Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA.

1
Oleh: Muhammad Zainuddin, SH.,MH2

Berdasarkan penelusuran sejarah, Pancasila tidaklah lahir secara tiba-tiba pada


persiapan proglamasi 1945, melainkan melalui proses yang sangat panjang, dimana diawali
dengan sejarah perjuangan bangsa serta pengalaman bangsa lain yang telah ada di Dunia.
Pancasila di ilhami oleh gagasn bangsa besar di dunia dimana memiliki idiologi atau
pedoman dalam pemerintahan, kemudian nilai yang akan diangkat berakar dari kepribadian
dan gagasan besar bangsa Indonesia.

A. Lahirnya Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan.


Sejarah berdirinya negara Indonesia tidak akan bisa lepas dari masa kerajaan,
catatan bukti sejarah membuktikan bahwa diwilayah Indonesia dulunya adalah bentuk
kerajaan, kerajaan besar yang mengalami kejayaan diantaranya kerajaan Sriwijaya,
Kerajaan Majapahit, Demak, Kalongga, bahkan bentuk kerajaan masih yang masih lestari
sampai sekarang diantaranya di wilayah Solo dan Djogjakarta.
Kerajaan besar yang mengalami masa kejayaan merupakan tonggak dari berdirinya
Negara Indonesia, mengingat pada masa kejayaannya telah memenuhi untuk terbentuknya
suatu negara, masa itu kerjaan telah memiliki kedaulatan, bersatu, serta memiliki wilayah
seluruh nusantara, selain itu pula pada masa tersebut telah tercapai masyarakat sejahtera.
kerajaan besar yang menjadi tonggak berdirinya Negara Indonesia yaitu Kerajaan
Sriwijaya dan juga kerajaan Majapahit. Catatan sejarah bahwa kerajaan Sriwijaya dibawah
kepemimpinan Wangsa Syailendra yang berpusat di wilayah Sumatra Selatan pada tahun
(600-1400) dan pada zaman kerajaan Majapahit di Jawa Timur pada tahun (1293-1525).

1. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan berbahasa melayu kuno dan mengunakan
huruf pallawa, kerajaan Sriwijaya dikenal dengan kekuatan maritimnya yang
mengandalkan jalur perhubungan laut, wilayah maritim yang menjadi kekuasaan kerajaan
Sriwijaya meliputi wilayah selat sunda dan juga selat malaka. terkait sistem pemerintahan
terdapat pegawai yang khusus mengurus tentang Pajak, harta benda kerajaan, rohaniawan
1
Materi Kuliah Pendidikan Pancasila, Fakultas Tarbuyah dan Ilmu Keguruan, UNISNU Jepara,
Pertemuan ke-2
2
Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.
yang menjadi pengawas dalam pembangunan gedung dan patung suci sehingga sistem
negara dapat berjalan dengan nilai ketuhanan.3
Masa pemerintahan Balaputradewa mengalami masa kejayaan kerajaan Sriwijaya,
disini dapat dikatakan sebagai embrio berdirinya bangsa Indonesia karena upayanya untuk
mempersatukan wilayah Indonesia dapat dilakukan yaitu hampir separah dari wilayah
Indonesia sekarang berhasil ditaklukkan. Kerajaan yang disegani di Asia Tenggara ini
menguasai Selat Sunda dan Malaka yang merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-
daerah di Asia Tenggara. Pada masa kejayaannnya itu pula Sriwijaya dipandang sebagai
penjelmaan negara kesatuan yang pertama karena unsur-unsur ketuhanan atau kehidupan
keagamaan dan kebudayaan terpelihara dengan adanya universitas Agama Budha yang
merupakan bukti dengan adanya banyak guru kerohanian yang mengajar (guru dari India)
yang dikenal dengan guru Dharmakirti.
Cita-cita untuk kesejahteraan bersama dalam bernegara telah tercermin pada
kerajaan Sriwijaya, sebagaimana tersebut dalam prakata “Marvuat Vannua Criwijaya
Siddhayatra Subhiksa” yang memiliki arti (Suatu Cita-Cita Negara Yang Adil Dan
Makmur).4 sedangkan terkait pendidikan kerajaan Sriwijaya telah memiliki tempat
pendidikan agama Budha yang sangat dikenal di Asia, salah satu aspek pendukungnya
adalah dengan didatangkanya seorang guru dari India salah satunya adalah Dharmakitri.
Disamping unsur keagamaan juga ada tata pemerintahan yang didasarkan atas
musyawarah, keadilan sosial, serta unsur kedaulatan juga ada pada waktu itu. Pembinaan
hubungan baik dengan negara-negara lain, pengembangan agama dan kebudayaan seperti
yang dilakukan Sriwijaya harus tetap dilakukan. Demikian juga pengembangan
perdagangan serta serta usaha peningkatan pendidikan. Jika dahulu Kerajaan Sriwijaya
telah dapat menjadi negara maritime yang tenar, sekarangpun seharusnya kita dapat
menjadi negara maritime yang lebih tenar dan lebih besar lagi.
Unsur kehidupan pada masa kerajaan Sriwijaya yang terdapat dalam pancasila
diantaranya ketuhanan, kemanusian, persatuan, tata pemerintahan berdasarkan atas dasar
musyawarah dan keadilan sosial, unsur tersebut terdapat sebagai asas yang menjiwai
bangsa Indonesia, unsur tersebut sudah menjadi kepribadian yang mampu dihayati dan
dilaksanakan oleh masyarakat pada saat itu, akan tetapi belum dirumuskan secara konkrit.
Bukti tertulis yang yang membuktikan terdapatnya tersebut ialah pada prasasti di Telaga

