Anda di halaman 1dari 49

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

RANGKUMAN MATERI PENDIDIKAN PANCASILA

Nama : Faidhatun Najiah

NIM : 1710914220012

Kelas :B

Dosen Pengampu : DR. Hj. Rabiatul Adawiyah, M.Si

Nadia, M.Pd

A. Pengantar Pendidikan Pancasila

Penjelasan mengenai apa itu pendidikan pancasila, ialah: Mata kuliah


pendidikan Pancasila adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan
program studinya masing-masing. Hal ini berarti mata kuliah Pancasila merupakan
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student centered learning, untuk
mengembangkan knowledge, attitude, dan skill mahasiswa sebagai calon pemimpin
bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai dengan program studinya
masing-masing, serta dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun
(guiding principle) sehingga menjadi warga negara yang baik (good citizenship).

Adapun visi dalam mata kuliah pendidikan pancasila adalah terwujudnya


kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Dan misi
Pendidikan Pancasila:

1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).

2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,


bangsa dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan
(misi sosiokultural).

4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem


pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi
akademik (Sumber: Tim Dikti).

Adapun tujuannya, sebagi berikut: Mempersiapkan mahasiswa sebagai calon


sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat agar: menjadi pribadi
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; sehat jasmani dan rohani,
berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur; memiliki kepribadian yang mantap,
mandiri, dan bertanggung jawab sesuai hari nurani; mampu mengikuti perkembangan
IPTEK dan seni; serta mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan
berkesejahteraan bagi bangsanya.

Dan alasannya adalah Pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh


modalitas akademik mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman
masyarakat, antara lain:

 Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,

 Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,

 Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional,

 Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,

 Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa,

 Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,

 Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

Landasan pendidikan pancasila terbagi empat, yaitu; Landasan historis, kultural,


yuridis, dan filosofis.

Untuk materinya sendiri, sesuai dengan Dikti. Adalah sebagai berikut:

1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila

2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia

3. Pancasila sebagai dasar negara


4. Pencasila sebagai ideologi negara

5. Pancasila sebagai sistem filsafat

6. Pancasila sebagai sistem etika

7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

Untuk bahan referensi pada mata kuliah pendidikan pancasila, sebagai


berikut:

 Pendidikan Pancasila, Dr Kaelan, M.S

 Pendidikan Pancasila, Drs. H. MBM. Munir, MH dkk

 Pendidikan Pancasila utk Perguruan Tinggi, Ristekdikti

 Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Satrio Wahono, M.Hum dkk

 Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Prof.Dr.Karsadi, M.Si

 Paradigma Baru Pend. Pancasila utk Mahasiswa, Prof.Dr.Tukiran,MM dkk

1. Pancasila dalam Konteks Perjuangan Indonesia

Ada empat masa yang dilalui dalam konteks perjuangan Indonesia. Empat
masa itu, yaitu:

MASA KERAJAAN:

1. Kerajaan Kutai

2. Kerajaan Sriwijaya

3. Kerajaan Majapahit

MASA KOLONIAL:

1. Kolonial Belanda

2. Kolonial Jepang
MASA KEBANGKITAN NASIONAL:

1. Lahirnya semangat nasionalisme

2. Sidang BPUPKI

3. Proklamasi kemerdekaan dan sidang PPKI

MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN:

1. Masa Orde Lama

2. Masa Orde Baru

3. Masa Reformasi

A. Masa Kerajaan

Telah dimiliki bangsa Indonesia sejak bangsa Indonesia melalui proses sejarah
yang cukup panjang, yaitu pada zaman Batu. Kemudian dasar-dasar kebangsaan
Indonesia mulai tampak pada abad ke VII ketika timbulnya kerajaan Kuttai, Sriwijaya,
dan Majapahit serta kerajaan-kerajaan lainnya.

1. Kerajaan Kutai

Indonesia memasuki zaman sejarah pd th 400 M, dengan ditemukannya


prasasti 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja
Mulawarman adalah keturunan raja Aswawarman dan Kudungga. Raja Mulawarman
menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para
Brahmana dan para Brahmana membangun yupa sebagai tanda terima kasih raja yang
dermawan.

Nilai Pancasila yang terdapat pada kerajaan kutai:

a) Nilai Ketuhanan : Memeluk agama Hindu

b) Nilai Kerakyatan : Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur

c) Nilai Persatuan: Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh

kawasan Kalimantan Timur


2. Kerajaan Sriwijaya

Menurut M.Yamin, berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat


dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang
bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia itu terbentuk melalui tiga tahap, yaitu:
Pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra, yang bercirikan kedatuan
(600-1400); Kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit yang bercirikan Keprabuan
(1293-1525) dan; Ketiga, negara kebangsaan modern Indonesia merdeka (17 Agustus
1945).

Nilai-nilai pancasila yang terdapat pada kerajaan Sriwijaya, ialah:

Nilai Sila Ketuhanan YME;

Budha dan Hindu yg hidup saling berdampingan

Pusat kegiataan pembinaan dan pengembangan agama Budha

Nilai Sila Kemanusiaan yg adil dan beradab;

Terjalinnya hubungan antara sriwijaya dgn Cina (Dinasti Tang) dan India
(Dinasti Harsha)

Pengiriman para pemuda untuk belajar di India

Telat tumbuh politik luar negeri yg bebas aktif

Bersifat terbuka terhadap budaya asing yang masuk

Nilai Sila ke-3

Sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan


sesuai dengan Wawasan Nusantara

Nilai Sila ke-4

Memiliki kedaulatan yg sangat luas, meliputi (Indonesia sekarang), Siam,


Semenanjung Melayu. Pada masa kerajaan Sriwijaya telah mencerminkan
adanya otonomi daerah. Pada masa kerajaan Sriwijaya juga sudah ada
pembagian kekuasaan berupa Parddatun yang dipimpin oleh seorang datun
dimana bukan berasal dari keluarga kerajaan
Nilai Sila ke-5

Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga kehidupan


rakyatnya sangat makmur dan tidak ada perbedaan latar belakang.

3. Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdiri kerajaan Majapahit yang mencapai puncak


keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gadjah Mada
yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan
Utara Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dalam satu
kerajaan.

Nilai-nilai yang terkandung pada kerajaan Majapahit, adalah:

Nilai Sila Pertama;

Hakikat, kehidupan keagamaan adalah percaya pada Tuhan YME (Sang Hyang
Widi)

Tumbuhnya Toleransi kehidupan beragama antara pemeluk agama Hindu Siwa,


Budha, agama Resi (Brahmana)

Raja Airlangga membangun bangunan Keagamaan dan asrama sebagai sikap


toleransi dalam beragama

Nilai Sila ke-2;

Mengadakan Persahabatan dengan Negara-negara tetangga atas dasar “Mitreka


Satata”

Terdapat hubungan baik antara Raja Hayam Wuruk dengan kerajaan Cina,
Ayodya, Champa, India, Kamboja, dan Negara-negara tetangga lainnya atas da
sar mitreka satata;

Nilai Sila ke-3;


Adanya tekad/janji tidak akan “Hamukti Palapa” sebelum Nusantara bersatu
yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh wilayah nusantara

Nilai Sila ke-4;

1019, para pengikutnya,rakyat,dan para brahmana bermusyawarah dan


memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi Raja sebagai
nilai-nilai sila ke IV

Budaya ketuhanan dan kemanusiaan telah menumbuhkan rasa persatuan dan


kesatuan hidup

Kerukunan dan kegotong royongan dalam kehidupan masyarakat adat


bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.

