Anda di halaman 1dari 12

Tugas Pancasila

“Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia”

Disusun oleh :

Nama : Asmiranda Agustiana Nur


Kelas : L
Nim : 1911102415062

Fakultas Kesehatan dan Farmasi


Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur 2019
PANCASILA

1. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa indonesia


a. Era pra kemerdekaan :
 Pendahuluan

Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan


Pancasila terus berjaya sepanjang masa. karena ideologi Pancasila tidak
hanya sekedar “confirm and deepen” identitas Bangsa Indonesia
sepanjang masa. Sejak Pancasila digali dan dilahirkan kembali menjadi
Dasar dan Ideologi Negara, maka ia membangunkan dan
membangkitkan dua identitas yang “tertidur” dan yang “terbius” selama
kolonialisme.

 Nilai-nilai Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa

Menurut sejarah pada kira-kira abad VII-XII, bangsa Indonesia telah


mendirikan kerajaan Sriwiaya di Sumatera Selatan dan kemudian pada
abad XII-XVI didirikan pula kerajaa Majapahit di Jawa Timur. Kedua
jaman itu merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia karena bangsa
Indonesia masa itu telah memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa
yang mempunyai negara. Kedua kerajaan itu merupakan negara-negara
berdaulat, bersatu serta mempunyai wilayah yang meliputi seluruh
Nusantara.
Menurut Mr. Muhammad Yamin berdirinya negara kebangsaan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara
kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu : Pertama,
zaman Sriwijaya dibawah Wangsa Syailendra (600-1400). Kedua,
negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525). Kedua tahap negara
kebangsaan tersebut adalah negara kebangsaaan lama. Ketiga, negara
kebangsaan modern yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.

 Masa Kejayaan Nasional

1. Masa Kerajaan Sriwijaya

Pada abad ke VII berdirilah kerajaan Sriwijaya dibawah kekuasaan


Wangsa Syailendra di Sumatera. Kerajaan yang berbahasa Melayu
Kuno dan huruf pallawa adalah kerajaan maritim yang
mengandalkan jalur perhubungan laut. Kekuasaan Sriwijaya
menguasai Selat Sunda (686), kemudian Selat Malaka (775). Sistem
perdagangan telah diatur dengan baik, dimana pemerintah melalui
pegawai raja membentuk suatu badan yang dapat mengumpulkan
hasil kerajian rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya.
Dalam sistem pemeritahan sudah terdapat pegawai pengurus pajak,
harta benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas teknis
pembangunan gedung-gedung suci sehingga saat itu kerajaan dapat
menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai Ketuhanan.
Pada jaman Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha
yang sudah dikenal di Asia. Pelajar dari universitas ini dapat
melanjutkan di India, seperti Dharmakitri. Cita-ciri kesejahteraan
bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya
sebagai tersebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya
Siddhayatra Subhiksa” (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur)/
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pancasila yaitu : keTuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Tata pemerintahan atas dasar musyawarah
dan Keadilan sosial telah terdapat sebagai asas-asas yang menjiwai
bangsa Indonesia , yang dihayati serta telah terdapat asas-asas yang
menjiwai bangsa Indonesia , yang dihayati serta dilaksanakan pada
waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara konkret. Dokumen
tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur tersebut ialah
Prasasti-prasasti di Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi,
Talang Tuo dan Kota Kapur.
Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan
Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu:
a) Nilai Sila pertama , terwujud dengan adanya umat agama
Budha dan Hindu hidup berdampingan secara damai. Pada
kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan
pengembangan agama Budha.
b) Nilai Sila kedua, terjalinnya hubunganantara Sriwijaya
dengan India (Dinasti Harsha). Pengiriman para pemuda
untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas dan aktif
c) Nilai Sila Ketiga, sebagai negara maritim , Sriwijaya telah
menerapkan konsep negara kepulauan sesuai denga konsepsi
Wawasan Nusantara .
d) Nilai Sila Keempat, Sriwijaya tela memiliki kedaulatan yang
sangat luas, melipui (Indonesia sekarang) Siam,
semenanjung Melayu.
e) Nilai Sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

