Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH

BANGSA INDONESIA

Dosen Pengampu : Maryatun Kabatiah, S. Pd.,M. Pd.

Oleh
KELOMPOK 1:

Agnes Yulia Saragih (4223230025)


Christina N Simanjuntak (4222530008)
Felicia Eldora (4223230022)
Natalia A. Simanjuntak (4223230041)
Rut Omega Purba (4223230042)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Paper mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan tepat waktu.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Maryatun Kabatiah, S.
Pd.,M. Pd., selaku Dosen Pengampuh mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada kami sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Kami sangat berharap dengan adanya Paper ini dapat menambah
wawasan serta pengetahuan kita khususnya mengenai Pancasila Dalan Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia.
Demikianlah Makalah yang kami susun. Namun terlepas dari itu, kami sangat
memahami bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan segala kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun
demi terciptanya Paper yang lebih baik lagi untuk kedepannya. Semoga tugas
sederhana ini dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca dan semoga dapat
menambah wawasan kita semua.
Akhir kata kami ucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan penulis
dalam tugas ini dan terima kasih atas perhatiannya..

Medan, 06 Agustus 2023

Penulis
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

A. Pengertian dan Pentingnya Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung.
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag) karena
mengandung unsur-unsur alasan filosofis berdirinya suatu negara. Setiap produk hukum di
Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
(Weltanschauung) mengandung unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan
adat istiadat.
Pentingnya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia dilandasi beberapa alasan,
sebagai berikut:
a) Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan
akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari
proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila;
Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai identitas kultural
dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
b) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam
sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu
yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi
mencerminkan keadaan atau halnya sendiri.
c) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa
Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Pancasila sebagai
pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat
dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak.
d) Pancasila sebagai jiwa bangsa
Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah ada
sejak dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia.
e) Pancasila sebagai perjanjian luhur
Nilai – nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang disepakati oleh para
pendiri Indonesia. Kesepakatan para pendiri negara tentang pancasila sebagai
dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu
merupakan sesuatu yang tepat.

B. Sejarah Pancasila Prakemerdekaan


1. Nilai-Nilai Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa
a. Masa Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa
Sailendra dikenal sebagai Kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut.
Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, supaya rakyat mengalami kemudahan
dalam pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan yang bertugas mengurus pajak,
harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan dan
patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalakan sistem negaranya dengan nilai-
nilai ketuhanan.
Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam
Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya
Siddhayatra Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
Pada hakekatnya nilai-niai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai
Pancasila, yaitu sebagai berikut:
I. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang
hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Buddha.
II. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India menunjukan telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif.
III. Nilai sila ketiga, sebagai Negara Maritim, Kerajaan Sriwijaya telah
menerapkan konsep Negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan
nusantara.
IV. Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas
meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.
V. Nilai sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
b. Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum Kerajaan Majapahit berdiri telah berdiri kerajaan di Jawa Tengah
dan Jawa Timur secara silih berganti yaitu, Kerajaan Kalingga (abad ke-VII),
Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut
dibangunnya Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Agama yang dilaksanakan pada zaman Kerajaan Majapahit ini adalah
Agama Hindu dan Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada
masa ini mulai dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai Pancasila pada Kerajaan
Majapahit, yaitu sebagai berikut:
I. Nilai sila pertama, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku
Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional yang
berbunyi”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang artinya,
walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua dan tidak ada agama yang
memiliki tujuan berbeda.
II. Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga
menjalin persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
III. Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya dalam
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang
Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331.
IV. Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
Prasasti Kerajaan Brambang(1329), dalam tata Pemerintahan Kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan. Seperti, Rakryan I Hino, I
Sirikan dan I Halu yng berarti memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan
dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat
bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
V. Nilai sila kelima, terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa
abad yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

2. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah


a. Perjuangan Abad XX
Sebelum abad ke-20, perlawanan bangsa Indonesia memiliki ciri antara lain
perjuangan bersifat lokal atau kedaerahan, secara fisik dengan menggunakan senjata
tradisional, dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik seperti bangsawan atau tokoh
agama, bersifat sporadis atau musiman. Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai
dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional dibagi
dalam tiga tahap sebagai berikut:
1. Masa pembentukan (1908-1920), berdiri organisasi seperti Budi Utomo,
Sarekat Islam, Indische Partij. Organisasi Budi Utomo yang lahir pada tanggal
20 Mei 1908 menjadi tonggak permulaan pergerakan nasional di Indonesia.
2. Masa radikal atau non kooperasi (1920-1930), berdiri organisasi Partai
Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional
Indonesia (PNI).
3. Masa moderat atau kooperasi (1930-1942), pada masa ini berdiri organisasi
seperti Parindra, Partindo, dan GAPI, serta organisasi keagamaan, organisasi
pemuda, dan organisasi perempuan.
Memperjuangkan kemerdekaan bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan
keberanian yang besar dan kegigihan yang tinggi untuk dapat melakukannya. Para
pejuang kemerdekaan rela mengorbankan nyawanya bagi kemerdekaan bangsa
Indonesia. Berbicara tentang perjuangan pahlawan, tidak lepas dari zaman
pergerakan nasional dimana pada masa itu rakyat Indonesia mulai mengenal
semangat nasionalisme.

3. Kebangkitan Nasional 1908


Kebangkitan Nasional yang merupakan kebangkitan bangsa Indonesia yang mulai
memiliki rasa kesadaran nasional ditandai dengan berdirinya Boedi Utomo tanggal 20 Mei
1908 dan lahirnya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Boedi Oetomo melandaskan
dirinya dengan 3 (tiga) tujuan yang menjadi cita-cita utama kebangkitan nasional,
yakni Memerdekakan cita-cita kemanusiaan, memajukan nusa dan bangsa, mewujudkan
kehidupan bangsa yang terhormat dan bermartabat di mata. Kebangkitan Nasional
merupakan titik awal bagi Bangsa Indonesia untuk bangkit dan memiliki jiwa nasionalisme,
rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Selain itu, Kebangkitan Nasional juga merupakan
langkah awal untuk rakyat Indonesia memiliki kesadaran agar mampu memperjuangkan
Indonesia untuk merdeka. Pada 1908, mulai muncul berbagai organisasi perjuangan
kemerdekaan Indonesia.

Oleh sebab itu, masa ini dikenal sebagai masa pergerakan nasional. Rakyat Indonesia
tidak lagi melawan penjajah menggunakan cara tradisional, melainkan lewat organisasi yang
sudah jauh lebih modern.dunia.Zaman kebangkitan nasional adalah masa dimana kebangkitan
semangat dan persatuan, kesatuan dan nasionalisme untuk menuju dan memperjuangkan
kemerdekaan indonesia. Semangat nasionalisme ini lahir atas respon terhadap kolonialisme
dan imperialisme Belanda yang berlangsung selama tiga setengah abad. Pada masa inilah mulai
munculnya kelompok masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan karena
penindasan dan penjajahan yang teramat lama.Beberapa faktor penyebab timbulnya
pergerakan nasional yang bersumber dari dalam negeri (internal), antara lain digambarkan
sebagai berikut:
 Adanya tekanan dan penderitaan yang terus menerus, sehingga rakyat Indonesia harus
bangkit melawan penjajah
 Adanya rasa senasib-sepenanggungan yang hidup dalam cengkraman penjajah, sehingga
timbul semangat bersatu membentuk Negara;
 Adanya rasa kesadaran nasional dan harga diri, menyebabkan kehendak untuk memiliki
tanah air dan hak menentukan nasib sendiri.

