Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak
zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah
serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam
perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa
merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup
serta filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam
perjalanan sejarah, bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnya
tersimpan ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain.
Semuanya dirumuskan di dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang
meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama pancasila.
Secara historis, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah dimiliki oleh
bangsa Indonesia sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila tidak lain digali dari bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu,
berdasarkan fakta obyektif, secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari nilai-nilai Pancasila. Atas alasan historis inilah, maka sangat penting bagi
para penerus bangsa terutama bagi para pelajar untuk mengkaji, memahami dan
mengembangkan wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri. Ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara
Indonesia.
Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 Masehi, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Menurut prasasti tersebut Raja
Mulawarman mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para brahmana, dan
para brahmana itu membangun yupa sebagai tanda terima kasih kepada raja yang
dermawan. Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia untuk pertama
kalinya menampilkan nilai sosial, politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri
dan sedekah bagi para brahmana. Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat
kewibawaan raja ini tampak dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa dan
Sumatra. Pada zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai
integrasi dengan wilayah yang luas, yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
yang berpusat di Jawa Timur.
Kerajaan Sriwijaya
Menurut sumber sejarah yang berupa prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh penguasa
Sriwijaya dan berita dari Cina sampai akhir abad XIII, wilayah Kerajaan Sriwijaya
meliputi daratan dan lautan Sunda, Jawa Barat sampai Srilangka termasuk di dalamnya
Semenanjung Malaya dan kepulauan di sekitarnya. Sriwijaya menguasai pedalaman
Sumatera, pelabuhan-pelabuhan di Sumatera Timur dan Selat Malaka yang merupakan
jalur lalu lintas perdagangan laut yang sangat ramai, yang memungkinkan Sriwijaya
menjadi kerajaan maritim yang kuat Sebagai kerajaan yang besar Sriwijaya sudah
mengembangkan tata negara dan tata pemerintahan yang mampu menciptakan
peratutaran-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.
Menurut prasasti Telaga batu, raja (haji) memegang otoritas tertingi.
Kerajaan Majapahit
Bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada pada zaman
Kerajaan Majapahit adalah: pemeluk agama Hindu dan Budha yang pada waktu itu hidup
rukun dan damai, dalam tata pemerintahan Kerajaan Majapahit ada semacam penasihat
raja yang bertugas membantu raja untuk memutuskan masalah bersama, dan
kesejahteraan rakyat Majapahit sebagai perwujudan keadilan sosial.