Nilai Sila ke-5;

1037,Raja Airlangga membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan


pertanian Rakyat,merupakan nilai-nilai sila ke V

Berlandaskan pada ketuhanan yg mendalam menumbuhkan rasa kemanusiaan

Kemanusiaan selalu menumbuhkan kebersamaan dan persatuan

Jiwa persatuan selalu melahirkan sikap musyawarah mufakat

Sikap dan tingkah laku diatas telah menjelma dalam tata kehidupan masyarakat
(desa) dalam bentuk keadilan dan keseimbangan

B. Masa Kolonial

1. Kolonial Belanda

Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah


agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembanglah
kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Demak dan mulailah berdatangan orang Eropa
di nusantara,antara lain Portugis kemudian Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman
rempah-rempah. Pada akhir abad XVI Belanda datang ke Indonesia, mendirikan suatu
perkumpulan dagang dengan nama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) yang
dikalangan rakyat dikenal dgn istilah “kompeni”.
2. Kolonial Jepang

Setelah Nederland diserbu o/ tentara Nazi Jerman,5 Mei 1940 dan jatuh pada
tanggal 10 Mei 1940, Ratu Wilhemina dengan segenap aparat mengungsi ke Inggris,
sehingga pemerintah Belanda masih dapat berkomunikasi dengan pemerintah jajahan di
Indonesia. Belanda menyerah pada Jepang 9 Maret, pada awalnya senang karena
propaganda Jepang : Kebebasan rakyat : berserikat dan berkumpul mengeluarkan suara
terutama membicarakan kemerdekaan → dilarang Jepang. Masa 1942 – 1945 Pendek
tapi rakyat menderita lahir batin. Namun bangsa Indonesia lebih bersemangat untuk
mengusir penjajah dari bumi pertiwi yang tercinta ini.

C. Masa Kebangkitan Nasional

1. Lahirnya semangat nasionalisme

Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan


kebangkitan dunia timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik
Philipina (1898),yang dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia
(1905), gerakan Sun Yat Sen dengan republik cina nya (1911), Partai kongres di India
dengan tokoh Tilak dan Gandhi. Di Indonesia, adanya kesadaran kebangkitan nasional
(1908) dipelopori dr.Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo. Gerakan ini
merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan bangsa yang memiliki
kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.

2. Sidang BPUPKI

Ketua (Kaicoo): Dr. KRT, Radjiman Widyodiningrat

Ketua muda: R.P. Soeroso (merangkap kepala)

Enampuluh (60) orang anggota biasa dari bangsa Indonesia (tidak termasuk
ketua dan ketua muda) yang kebanyakan berasal dari pulau Jawa, beberapa dari
Sumatra, Maluku, Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa, Cina dan Arab.
Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama empat hari,berturut-turut yang
tampil berpidato untuk menyampaikan usulan adalah: (a) 29 Mei 1945 Mr.Muh.Yamin;
(b) 31 Mei 1945 Prof. Soepomo dan; (c) 1 Juni 1945 Ir. Soekarno.

3. Proklamasi kemerdekaan dan sidang PPKI

Kemenangan sekutu dalam perang dunia membawa hikmah bagi bangsa


Indonesia. Pada tanggal 8 Agustus 1945, Ir.Soekarno, Drs.Moh.Hatta dan Dr. Radjiman
diberangkatkan ke Saigon atas panggilan Jenderal Besar Terauchi, memberikan 3
kewenangan:

1. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Moh.Hatta ssebagai wakil,


Radjiman sbg anggota

2. PPKI boleh bekerja mulai tanggal 9 Agustus 1945

3. Cepat tidaknya pekerjaan panitia diserahkan sepenuhnya kepada panitia

Sidang PPKI

(1) Sidang Pertama (18 Agustus 1945)

Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasil kan keputusan-keputusan


sebagai berikut:

a. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi:

Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian berfungsi
sebagai pembukaan UUD, Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima
dari Badan Penyelidik pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah mengalami beberapa
perubahan (berkaitan dengan perubahan piagam Jakarta) kemudian berfungsi sebagai
UUD 1945

b. Memilih Presiden dan wakil presiden yang pertama

c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan musyawarah


(2) Sidang Kedua (19 Agustus 1945)

(1) Tentang daerah propinsi,dengan pembagian sebagai berikut:

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Sumatera

Borneo

Sulawesi

Maluku

Sunda Kecil

(2) Untuk sementara kedudukan Kooti dsb diteruskan seperti sekarang

(3) Untuk sementara waktu kedudukan kota dan Gementee diteruskan seperti sekarang

(3) Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)

Pada sidang ketiga PPKI dilakukan pembahasan thdp agenda tentang “Badan
Penolong Keluarga Korban Perang”, adapun keputusan yang dihasilkan terdiri dari
delapan pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu pasal 2 dibentuklah badan yang
disebut “Badan Keamanan Rakyat” (BKR).

(4) Sidang Keempat (22 Agustus 1945)

Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.

D. Masa Setelah Kemerdekaan

1. Masa orde lama


Untuk melawan propaganda Belanda pd dunia internasional pemerintah RI
mengeluarkan 3 maklumat:

Maklumat wakil presiden No.X tgl 16 Oktober 1945 yang menghentikan


kekuasaan luar biasa dari presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku 6
bulan).Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang
semula dipegang oleh Presiden kepada KNIP.

Maklumat pemerintah tgl 3 November 1945,tentang pembentukan partai politik


yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai anggapan pada saat itu bahwa
salah satu ciri demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya
agar dunia barat menilai bahwa negara proklamasi sebagai negara demokratis.

Maklumat pemerintah tgl 14 November 1945, yang intinya maklumat ini


mengubah sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer berdasarkan asas
demokrasi liberal.

2. Masa orde baru

Ada 2 pandangan besar terhadap Dasar Negara munculnya Dekrit presiden;

Pandangan yang memenuhi anjuran Presiden / Pemerintah untuk kembali ke


UUD 1945 dengan Pancasila yang ada dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara.

Kembali ke UUD dengan Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan


UUD 1945 dan disyahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar
Negara.(Anshari, 1981)

Konstituante menemui jalan buntu sehingga Presiden turun tangan dengan


dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Isinya :

Pembubaran Konstituante

UUD 1945 kembali berlaku dan

Pembubaran MPRS.
3. Masa reformasi

Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etika bagi Negara dan
pelaksana Negara, dalam kenyataanya digunakan sebagai alat legitimasi politik
Pancasila ditandai hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah berbagai gerakan
masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa cendekiawan dan masyarakat sebagai
gerakan moral politik yang menuntut adanya reformasi di bidang politik, ekonomi dan
hokum (Kaelan, 2000)

Saat Orde Baru tumbang, muncul fobia terhadap Pancasila, sebagai Dasar
Negara untuk sementara waktu awalnya tidak tampak suatu dampak negative tapi
semakin hari semakin terasa dan sangat total terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara terjadi komflik-komflik horizontal dan vertical.