Tekanan dan penderitaan terus menerus yang dimaksud merupakan akumulasi dari
sejumlah tindakan kaum penjajah, mulai dari Bangsa Portugis, Belanda, Inggris, Perancis, dan
Jepang. Belanda merupakan penjajah terlama menanamkan pengaruhnya di Nusantara,
sehingga berbagai bentuk penindasan yang membuat rakyat menjadi miskin, menderita, dan
tertinggal telah menjadi catatan hitam dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Perlakuan
sejenis yang dialami bersama itulah menimbulkan perasaan senasib dan akhirnya menjelma
menjadi semangat untuk membentuk sebuah negara. Kesadaran akan pentingnya kebersatuan
untuk mewujudkan impian bersama (membebaskan diri dari belenggu penjajah), pada
gilirannya membentuk kesadaran nasional.

4. Sumpah Pemuda 1928


Lahirnya Sumpah Pemuda adalah dari hasil rapat para pemuda yakni pada Kongres
Pemuda Kedua tanggal 28 Oktober 1928. Kala itu, para pemuda menyelenggarakan rapat atau
kongres pemuda yang diusulkan oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yakni
organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres Pemuda dihadiri
oleh kumpulan pemuda Indonesia dari Jong Java, Jong Sumatra (Pemuda Sumatra), Pemuda
Indonesia Sekar Rukun, Jong Islamieten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemuda Kaum
Betawi dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia. Adapun Kongres pemuda tersebut
diselenggarakan selama tiga kali dan digelar pada tiga tempat yang berbeda hingga akhirnya
melahirkan ikrar pemuda yang disebut Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda dibacakan
pada 28 Oktober 1928.
Adapun bunyi dari sumpah pemuda yaitu :
PERTAMA,
KAMI POETRA DAN POEATRI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE.
TANAH INDONESIA.
KEDOEA,
KAMI POETRA DAN POEATRI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE.
BANGSA INDONESIA.
KETIGA,
KAMI POETRA DAN POEATRI INDONESIA,
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA.

