terjadi pada tiga periode berbeda yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959,
serta periode 1959-1966. Di tahun 1945-1950, Indonesia sebagai negara peralihan dari
bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka menjalani proses adaptasi penerapan ideologi
bangsa, yaitu Pancasila. Beberapa masyarakat ada yang setuju dan sebagian merasa
keberatan.

Kemudian di tahun 1950-1959, sistem demokrasi berhasil diterapkan melalui


pemilu 1955 yang dilakukan untuk memilih anggota konstituante. Akan tetapi, para anggota
yang terpilih tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Sehingga, pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan
Konstituante dan membatalkan UUDS 1950 menjadi UUD 1945.

Pada periode 1959-1966, Soekarno selaku presiden mengubah sistem pemerintahan


menjadi sistem Demokrasi Terpimpin. Selain itu, presiden memperluas peran militer dalam
unsur politik dengan menggabungkan POLRI dan TNI menjadi ABRI (Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia).
              
3.2.Pancasila pada Masa Orde Baru (1966-1988)

Orde Baru dimulai dengan naiknya Soeharto menjadi presiden menggantikan


Soekarno pada tanggal 22 Februari 1967. Awal orde baru, Presiden Soeharto harus mengatasi
kekacauan yang ada di indonesia, Soeharto melakukan beberapa upaya pemulihan, yaitu:

1.Rencana Pembangunan Lima Tahun (Replita)

2.Pemilu

3.Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila.

4.Pemerataan pembangunan.

Selama menjalankan pemerintahan, beberapa masalah juga timbul dan memicu demonstrasi
yang terjadi pada tanggal 13-14 Mei 1998, di antaranya adalah:

Maraknya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).

Hak menyatakan pendapat yang dibatasi.


Peran ganda (dwifungsi) ABRI.

Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya setelah
menjabat menjadi presiden selama tiga puluh tahun. Dengan demikian berakhir pula masa
Orde Baru.

3.3 Pancasila pada Masa Reformasi

Era reformasi dimulai dengan pergantian presiden dari Soeharto ke B.J. Habibie yang
mulanya berperan sebagai wakil presiden. Kepemimpinan tersebut dimanfaatkan untuk
mereformasi segala tatanan pemerintahan terdahulu. Langkah-langkah yang diambil oleh
Habibie yaitu:
1.Membentuk kabinet reformasi pada tanggal 22 Mei 1998.
2.Memperbaiki sistem ekonomi dengan menaikkan nilai tukar rupiah dan rekontruksi
perekonomian nasional.
3.Mereformasi bidang politik.
4.Mengeluarkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan
Pendapat di Muka Umum.
4.Menyelesaikan masalah dwi fungsi ABRI.
5.Mereformasi bidang hukum.
6.Mengadakan sidang istimewa MPR untuk membuat ketetapan-ketetapan baru.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,melainkan telah melalui
proses yang panjang. Dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan
tetap berakar pada kepribadian bangsa kita sendiri. Negara Republik Indonesia memang
tergolong muda dalam barisan Negara-negara dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari
sejarah dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Kemudian mengalami masa penjajahan sampai akhirnya bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan
bangsa untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuannya dengan sejaraj
penjajahan itu sendiri.

4.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah,
BAB VI
Referensi

Prof. DR. Kaelan, M.S. Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma 2016

DR. Iriyanto Widisuseno, M.Hum. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan 2007

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan


Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Pendidikan Pancasila, Jakarta : 2016

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/penerapan-pancasila-dari-masa-ke-masa-3887/

https://tirto.id/isi-makna-sejarah-hari-sumpah-pemuda-28-oktober-1928-eku2

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka, 2002.

Anda mungkin juga menyukai