Melunaknya sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia


dalam bidang budaya yaitu keluhuran budaya bangsa Indonesia mulai luntur, rusaknya
moral generasi muda di bidang ekonomi terjadi ketimpangan diberbagai sector
diperparah dengan cengkeraman modal asing dalam perekonomian Indonesia.
2. Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Pancasila mempunyai kedudukan yang bersifat tetap tidak berubah sepanjang


masa, kuat dan terlekat pada kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Bukti-bukti
bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan Bangsa Indonesia dengan legalitas yang
kuat, dapat ditinjau dari :

Justifikasi yuridis (UUD 1945 dan Ketetapan MPR),

Justifikasi Teoritis - Filsafati (Alinea Kedua, Keempat dan Pasal 29 UUD


1945),

Justifikasi Sosiologis – historis (nilai-nilai kedaerahan)

Fungsi pancasila sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan adanya Bangsa


Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa kejayaan nasional. Hal ini sesuai
dengan apa yang telah dikemukakan oleh Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo dalam tulisan
beliau dalam Pancasila, yang menyatakan bahwa Pancasila itu sendiri telah ada sejak
adanya Bangsa Indonesia.

2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Pancasila bukan merupakan pemikiran perorangan melainkan merupakan suatu


proses kausalitas dari Pancasila,yaitu sebelum disahkan menjadi dasar negara nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pandangan hidup bangsa dan
filsafat hidup bangsa Indonesia telah megkristalisasi dalam kehudupan berbangsa dan
bernegara. Karena nilai nilai Pancasila telah diyakini kebenarannya, yang menimbulkan
tekad bagi untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah lakunya.

3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup


adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk
mengatur hubungan manusia dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya.

Disebut juga

“pegangan hidup”, “petunjuk hidup”

Weltanschauung (Jerman) – Pandangan dunia

Lebensanschauung (Jerman) Pandangan Hidup

The way of life (Inggris) jalan hidup/cara hidup

4. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia

Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa


Indonesia. Karena Pancasila adalah palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia
yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini
paling benar, adil, bijaksana dan tepat bagi Bangsa Indonesia untuk mempersatukan
Rakyat Indonesia.

5. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia

Ideologi berasal dari kata ‘idea’ = gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita.
‘logos’= ilmu. Kata idea berasal dari kata bahasa Yunani ‘eidos’=bentuk.
‘Idein’=melihat. Jadi, Secara harfiah, Ideologi adalah ilmu pengetahuan tentang ide-ide
(the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ideologi
menurut Kamus Umum Bhs Indonesia adalah keyakinan yang dicita-citakan sebagai
dasar pemerintahan negara.

Sedangkan pengertian ‘ideologi’ secara umum adalah kumpulan


gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok
manusia tertentu dalam pelbagai bidang kehidupan yang menyangkut bidang politik
(termasuk bidang pertahanan dan keamanan), bidang sosial, bidang kebudayaan, dan
bidang keagamaan.

Sebagai suatu ideologi terbuka, Pancasila memiliki dimensi :

Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila


yang bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam lima
sila Pancasila.

Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu


dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam pembukaan
UUD 1945.

Dimensi realistis, mencerminkan realitas yg hidup dan berkembang dlm


masyarakat.

6. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia

Pancasila merupakan suatu kesepakatan yang mempunyai makna dan nilai


yang sangat tinggi, karenanya senantiasa dihormati dan dijunjung tinggi, tidak boleh
disimpangi, dan bersifat imperatif. Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai
dasar negara tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan
kemerdekaan Indonesia). Pancasila yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945 merupakan hasil kesepakatan PPKI yang mewakili seluruh bangsa Indonesia,
merupakan hasil konsensus nasional, sehingga Pancasila merupakan perjanjian luhur
bangsa Indonesia.

7. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Dasar Negara adalah seperangkat nilai yang ditetapkan sebagai dasar bagi:

berdirinya suatu negara,

tujuan negara

penyelenggaraan/pengelolaan negara

tolok ukur atau norma penyelenggaraan Negara

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia (Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,


Kerakyatan, dan Keadilan) ditetapkan sebagai dasar bagi:

Berdirinya negara Indonesia

Tujuan negara Indonesia

Penyelenggaraan negara Indonesia

Tolok ukur dan norma penyelenggaraan negara Indonesia

Tolok ukur pencapaian penyelenggaraan negara

8. Pancasila Sebagai Sumber Hukum Nasional

Negara modern dijalankan atas dasar hukum, disebut juga dengan negara
hukum (rechtstsaat). Negara hukum (rechtsstaat) bertumpu kepada nilai-nilai yang
menjadi dasar berdirinya negara. Dasar bagi Indonesia sebagai negara hukum adalah
Pancasila, artinya nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan menjadi sumber hukum bagi seluruh tatanan hukum di Indonesia. Bahwa
segala peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan
Pancasila atau tidak bertentangan dengan Pancasila.

3. Pancasila Sebagai Ideologi Negara

A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSSA DAN NEGARA INDONESIA

1. PENGERTIAN IDEOLOGI
Secara harfiah, ideologi berarti ilmu mengenai pengertian dasar, ide. Definisi
ideologi berkembang menjadi:Kumpulan gagasan, ide, keyakinan, dan kepercayaan
yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.

Prof. Padmo Wahyono, SH., Ideologi diberi makna sebagai pandangan hidup
bangsa, falsafah hidup bangsa, berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan dan
akan direalisir di dalam kehidupan berkelompok. Ideologi ini akan memberikan
stabilitas arah dalam hidup berkelompok dan sekaligus memberikan dinamika gerak
menuju ke yang dicita-citakan.

Dr. Alfian, Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh
dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap
benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.

2. IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP

Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi terbuka


adalah ideologi yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan bersifat dinamis atau
merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang merupakan hasil konsensus dari
masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-citanya tidak dipaksakan dari luar melainkan
digali dan diambil dari suatu kekayaan, rohani, moral dan budaya masyarakat itu
sendiri.

Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ideologi Tertutup


adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan – tujuan dan
norma – norma politik dan sosial yang ditetapkan sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus
dipatuhi. Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis berarti
mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori , yaitu
berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan. ideologi tertutup tersebut dipaksakan
berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh masyarakat elit tertentu atau
kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang
totaliter. bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.
3. IDEOLOGI PARTIKULAR DAN IDEOLOGI KOMPREHENSIF

Dari segi sosiologis, Karl Mannhein membedakan dua macam kategori


ideologi yaitu ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat
komprehensif;

1. Ideologi Partikular

Didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersususn secara


sistematis dan terkait erat dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam
masyarakat (Mahendara, 1999). Nilai-nilai, gagasan, pikiran dan cita-cita sebagai
keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan berkaitan dengan
kepentingan kelas sosial tertentu. Negara melindungi dan menjalankan idealisme
tertentu, misalnya negara komunis melindungi kaum proletar, negara liberal membela
kebebasan individu.