2. Masa Kerajaan Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahi berdiri telah muncul kerajaan-kerajaan


di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti, yaitu
Kerajaan Kalingga (abad ke VII), Sanjaya (abad Borobudur (candi
agama Budha pada abad ke IX) dan Candi Prambanan (candi agama
Hindu pada abad ke X). Dijawa Timur muncul pula kerajaan-
kerajaan, yaitu Isana (abad ke IX), Dharmawangsa (abad ke X),
Airlangga (abad ke XII). Agama yang di akui kerajaan adalah
agama Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa telah hidup
berdampingan secara damai. Nilai-nilai kemanusiaan telah
terecermin dalam kerajaan ini, terbukti menurut prasati Klegaen
bahwa Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan
bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa. Sebagai nilai-
nilai sila keempat telah terwujud yaitu dengan diangkatnya
Airlangga sebagai raja melalui musyawarah antara pengikut
Airlangga dengan rakya dan kaum Brahmana. Sedangkan nilai-nilai
keadilan sosial terwujud pada saat Raja Airlangga memerintahkan
untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian
rakyat.
Pada abad ke XIII berdiri kerajaan Singasari di Kediri Jawa Timur
yang ada hubungannya dengan berdirinya kerajaan Mjapahit (1293)
Jaman Keemasan Majapahit pada pemerintahan raja Hayam Wuruk
dengan Mahapatih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit
semasa jayanya membentang dari Semenanjung Melayu sampai ke
Irian Jaya.

Pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada


waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai,
Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang
didalamnyatelah terdapat istila h “Pancasila”. Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma dimana dalambuku itu terdapat seloka
persatuan nasional yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda-beda, namun satu jua
dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang berbeda. Hal ini
menunjukkan realitas beragama saat itu. Seloka toleransi ini juga
diterima oleh Kerajaan Pasai di Sumatera sebagai bagian Kerajaan
Majapahit yang telah memeluk agama Islam. Sila kemanusiaan telah
terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan baik dengan
Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Juga
mengadakan persahabatan dengan negara-negara tetangga atas
dasar “Mitreka Satata”. Sebagai perwujudan nilai-nilai Sila
Persatuan Indonesia telah terwujud dengan keutuhan kerajaan,
khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada yang
diucapkannya pada Sidang Ratu dan Menteri-menteri yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara Raya yang berbunyi:
“Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jika seluruh
nusantara bertakluk dibawah kekuasaan negara, jika Gurun, Seram,
Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan
Tunasik telah dikalahkan”.
Sila Kerakyatan (keempat) sebagai nilai nilai musyawarah dan
mufakat yang dilakukan oleh sistim pemerintahan Kerajaan
Majapahit. Menurut Prasasti Brumbung (1329) dalam tata
pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
kerajaan seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti
memberikan nasehat kepada raja. Kerukunan dan gotong royong
dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adt
bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah
bersama. Sedangkan perwujudan sila Keadilan Sosial adalah sebagai
wujud dari berdirinya kerajaan beberapa abad yang tentunya
ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa zaman Sriwijaya
dan Majapahit adalah sebagai tobggak sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dalam mencapai cita citanya. Kesuburan Indonesia
dengan hasil buminya yang melimpah, terutama rempah rempah
yang sangat dibutuhkan oleh negara negara diluar Indonesia,
menyebabkan bangsa Asing masuk ke Indonesia. Bangsa Barat yang
membutuhkan rempah rempah itu mulai memasuki Indonesia, yaitu
Portugi, Spanyol, Inggris dan Belanda. Kemasukan bangsa Barat
seiring dengan keruntuhan Majapahit sebagai akibat perselisihan
dan perang saudara, yang berarti nilai nilai nasionalisme sudah
ditinggalkan walaupun abad ke XVI agama Islam berkembang
dengan pesat dengan berdirinya kerajaan kerajaan Islam, seperti
Samudra Pasai dan Demak, nampaknya tidak mampu membendung
tekanan Barat memasuki Indonesia. Bangsa bangsa Barat berlomba
lomba memperubtkan kemakmuran bumi Indonesia ini. Maka sejak
itu mulailah lembaran hitam sejarah Indonesia dengan penjajahan
Barat, khsusunya Belanda. Masa penjajahan Belanda itu dijadikan
tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita
citanya, sebab pada jaman penjajahan ini apa yang telah dicapai oleh
bangsa Indonesia pada jaman Sriwijaya dan Majapahit menjadi
hilang. Kedaulatan negara hilang, persatuan dihancurkan,
kemakmuran lenyap, wilayah di injak injak oleh penjajah.

 Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan


1) Perjuangan Sebelum Abad ke XX

Penjajahan Barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa


Indonesia itu tidak dibiarkan begitu saja oleh segenap Bangsa
Indonesia. Sejak semula imprialis itu menjejakkan kakinya di
Indonesia, dimana mana bangsa Indonesia melawannya dengan
semangat patriotik melawan perlawanan secara fisik.

Kita mengenal nama nama Pahlawan Bangsa yang berjuang dengan


gigih melawan penjajah. Pada abad ke XVII dan XVIII perlawanan
terhadap penjajah digerakkan oleh pahlawan Sultan Agung
(Mataram 1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa (Banten
1650), Hasanuddin Makasar 1660) , Iskandar Muda (Aceh 1635)
Untung Surapati dan Trunojoyo (Jawa Timur 1670), Ibnu Iskandar
(Minangkabau 1680) dan lain lain.

Pada permulaan abad ke XIX penjajah Belanda mengubah sistem


kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir
yang bernama VOC berganti dengan Badan Pmerintahan resmi yaitu
Pmerintahan Hindia Belanda. Semula pernah terjadi pergeseran
Pemerintahan penjajahan dari Hindia Belanda kepada Inggris, tetapi
tidak berjalan lama dan segera kembali kepada Belanda lagi. Dalam
usaha memperkuat kolonialismenya Belanda menghadapi
perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh Patimura (1817),
Imam Bonjol di Minangkabau (1822-1837), Diponegoro di Mataram
(1825-1830), Badaruddin Palembang (1817), Pangeran Antasari di
Kalimantan (1860) Jelantik di Bali (1850), Anak Agung Made di
Lombok (1895) Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien di
Aceh (1873
-1904), Si Singamangaraja di Batak (1900).

Pada hakekatnya perlawanan terhadap Belanda itu terjadi hampir di


setiap daerah di Indonesia. Akan tetapi perlawanan perlawanan
secara fisik terjadi secara sendiri sendiri di setiap daerah). Tidak
adanya persatuan serta koordinasi dalam melakukan perlawanan
sehingga tidak berhasilnya bangsa Indonesia mengusir kolonialis,
sebaliknya semakin memperkukuh kedudukan penjajah. Hal ini
membuktikan betapa pentingnya rasa persatuan (nasionalisme)
dalam menghadapi penjajahan.

2) Kebangkitan Nasional 1908

Pada permulaan abad ke XX bangsa Indonesia mengubah cara


caranya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi
pada masa lalu mendorong pemimpin pemimpin Indonesia abad ke
XX itu untuk meruba bentuk perlawanan yan lain. Bentuk
perlawanan itu ialah dengan membangkitkan kesadaran bangsa
Indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha usaha yang dilakukan
adalah mmendirikan berbagai macam organisasi politik disamping
organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial.
Organisasi sebagai pelopor pertama adalah Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908. Mereka yang tergabung dalam organisasi itu
memulai merintis jalan baru ke arah tercapainya cita cita perjuangan
bangsa Indonesia, tokohnya yang terkenal adalah dr.Wahidin
Sudirohusodo. Kemudian bermunculan organisasi pergerakan
lain,yaitu Sarikat Dagang Islam (1909), kemudian berubah
bentuknya menjadi pergerakan poitik dengan mengganti nama
menjadi Sarikat Islam (1911) dibawah pimpinan H.O.S.
Tjokroaminoto. Berikutnya muncul pula Indische Partij (1913)
dengan pimpinan Douwes Dekker. Cipto Mangunkusumo dan Ki
Hajar Dewantara, namun karena terlalu radikal sehingga
pemimpinnay dibuang ke luar negeri (1913). Akan tetapi perjuangan
tidak kendur karena kemudian beridiri Partai Nasional Indonesia
(1927) yang dipelopori oleh Soekarno dan kawan kawan.