3
Kaelen, Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, (Paradigma : Yogyakarta, 1999), Halaman 27.
4
Ibid
Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo, dan Kota Kapur. 5 Nilai kehidupan pada
masa kejayaan kerajaan Sriwijaya pada hakikatnya telah mampu menunjukan nilai yang
mengarah kepada Pancasila, nilai Ketuhanan terwujud dengan adanya agama Hindu dan
agama Budha yang hidup berdampingan secara damai, nilai persatuan dapat dilihat pada
konsep negara kepulauan dimana tentu ini sangat relefan dengan konsepsi wawasan
nusantara, nilai kesejahteraan tergambarkan dengan majunya perdagangan sehingga
mampu menigkatkan kehidupan rakyatnya sehingga menjadi makmur.
Melihat masa kejayaan kerajaan Sriwijaya yang memiliki cita cita untuk menjadi
negara yang adil dan makmur, serta unsur-unsur yang tumbuh dimasyarakat sudah
mencerminkan nilai-nilai Pancasila, disamping itu kepribadian bangsa Indonesia saat ini
dapat dilihat dari bagaimana pada masa itu diterimanya agama dan kebudayaan lain yang
masuk ke Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila yang sekarang menjadi dasar negara
Indonesia sudah benar-benar berakar sejak zaman dahulu.6

2. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit meerupakan kerjaan besar yang mampu menyatukan nusantara
melalui sumpah Palapa oleh Gajahmada, sebelum lahirnya kerajaan Majapahit di Jawa
Timur sudah ada beberapa kerajaan di pulau Jawa, diantaranya adalah kerajaan Kalingga,
Sanjaya diwilayah Jawa Tengah, dan di Jawa Timur beberapa kerajaan itu adalah Isana,
Dharmawangsa, Airlangga. pada masa kerajaan ini agama yang diakui adalah Budha,
Wisnu, dan agama Syiwa. agama agama tersebut hidup damai berdampingan.
Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada yang
terkenal. Wilayah nya meliputi seluruh Nusantara, sedang politik luar negerinya
bersemboyan ‘’Mitreka Satata’’ yang artinya adalah Persahabatan dengan negara tetangga
dan hal ini dikuatkan dan tercatat dalam buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca
yang menyebutkan nama – nama kerajaan luar negeri yang memiliki hubungan
persahabatan dengan Kerajaan Majapahit, seperti Kerajaan Siam, Kerajaan Kamboja,
Kerajaan Burma, Kerajaan Champa, Kerajaan Yavana/sekarang Vietnam, dan Kerajaan
Cina.