3. Ideologi Komprehensif

Didefinisikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh mengenai semua


aspek kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan
untuk melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.
Nilai-nilai, gagasan, pikiran dan cita-cita bersifat menyeluruh sebagai hasi akomodasi
tanpa berpihak pada kelas sosial ataupun golongan tertentu. Negara mengakomodasi
berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat.

4. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN IDEOLOGI

Filsafat dan ideologi memiliki keterkaitan, sebelum lahirnya sebuah ideologi


maka ada filsafat terlebih dahulu, filsafat berubah menjadi ideologi setelah filsafat
tersebut digunakan untuk cita-cita dan dikerjakan atau dipatuhi oleh manusia tersebut.

Seperti yang diungkapkan Roeslan Abdulgani (1986) “ Filsafat sebagai


pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai yang secara epistemologis
kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara
tentang makna hidup serta sebagai dasar dan pedoman bagi manusia dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh hidup dan kehidupan.
B. PERBANDINGAN ANTARA IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI
LAIN DI DUNIA

1. IDEOLOGI LIBERAL

Inti pemikiran : Kebebasan Individual

Latar belakang : Sebagai respons terhadap kekuasaan negara yang absolut dan otoriter
yang membatasi kebebasan dan hak-hak warga negaranya.

Landasan : Manusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudi, tanpa harus
diterapkannya aturan-aturan ketat yang bersifat mengekang.

Ciri-ciri :

Kebebasan sebesar-besarnya bagi setiap individu

Penolakan terhadap pembatasan, terutama dari pemerintah dan agama.

Ekonomi pasar relatif bebas

2. IDEOLOGI SOSIALISME KOMUNIS

Inti pemikiran : Perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas dimasyarakat,


sehingga negara hanya sasaran antara.

Latar belakang : Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan
Friedrich Engels, sebuah manuskrip politik yang mengusung pertentangan kelas social
(kaum proletar dan kaum borjuis)

Landasan : Penolakan kondisi masa lampau, analisa yang cenderung negatif terhadap
situasi dan kondisi yang ada, resep perbaikan untuk masa depan, dan rencana tindakan
jangka pendek yang memungkinkan tercapainya tujuan yang berbeda-beda.

Ciri-ciri :

Kesamaan kesempatan bagi semua orang

Penghapusan seluruh besar hak-hak milik pribadi dan negara.

Negara tanpa strata (tanpa kelas)

Pemerintahan otoriter
C. AGAMA DAN PANCASILA

1. HUBUNGAN AGAMA DAN PANCASILA

 Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa

 Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama masingmasing.

 Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.

 Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter
pemeluk agama serta antar pemeluk agama.

 Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil
paksaan bagi siapapun juga.

 Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam


negara.

 Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus sesuai


dengan nilainilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma

4. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

A. PENGERTIAN FILSAFAT

FILSAFAT (Philosophia)

Philo, Philos, Philein, = cinta/ pecinta/mencintai

Sophia = kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran.

Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan


alam yang diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.

B. MANFAAT FILSAFAT
Untuk menjajagi kemungkinan adanya pemecahan terhadap problema filsafat.

Pengkajian filsafat dapat membawa pada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar
seseorang, yang dapat mempengaruhi arah kehidupan pribadi maupun profesinya
Pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap
pandangan berbeda, serta kemandirian secara intelektual

C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang


dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila
dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan
pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan
sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem
(Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah
yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).

D. LANDASAN FILSAFAT PANCASILA

1. LANDASAN ONTOLOGI FILSAFAT PANCASILA

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang
ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Dasar
ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak
yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

2. LANDASAN EPISTIMOLOGI FILSAFAT PANCASILA

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,


metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan,
proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of
science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:

Tentang sumber pengetahuan manusia;

Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

Tentang watak pengetahuan manusia.

3. LANDASAN AKSIOLOGIS FILSAFAT PANCASILA

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas
tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang
artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi
adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang
diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai
(value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga.
Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan
sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang
berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan

E. PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI BANGSA


DAN NEGARA

1. DASAR FILOSOFIS

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena
itu sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hirarkhis dan sistematis.
Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan suatu sistem filsafat sehingga kelima
silanya memiliki esensi makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya adalah sebagai
berikut : Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mempunyai
makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta
kenegaraan harus berdasarkan nilai nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.

F. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI NILAI FUNDAMENTAL NEGARA

Nilai pancasila sebagai nilai sumber dari segala sumber hukum Negara
Indonesia (Hukum Dasar Tap MPRS No.XX/MPRS/1966). Nilai-nilai pancasila
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagai
pokok kaidah Negara yang fundamental. Pembukaan UUD 1945 mengandung 4 pokok
pikiran yaitu :

Pokok pikiran pertama : Negara Indonesia adalah Negara persatuan (Sila 3)

Pokok pikiran kedua : menyatakan bahwa Negara hendak mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Sila 5)

Pokok pikiran ketiga : menyatakan bahwa Negara berkedaulatan rakyat (Sila 4)

Pokok pikiran keempat : menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas keTuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (Sila 1 dan 2)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pancasila merupakan dasar


yang fundamental bagi Negara Indonesia.

5. Pancasila Sebagai Etika Politik

A.ETIKA, NILAI, NORMA DAN MORAL

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran


dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etiket atau
moralitas. Istilah ini mengacu kpd etiket pergaulan, etiket jurnalistik, etiket kedokteran,
dan lain-lain. Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos,
yang artinya watak kesusilaan atau adat. Identik dengan moral (Latin):, mos ,mores
(jamak) berarti adat atau cara hidup. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada.\

Aliran-aliran pada etika:


1. Etika Teologis

Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan kewajiban.

2. Etika Deontologis

Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban
moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan,
kepatutan.

3. Etika Keutamaan

Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari


keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk.
Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia, lebih
menekankan pada What should I be?, atau “saya harus menjadi orang yang
bagaimana?”.

Nilai adalah suatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengrahkan sikap dan perilaku manusia. Tiga kategori nilai:
Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.

Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai-nilai dalam pancasila:

Nilai Dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang merupakan
representasi dari nilai atau norma dalam masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari nilai
dasar (Pancasila).

Nilai Praksis adalah pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai
instrumental.

Moral berasal dari kata mos (mores) yang berarti kesusilaan, tabiat, kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku
dan perbuatan manusia.

Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma memiliki kekuatan untuk dapat
dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, misalnya:

Norma agama, sanksinya dari Tuhan

Norma kesusilaan, sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri.

Norma kesopanan, sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan


masyarakat.

Norma hukum, sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang
dipaksakan oleh alat negara.

B. SISTEM ETIKA PANCASILA

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk
pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dalam Pancasila, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai
Pancasila tersebut. Menilik nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka
Pancasila dapat menjadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya
bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif.

