Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengantar

Perjuangan untuk terwujudnya negara modern diwarnai dengan penjajahan bangsa


asing selama 3,5 abad, serta akar budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Kemudian dalam mendirikan negara bangsa Indonesia menggali nila-nilai yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia, yang merupakan local wisdom bangsa Indonesia sendiri, sebagai
unsur materi Pancasila. Nilai-nilai tersebut diolah dan dikembangkan serta disinteikan
dengan paham besar di duna dan disahkan menjadi dasar filsafat negara. Nilai-nilainya
telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia
mendirikan negara, yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai
religius. Materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan
bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup
bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.
Sekaligus sebagai pertanggung jawaban ilmiah, bahwa Pancasila selain sebagai dasar
negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa
serta sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.

Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang
cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad
ke IV, ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad
ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra di
Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-
kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang


kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para pejuang kebangkitan
nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan sumpah pemuda pada tahun 1928. Proses
perumusan dasar filsafat negara, secara kreatif diangkat dari kausa materialis yang ada
pada bangsa Indonesia sendiri yang secara eklektis disintesiskan dengan unsur-unsur dari
luar yang relevan.

B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia

Zaman Kutai. Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya 7 yupa. Berdasarkan prasasti tersebut raja Mulawarman keturunan dari raja
Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut prasasti mengadakan
kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana. Hal ini menampilkan nilai-nilai
sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para
Brahmana.

Zaman Sriwijaya. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu :
pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan
kedatuan. Kedua, negara kebangsaan Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan,
kedua tahap tersebut mrupakan negara kebangsaan Indonesia lama. Ketiga, Negara
kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia merdeka (sekarang negara proklamasi 17
Agustus 1945). Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan
Sriwijaya, di bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Sebagai suatu kerajaan yang bsar
Sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan tata pemerintahan yang mampu
menciptakan peraturan-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang berada di wilayah
kekuasaannya. Demikian pula dalam sistem pemerintahannya. Sehingga pada waktu itu
kerajaan dalam menjalankan sistem negara tidak dapat dilepaskan dengan nilai
Ketuhanan.

Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit. Kerajaan Kalingga pada abad ke


VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan untuk
Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah bersama
dengan dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX). Dibangunnya candi Borobudur (candi
agama Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad ke
X), sehingga pembangunan candi-candi tersebut menunjukkan fakta bahwa dahulu bangsa
Indonesia telah mengembangkan toleransi beragama dan sikap humanisme dalam
pergaulan antara manusia. Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut munulah
kerajaan di Jawa Timur yaitu kerajaan Istana, kerajaan Airlangga pada abad ke XI, Raja
Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, memiliki sikap toleransi dalam
kehidupan beragama. Agama yang diakui oleh kerajan adalah agama Budha, agama
Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai. Mereka
bermusyawarah untuk menentukan posisi raja yangakan menggantikan raja sebelumnya.,
meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Membuat tanggul dan waduk
demi kesejahteraan pertanian rakyat, hal ini merupakan nilai-nila sila kelima. Bahkan
pada zaman itu lambang negara Indonesia yang makna di dalamnya juga melambangkan
sila-sila Pancasila, digambarkan dengan burung garuda, dengan slogan Bhinneka Tunggal
Ika.

Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang dipimpin
oleh laksamana Nala. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang di dalamnya terdapat
istilah “Pancasila”. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang di dalamnya trdapat
slogan “Bhinneka Tunggal Ika”. Berbagai unsur agama yang berbeda tersebut hidup
dalam suatu kerajaan di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit dan di bawah satu hukum
negara (dharma) dan hidup rukun dan damai dengan penuh toleransi antara umat berbagai
agama. Kausa materialis Pancasila sudah dimiliki dan diamalkan dalam kehidupan
bersama, meskipun pada saat itu masih dalam kekuasaan kerajaan. Selain nila-nilai yang
diangkat dan dikembangkan dalam negara kesatuan Republik Indonesia, juga terminolgi
Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu dalam hubungannya dengan negara lain
raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan hubungan bertetangga dengan baik dengan
kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa, dan Kamboja, pemertintahan kerajaan Majapahit
terdapat semacam penasehat seperti Rakyan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas
memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang
ilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.

C. Zaman Penjajahan

Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama
Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembang pula erajaan-
kerajaan Islam dan mulailah mereka berdagang dengan orang-orang Eropa di Nusantara.
Mereka antara lain orang Portugis. Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula
ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk menghilangkan
persaingan di antara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka medirikan suatu
perkumpulan dagang yang bernama VOC yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah
‘Kompeni’. Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya
mengadakan perlawanan dengan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1629,
Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua. Beberapa
saat setelah itu Sultan Agung mangkat maka Mataram menjadi bagian kekuasaan
kompeni. Bangsa Belanda mulai memaikan peranan politiknya dengan licik di Indonesia.
Timbulah perlawanan dari rakyat Makasat di bawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah
Banten dapat ditundukkan oleh kompeni. Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan
semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda, namun sekali lagi karena tidak
adanya kesatuan dan persatuan di antara mereka dalam perlawanan melawan penjajah
maa perlawanan tersebut senantiasa kandas dan bahkan menimbulkan banyak korban.
Penderitaan rakyat menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli lagi dengan ratap
penderitaan tersebut, bahkan mereka semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk
memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.

D. Kebangkitan Nasional

Pada abad XX terjadi pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan suatu kesadaran
akan kekuatannya sendiri. Gerakan inilah yang merupakan awal herakan nasional untuk
mewujudkan suatu bangsa yang merdeka, yang memiliki kehormatan dan martabat
dengan kekuatannya sendiri. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 inilah
yang merupakan pelopor pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu munculah
organisasi-organisasi pergerakan lainnya. Mulailah kini perjuangan nasional Indonesia
dititik beratkan ada kesatuan nasional dengan tujan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Perjuangan rintisan kesatuan nasional kemudian diikuti dengan Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928, yang isinya satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia.

E. Zaman Penjajahan Jepang

Anda mungkin juga menyukai