5
Dardji Darmodihardjo, Orientasi Singkat Pancasila, (PT.Gita Karya : Jakarta, 1978) Halaman 22-23.
6
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Peruruan Tinggi, (Jakarta : Kencana,2015). Halaman
87-88.
Terwujudnya nusantara bersatu tentu tidak terlepas dari jasa mahapatih Gadjah
Mada yang terkenal dengan sumpahnya untuk mempersatukan nusantara, sumpah tersebut
sering kita kenal dengan ‘’Sumpah Palapa’’, yang memiliki arti kesatuan dan persatuan,
seperti yang tercantum pada sila ketiga Pancasila. Sumpah tersebut berbunyi: ‘’Saya baru
akan berhenti berpuasa makan palapa jikalau Nusantara sudah takluk di bawah kekuasaan
negara majapahit’’
Nilai kemanusian telah tercermin pada masa kerajaan ini, bukti sejarah dapat
ditemukan pada prasasti Kelagan, dimana Raja Airlangga telah mengadakan hubungan
dagang dengan Benggala, Chola, dan Champa. sedangkan nilai permusyawaratan dimana
pengangkatan Airlangga sebagai raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga
dengan rakyat dan kaum brahmana. nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat Raja
Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan
pertanian rakyat.
Pada masa Kejayaan Majapahit, agama hindu dan budha dapat hidup berdampingan
secara tertib, tanpa benturan, hal ini menunjukkan toleransi diantara umat beragama
dijunjung tinggi, bahkan salah satu daerah kekuasaan pada waktu itu ialah pasai telah
memeluk agama islam. Majapahit mempersatukan kembali seluruh nusantara yang
terpecah-pecah selama waktu kurang lebih tiga abad dari tahun 1293 sampai dengan tahun
1520.

B. Perjungan bangsa Indonesia melawan penjajah.


1. Perjuangan Sebelum Abad XX
Perjuangan bangsa Indonesia sebelum abad XX yang berawal dari penjajahan Eropa
yang memusnahkan bangsa Indonesia itu tidak dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa
Indonesia. Sejak semula, imprialis itu menjejakkan kakinya di Indonesia, di mana-mana
bangsa Indonesia melawannya dengan semangat patriotic melalui perlawanan secara fisik.
Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan Dunia
Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898), yang
dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), gerakan SunYat
Sen dengan Republik Cinanya (1911). Partai Konggres di India dengan tokoh Tilak dan
Gandhi. Berdasarkan pengalaman yang terdapat di negara-negara lain tersebut, maka
bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah sejak abad ke-20 mengalami perubahan. Yang
tadinya bersifat fisik sekarang menjadi bentuk organisasi- Organisasi.
Perjuangan Bangsa Indonesai sebelum abadke 20 ,Perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah bisa dikatakan sejak datangnya para penjajah di seluruh wilayah
Nusantara dan sekitarnya, antara lain:
1) Pati Unus dari kesultanan Demak, tahun 1511 berusaha mengusir Portugis dari
Malaka, setelah Portugis menguasai Malaka
2) Sultan Agung dari Kesultanan Mataram, tahun 1628 dan 1629 berusaha mengusir
Belanda dari Batavia
3) Sultan Mirsa dari kesultanan Cirebon, empat kali bangkit melawan penjajah Belanda,
yaitu pada tahun 1788 dipimpin oleh Mirsa, kemudian tahun 1793, 1796, dan tahun
1802.
4) Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1680) dari Kesultanan Banten juga berusaha mengusir
Belanda dari Banten.
5) Tahun 1674 Trunajaya memimpin rakyat Madura, dibantu laskar Banten dan Makassar
melawan Mataram karena Mataram sudah bekerja sama dengan Belanda.
6) Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Makassar mengadakan perlawanan terhadap
Belanda antara lain terjadi pada tahun 1653, 1655, 1660 dan 1666.
7) Sultan Khairun dari Kesultanan Ternate dengan dukungan rakyat Ternate menyatakan
perang dengan Portugis, yang kemudian dilanjutkan oleh putranya Baabullah.
8) Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, bersama rakyat Banjar mengadakan
perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
9) Sultan Muhammad Salihuddin dari Kesultanan Kutai Kartanegara tahun 1884
mengadakan perlawanan terhadap tentara Inggris.
10) Sutan Nuku dari Kesultanan Tidore tahun 1802 melawan Belanda.
11) Perlawanan rakyat Saparua, Ambon dan sekitarnya melawan Belanda di bawah
pimpinan Pattimura tahun 1817.
12) Pangeran Diponegoro bersama rakyat Jawa Tengah dan Yogyakarta melawan Belanda
pada tahun 1825-1830.
13) Perlawanan rakyat Sumatera Barat yang terkenal dengan Kaum Paderi, melawan
Belanda pada tahun 1821-1837 di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
14) Perlawanan Rakyat Aceh tahun 1837-1904, yang dipimpin oleh Panglima Polim,
Tengku Cik Ditiro, Tengku Umar, Dll., yang berhasil mengobarkan semangat jihad
melawan penjajah Belanda.
15) Kerajaan Karangasem di pantai Timur Bali, bersama suku Sasak yang sudah memeluk
islam, mengadakan perlawanan Belanda pada tahun 1894.
16) Perlawanan rakyat Bali melawan Belanda dibawah Raja Klungkung tahun 1908 yang
terkenal dengan “puputan”, tidak mau tunduk kepada Belanda.
17) Perlawanan rakyat Batak melawan Belanda tahun 1875-1907 yang dipimpin oleh Si
Singamangaraja

Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah sebelum abad ke-20 di seluruh


wilayah Nusantara belum berhasil, hal ini disebabkan belum ada persatuan yang kuat,
sehingga masih mudah dipecah belah dan masih bersifat kedaerahan. mengutamakan
perlawanan yang bersifat fisik, sehingga para pasukan pejuang mengalami kekalahan
dalam hal persenjataan, Perjuangan masih sangat bergantung kepada para pemimpin, jika
pemimpin gugur atau tertangkap, berakhirlah perlawanan terhadap penjajah.

2. Kebangkitan Nasional 1908


Sejarah peradaban bangsa Indonesia mencatat dan membuktikan bahwa penjajahan
Kolonial Belanda yang memakan waktu ratusan tahun lamanya, telah mengakibatkan
bangsa Indonesia merana dalam serba ketidak berdayaan. Dalam kenyataannya kehadiran
kolonialisme dibumi Indonesia adalah fakta historis yang turut menentukan sejarah
perjalanan nasib bangsa Indonesia. Kolonial Belanda telah melakukan penindasan terhadap
kehidupan rakyat Indonesia, mulai dari monopoli perdagangan, hingga penjajahan dalam
berbagai bidang politik, kehidupan sosial, dan ekonomi.
Pada zaman penjajahan segala bentuk kegiatan dan usaha untuk memajukan
kehidupan bangsa dan perbaikan pemerintahan di Indonesia selalu diawasi dan dilarang.
Begitu pula dalam kehidupan sosial terjadi diskriminasi ras, dimana bangsa Indonesia
dibagi dalam 3 golongan yaitu kelas Eropa, kelas Timur Jauh atau Asing dan kelas
Inlander (pribumi). Tidak berbeda pula pada kehidupan ekonomi penjajah memberlakukan
aturan-aturan pemerintah yang didasarkan pada monopoli paksaan dan kerja rodi.7
Penjajahan ini menyebabkan rakyat Indonesia melakukan perjuangan melawan
penjajah. Namun perjuangan yang dilakukan oleh rakyat ini cenderung bersifat
kedaerahan. Berbagai pergerakan melawan penjajah dilakukan, pergerakan tersebut hanya

7
Iskandar Syah, Perspektif Sejarah Nasional Indonesia, (Universitas Lampung : Bandar Lampung,
2005), Halaman 3-4.
dilakukan demi kepentingan daerah saja. Pada waktu itu rasakebersamaan atau solidaritas
sosial secara nasional yang meliputi wilayah Indonesia masih jauh dari kenyataan.
Nasionalisme Indonesia seperti yang dimiliki dan dirasakan sekarang masih belum ada.8
Pergerakan demi pergerakan yang dilakukan beberapa daerah di Indonesia dapat
dengan mudah dikalahkan oleh bangsa penjajah. Zaman perjuangan dan perlawanan
bangsa Indonesia dalam upaya mengusir dan menentang penjajahan ini lazim disebut
dengan zaman perlawanan menentang kolonial. Bangsawan atau raja-raja Perjuangan yang
melakukan perlawanan sebelum abad XX tentu saja tidak dapat memberikan hasil yang
baik, sifat perjungan yang lokal, belum mengenal rasa persatuan kebangsaan dan
perlawanan yang tidak didasarkan pada organisasi yang teratur menyebabkan bangsa
kolonial menjajah Indonesia sehingga sulit mencapai kemerdekaan, selain itu benteng
kesukuan dan kedaerahan masih menjadi penghalangnya. Pada tahun 1908 merupakan titik
awal perjuangan bangsa Indonesia yang didasarkan pada:
1) Perjuangan Nasional, yang meliputi untuk kepentingan dan cita-cita seluruh tanah air
dan bangsa Indonesia.
2) Didasarkan pada suatu pola organisasi perjuangan yang teratur.
3) Timbulnya kesadaran nasionalisme.
4) Lahirnya golongan muda (Elite Nasional) yang menjadi pelopor perjuangan.9