C. SISTEM ETIKA POLITIK PANCASILA


Etika Politik, secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan
dari subyek atau pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat
dengan bidang pembahasan moral Definisi politik berasal dari Politics yaitu sebagai
alat yang duigunakan untuk mencapai tujuan atau bermacam-nacam kegiatan dalam
suatu proses penentuan tujuan dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
Definisi politik Policy yang artinya adalah kebijaksanaan yang dibuat dalam rangka
mencapai tujuan.

6. Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan


Bernegara

A. PENGERTIAN DAN ASAL USUL NILAI PANCASILA

Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara tidak terbentuk secara
mendadak dan tidak hanya diciptakan oleh seseorang saja. Akan tetapi terbentuknya
Pancasila melalui proses yang panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kualitas,
asal mula Pancasila dibedakan menjadi dua yaitu,asal mula pancasila secara langsung
dan asal mula pancasila secara tidak langsung

ASAL MULA LANGSUNG

Asal mula bahan ( kausa materialis ): Yaitu Pancasila dalam kepribadian dan
pandangan hidup bangsa Indonesia

Asal mula bentuk ( kausa formalis ): Yaitu Pancasila yang diprakarsai Ir. Soekarno
bersama Moh. Hatta serta anggotaBPUPKI lainnya merumuskan dan membahas
Pacasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama Pancasila

Asal mula karya ( kausa efisien ) : Yaitu Pancasila oleh PPKI sebagai pembentuk
negara dan atas kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar
negara yang sah, setelah dilakukan pembahasan, baik dalam sidang BPUPKI maupun
panitia Sembilan.

Asal mula tujuan ( kausa finalis ) : Yaitu Pancasila oleh anggota BPUPKIdan
panitiasembilan termasuk Soekarno dan Moh. Hatta yang menentukan tujuan
dirmuskannya Pancasila setelah ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar negara yang sah.
ASAL MULA TIDAK LANGSUNG

Asal mula Pancasila yang tidak langsung secara kausalitas yaitu asal mula
sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,artinya nilai
Pancasila sejak dahulu sudah terdapat dalam adat-istiadat,kebudayaan dan nilai-nilai
agama bangsa Indonesia.

B. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan


berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Perumusan pancasila sebagai dasar negara tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya
sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi.
Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu,
sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung
dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya
undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut.
Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian
dinamakan Nilai Instrumental.

C. MAKNA NILAI PANCASILA

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannya harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, di Indonesia terdapat 6 agama yang telah diakui diantaranya Islam, Kristen,
Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Sila pertama inilah yang mendasari dan
menjiwai keempat sila lainnya bahwa dengan dasar agama dan keyakinan menjadi
sebuah integritas yang tinggi pada diri masing-masing pribadi.

Makna sila ini adalah :


1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
2. Hormat-menghormati serta bekerja sama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan,


kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini adalah susunan kodrat rohani
dan jasmani. Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap
moral dan tingkah laku manusia dengan didasarkan pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap
diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya.

Makna sila ini adalah :


1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

3. Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara
elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras, maupun kelompok.
Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan ciri khas elemen-elemen
yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu,
mengikat diri dalam persatuan yang dilukiskan dalam suatu Bhineka Tunggal Ika.
Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan
diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam
kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa.

Makna sila ini adalah :


1. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka
Tunggal Ika.
2. Menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Rela berkorban demi bangsa dan negara.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan

Dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup bernegara.

1. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

3. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.

4. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan
merupaan suatu bawaan kodrat manusia.

5. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku, maupun agama.

6. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.

7. Menjunjung tinggi atas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab.

8. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar


tercapainya tujuan bersama.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan


negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila tersebut terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama. Keadilan tersebut didasari dan
dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat,
bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Makna sila ini adalah :


1. Bersikap adil terhadap sesama.
2. Menghormati hak-hak orang lain.
3. Menolong sesama.
4. Menghargai orang lain.
5. Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.

D. REVITALISASI NILAI-NILAI PANCASILA

Revitalisasi adalah upaya mengembalikan kepada asal nilai pentingnya segala


sesuatu. Sedangkan nilai-nilai pancasila adalah segala bentuk norma, aturan serta nilai
yang di serap dari berbagai adat-istiadat dan budaya yang berakar dari kemajemukan
seluruh komponen bangsa Indonesia. Artinya nilai-nilai pancasila merupakan intisari
dari pola pikir (mind-sett), pola sikap dan pola tindakkan dari setiap individu bangsa
Indonesia yang identik dengan keberbedaan suku, agama, ras, antar golongan (SARA),
wilayah bahasa dan adat-istiadat.

Jadi revitalisasi nilai-nilai pancasila adalah usaha bersama seluruh komponen


bangsa Indonesia untuk mengembalikkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
sebagai konsensus sekaligus identitas nasional yang selama ini mengalami berbagai
penyimpangan dalam arti singkat revitalisasi artinya adalah bahwa nilai-nilai yang
telah “menyejarah” dalam kehidupan bangsa Indonesia terdahulu di munculkan
kembali dalam sejarah kehidupan baru bangsa Indonesia pasca reformasi yang telah di
sah artikan menjadi kebebasan yang kebablasan.

E. NILAI PANCASILA MENJADI SUMBER NORMA HUKUM

Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dijadikannya nilai


nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia.
Operasionalisasi dari nilai dasar pancasila itu adalah dijadikannya pancasila sebagai
norma dasar bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Negara Indonesia memiliki
hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia
itu bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila
berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau staat fundamental norm (norma
fundamental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia. Nilai-nilai pancasila
selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan-perundangan yang ada.
Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah,
program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada hakikatnya
merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar pancasila.

F. NILAI PANCASILA MENJADI SUMBER NORMA ETIK

Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila
adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam
norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bangsa indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan
norma-norma etik sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Norma-norma
etik tersebut bersumber pada pancasila sebagai nilai budaya bangsa. Rumusan norma
etik tersebut tercantum dalam ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat.

7. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat,


Berbangsa dan Bernegara

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.

Menurut Thomas S. Khun;

Paradigma adalah sebuah asumsi asumsi dasar dan teoritis umum dan dijadkan
sumber hukum,metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga menentukan
sifat,ciri,serta karektiristik ilmu pengetahuan itu sendiri.
Menurut Perkembangan;

Paradigma merupakan terminologi yang merupakan suatu sumber nilai,


kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta tujuan suatu
perkembangan,perubahan serta proses bidang tertentu termasuk bidang pembangunan.

1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional, harus berlandaskan pada


nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Pancasila berisi nilai-nilai yang
yang menjadi pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional. Pembangunan berparadigma pancasila:

 tidak boleh bersifat pragmatis

 tidak boleh bersifat ideologis

 harus menghormati HAM

 dilaksanakan secara demokratis

 penciptaan taraf minimum keadilan sosial (mengutamakan yang lemah)

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik

 Selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik bukan
sekadar objek politik

 Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu
menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat

 Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem
politik demokrasi bukan otoriter Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus
dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila).

 Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara


dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik
yang santun dan bermoral

 Indonesia harus mengembangkan sistem politik yang benar-benar demokratis.

 Demokratisasi merupakan upaya penting dalam mewujudkan civil society.


 Tanpa proses demokratisasi tidak akan tercipta civil society.

 Rakyat tidak hanya sebagai objek namun menjadi subjek politik dalam upaya di
bidang politik. contohnya adalah sistem politik Demokrasi yang meletakkan rakyat
sebagai kekuasaan tertinggi.

3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

 Sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I


Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila)

 Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal
yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia
lain.Sistem ekonomi demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem
sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu

 Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan

 Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila


Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia

 Sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada dasar moralitas ketuhanan dan
kemanusiaan sehingga menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan

4. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

 Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak


dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana
tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

 Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat
dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab

 pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,


diskriminasi, dan ketidakadilan sosial

 Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan


berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan
dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak
negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara
berimbang

 Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat


manusia.

5. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan dan Keamanan

 Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan

 Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan
seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan
Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(sishankamrata).

 Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah,
dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah
dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
ancaman

 Dalam melakukan pertahanan di indonesia melibatkan seluruh warga


negara,wilayah,dan sumber daya nasional lainnya

Dua tantang pancasila:

a. Tantangan Konseptual pertama Pancasila adalah memahami dan merumuskan


secara jernih – serta disepakati bersama dengan sungguh-sungguh tentang kandungan
nilai dan makna Pancasila, baik masing-masing sila maupun Pancasila sebagai suatu
kebulatan ide.

b. Tantangan Kelembagaan Jika kita sudah mempunyai kesamaan visi dan faham
mengenai sila-sila tersebut diatas, bagaimana menuangkannya ke dalam sistem politik
dan sistem kenegaraan kita ? Ringkasnya, dimensi kelembagaan Pancasila perlu
memberikan jawaban terhadap kebutuhan kita memperoleh efek sinergi
sebesar-besarnya dari persatuan dan kita sebagai bangsa, sambil menekan
sekecil-kecilnya dampak negatif yang bisa terjadi pada demikian besarnya akumulasi
sumber daya nasional di tangan mereka yang sedang memegang tampuk kekuasaan
pemerintah, baik di tingkat pemerintah pusat maupun di tingkat daerah.

8. Hubungan Pancasila Dengan UUD Negara Republik Indonesia


Tahun 1945

Dalam arti yang luas : konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan
dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara.

Dalam arti tengah : konstitusi adalah hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan dasar, baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis

Dalam arti sempit : konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa
dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok.

KONSTITUSI BERKEDUDUKAN SEBAGAI

1. Konstitusi sebagai hukum dasar negara

2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi

SIFAT KONSTITUSI

1. Kaku, apabila konstitusi hanya dapat diubah melalui prosedur yang berbeda
dengan prosedur pembuatan undang-undang biasa.

2. Supel, jika dapat diubah dengan prosedur yang sama dengan prosedur
pembuatan undang-undang

KONSTITUSI BERFUNGSI

1. Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah

2. Menjamin hak-hak asasi warga negara

SUBSTANSI/ISI KONSTITUSI

 Pernyataan tentang gagasan-gagasan politik, moral, dan keagamaan.

 Ketentuan tentang struktur organisasi negara


 Ketentuan tentang perlindungan hak-hak asasi manusia

 Ketentuan tentang prosedur mengubah undang-undang dasar

 Larangan mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar

HUBUNGAN DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI

Prinsip-prinsip dasar yang ada di negara agar menjadi operasional maka harus
dijabarkan ke dalam berbagai aturan hukum di negara yang bersangkutan. Penjabaran
dasar negara itu dilakukan melalui konstitusi. Keterkaiatan dasar Negara dengan
konstitusi negara sangat erat, sebab pokok-pokok pikiran yang ada dalam dasar negara
akan tampak terjabar secara lebih rinci dalam konstitusinya. Pokok pikiran pembukaan
UUD 1945, dijelmakan dalam pasal UUD 1945 atau meliputi suasana kebatinan UUD.

HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Pasal-pasal dalam UUD 1945 adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran


yang ada dalam Pembukaan UUD 1945. Contoh :

Sila pertama, dijabarkan di pasal 29 UUD 1945, pasal 28 E (UUD 1945


amandemen)

Sila kedua, dijabarkan di pasal-pasal yang memuat mengenai hak asasi


manusia (pasal 28A - 28J).

Sila ketiga, dijabarkan di pasal 18, pasal 35, pasal 36 UUD 1945

Sila keempat dijabarkan pada pasal 2 s.d 24 UUD 1945.

Sila kelima dijabarkan pada pasal 33 dan 34 UUD 1945.

A. PEMBUKAAN UUD 1945

Pembukaan UUD’45 memberikan pedoman-pedoman tertentu antara lain :

 untuk mengisi kemerdekaan nasional kita

 untuk melaksanakan kenegaraan kita

 untuk mengetahui tujuan dalam memperkembangkan kebangsaan kita

 untuk setia kepada suara batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita.
B. HUBUNGAN ANTARA PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN BATANG
TUBUH UUD 1945

 Hubunganya dengan tertib hukum Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945


mempunyai kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD 1945. Sebagai Pokok
Kaidah Negara yang fundamental, Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan
lebih tinggi daripada batang tubuh UUD 1945.

 Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan mempunyai


kedudukan lebih tinggi.

 Pembukaan merupakan Pokok Kaidah Negara fundamental yang menentukan


adanya UUD Negara tersebut (sumber hukum dasar).

 Pembukaan UUD 1945, mengandung pokok-pokok pikiran yang akan diwujudkan


dalam pasal-pasal UUD 1945.

C. HUBUNGAN ANTARA PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PANCASILA

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi


bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur
kekuasaan secara formal yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang
menguasai dasar Negara (Suhadi, 1998)

Cita-cita hukum tersebut terangkum didalam empat pokok pikiran yang


terkandung dalam Undang Undang Dasar 1945 yang sama hakikatnya dengan Pancasila,
yaitu :

Negara Persatuan “ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh


tumpah darah Indonesia “

Keadilan sosial “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh


rakyat Indonesia“

Kedaulaatan Rakyat “ Neara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas


kerakyatan /perwakilan.”

Ketuhanan dan kemanusiaan “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang


menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.”
D. HUBUNGAN ANTARA PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PROKLAMASI
17 AGUSTUS 1945

Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan khidmat dalam empat
alinea itu, setiap alinea kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam,
mempunyai nilai-nilai yg universal dan lestari.

Universal, karena mengandung nilai-nilai yg dijunjung tinggi oleh


bangsa-bangsa beradab di seluruh muka bumi;

Lestari, karena mampu menampung dinamika masyara-kat, dan akan tetap


menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama bangsa Indonesia tetap setiap
kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

Jadi kesimpulan yang kita dapat ambil dalam hubungan proklamasi dengan
pembukaan UUD 1945 yaitu :

1. Dalam proklamasi dan pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat


Indonesia mengumumkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia ingin terbebas dari
penjajahan.