3) Sumpah Pemuda 1928

Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penpnjolan peristiwa


sejarah peruangan bangsa Indonesia mencapai cita citanya. Pemuda
pemuda Indonesia yang dipelopori oleh Muh.Yamin, Kuncoro
Purbopranoto dan lain lain mengumandangkan Sumpah Pemuda
yang berisi pengakuan akan adanya Bangsa, tanah air dan bahasa
satu yaitu Indonesia.
Melalui Sumpah Pemuda ini makin tegaslah apa yang di inginkan
oleh Bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa itu
diperlukan adanya persatuan itu adalah Bahasa Indonesia.

Realisasi perjuangan bangsa pada tahun 1930 berdirilah Partai


Indonesia yang di singkat dengan Partindo (1931) sebagai pengganti
PNI yang dibubarkan. Kemudian golongan Demokrat yang terdiri
dari Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI baru dengan
semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan
sendiri.

4) Perjuangan Bangsa Indonesia Jaman Penjajahan Jepang

Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik, dengan


dibomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Dalam waktu yang singkat
Jepang menduduki daerah daerah jajahan Sekutu di daerah Pasifik.

Kemudian pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia


mengahalau penjajah Belanda, pada saat itu Jepang mengetahui
keinginan bangsa Indonesia, yaitu Kemerdekaan Bangsa dan tanah
air Indonesia. Peristiwa penyerahan Indonesia dari Belanda kepada
Jepang terjadi di Kalijati Jawa Tengah tanggal 8 Maret 1942.

Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia untuk


membebaskan Indonesia dari cengkraman Belanda. Oleh sebab itu
Jepang memperbolehkan pengibaran bendera merah putih serta
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Akan tetapi hal itu merupakan
tipu muslihat agar rakyat Indonesia membantu Jepang untuk
menghancurkan Belanda.

Sejarah berjalan terus,dimana Perang Pasifik menunjukkan tanda


tanda akan berakhirnya dengan kekalahan Jepang dimana mana.
Untuk mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia. Jepang berusaha
membujuk hati bangsa Indonesia dengan mengumumkan janji
kemerdekaan kelak di kemudian hari apabila perang telah selesai.
Kemudian janji yang kedu kemerdekaan di umumkan lagi oleh
Jepang berupa “Kemerdekaan tanpa syarat” yang disampaikan
seminggu sebelum Jepang menyerahkan kepada bangsa Indonesia
memperjuangkan kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar
berani mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh
Jepang.

PANCASILA PRA KEMERDEKAAN


Dr. Radjiman Wedyodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), pada tanggal 29 Mei
1945, meminta kepada sidang untuk mengemukakan dasar (negara)
Indonesia merdeka, perimntaan itu menimbulkan rangsangan
memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang, hal ini
mendorong mereka untuk menggali kekayaan
kerohanian,kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam
lumpur sejarah. Begitu lamanya penjajahan menyebabkan bangsa
Indonesia hilang arah dalam menentukan dasar negaranta. Atas
permintaan Dr. Radjiman inilah, figur figur negarawan bangsa
Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri
bangsanya. Pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945, tampil berturut turut untuk berpidato
menyampaikan usulannya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.Muhammad Yamin mengusulkan
calon rumusan dasar Negara Indonesia sebagai berikut :
1.) Peri Kebangsaan
2.) Peri Kemanusiaan
3.) Peri Ketuhanan
4.) Peri Kerakyatan dan
5.) Kesejahteraan Rakyat
Kemudian Prof . Dr.Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945
mengemukakan teori teori Negara, yaitu :
1.) Teori negara perseorangan (individualis)
2.) Paham negara kelas dan
3.) Paham negara interalistik
Selanjutnya oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang
mengusulkan lima dasar negara terdiri dari :
1.) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2.) Internasionalisme (perikemanusiaan)
3.) Mufakat (demokrasi)
4.) Kesejahteraan sosial, dan
5.) Ketuhanan Yang Maha Esa