Golongan muda berusaha memperjuangkan kemerdekaan dengan menumbuhkan


rasa kesatuan kebangsaan Indonesia dengan cara mendirikan organisasi-organisasi. Ada
beberapa organisasi yang didirikan yang beazaskan kedaerahan diantaranya; Trikorodarmo
yang kemudian menjadi Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Jong Minahasa,
Jong Celebes, Jong Bataks Bond, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, dan Jong
Timoreesch Verbond. Sedangkan organisasi yang berazas kebangsaan yang pertama berdiri
adalah Boedi Oetomo tahun 1908. Lahirnya Boedi Oetomo yang menjadi hari lahirnya
kebangkitan Indonesia dan sekaligus tahun lahirnya Komisi Bacaan Rakyat atau penerbit
Balai Pustaka.
Kelahiran Komisi Bacaan Rakyat yang mendorong Sastrawan Indonesia untuk
memanfaatkannya sebagai wadah perjuangan mencapai kemerdekaan. Sastrawan
8
Sagimun, peranan pemuda dari sumpah pemuda sampai proklamasi,( Bina Aksara: Jakarta, 1989),
Halaman 72.
9
Iskandar Syah, Log.Cit. Halaman 2.
menggugah semangat juang bangsa Indonesia untuk bersatu melawan penjajah melalui
hasil karya sastranya. Hal ini menggambarkan bahwa kelahiran kesusastraan Indonesia
tidak bisa dipisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia, sebab disamping sastra Indonesia
lahir sebagai buah keindahan kebanyakan Sastrawan awal, dalam kelahiran kesusastraan
Indonesia menggunakan sastra sebagai sarana perjuangan bangsa. Kelahiran kesusastraan
Indonesia itu seiring dengan meluasnya penggunaan bahasa melayu dalam seluruh
kawasan nusantara. Penggunaan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari yang secara luas
dipakai diseluruh nusantara membawa dampak besar untuk persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Rasa senasib dan sepenanggungan lebih memperkukuh solidaritas berbangsa,
bertanah air dan berbahasa yang seperti dilukiskan oleh Moh Yamin dalam karya-karyanya
yang ditulis untuk menyambut Kongres Pemuda seluruh Indonesia ditahun 1928, dimana
akan lebih langsung berhubungan dengan Nasionalisme Indonesia.10

3. Sumpah Pemuda
Tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai cita-citanya, dimana para pemuda bersatu dan melakukan pengakuan
bahwa akan adanya bangsa, tanah air, dan bahasa satu yaitu Indonesia. pergerakan
persatuan ini dikenal dengan Sumpah Pemuda, persatuan yang dipelopori oleh Muh.
Yamin dan Kuncoro Purbopranoto serta dibantu dengan pemuda lainya.
Melalui Sumpah Pemuda bangsa Indonesia ingin menegaskan apa yang menjadi
keinginan bangsa khususnya para pemuda, sehingga diperlukanlah persatuan suatu bangsa
yang sebagai syarat mutlak berdirinya, sehingga untuk mengikat persatuan digunakanlah
bahasa Indonesia.11