Momentum lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 inilah yang kemudian
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sejak itu pula, Hari Sumpah Pemuda diperingati
setiap tanggal 28 Oktober.
5. Perjuangan Bangsa Indonesia Zaman Penjajahan Jepang
Indonesia memiliki banyak latar belakang perjuangan dengan beberapa penjajah seperti
Belanda dan Jepang. Indonesia pernah berusaha untuk keluar dari penjajahan Belanda hingga
350 tahun lamanya, setelah beberapa saat lepas dari Belanda, Indonesia justru dihadapkan pada
masa penjajahan yang lebih kejam dari masa penjajahan Belanda yaitu masa penjajahan Jepang
yang berlangsung selama 3,5 tahun.
Masa penjajahan bagi Indonesia merupakan kenangan terburuk dalam sejarah terutama
selama masa penjajahan Jepang. Rakyat Indonesia sebenernya sudah terlalu lelah dengan
penjajahan yang datang silih berganti dari berbagai negara. Tapi kalau mau dirangkum, alasan
rakyat Indonesia melawan Jepang, bisa dilihat dari dimensi ekonomi, sosial, dan politik.Secara
ekonomi, rakyat Indonesia dirugikan karena sumber dayanya terus-terusan diisap sama Jepang.
Contoh, dengan adanya setoran yang wajib dibayar oleh rakyat Indonesia ke Jepang. Kalau
secara politik, rakyat Indonesia juga udah males dengan taktik dan propaganda politik Jepang
yang hanya bertujuan untuk kepentingan perang aja.
Terakhir, keadaan sosial zaman Jepang juga begitu kacau dengan eksploitasi melalui
adanya romusha dan jugun ianfu. dengan semua penderitaan dan cita-cita untuk merdeka ini,
rakyat Indonesia satu per satu mulai melakukan perlawanan fisik. Berikut ini beberapa
perlawanan di beberapa daerah yang sempat melakukan perlawanan ke Jepang.
 Perlawanan Rakyat Aceh terhadap jepang
Perlawanan ini terjadi di Cot Plieng, Aceh, dan dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil pada
November 1942. Kejadian ini berawal dari kesewenang-wenangan Jepang yang memaksa
untuk melakukan Seikerei dan ditolak oleh rakyat setempat karena dianggap bertentangan
dengan ajaran Islam.Perlawanan rakyat Aceh ini bisa dibilang menjadi perlawanan fisik
pertama yang dilakukan rakyat Indonesia. Ke depannya, perlawanan akan semakin meluas dan
terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
 Perlawanan Rakyat Singaparna Tasikmalaya terhadap Jepang
Pada Februari 1944, rakyat Sukamanah, Singaparna di Tasikmalaya melakukan perlawanan
terhadap Jepang dibawah pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Perlawanan rakyat Singaparna
terhadap Jepang terjadi karena menderitanya rakyat akibat kegiatan romusha oleh Jepang.
Rakyat tentu nggak mau kalau ini terus-menerus terjadi kepada mereka.
Selain itu, Jepang juga memaksakan penerapan seikerei, yaitu suatu bentuk penghormatan
dengan membungkuk 90 derajat kepada Amaterasu Omikami atau Dewa Matahari yang
merupakan Kaisar Jepang. Hal ini bertentangan dengan kepercayaan rakyat yang memeluk
agama Muslim, dimana membungkuk 90 derajat merupakan bagian dari ibadah kepada Allah,
sedangkan seikerei diarahkan kepada manusia. Namun, perlawanan ini akhirnya gagal. K.H.
Zainal Mustafa di tangkap pada Oktober 1944 dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang.
 Perlawanan Rakyat Kalimantan terhadap Jepang
Di pulau yang berbeda yaitu Kalimantan, perlawanan terhadap Jepang terjadi dan dipimpin
oleh seorang pemimpin Suku Dayak, yaitu Pang Suma. Awal mulai pertempuran terjadi karena
penindasan yang dilakukan Jepang.
 Perlawanan Rakyat Indramayu terhadap Jepang
Perlawanan di pulau Jawa, salah satunya terjadi di Indramayu, tepatnya di Lohbener dan
Sindang. Perlawanan dipimpin oleh H. Madriyas, dan dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat
karena kewajiban menyerahkan hasil panen padi dan adanya romusha.
 Perlawanan Rakyat Blitar terhadap Jepang
Kalau ngomongin soal perlawanan di Blitar, kita akan dengar nama Komandan Supriyadi yang
merupakan komandan organisasi PETA. Mengapa pasukan PETA di Blitar melakukan
perlawanan terhadap Jepang?Well, selain karena Komandan Supriyadi udah nggak bisa lagi
mentolerir perlakuan Jepang terhadap rakyat Indonesia dalam romusha, ternyata Jepang selama
ini juga memperlakukan rakyat Indonesia yang tergabung dalam PETA dan Heiho seperti
orang-orang yang direndahkan. Belum lagi adanya setoran padi yang nggak masuk akal dan
nggak adil. Tambah geram deh, Komandan Supriyadi.Well, begitu Jepang mengetahui adanya
upaya pemberontakan ini, mereka langsung mengirimkan pasukan militer untuk mengatasinya.
Alhasil, puluhan prajurit PETA ditangkap dan beberapa orang dihukum mati. Tapi, nasib
Komandan Supriyadi nggak pernah ada yang tahu. Beliau menghilang secara misterius.
 Perlawanan Rakyat Bali terhadap Jepang
Ternyata, perlawanan juga nampak dari rakyat Bali. Mengapa pemuda Bali melakukan
perlawanan terhadap Jepang juga hampir sama dengan perlawanan yang lain. Kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh Jepang ketika menduduki Bali membuat rakyat merasa terpaksa
dan terkekang. Harus bisa berbahasa Jepang, harus melakukan setoran kekayaan untuk
keperluan perang Jepang, hingga dilarang membuat organisasi pergerakan. Rakyat mulai
merasa tertekan, apalagi waktu Jepang mulai terdesak lagi oleh Sekutu.
Akhirnya gerakan anti Jepang dan anti fasis mulai muncul, namun rakyat Bali tidak
menunjukkannya secara terang-terangan. Mereka melakukan perlawanan dan pergerakan
dengan berhati-hati. Namun sayangnya, perlawanan ini pun gagal dan senjata rakyat Bali
dilucuti.Memang cukup banyak perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia terhadap
Jepang. Meskipun usahanya gagal, namun tetap ada pelajaran yang tersisa. Misalnya, rakyat
Indonesia jadi udah pernah mendapatkan pelatihan militer melalui PETA dan Heiho. Hal ini
bisa jadi pegangan untuk perjuangan Indonesia ke depannya. Jepang berangsung-angsur hilang
kekuasaannya semenjak terjadinya serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Dan pada akhirnya, proklamasi dengan segera dibacakan ketika Jepang udah kalah perang.
Berbagai perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang yang berakhir dengan kekalahan, bukan
berarti kesia-siaan. Karena lewat perlawanan-perlawanan itu, kita bisa mengambil sikap untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa menunggu komando dari negara lain. Masa
pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus
1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan pendaratan di kota tarakan
pada 10 Januari 1942.
6. Masa Pancasila Prakemerdekaan
Pancasila sebagai dasar negara negara kesatuan Republik indonesia. Ketika Dr. Radjiman
Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada sidang untuk mengemukakan dasar
(negara) Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan rangsangan anamnesis yang
memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang; hal ini mendorong mereka untuk
menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam lumpur
sejarah (Latif, 2011: 4). Begitu lamanya penjajahan di bumi pertiwi menyebabkan bangsa
Indonesia hilang arah dalam menentukan dasar negaranya.
Dengan permintaan Dr. Radjiman inilah, figur-figur negarawan bangsa Indonesia berpikir
keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya.Pada sidang pertama BPUPKI yang
dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, tampil berturut-turut untuk berpidato
menyampaikan usulannya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.Muhammad Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara
Indonesia sebagai berikut:
o Peri Kebangsaan,
o Peri Kemanusiaan,
o Peri Ketuhanan,
o Peri Kerakyatan dan
o Kesejahteraan Rakyat.
Selanjutnya Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan teori-teori Negara,
yaitu:
o Teori negara perseorangan (individualis),
o Paham negara kelas dan
o Paham negara integralistik.
Kemudian disusul oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima dasar
negara yang terdiri dari:
o Nasionalisme (kebangsaan Indonesia),
o Internasionalisme (peri kemanusiaan),
o Mufakat (demokrasi),
o Kesejahteraan sosial, dan
o Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan)