2. Dalam proklamasi dan pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat


Indonesia ingin mencapai cita-cita nasional yaitu menuju masyarakat yang adil,
makmur, dan sejahtera.

9. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

KONSTITUSI

Dalam arti yang luas : konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan
dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara.
Dalam arti tengah : konstitusi adalah hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan dasar, baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis

Dalam arti sempit : konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa
dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok.

KONSTITUSI TERTULIS DAN TIDAK TERTULIS

 Konstitusi Tertulis (Written Constitution) termuat dalam undang-undang

 Konstitusi Tidak Tertulis (Unwritten Constitution), berdasar adat kebiasaan.

 hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan
Kanada.

HUKUM DASAR TERTULIS

 Biasanya disebut UUD

 Pada umumnya lebih kuat/mengikat daripada HD tidak tertulis.

 Merupakan bagian dari konstitusi

 Merupakan sumber dan dasar bagi norma hukum di bawahnya

HUKUM DASAR TIDAK TERTULIS

Disebut konvensi ketatanegaraan, Sifat Konvensi:

a) Kebiasaan yg berulangkali dlm praktek penyelenggaraan negara

b) Tidak bertentangan dg UUD

c) Diterima oleh seluruh rakyat

d) Sebagai pelengkap UUD untuk mengisi kekosongan hukum

KONSTITUSI BERKEDUDUKAN SEBAGAI

2. Konstitusi sebagai hukum dasar negara

2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi

SIFAT KONSTITUSI
3. Kaku, apabila konstitusi hanya dapat diubah melalui prosedur yang berbeda
dengan prosedur pembuatan undang-undang biasa.

4. Supel, jika dapat diubah dengan prosedur yang sama dengan prosedur
pembuatan undang-undang

KONSTITUSI BERFUNGSI

3. Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah

4. Menjamin hak-hak asasi warga negara

SUBSTANSI/ISI KONSTITUSI

 Pernyataan tentang gagasan-gagasan politik, moral, dan keagamaan.

 Ketentuan tentang struktur organisasi negara

 Ketentuan tentang perlindungan hak-hak asasi manusia

 Ketentuan tentang prosedur mengubah undang-undang dasar

 Larangan mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar

KONSTITUSI INDONESIA

Konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang untuk


pertama kali disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Dalam tata susunan
peraturan perundang-undangan negara, UUD 1945 menempati tingkat tertinggi.
Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 merupakan kelompok Staatsgrundgesetz
atau Aturan Dasar/Pokok Negara yang berada di bawah Pancasila sebagai Grundnorm
atau Norma Dasar.

POKOK-POKOK PEMERINTAHAN SEBELUM AMANDEMEN

1. Indonesia adalah negara berdasar atas hukum yang dicantumkan dalam penjelasan.

2. Sistem konstitualisme, artinya dalam penyelengaraan pemerintahan negara


berdasarkan Undang Undang Dasar yang mengatur mekanisme pembagian
kekuasaan.

3. Kedaulatan berada di tangan rakyat yang sepenuhnya dilakukan oleh MPR. Oleh
karena itu MPR dan DPR yang memilih presiden.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi dibawah MPR, sehingga
presiden adalah bertanggung jawab pada MPR.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6. Menteri negara ialah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab terhadap
DPR. Jadi, presiden memiliki hak kewenangan mutlak untuk mengangkat dan
memberhentikan seorang menteri.

7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Maksudnya, karena kata tidak tak
terbatas dikatakan terbatas tapi sebenarrnya tidak terbatas dan dikatakan tidak
terbatas, tetapi dibatasi oleh hukum dan konstitusi.

POKOK-POKOK PEMERINTAHAN INDONESIA SESUDAH AMANDEMEN

1. Indonesia adalah negara hukum, yang dicantumkan dalam batang tubuh pada pasal
1 ayat 3.

2. Sistem konstitualisme, artinya dalam penyelengaraan pemerintahan negara


berdasarkan Undang Undang Dasar yang mengatur mekanisme pembagian
kekuasaan.

3. Kedaulatan berada di tangan rakyat. Oleh karena itu, saat ini pemilihan Presiden
dilakukaN langsung oleh rakyat.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan, bukan tertinggi dan bukan dibawah


MPR.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6. Menteri negara ialah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab terhadap
DPR. Jadi, presiden memiliki hak kewenangan mutlak untuk mengangkat dan
memberhentikan seorang menteri.

7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Maksudnya, karena kata tidak tak
terbatas dikatakan terbatas tapi sebenarrnya tidak terbatas dan dikatakan tidak
terbatas, tetapi dibatasi oleh hukum dan konstitusi.
10. Sistem Pemerintahan

Sistem = suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional.

Pemerintahan=

1. Dalam arti luas (badan legislatif, eksekutif dan yudikatif).

2. Dalam arti sempit (badan eksekutif beserta jajarannya)

3. Menurut Utrecht, punya pengertian yang tidak sama :

Pemerintahan sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa


memerintah (badan legislatif, eksekutif dan yudikatif).

Pemerintahan sebagai gabungan badan-badan kenega-raan tertinggi yang berkuasa,


misalnya raja, presiden, atau Yang Dipertuan Agung (Malaysia).

Pemerintahan dalam arti kepala negara (presiden) bersama dengan kabinetnya.

Bentuk Pemerintahan Klasik

Ajaran Plato

 Aristokrasi, adalah bentuk negara yang pemerintahannya dipegang oleh para cerdik
pandai dan berpedoman pada keadilan yang berusaha mewujudkan kesejahteraan
umum (rakyat)

 Timokrasi, adalah pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang kaya saja.

 Oligarki, adalah pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang yang kaya dan
mempunyai kecenderungan ingin lebih kaya lagi

 Demokrasi, adalah pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan kepentingan umjm
lebih diutamakanDalam pemerintahan demokrasi prinsip yang diutamakan adalah
kemerdekaan dan kebebasan.

 Tirani adalah negara yang dipimpin oleh satu orang saja. Untuk menjaga supaya
tidak ada persaingan terhadap dirinya, seorang tirani tidak segan segan
menyingkirkan semua saingannya. Akibatnya bentuk pemerintahan tirani jauh dari
keadilan.

Ajaran Aristoteles

 Negara yang pemerintahannya dipegang oleh satu orang

 Monarki, adalah negaara yang pemerintahannya hanya dipegang oleh satu orang
dan ditujukan untuk kepentingan umum

 Tirani, adalah negaara yang pemerintahannya dipegang oleh satu orang, tetapi
ditujukan untuk kepentingan sipenguasa itu sendiri.

 Negara yang pemerintahannya diegang oleh beberapa orang dan kekuasaan negara
dipusatkan pada satu badan atau organ yangb terdiri atas beberapa orang,

 Aristokrasi, adalah negaara yang pemerintahannya dipegang oleh beberapa orang


dan sifatnya baik karena pemerintahannya ditujukan untuk kepentingan umum.

