Anda di halaman 1dari 4

ASPEK PAJAK DALAM BISNIS

Pajak dan bisnis dikatakan sebagai satu mata uang dengan dua sisi yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Berkembang tidaknya dunia bisnis tentu akan dipengaruhi
oleh aspek perpajakan yang berlaku. Begitupun dengan penerimaan pajak, akan berhasil
bila dunia bisnis berkembang dengan baik.

1. Pajak penghasilan
Setiap orang atau badan yang melakukan bisnis, tentunya mengharapkan
keuntungan. Tetapi keuntungan yang akan dan telah diperoleh, tidaklah dapat
dinikmati seluruhnya, oleh karena baik penghasilan maupun keuntungan setiap
orang atau badan pasti akan terkena pajak, yaitu pajak penghasilan seperti yang
diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 setelah terakhir diubah dengan UU No. 10
Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan dengan mengingat pada sistem self
asessment (menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang) sebagaimana dianut oleh UU Perpajakan Indonesia
selanjutnya pada Tahun 2000 dilakukan perubahan lagi dengan Undang-Undang
Nomor 17 yang mulai berlaku pada 1 Januari 2001.

1
Adapun objek yang akan terkena pajak penghasilan adalah penghasilan.
Pengertian penghasilan ini tidak terbatas pada gaji, keuntungan, honorarium saja,
tetapi penghasilan dalam arti yang luas, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun. nurut undang-undang di atas, penghasilan bagi wajib pajak
dalam negeri yang akan dikenakan pajak adalah penghasilan yang diterima atau
diperoleh baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sedangkan bagi wajib
pajak luar negeri, penghasilan yang akan dikenakan pajak adalah penghasilan
yang diterima atau diperoleh dari Indonesia, seperti dimaksud dalam Pasal 26 UU
No. 7 Tahun 1983.
Sekalipun penghasilan yang akan dikenakan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis, tetapi tetap ada hal-hal yang sebenarnya merupakan
tambahan kemampuan ekonomis yang tidak diperlakukan sebagai objek pajak.
Menurut Pasal 4 Ayat (3) UU No. 10 Tahun 1994, pengecualian sebagai objek
pajak adalah sebagai berikut.
a. Bantuan atau sumbangan, harta hibahan yang diterima keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajad dan oleh badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi,
sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, pemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Warisan.
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyetoran modal.
d. Pengganti atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib
pajak atau pemerintah.

Tarif pajak usaha waralaba dalam bentuk royalti secara lebih jelas diatur
dalam PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26. Untuk PPh Pasal 23, tarif yang
dikenakan adalah sebesar 15% dari pendapatan bruto yang diperoleh dari
royalti. Tarif ini berlaku bagi Wajib Pajak dalam negeri dan pemotongan
dilakukan oleh pihak yang wajib melakukan pembayaran.

Pajak usaha waralaba yang diperoleh dari royalti juga bisa saja dikenai
PPh Pasal 26. Hal ini mengingat pewaralaba bisa saja berasal dari luar
negeri, seperti usaha restoran waralaba asing yang kerap memiliki gerai
di Indonesia. Tarif yang dikenakan pada penerimaan berupa royalti
dalam PPh 26 adalah sebesar 20% dari jumlah bruto. Namun demikian,
ketentuan ini dapat berubah apabila ada kebijakan tertentu terkait
perpajakan antarnegara atau tax treaty.

Selain berupa royalti, imbalan jasa teknik juga menjadi objek PPh dalam
pajak usaha waralaba. Dalam situs resmi Dirjen Pajak, jasa teknik
dipahami sebagai pemberian jasa berupa informasi yang berkaitan
dengan pengalaman dalam bidang industri, perdagangan, serta ilmu
pengetahuan. Sama halnya dengan royalti, pajak perihal imbalan jasa
teknik juga diatur dalam PPh Pasal 23. Tarif yang dikenakan untuk
imbalan berupa jasa teknik adalah sebesar 2% dari pendapatan bruto.

Anda mungkin juga menyukai