C. Sejarah Pancasila Pascakemerdekaan


1. Pancasila Era Kemerdekaan
Dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus
1945 yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI
berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Kemudian dijatuhkan di Nagasaki bom atom yang ke dua, dengan begitu membuat
Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya.
Dengan adanya Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya, Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945
terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks
proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari. Teks proklamasi
sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo di ruang makan
Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis
oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan agar yang menandatangani teks
proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Isi Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang tertuang dalam Piagam
Jakarta tanggal 22 Juni 1945.

2. Pancasila Menurut Piagam Jakarta


Rumusan Pancasila yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 merupakan
rumusan Pancasila yang ke 11, yang berbeda dengan rumusan Pancasila yang ke 1. Pada
Tanggal 30 September 1965, merupakan awal dari gerakan 30 september (G 30 S PKI).
Pemberontakan ini merupakan wujud usaha untuk merubah Pancasila menjadi Ideologi
Komunis. Terjadilah pembunuhan terhadap 7 orang jenderal yaitu Jendral ahmad Yani, Mayjen
R. Suprapto, Mayjen MT haryono, Mayjen S Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo
Siswomiharjo, Lettu Pierre Andreas Tendean. Selanjutnya pada tanggal 30 September
diperingati sebagai Hari Pemberontakkan G 30 S PKI dan setiap tanggal 1 Oktober diperingati
sebagai hari Kesaktian Pancasila.
Pada masa orde lama Pancasila masih menjadi ideologi murni, artinya Pancasila lebih
kepada menjadi pemikiran atau ranah idealism. Pemikiran mengenai Pancasila lebih ke arah
suatu ide, gagasan dan konsep. Ideologi Pancasila pada zaman orde lama masih didominasi
oleh kehebatan kharisma Bung Karno. Sehingga apa yang diucapkan oleh Bung Karno dalam
setiap pidatonya, akan menjadi sesuatu yang benar- benar dijadikan acuan kebenaran oleh
masyarakat sebagai harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar bagi ideologi bangsa.