4. Perjuangan Pada Masa Penjajahan Jepang


Penyerahan tanpa syarat Belanda pada tanggal 8 maret 1942 dari jendral terpoorten
kepada hitoshi Imamura di Kalijati Jawa Barat menyebabkan berakhirnya kekuasaan
Hindia Belanda di Indonesia, dengan demikian Indonesia memasuki sejarah babak baru.
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dianggap sebagai masa yang memprihatinka yang
ditandai dengan adanya romusha dan kelaparan, kekurangan pakaian serta pemaksaan
dalam berbagai kegatan perang. Setelah Indonesia resmi dibawah pendudukan Jepang
10
A Teeuw, Sastra Baru Indonesia I, (Nusa Indah: Ende Flores,1978), Halaman 40-41.
11
Syahrial Syarbaini, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi (Implementasi Nilai-Nilai Karakter
Bangsa), (Ghalia Indonesia : Bogor, 2014) Halaman 112.
ditempatkanlah pasukan angkatan darat dan angkatan laut untuk memerintah Indonesia.
Pemerintah militer Jepang berbeda dengan zaman penjajahan Hindia Belanda.
Kebijakan yang dilaksanakan Indonesia berkaitan dengan kemenangan peperangan
pasifik, pada dasarnya kebijakan yang diterapkan mempunyai dua prioritas. Pertama,
menghapuskan pengaruh barat. Kedua, memobilisasikan rakyat Indonesia demi kemajuan
perang Jepang. Berbagai mobilisasi dijalankan oleh pemerintah pendudukan Jepang. Untuk
membantu pelaksanaannya diangkat pimpinan-pimpinan rakyat baik pemimpin agama,
guru dan pemimpin-pemimpin nasionalis. Pemerintah Jepang merangkul pemimpin Islam,
karena Jepang menyadari bahwa sebagian besar rakyat Indonesia beragama Islam dan
pemimpin islam mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat.
Selain merangkul pemimpin-pemimpin Islam pemerintah Jepang juga menawarkan
kerja sama kepada tokoh-tokoh nasionalis, tujuannya agar golongan nasionalis mau
memberikan tenaga dan pikirannya dalam memabntu usaha perang Jepang. Untuk
mendapatkan dukungan dan simpati rakyat Indonesia maka tokoh-tokoh nasionalis
diangkat menjadi pemimipin pergerakan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang seperti
gerakan 3A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) dan
gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat).
Pemerintah penduduk Jepang memerlukan banyak tenaga untuk pertanahanan
menghadapi sekutu. Untuk itu dibukalah kesempatan para pemuda untuk menjadi prajurit.
gerakan-gerakan pemuda diberi prioritas tinggi dan ditempatkan dibawah pengawasan
ketat pihak Jepang. Ini dipahami Jepang bahwa untuk mempertahankan kedudukannya
harus mendapatkan pertahanan dari penduduk setempat. Jepang membutuhkan amat
banyak tenaga untuk membuat kubu-kubu pertahanan ditepi-tepi pantai, di pegunungan, di
hutan-hutan. Disamping itu juga membutuhkan tenaga kerja untuk mempertahankan
Indonesia serta daerah-daerah yang sudah dikuasai.12Untuk melatih pemuda-pemuda
dibentuklah organisasi-organisasi militer seperti Heiho (Pasukan Pembantu Prajurit),
Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), PETA (Tenatara
Sukarela Pembela Tanah Air), Fujinkai (Perhimpunan Wanita), dan Suisyintai (Barisan
Pelopor). Mereka semua diberi latihan dasar yang sama dengan para serdadu jepang seperti
baris berbari, taktik menggunakan senjata dan taktik berperang.

12
Sagimun MD, Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Facisme Jepang, (Jakarta: Inti Indrayu
Press, 1995), Halaman 27.
Setelah sekutu dapat menguasai dan mendesak tantara Jepang dalam perang pasifik,
maka Jepang mulai banyak memberikan konsesi kepada bangsa Indonesia baik di bidang
politik maupun di bidang militer. Dalam bidang politik antara lain berusaha menarik
simpati rakyat dengan cara mengizinkan dikibarkannya bendera merah putih,
dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilarangnya pemakaian Bahasa
Belanda serta adanya pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai
realisasi dari janji kemerdekaan. Meskipun tidak berbeda dari watak kolonialisasi, sistem
pemerintahan Jepang juga menerapkan dominasi politik yaitu melarang dan membubarkan
pergerakan-pergerakan rakyat juga melakukan eksploitasi ekonomi serta penetrasi budaya
bahkan penindasan. Namun demikian ada juga kebijakan politiknya yang bermanfaat bagi
rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai