Anda di halaman 1dari 5

BOOK CHAPTER REPORT

Di ajukan unyuk memenuhi tugas individu Pendidikan kewarganegaraan


Dengan dosen pengampu: H.M Agus Nurkholiq MN,S.Ag

Disusun oleh:
Supriatna

Prodi Hukum Ekonomi Syariah


STAI BHAKTI PERSADA BANDUNG
TAHUN 2023/2024
A. Identitas Buku

BUKU AJAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PANDUAN KULIAH DI PERGURUAN TINGGI

Penulis:

Zulfikar Putra

H. Farid Wajdi

Editor:

Luluk Lailatul Mabruroh

Penyunting: Masyrifatul Khairiyyah

Desain Cover:

Aditya Rendy T.

Penerbit:

Ahlimedia Press

JI. Ki Ageng Gribig, Gang Kaserin MU No. 36

Kota Malang 65138 Telp: +6285232777747

www.ahlimediapress.com

ISBN: 978-623-6089-22-4

Cetakan Pertama, Februari 2021


BAB III

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. Makna Penting Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki catatan sejarah sejarah
panjang panjang dalam perhelatannya. Ideologi tersebut merupakan sebuah landasan yang menjadi alat
pemersatu bangsa. Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat atau memiliki sumber daya manusia
yang majemuk (plural), baik dari segi budaya, bahasa, ras, etnis (suku), agama, dan nilai kearifan
lokal. Begitupun dengan sumber daya alamnya yang melimpah, membuat negara- negara asing datang
dengan berbagai tujuan dan sikapnya. Ada yang datang untuk berdagang, bahkan ada pula yang datang
untuk menjajah serta merampas hak-hak rakyat Indonesia, yang disebabkan melimpahnya sumber daya
alam Indonesia. Namun, berkat nilai-nilai (budaya, agama, dan falsafah) kehidupan etnis bangsa yang
mendiami kepulauan nusantara mampu mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan
bangsanya dari penjajahan serta keserakahan bangsa asing dalam upaya mencaplok wilayah-wilayah
negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Sang Proklamator, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno mengungkapkan, "jangan
sekali-kali meninggalkan sejarah". Cicero seorang filsuf Yunani mengungkapkan "Historia Vitae
Magistra (sejarah memberikan kearifan)". Dan secara umum orang mengungkapkan, "sejarah
merupakan guru kehidupan". Ungkapan tersebut memiliki makna mendalam. Dengan adanya sejarah,
manusia dapat melakukan dan bertindak sebagaimana pengalaman yang dialami pada dirinya, pada
bangsanya, dan pada sendi-sendi kehidupan yang dapat memberikan hikmah untuk menjadi pribadi
dan bangsa yang maju serta memiliki kekuatan dalam menghadapi persoalan kehidupan. Selain itu,
sebagai pertanggungjawaban ilmiah, Pancasila selain sebagai dasar negara juga sebagai pandangan
hidup bangsa, jiwa, dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian luhur bangsa. Nilai-nilai essensial
yang terkandung dalam Pancasila yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta
Keadilan. Nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah
yang cukup panjang, yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV. B.
Sejarah Pancasila pada Masa Kerajaan

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa
Indonesia. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah, bangsa
Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpan ciri khas, sifat, dan karakter bangsa
yang berbeda dengan bangsa lain. Semuanya dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana, tetapi
mendalam, meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama pancasila.

1. Masa Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai merupakan kerajaan pertama yang membuka masa sejarah Indonesia yang
menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri dan sedekah bagi
para brahmana. Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 Masehi, dengan ditemukannya
prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Menurut prasasti tersebut Raja Mulawarman mengadakan
kenduri dan memberi sedekah kepada para brahmana, dan para brahmana itu membangun yupa sebagai
tanda terima kasih kepada raja yang dermawan.
2. Masa Kerajaan Sriwijaya

Menurut sumber sejarah berupa prasasti yang ditinggalkan oleh penguasa Sriwijaya dan berita dari
Cina sampai akhir abad XIII, wilayah Kerajaan Sriwijaya meliputi daratan dan lautan Sunda, Jawa
Barat sampai Srilangka termasuk di dalamnya Semenanjung Malaya dan kepulauan disekitarnya.
Sriwijaya menguasai pedalaman Sumatera, pelabuhan-pelabuhan di Sumatera Timur dan Selat Malaka
yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan laut yang sangat ramai, yang memungkinkan Sriwijaya
menjadi kerajaan maritim yang kuat. Sebagai kerajaan yang besar, Sriwijaya sudah mengembangkan
tata negara dan tata pemerintahan yang mampu menciptakan peraturan-peraturan yang ditaati oleh
rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya. Menurut prasasti Telaga batu, raja (haji) memegang
otoritas tertingi. Menurut Moh.Yamin, perkembangan Sriwijaya sebagai 'Negara Pertama' dengan
dasar kedatuan, dapat ditemukan nilai-nilai Pancasila material yang masih saling berkaitan satu sama
lain. Di antaranya nilai persatuan yang tidak terpisahkan dengan nilai ketuhanan yang tampak pada raja
sebagai pusat kekuasaan dengan kekuatan religius berusaha mempertahankan wibawanya terhadap
para datu. Demikian juga nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain dengan
nilai tradisionalisme dalam bentuk hubungan dagang yang terentang dari pedalaman sampai ke negeri-
negeri seberang lautan lewat pelabuhan kerajaan dan selat Malaka yang diamankan oleh para nomad
laut yang menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya. Cita-cita tentang kesejahteraan
bersama dalam suatu negara telah tercemin pada kerajaan Sriwijaya yang berbunyi, yaitu "marvuat
vanua criwijaya siddhayara subhika" yang memiliki makna suatu cita- cita negara yang adil dan
makmur.

Hakikat nilai-nilai budaya bangsa pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya telah menunjukkan nilai-
nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:

1) Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup berdampingan
secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama
Budha; 2) Nilai sila kedua, terjalin hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha).
Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas
dan aktif; 3) Nilai sila ketiga, sebagai Negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara; 4) Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki
kedaulatan yang sangat luas, meliputi (Indonesia sekarang) Siam dan Semenanjung Melayu; dan 5)
Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya
sangat makmur.

3. Masa Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit muncul tahun 1293 di Jawa Timur yang mencapai
kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Prabu Hayam Wuruk dengan Adipati Gajah Mada.
Kerajaan Majapahit di bawah Raja Prabu Hayam Wuruk dan Adipati Gajah Mada berhasil
mengintegrasikan nusantara. Faktor- faktor yang dimanfaatkan untuk mencapai keberhasilan tersebut
adalah: kekuatan religio-magis yang berpusat pada Sang Prabu, ikatan sosial kekeluargaan antara Sang
prabu dengan kerajaan-kerajaan daerah di Jawa dalam lembaga Pahom Narendra, ikatan ekonomis
yang berupa persembahan upeti dalam Posowanan Agung untuk pejabat-pejabat daerah di Jawa dan
pemungutan pajak oleh pegawai raja di luar Jawa, dan kekuatan militer yang dikoordinasi oleh
Rakrayan Juru Pangalasan yang di bawah perintah Adipati Gajah Mada. Bukti lain yang menunjukkan
nilai-nilai Pancasila sudah ada pada zaman Kerajaan Majapahit adalah: pemeluk agama Hindu dan
Buddha yang pada waktu itu hidup rukun dan damai, dalam tata pemerintahan Kerajaan Majapahit ada
semacam penasihat raja yang bertugas membantu raja untuk memutuskan masalah bersama, dan
kesejahteraan rakyat Majapahit sebagai perwujudan keadilan sosial. Pada masa ini diterapkan antara
lain untuk raja Aiar Langgi sikap tolernsi dalam beragama, nilai- nilai kemanusiaan (hubungan dagang
dan kerja sama dengan Benggala, Chola, dan Chompa) serta perhatian kesejahteraan pertanian bagi
rakyat dengan membangun tanggul dan waduk.

A.kelemahan

Tidak disebutkan secara lengkap nama tokoh -tokoh di masa Kerajaan tersebut,seperti Ketika
menyebutkan penguasa sriwijaya.

B.Kelebihan

Buku ini sangat bagus untuk dasar ilmu PKN,karena Sejarah sangat penting.sebagaimana perkataan
Bung Karno “JAS MERAH” (Jangan Melupakan Sejarah)

Anda mungkin juga menyukai