3. Pancasila Era Orde Lama.


Masa orde lama terjadi selama 20 tahun lamanya, dimulai sejak proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945 hingga berakhir di tahun 1966 Orde lama terjadi pada tiga periode
berbeda yaitu periode 1945-1950, periode 1950- 1959, serta periode 1959-1966. Di tahun
1945-1950, Indonesia sebagai negara peralihan dari bangsa terjajah menjadi bangsa yang
merdeka menjalani proses adaptasi penerapan ideologi bangsa, yaitu Pancasila. Beberapa
masyarakat ada yang setuju dan sebagian merasa keberatan.
Kemudian di tahun 1950-1959, sistem demokrasi berhasil diterapkan melalui pemilu
1955 yang dilakukan untuk memilih anggota konstituante. Akan tetapi, para anggota yang
terpilih tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Sehingga, pada tanggal 5 Juli
1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk
membubarkankonstituante dan membatalkan UUDS 1950 menjadi UUD 1945. Pada periode
1959-1966, Soekarno selaku presiden mengubah sistem pemerintahan menjadi sistem
Demokrasi Terpimpin. Selain itu, presiden memperluas peran militer dalam unsur politik
dengan menggabungkan POLRI dan TNI menjadi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia).
Pada masa orde lama Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang
berpengaruh terhadap munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang
memenuhi "anjuran" Presiden/ Pemerintah untuk "kembali ke Undang-Undang Dasar 1945"
atas kejadian tersebut menyebabkan Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit
Presiden yang disetujui oleh kabinet pada tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di
Istana Bogor pada tanggal 4 Juli 1959 dan diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal
5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana Merdeka. Dekrit Presiden tersebut berisi:
 Pembubaran konstituante
 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku Kembali
 Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
 Pancasila Era Orde Baru

4. Pncasila Pada Masa Orde Baru


Masa Orde Baru merupakan tatanan kekuasaan yang berada di bawah kepemimpinan
Presiden Suharto. Era tersebut berlangsung selama 32 tahun, menggantikan masa Order Lama.
Pada era Orde Baru, segala bentuk kehidupan masyarakat Indonesia mengalami kemajuan,
seperti inflasi menurun dan mata uang nasional yang stabil.Awalnya masa ini untuk menata
kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Namun, pemerintahan tersebut dinilai tidak konsisten dalam melaksanakan cita-cita awal
Orde Baru Selama 32 tahun memimpin, ternyata Presiden Suharto justru mementingkan
kelompok-kelompok tertentu saja, Sebab terjadinya perubahan masyarakat pada masa Orde
Baru karena masyarakat mulai merasa kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. Retaknya
kekuasaan Orde baru Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang dipicu nilai
tukar bath terhadap dolar Amerika Hal tersebut kemudian menular hingga seluruh kawasan
Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Setelah itu, pemerintahan Orde Baru mulai retak. Hal ini disebabkan dari penerapan
sistem sentralistik dan militeristik Dimana pemerintah mengabaikan kemampuan unsur
masyarakat dan bangsa. Hal tersebut membuat perilaku yang tidak wajar di bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya di masyarakat. Sementara nubungan bertumpu pada presiden dan
menimbulkan penilaian bahwa presiden merupakan cerminan dan sistem itu sendiri.

