DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila dalam
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia” dengan baik. Makalah ini kami susun guna
melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu makalah ini tidak hanya
sekedar wacana, namun dapat menjadDalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan
yang kami temui.
Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Sulaiman Kurdi, S.Ag, M.M. selaku dosen pembina mata kuliah
ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
I Pendahuluan
I.I Latar Belakang
I.II Rumusan Masalah
I.III Tujuan Pembahasan
II. Pembahasan
I. Nilai-nilai Pancasila dalam Masa Kejayaan Nasional
1.1 Kerajaan Kutai
1.2 Kerajaan Sriwijaya
1.3 Kerajaan Majapahit
III. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
IV. Pancasila pada Masa Orde Lama Orde Baru dan Reformasi
V. Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
VI. Referensi
BAB I
Pendahuluan
Perjuangan Negara Indonesia untuk mewujudkan Negara modern diwarnai dengan
penjajahan bangsa asing, serta akar budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Kemudian dalam mendirikan negara, bangsa Indonesia menggali nilai-nilai yang dimilki oleh
bangsa itu sendiri sabagai unsur materi pancasila. Nilai-nilai tersebut dikembangkan menjadi
filsafat negara.
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain adalah :
1. Apa saja Nilai-nilai Pancasila dalam masa kejayaan nasional?
2. Bagaimana terbentuknya identitas bangsa?
3. Bagaimana sistem politik sebelum pancasila menjadi dasar negara?
4. Bagaimana nilai-nilai Pancasila setelah kemerdekaan?
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain adalah:
1. Mengetahui nilai-nilai Pancasila dalam sejarah Indonesia Kuno.
2. Mengetahui Proses terbentuknya identitas bangsa Indonesia .
3. Mengetahui latar belakang politik diterimanya Pancasila sebagai dasar Negara.
4. Mengetahui Nilai-nilai Pancasila setelah kemerdekaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai kerajaan yang besar Sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan tata
pemerintahan yang mampu menciptakan peratutaran-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang
berada di wilayah kekuasaannya. Menurut prasasti Telaga batu, raja (haji) memegang otoritas
tertingi.
Dari perkembangan Sriwijaya yang oleh Muhammad Yamin disebut sebagai ‘Negara
Pertama’ dengan dasar kedatuan, dapat ditemukan nilai-nilai Pancasila material yang masih
saling berkaitan satu sama lain. Di antaranya nilai persatuan yang tidak terpisahkan dengan
nilai ketuhanan yang tampak pada raja sebagai pusat kekuasaan dengan kekuatan religius
berusaha mempertahankan wibawanya terhadap para datu. Demikian juga nilai-nilai
kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain dengan nilai tradisionalisme dalam
bentuk hubungan dagang yang terentang dari pedalaman sampai ke negeri-negeri seberang
lautan lewat pelabuhan kerajaan dan selat Malaka yang diamankan oleh para nomad laut yang
menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya.
Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah
menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan
pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2. Nilai sila kedua, terjalin hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha).
Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas dan aktif.
3. Nilai sila ketiga, sebagai Negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
4. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi
(Indonesia sekarang) Siam dan Semenanjung Melayu.
5. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya
pada pemerintahan Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasan Majapahit membentang dari semananjung melayu (Malaysia)
sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara. Empu Prapanca menulis Negarakertagama
(1365), dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma, di dalam buku itu kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu “Bhineka
Tunggal Ika”. Melambangkan bangsa dan aying Indonesia atas berbagai macam suku, adat-
istiadat, golongan, kebudayaan dan agama, wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau
menyatu menjadi bangsa dan aying Indonesia.
Bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada pada zaman
Kerajaan Majapahit adalah: pemeluk agama Hindu dan Budha yang pada waktu itu hidup
rukun dan damai, dalam tata pemerintahan Kerajaan Majapahit ada semacam penasihat raja
yang bertugas membantu raja untuk memutuskan masalah bersama, dan kesejahteraan rakyat
Majapahit sebagai perwujudan keadilan sosial.