 Oligarki (Plutokrani), adalah negaara yang pemerintahannya dipegang oleh


beberapa orang dan sifatnya jelek karena pemerintahannya hanya ditunjukkan
untuk kepentingan orang yang memegang pemerintahan itu sendiri.

 Negara yang pemerintahannya diegang oleh Rakyat, dapat dibedakan berdasakan


sifatnya;

 Politeia (Republik), adalah negaara yang pemerintahannya dipegang oleh seluruh


rakyat demi kepentingan umum. Bentuk pemerintahan baik dan ideal.

 Demokrasi adalah negaara yang pemerintahannya dipegang oleh orang-orang


tertentu demi kepentingan sebagian orang.

Ajaran Polybios

 Monarki adalah : pemerintahan oleh satu orang (seorang raja) guna kepentingan
seluruh rakyat. Cita-cita akan keadilan dan kesusilaan telah menyebabkan orang
pada mulanya sangat menghargai bentuk monarki. Dalam monarki, kekuasaan
Negara dipegang oleh satu orang tunggal yang berkuasa, berbakat dan mempunyai
sifat-sifat yang lebih unggul.

 Tirani adalah : pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingannya sendiri dan
bersifat sewenang-wenang.

 Aristokrasi adalah : pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendekiwan


guna kepentingan seluruh rakyat.

 Oligarki adalah : pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan


kelompoknya sendiri.

 Demokrasi adalah : pemerintahan dari orang-orang (rakyat) yang tidak tahu sama
sekali tentang soal-soal pemerintahan.

 Okhlokrasi adalah : pemerintahan sesuka hati/sewenang-wenang oleh orang-orang


(rakyat) yang tidak tahu sama sekali tentang pemerintahan dan mementingkan
kepentingan golongannya saja. Karena adanya kekacauan yang ada, korupsi
merajalela, dll maka munculah seseorang bertangan besi untuk memimpin Negara
tersebut. Oleh karena itu, bentuk Negara kembali lagi ke monarki.

Bentuk pemerintahan modern

1. REPUBLIK

Republik merupakan bentuk pemerintahan yang kepala negaranya dipilih oleh rakyat
secara bebas untuk masa jabatan tertentu.

a. Republik Parlementer

Presiden sebagai kepala negara dan tidak dapat diiganggu gugat. Perdana menteri
sebagai kepala pemerimtahan bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam system
republic Parlementer, kekuasaan legislative lebih tinggi daripada kekuasaan eksekutif.

b. Republik Konstitusional

Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Kekuasaan Presiden dibatasi
oleh konstitusi, sedangkan parlemen berfungsi sebagai pengawas.

c. Republik Absulut.
Bentuk pemerintahan tanpa ada pembatasan kekuasaan sehingga penguasa
mengabaikan konstitusi. Partai politik dipergunakan untuk menglegitimasi kekuasaan.
Dalam system ini parlemen tidak berfungsi.

2. KERAJAAN atau KEKAISARAN (MONARKI)

Menurut Leon Duguit, Apa bila kepala negara ditunjuk berdasarkan keturunan, bentuk
pemerintahan disebut Monarki. Sebaliknya, apabila kepala negara ditunjuk tidak
berdasarkan keturunan tetapi dipilih maka bentuk pemrintahannya disebut Republic.

Bentuk pemerintahan monarki dapat dibedakan;

a. Monarki Mutlak (Absolut)

Monarki Mutlak (Absolud) adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
raja ( ratu, kaisar, atau syeh ). Seluruh kekuasaan negara dipegang oleh raja dan segala
ucapannya merupakan undang-undang yang harus dipatuhi oleh semua rakyat. Contoh:
Perancis pada masa Louis XIV

b. Monarki konstitusional

Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja
dan kekuasaan dibatasi oleh Undang-undang Dasar (konstitusi)

contoh Jepang, Inggris, Denmark, Saudi Arabia, Yordania.

c. Monarki parlementer

Monarki parlementer adalah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja. Kekuasaan
tertinggi dipegang oleh parlemen, sedangkan kekuasaan eksekutif dipegang oleh
Perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen

Raja fungsinya hanya sebagai kepala negara kedudukannya tidak dapat diganggu gugat.
contoh; negara Belanda, Inggris.

A. Sistem Pemerintahan Presidensial

Sistem pemerntahan presidensial adalah sistem pemerintahan yang dipimpin


oleh seorang presiden. Kedudukan presiden segabai kepala negara dan kepala
pemerintahan (eksekutif).

Adapun ciri-ciri pemerintahan presidensial adalah :


 Presiden sebagai badan penyelengara negara. Presiden berkedudukan sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan (eksekutif)

 Presiden tidak dipilih parlemen, tetapi dpilih secara langsung oleh rakyat mellaui
pemili atau oleh suatu badan khusus yang dikuasakan.

 Hubungan atnara Presiden dan parlemen tidak dapat saling menjatuhkan, karena
presiden dan parlemen dpilih oleh rakyat melalui pemilihan umum, sehingga
keduanya bertanggung jawab kepada rakyat.

B. Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan yang dipimpin


oleh perdana menteri dan kabinet. Mereka bertanggung jawab atas segala aktivitas
kepada parlemen. Sistem pemrintahan parlemen sendiri terbentuk karena pergeseran
sejarah hegemonia kerajaan. Pergeseran tersebut dijelaskan dalam tiga fase peralihan,
walaupun perubahan dalam tiap fasenya tidak terlalu jelas.

Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer, yaitu :

 Tedapat hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan legilatif. Hubungan
tersebut bersifat timbal balik dan saling mempengarhui.

 Badan legislatif (parlemen) memiliki kekuasaan yang besar sebagai badan


perwakilan dan legislatif. Hal ini karena anggotanya dipilih secara langsung oleh
rakyat melalui pemilu dan merupakan badan satu-satunya yang dipilih oleh rakyat.

 Pemerintah (kabinet) terdiri atas perdana menteri dan para menteri.

C. Sistem semipresidensial

Sistem semipresidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan


kedua sistem pemerintahan: presidensial dan parlementer. Terkadang, sistem ini juga
disebut dengan Dual Eksekutif (Eksekutif Ganda). Dalam sistem ini, presiden dipilih
oleh rakyat sehingga memiliki kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan kekuasaan
bersama-sama dengan perdana menteri. Sistem ini digunakan oleh Republik Kelima
Perancis.

Ciri-ciri pemerintahan semipresidensial yaitu:

a. dari presidensial
1. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.

2. Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan


memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan
non-departemen.

3. Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.

b. dari parlementer

1. Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan


kepala negara dikepalai oleh presiden.

2. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

3. Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

A. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949

Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945

B. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950

Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950


Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS

C. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959

Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Konstitusi : UUDS 1950

D. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin)

Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Dikeluarkannya dekrit Presiden 1959 mengembalikan sistem pemerintahan Indonesia
ke sistem pemerintahan presidensial.

E. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)

Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945

F. Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang

Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Beberapa contoh variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah
sebagai berikut;

 Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kewenangan mengawasi presiden meskipun secara tidak
langsung.

 Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan


dari DPR.

 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau


persetujuan dari DPR.
 Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
dan hak budget (anggaran).

Anda mungkin juga menyukai