5. Asas Tunggal Pancasila


Ide untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dalam kehidupan
berbangsa sudah muncul sejak awal 1970-an. Adalah Fraksi Karya Pembangunan (FKP-
Golkar) atas prakarsa pemerintah mengusulkan gagasan tentang pencantuman asas tunggal
Pancasila dalam organisasi politik yang dibahas dalam Sidang Umum MPR pada 1973.
Namun gagasan tersebut mendapat penolakan khususnya dari Partai Fraksi Persatuan (FP-
PPP).
Barulah pada sejak tahun 1982, pemerintah secara resmi menyampaikan
perlunyapenerapan Pancasila sebagai satu-satunya asas.Pada tanggal 30 Agustus
1982,setelah menghadap presiden menghadap Presiden Suharto, Menteri Abdul Gafur
mengatakan bahwapenerapan asas Tunggal tidak hanya diberlakukan untuk partai politik tetapi
juga berlaku bagi organisasi kemasyarakatan.Kebijakan Asas Pancasila secara resmi
diimplementasikan dalam ketetapan MPR No. II/1983tentang GBHN. Dalam bab mengenai
arah pembangunan politik dikatakan bahwa untuk melestarikan dan mengamalkan Pancasila,
maka Partai Politik dan Golongan Karya harus menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya
asas.Dengan demikian, belum ada seruan bagi organisasi kemasyarakatan untuk
mencantumkan Pancasila sebagai asas organisasi. Meski demikian, pada tanggal 20 Oktober
1983 misalnya, presiden Soeharto dalam Munas Golkar ke III menyerukan bahwa organisasi
kemasyarakatan juga harus menerapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
organisasi.
Pada tahun 1983, pemerintah mengajukan RUU partai politik dan RUU Keormasan
sebagai langkah politik untuk mengimplementasikan pemerataan ideologi Pancasila.Sejak
saat itu, ada berbagai reaksi khususnya datang dari organisasi keagamaan. Namun,meskipun
mendapat reaksi dari berbagai pihak, pada tanggal 19 Februari 1985, pemerintah dengan
persetujuan DPR mengeluarkan UU No. 3 tahun 1985 tentang keharusan partai politik
mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas.
Empat bulan kemudian, pemerintah kembali mengesahkan UU No.8 Tahun 1985
tentang Organisasi Kemasyarakatan. Hal penting dalam UU yang kemudian menjadi polemik
ialah Bab II tentang Asas dan Tujuan dari Organisasi Kemasyarakatan seperti demikian:Pasal
2(1) Organisasi Kemasyarakatan berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas;(2)Asas
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah asas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dalam penjelasantentang UU No. 8 tahun 1985 terkait Pasal 2
tersebut dikatakan bahwa makna dari kata “asas” dalam ayat tersebut dapat juga diartikan
sebagai “dasar’, “landasan”, dan pedoman pokok”. Sedangkan yang dimaksud dengan
Pancasila ialah Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Dengan demikian berdasarkan UU tersebut, semua organisasi kemasyarakatan
dituntut untuk menyelaraskan visi dan programnya sehingga sesuai dengan Pancasila.
Sebagai bentuk tindak lanjut untuk mengimplementasikan UUtersebut, pada tanggal 4
April 1986, pemerintahmengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1986 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Dalam pasal 3 ayat 2 dan 3, dikatakan bahwa setiap Ormas wajib untuk mencantumkan
“Pancasila sebagai satu-satunya asas” dengan catatan bahwa meskipun kata “asas”
dapatbermakna “dasar”, “landasan”, “pedoman pokok”, namun kalimat “satu-satunya asas”
tidak dapat digantikan oleh ketiga kata tersebutatau kata lainnya.
Dengan adanya peraturan pemerintah ini berarti semua organisasi kemasyarakatan yang
sudah ada diwajibkan untuk melaporkan selambat-lambatnya sampai tanggal 17 Juni
1987. Kebijakan Asas Tunggal Pancasila tidaklah dilakukan didalam ruang kosong. Bagi
pemerintah Orde Baru, hal itu merupakan upaya membendung ancaman balik dari
“extremism left”(Komunisme) maupun “extremism right”(Islam)yang masih merongrong.
Menurut Faisal Ismail, ada tiga factor yang mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan
pengamanan Pancasila yaitu isu kebangkitan PKI, Kebangkitan Islam di Iran, dan
gerakan separatis serta fundamentalis dalam negeri. Kekhawatiran kebangkitan politik
PKI disampaikan oleh Dr. Suhardiman wakil ketua DPA dimana terjadi pergeseran strategi
politik dari PKI yang lebih akomodatif terhadap kapitalisme dan memanfaatkan birokrasi.
Revolusi Iran dimana kelompok fundamentalisme kanan menguasai pemerintah Iran
dikhawatirkan berperngaruh di tanah air. Faktor pendorong ketiga yaitu munculnya gerakan
separatis dan fundamentalis yang berbasis agama Islam seperti Gerakan Hasan Tiro di
Aceh, Gerakan Komando Jihad Ismail Pranoto, gerakan anti-pemerintah Abdul Qadir
Djaelani, Pemberontakan Dewan Revolusi Islam di Cicendo 1981.Sementara itu, di tingkat
lokal, kebijakan tersebut didorong oleh peristiwa “Lapangan Banteng” pada 18 Maret 1982,
dimana terjadi bentrokan fisik antara massa pendukung Golkar dengan massa pendukung PPP.

6. Pancasila Era Reformasi


Gerakan reformasi terjadi atas tuntutan rakyat kepada pemerintah. Ketidakadilan terjadi
di berbagai bidang, seperti politik, hukum, dan ekonomi. Reformasi merupakan suatu
perubahan tatanan kehidupan lama dengan kehidupan baru dan secara hukum menuju ke arah
yang baik. Pola kehidupan masyarakat ikut berubah seiring berubahnya pola pemerintahan dari
Orde Baru ke masa reformasi. Perubahan ini terjadi dalam berbagai bidang antara lain dalam
kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Terdapat beberapa sebab dan akibat terjadinya
perubahan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru hingga masa Reformasi, yaitu:
 Pembangunan tidak merata. Pada masa Orde Baru, pemerintah memfokuskan
pembangunan di Pulau Jawa dan tidak memperhatikan wilayah-wilayah yang lainnya. Hal
tersebut mengakibatkan, beberapa daerah di luar Jawa tetap merasakan kemiskinan.
Padahal mereka juga turut menyumbang devisa lebih besar untuk negara, seperti
Kalimantan, Riau, dan Papua.
 Politik di dominasi Golkar. Di era Orde Baru, terjadi enam kali pemilihan umum yang
selalu dimenangkan oleh partai Golongan Karya. Hal ini karena semua elemen
pemerintahan (pegawai negeri) diharuskan untuk memilih partai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Kompasiana. 2019. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.


https://www.kompasiana.com/pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-indonesia, diakses pada 05
September 2023
Kompasiana. 2019. Pancasila di Era Pra Kemerdekaan dan Era Kemerdekaan.
https://www.kompasiana.com/pancasila-di-era-pra-kemerdekaan-dan-era-kemerdekaan, diakses
pada 06 September 2023
Nurwadani, P, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia.
Dewi, S. (2021). Penerapan Nilai Pancasila Dari Arus Sejarah Perjuangan Dan Dampak
Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Undiksha, 9(2),305-317.

Karimah, A. P. (2023, September 5). Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia
Sampai Dengan Kondisi Saat Ini. Retrieved from Universitas Esa Unggul:
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Article-23630-5_0884.pdf

Yusup. (2021). Respon Kristen Terhadap Asas Tunggal Pancasila Pada Masa Orde Baru. Jurnal
Teologi Kristen,Vol.1,No.1, 1-22.
Wahyudi,B. Mursal,I.(2022).Analisis Masa Pergerakan Nasional Indonesia 1908-1942. Jurnal
Sejarah,2(1) ,
54- 67.
Woring, M. (2022). Sumpah Pemuda Merupakan Cikal Bakal Tercetusnya Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Persatuan 1928-1954 (Satuan Tinjauan Historis). . jurnal Danadyaksa
Historica, 2(1),22-34.

Zuhdi, S. (2018). Peristiwa 03 Oktober 1945 di Kota Pekalongan (Analisis Dampak Sosial &
Dampak Politik). Journal Of IIndonesia History, 82-87.

Anda mungkin juga menyukai