Jadi dapatlah dikatakan bahwa nilai nilai religius sosial dan politik yang merupakan
materi Pancasila sudah muncul sejak memasuki jaman sejarah. Bahkan, pada masa
kerajaan ini, istilah Pancasila dikenali yang terdapat dalam buku Negarakertagama
karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebut
istilah Pancasila disamping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dalam bahasa
Sansekerta), juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila
Krama), yaitu :

1.) Tidak boleh melakukan kekerasan


2.) Tidak boleh mencuri
3.) Tidak boleh berjiwa dengki
4.) Tidak boleh berbohong
5.) Tidak boleh mabuk minuman keras.

Munculnya gerakan gerakan sosial yang di motori oleh perempuan pada masa pra
kemerdekaan tersebut menujukkan bahwa tak ada problem yang membedakan peran
laki laki dan perempuan dalam mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan Indonesia

b. Era kemerdekaan :

Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, Pancasila


mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945 ,
Pancasila melewati masa masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke
dalam era percobaan demokrasi multi partai dengan sistem kabinet parlement. Partai partai
politik pada masa itu tumbuh sangat subur,dan proses politik yang ada cenderung selalu
berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri,2006). Pancasila
pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya , pada akhir tahun1959,
Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali
politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, sistem ini seakan mengkhianati nilai nilai
yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan.
Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia dimana partai
komunis berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno
memberikan wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan era awal
orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa itu
menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan presiden
Soeharto kemudian menjadi corevalues (Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali
menodai nilai nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pada
1998, pemerintahan presiden Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam
era baru yaitu era demokrasi hingga hari ini.

- Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kedaulatan dan berhasil


mendirikan negara merdeka, perjuangan belum selesai
- Perjuangan malah bisa dikatakan baru mulai, yaitu upaya menciptakan
masyarakat yang sejahtera lahir batin, sebagaimana diamanatkan oleh
pembukaan Undang-undang dasar 1945.
- Akibat hukum dari disahkannya pancasila sebagai dasar negara, seluru
kehidupan bernegara dan bermasyarakat harus didasari pancasila.
- Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara , memberi akibat hukum
dari filosofis, yaitu kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman
pancasila. Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945 sesungguhnya nilai
yang terkandung dalam pancasila dapat disarikan dan digali dari nilai-nilai
budaya yang telah ada dalam kehidupan masyarakat.

2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia


a. Era orde lama :
- Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi, pada saat itu kondisi
politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi
sosial budaya
- Pancasila di implementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa
orde lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu
periode 1945–1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.

Periode 1945-1950 :
Upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham
komunis oleh PKI melalui pemberotakan di Madiun tahun 1948 dan oleh
DI / TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam.

Periode 1950-1959 :
Sistem pemerintahannya yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak
individual. Penerapan Pancasila selama periode ini adalah pancasila
diarahkan sebagai ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas
pemerintahan.

Periode 1959-1965 :
Dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin, demokrasi bukan berada
pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai
Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.

b. Era orde baru


- Setelah orde lama dilengserkan oleh orde baru, orde baru berkehendak ingin
melaksanakan pancasila dan UUD 1945 sebagai kritik terhadap orde lama
yang telah menyimpang dari Pancasila.
- Upaya Soeharto (orde lama) tentang pancasila, orde lama ini menegakkan
stabilitas guna mendukung rehailitasi dan pembangunan ekonomi.
- Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata
tidak sesuai dengan jiwa pancasila.
- Demokrasi akhirnya tidak berjalan
- Pelanggaran HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh aparat
pemerintah / negara.

Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penamaan nila nila
Pancasila, yaitu Pedoman Pengahayatan dan Pengalaman Pancasil (P4).
Materi penataran P4 bukan hanya Pancasila, terdapat juga materi lain
seperti UUD 1945, Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Wawasan
Nusantara, dan materi lain yang berkaitan dengan kebangsaan, nasionalisme
dan patriotisme. Kebijakan tersebut disosisalisasikan pada seluruh
komponen bangsa sampai level bawah termasuk penataran P4 untuk siswa
baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA),
yang lalu dilanjutkan di Perguruan tinggi hingga wilayah kerja. Pelaksanaan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) denngan metode
indoktrinasi.

Pada era Orde Baru sebagai era “dimanis maniskannya” Pancasila. Secara
pribadi, Soeharto sendiri seringkali menyatakan pendapatnya mengenai
keberadaan Pancasila, yang kesemuanya memberika penilaian setinggi
tingginy terhadap Pancasila. Ketika Soeharto memberikan pidato dalam
Peringatan Hari Lahirnya Pancasila. 1 Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan
Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam berbagai frase bernada
angkuh,elegan,begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto
menyatakan Pancasila sebagai “tuntunan hidup”, menjadi “sumber tertib
sosial” dan “sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta merupakan
“sumber tertib negara” dan “sumber tertib hukum”. Kepada pemuda
Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1974. Soeharto
menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi
harus dipahami dan dihayati!” Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat
makna nya selain Pancasila di Indonesia, pada saat itu dan dalam Orde
Baru.
c. Era reformasi
- Setelah orde baru memimpin hampir 32 tahun dan baru dilengserkan oleh
orde reformasi.
- Pada era reformasi hak-hak rakyat mulai dikembangkan dalam tataran elit
maupun dalam tataran rakyat bawah.

Telah kita ketahui bersama bahwa pelaksanaan UUD 1945 dan pancasila pada
masa orde lama dan baru telah terjadi deviasi oleh oknum oknum
penyelenggara pemerintah, sehinggaa mendorong terjadinya reformasi oleh
mahasiswa dan tokoh tokoh bangsa. Mereka menganggap bahwa Negara kita
telah di landa krisis, baik krisis dibidang ekonomi,politik,maupun
kepemimpinan. Reformasi lahir dengan tujuan untuk memperbaiki krisis yang
berkepanjangan, serta menata kearah yang lebih baik.

Pancasila di Era Reformasi dibagi menjadi 4, yaitu:


1. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan
2. Pancasila sebagai paradigma dibidang politik
3. Pancasila sebagai paradigma dibidang ekonomi
4. Pancasila sebagai paradigma dibidang ilmu pengetahuan

Penerapan pancasila di Era Reformasi :

Memahami peran Pancasila di Era Reformasi, khususnya dalam konteks


sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar
setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnnya
memiliki presepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan
fungsi dan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Di era reformasi ini , Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti
pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam
melakukan implementasi nilai nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, karena rejim Orde
Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang
otoriter.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/28866830/PANCASILA_DALAM_KAJIAN_SEJARAH_BANGS
A_INDONESIA

https://books.google.co.id/books?id=ZqkvAgAAQBAJ&pg=PA279&dq=pancasila+dalam
+kajian+sejarah+bangsa+indonesia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjsr-
q2mIzlAhXBR30KHfZcCfEQ6AEINzAC#v=onepage&q=pancasila%20dalam%20kajian%
20sejarah%20bangsa%20indonesia&f=false

https://www.academia.edu/28903929/PANCASILA_PRA_KEMERDEKAAN

https://www.academia.edu/35364433/_Pancasila_era_Kemerdekaan_

https://www.academia.edu/9682715/PANCASILA_DI_ERA_REFORMASI

Anda mungkin juga menyukai