BAB III
Isi dan Makna Sumpah Pemuda Setelah melalui prosesi panjang selama 2 hari, maka
pada 28 Oktober 1928, para peserta Kongres Pemuda II bersepakat merumuskan tiga janji
yang kemudian disebut sebagai Sumpah Pemuda. Adapun isi Sumpah Pemuda adalah sebagai
berikut: Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
air Indonesia. Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia. Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Perlu Anda ketahui bahwa perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam
sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah
anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh
dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang
Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di
Jakarta, pada 28 Mei 1945.
Siapa sajakah tokoh-tokoh yang berbicara dalam sidang BPUPKI tersebut? Menurut
catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa pembicara, yaitu Mr.
Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo,Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut
menyampaikan usulan tentang dasar sidang menurut pandangannya masing-masing.
Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat
persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang
berkembang di kalangan para pendiri sidang seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan
kepada generasi berikut, termasuk kita.
Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar sidang dalam BPUPKI
adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno
menyampaikan lima butir gagasan tentang gagasan pancasila sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama
Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta tidak menyukai
angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme,
(2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga
menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.
Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh
Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya
Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan
kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi
semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai hari
lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul upaya- upaya
“de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan seolah-olah Soekarno
tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan Pancasila.
Setelah pidato Soekarno, para anggota menerima usulan nama Pancasila bagi dasar
filsafat (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian dibentuk
panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo,
A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta). Kemudian, sidang pertama BPUPKI
(29 Mei — 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 — 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan
nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan
Indonesia. Pada alinea ke- empat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian
hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini.
Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan, secara tiba-tiba
terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab terjadinya perubahan peta politik
dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom
atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945,
Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi:
(1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
(PPKI)
(2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus
1945, dan
(3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.
Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di
Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi
kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan
bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang
dari Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu:
Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo,
Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas,
Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim,
T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16—17).
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan
kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin
melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus
1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas
pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum
tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang
masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula
dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin
nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan politis
penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat
rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.
Proklamasi
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal- hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dll. Diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 2605 Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta
BAB IV
Pancasila pada Masa Orde Lama Orde Baru dan Reformasi
Pada masa orde lama, Indonesia menjalani proses peralihan dari masyarakat
terjajah menjadi masyarakat merdeka. Saat itu adalah proses pencarian penerapan bentuk
Pancasila.
Orde lama terjadi pada tiga periode berbeda yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959,
serta periode 1959-1966. Di tahun 1945-1950, Indonesia sebagai negara peralihan dari
bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka menjalani proses adaptasi penerapan ideologi
bangsa, yaitu Pancasila. Beberapa masyarakat ada yang setuju dan sebagian merasa
keberatan.
2.Pemilu
4.Pemerataan pembangunan.
Selama menjalankan pemerintahan, beberapa masalah juga timbul dan memicu demonstrasi
yang terjadi pada tanggal 13-14 Mei 1998, di antaranya adalah:
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya setelah
menjabat menjadi presiden selama tiga puluh tahun. Dengan demikian berakhir pula masa
Orde Baru.
Era reformasi dimulai dengan pergantian presiden dari Soeharto ke B.J. Habibie yang
mulanya berperan sebagai wakil presiden. Kepemimpinan tersebut dimanfaatkan untuk
mereformasi segala tatanan pemerintahan terdahulu. Langkah-langkah yang diambil oleh
Habibie yaitu:
1.Membentuk kabinet reformasi pada tanggal 22 Mei 1998.
2.Memperbaiki sistem ekonomi dengan menaikkan nilai tukar rupiah dan rekontruksi
perekonomian nasional.
3.Mereformasi bidang politik.
4.Mengeluarkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan
Pendapat di Muka Umum.
4.Menyelesaikan masalah dwi fungsi ABRI.
5.Mereformasi bidang hukum.
6.Mengadakan sidang istimewa MPR untuk membuat ketetapan-ketetapan baru.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,melainkan telah melalui
proses yang panjang. Dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan
tetap berakar pada kepribadian bangsa kita sendiri. Negara Republik Indonesia memang
tergolong muda dalam barisan Negara-negara dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari
sejarah dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Kemudian mengalami masa penjajahan sampai akhirnya bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan
bangsa untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuannya dengan sejaraj
penjajahan itu sendiri.
4.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah,
BAB VI
Referensi
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/penerapan-pancasila-dari-masa-ke-masa-3887/
https://tirto.id/isi-makna-sejarah-hari-sumpah-pemuda-28-oktober-1928-eku2